Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN PENYAKIT HYDROCEPHALUS

Disusun Oleh Kelompok 13:

1. Tri Koko Agustain P00320119041

2.Shelvy Amanda P00320119954

Tingkat 2B Keperawatan
Dosen Pembimbing
Yossy Utario,S.Kep,Ns

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN CURUP

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Al–hamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga penulisan makalah yang berjudul
"MAKALAH KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HYDROCEPHALUS" dapat
terselesaikan dengan baik. Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, serta para
pengikutnya termasuk kita semua. Tidak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.

Beberapa pembahasan dalam makalah ini masih bersifat pengantar sehingga perlu
penyempurnaan dikemudian hari. Kepada semua pihak yang memberikan perhatian, saran,
kritik, dan masukan demi penyempurnaan makalah ini, penulis ucapkan banyak terima kasih.
Besar harapan penulis semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat untuk sesama.

Curup, 20 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
1.4 manfaat........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi........................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi....................................................................................................................3
2.3 Etiologi........................................................................................................................4
2.4 Patofisiologi................................................................................................................5
2.5 Manifestasi klinik........................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan Medis...............................................................................................7
2.8 Komplikasi..................................................................................................................9
2.9 Bagan WOC................................................................................................................10
2.10 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................11

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian...................................................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................................16
3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................................................16
3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................................................21
3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................................................21

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................23
4.2 Saran............................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak.
Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan
intrakranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan
konginetal namun bisa pula oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus
kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama.
Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari semua
kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan.
Apabila hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah
pediatri sosial. Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada
gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep teoritis dari Hidrosefalus dari definisi Hidrosefalus,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala (manifestasi klinis),
pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan medis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien dengan
Hidrosefalus ?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang
berhubungan dengan penyakit Hidrosefalus pada anak.
2. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hidrosefalus.
1.4 MANFAAT
Mengetahui tinjauan teri tentang hidrosefalus serta konsep asuhan keperawatan
pada hidrosefalus
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 DEFINISI

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan cerebrospinal (CSS) dalam ventrikel serebral,


ruang subacarhnoid, atau ruang sub dural.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular.
Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di
dalam system ventricular(Nining 2016)

2.2 KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS


Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :

1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans

Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem


ventrikel dan CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi CSS
dapat disebabkan sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau
obliterasi ruang subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi
2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif
CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid
misal aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS
dalam sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai ruang
subarachnoid terjadi pembesaran system ventrikel di proksimal obstruksi.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah:

1. Kelainan bawaan

1. Stenosis Aquaductus sylvii


merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%)
Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah
lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak
lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
2. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya
medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah
dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
3. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
4. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia
2. Anomali pembuluh darah

3. Infeksi

4. Perdarahan

5. Neoplasma

2.4 PATOFISIOLOGI

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi
peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang
dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang
terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini
menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada
foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas
akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil
secara disproporsional.

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA,
NICNOC , 2012 :

1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II

2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak

3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh


4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar

6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak
mata tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita

8. Sklera mata tampak di atas iris

9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat

10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Scan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan


membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista,
malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
2. Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan
pengaliran).
3. EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
4. Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak
tanpa kena radiasi

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang
berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip
pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis


dengan tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox)
yang menghambat pembentukan cairan serebrospinal
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan
tempat absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal kedalam organ ekstakranial yaitu
1.Drainase ventrikule-peritoneal
2.Drainase Lombo-Peritoneal
3.Drainase ventrikulo-Pleural
4.Drainase ventrikule-Uretrostomi
5.Drainase ke dalam anterium mastoid
6.Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang
memungkinkan pengaliran cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini
merupakan cara yang dianggap terbaik namun, kateter harus diganti
sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya infeksi
sekunder dan sepsis.
7. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan
setelah diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan
kecil di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan
selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat
sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan
selang yang ditanam dibawah kulit hingga terlihat dari luar
8.Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau
pintasan jenis silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2
macam terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi
hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
• Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-
Kjeldsen)
• Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
• Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
• Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
• Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan. Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu
oksipitalis atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi
foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim,
Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup
berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan yang
berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan
thorax x-ray ujung distal setinggi 6/7).
5. Ventriculo-Peritneal Shunt
1. Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2. Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang
peritoneum. Pada anak-anak dengan kumparan silang yang
banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi
walaupun badan anak tumbuh memanjang. Komplikasi yang
sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural,
obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS,
kraniosinostosis.

