Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BAYI DENGAN SEPSIS

DISUSUN OLEH :
1. Vevi Delta Anggria P00320119033
2. Rifan Nurkholis P00320119040

DOSEN PEMBIMBING
Yossi Utario Ns,Kep.An

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES BENGKULU
PRODI D 3 KEPERAWATAN CURUP
Tahun Ajar 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelasaikan makalah Keperawatan Anak ini.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang Konsep
Keperawatan. Walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus
kami perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan
saran dari teman-teman semua. Jika terdapat kesalahan atau kekeliruan yang terdapat
di dalam makalah kami ini, kami mohon bantuannya untuk memberbaiki atau
mengkritik makalah yang kami buat.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami ibu Yossy
Utario, Ns.Sp.Kep.An. yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada
kelompok kami untuk menyampaikan materi ini.

Curup, 31 Agustus 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 atar Belakang..................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sepsis Neonaturm .......................................................................................3
2.2 Klasifikasi Sepsis ..........................................................................................................4
2.3 Etiologi Sepsis ...............................................................................................................4
2.4.Manifestasi Klinis..........................................................................................................5
2.5 Patopisiologis ................................................................................................................6
2.6 WOC ...........................................................................................................................10
2.7 Komplikasi ..................................................................................................................11
2.8 Pemeriksaan Penunjang ..............................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan ..........................................................................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian....................................................................................................................15
3.2 Diagnosa ......................................................................................................................16
3.3 Intervensi......................................................................................................................17
3.4 Implementasi ...............................................................................................................18
3.5 Evaluasn…………….......................................................................................………19
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………........……....21
Saran………………………………………………………………………………..........21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sepsis pada bayi baru lahir masih merupakan masalah yang belum dapat
dipecahkan dalam perawatan dan penanganan bayi baru lahir. Di negara
berkembang hampir sebagian besar bayi baru lahir yang dirawat mempunyai
kaitannya dengan sepsis. Hal yang sama ditemukan pada negara maju yang
dirawat di unit intensif bayi baru lahir. Disamping morbiditas, mortalitas tinggi
ditemukan pada penderita sepsis bayi baru lahir.
Sepsis neonatorum merupakan salah satu masalah yang dapat menyebabkan
kematian pada bayi dengan insiden sepsis neonatal sangat rendah, antara 1-8
kasus per 1000 kelahiran hidup dengan Meningitis sebanyak 20%-25%,
mortalitas berkisar antara 20%-30%. (Nurussifa,nindya.2017.Laporan_
pendahuluan_Askep_Sepsish)
Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana
terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak
terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24
sampai 48 jam. Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup dan merupakan
penyebab kematian utama pada neonatus. Hal ini karena neonatus