2.8 KOMPLIKASI

1. Peningkatan TIK
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak
4. Emboli otak
5. Obstruksi vena kava superior
6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan
8. Kematian

Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi,
sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
2.9 BAGAN WOC
2.10 PEMERINSAAN DIAGNOSTIC
a. Rontgen foto kepala
b. Dengan prosedur ini dapat diketahui:
1. Hidrosefalus tipe kongenital
2. Hidrosefalus tipe juvenile
c. Transimulasi
d. Lingkaran kepala
e. Ventrikulografi
f. Ultrasanografi
g. CT Scan Kepala
h. MRI ( Magnetic Resonance Image )
i. Pemeriksaan darah:
j. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
k. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
l. Pemeriksaan radiologi:
1. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura
yang melebar.
2. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum
menutup.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan


pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.

3.1 PENGKAJIAN
1.1 Anamnesa
A. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat.
B. Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah nyeri kepala,
lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi
penglihatan perifer.
C. Kaji Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut
1.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
 Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 Adanya Pembesaran kepala.
 Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat
jelas.
2) Palpasi :
 Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
3) Pemeriksaan Mata :
 Akomodasi.
 Gerakan bola mata.
 Luas lapang pandang
 Konvergensi.
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
1.3 Observasi Tanda –tanda vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
 Peningkatan sistole tekanan darah.
 Penurunan nadi / Bradicardia.
 Peningkatan frekwensi pernapasan

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pada pasien anak dengan Hydrocephalus diagnosa yang dapat muncul, yaitu :
1. Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi
3. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kondisi klinis yang baru dihadapi
oleh klien
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Intervensi Diagnosa keperawatan I

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWAT
AN

1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi


serebral keperawatan selama 2x24 jam 1.Pengkajian yang
berhubungan diharapkan Perfusi jaringan 1.kaji data dasar dilakukan sering
dengan selebral teratasi dengan kriteria neurologis mungkin akan
meningkatnya hasil: memberikan data guna
volume cairan 1.Tekanan darah menentukan perubahan
2.observasi TTV
serebrospinal,m normal keadaan neurologis
eningkatnya 2.Tidak ada 2. Pengkajian TTV yang
3.tentukan posisi anak
tekanan intra tanda-tanda sering mungkin akan
karnial peningkatan 4.anjurkan anak dan membantu mendeteksi
intracranial orang tua untuk tanda tanda dini dari
3.Tingkat mengurangi aktivitas ICP(takikardia,fluktuasi
kesadaran yang dapat menaikan tekanan darah,dan
membaik tekanan intrakranial pernapasan)
3.menentuka posisi anak
Kolaborasi dapat mencegah
terjadinya gravitasi
untuk peningkatan
1.kolaborasi dengan
aliran darah ke selebral
dokter untuk pemberian
4. dengan aktivitas yang
analgetik
berlebihan anak akan
berisiko mengalami
Edukasi
peningkatan TIK
Kolaborasi
1.intruksikan keluarga
1. Pemberian
untuk mengobservasi
analgetik untuk
kulit jika ada isi atau
mengurangi
lasensi
nyeri akibat TIK

Edukasi

1. Keluarga dapat
berpatisipasi
dalam perawatan
anak dengan
hidrosefalus
2. Intervensi Keperawatan Diagnosa II

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN

2 Gangguan Setelah dilakukan Observasi Observasi


integritas kulit tindakan keperawatan 1. Monitor karakteristik luka 1. Mengetahui
berhubungan selama 1x24 jam 2. Monitor tanda tanda infeksi karakter luka
dengan imobilisasi diharapkan gangguan Therapeutic 2. Mengetahui
integritas kulit teratasi 1. Berikan salep yang tanda infeksi
dengan kriteria hasil: sesuai ke kulit Theraputik
1.Tidak Terjadinya 2. Pertahankan teknik 1. Agar kulit cepat
Gangguan Integritas steril saat melakukan kembali sehat
Kulit perawatan 2. Agar tidak ada
2.Kerusakan jaringan 3. Jadwalkan perubahan bakteri
menurun posisi setiap 2 jam 3. Agar kulit tidak
3.Kerusakan lapisan kulit Edukasi lecet
menurun 1. Jelaskan tanda dan Edukasi
gejala infeksi 1. Mengetahui
2. Anjurkan tanda dan gejala
mengkonsumsi infeksi
tinggi kalori dan 2. Agar memenuhi
protein kebutuhan
Kolaborasi nutrisi
1. Kolaborasikan pemberian Kolaborasi
antibiotik 1. Agar mengatasi
infeksi bakteri
3.Intervensi Diagnose Keperawatan III

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN

3 Deficit Setelah dilakukan Observasi Observasi


pengetahuan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
berhubungan selama 1x24 jam kemampuan menerima 1. Agar keluarga
dengan kondisi diharapkan deficit informasi dan klien dapat
klinik yang baru pengetahuan teratasi merima
dihadapi oleh dengan kriteria hasil Terapeutik informasi
klien 1. Perilaku sesuai dengan jelas
anjuran
1. Sediakan materi dan
2. Mengetahui
media pendidikan Terapeutik
kondisi klien
kesehatan
2. Berikan kesempatan 1. Agar melebih
untuk bertanya memahami
tentang
Edukasi kesehatan
2. Agar tidak ada
pertanyaan lagi
1. Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi kesehatan Edukasi

1. Agar mengetahui
risiko yang
mempengaruhi
kesehatan
4.Intervensi Diagnose Keperawatan

N DIAGNOSE TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O KEPERAWATAN

4 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi Obsservasi


berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi 1. Agar mengetahui
dengan proses 2x24 jam klien karakteristik dan dimana letak nyeri
penyakit. mengatakan bahwa onset, durasi, tersebut
nyeri dapat frekwensi, kualitas, 2. Agar lebih
terkontrol/hilang intensitas / beratnya mengetahui berapa
dengan kriteria hasil: nyeri dan faktor besar nyeri 1-10
1. Klien mengenali prespitasi Teraupetik
faktor penyebab 2. Identifikasi skala 1. Agar nyeri tersebut
nyeri nyeri berkurang
2. Keluhan nyeri Teraupetik 2. Agar istirahat dan
menurun 1. Berikan teknik tidur tercukupi
3. Tanda-tanda nonfarmakologis Edukasi
vital dalam untuk mengurangi 1. Agar memahami
batas normal rasa nyeri penyebab,periode,
2. Fasilitasi istirahat dan pemicu nyeri
dan tidur 2. Agar bisa
Edukasi memantau nyeri
1. jelaaskan secara mandiri
penyebab,periode, Kolaborasi
dan pemicu nyeri 1. Pemberian
2. anjurkan memonitor analgetik untuk
nyeri secara mandiri mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan
analgetik

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan (intervensi).

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN

TANG DIAGNOSA EVALUASI PAR


GAL/J AF
AM

1. Perfusi S:
jaringan - Ibu klien mengatakan
serebral klien sering tidak fokus.
berhubungan - ibu klien mengatakan
dengan klien sering merengek
peningkatan kerena nyeri.
tekanan O:
intrakranial. - klien tampak lambat merespon
- klien tampak meringis

A:
- Masalah perubahan perfusi
jaringan serebral belum teratasi
P:
- Intervensi di lanjutkan.
2. Gangguan S:
integritas - Ibu klien mengatakan perubahan
kulit di kulit
berhubungan
O:
dengan
- Klien merespon saat
imobilisasi
pemeriksaan kulit
A:
- Masalah perubahan integritas
kulit belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

3. Deficit S:
pengetahuan - Ibu klien mengatakan kurang
berhubungan mengetahui tentang kondisi klien
dengan
O:
kondisi klinik
- Kliean dan keluarga tampak
yang baru
kebingungan tentang kondisi
dihadapi oleh
klien
klien
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
4. Nyeri akut S:
berhubungan
- Ibu klien mengatakan
dengan
klien sering mengeluh
proses
nyeri
penyakit
O:

- Klien tampak
meringis
A:
- Masalah keperawatan belum
teratasi

P:
- Intervensi di lanjutkan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis
yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :

• Hidrochepalus komunikan

• Hidrochepalus non-komunikan

Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
• Kongenital

• Di dapat

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit.
4.2 SARAN

Mungkin dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan
dalam penulisan baik dari tatanan, dan susunan makalah yang masih jauh dari kata sempurna.
Kami dari penulis mohon kritik dan saran dari pembaca.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun dari pembaca, dan semoga makalah
ini bisa membantu mahasiswa lain untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. http://www.depkes.go.id/

Ngatisyah.1995.Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC

Nining,yuliastati. 2016. Keperawatan anak. Jakarta :EGC

Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan II.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia : Jakarta selatan.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Cetakan
II. Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia: Jakarta selatan.

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan II.
Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia: Jakarta selatan.

Anda mungkin juga menyukai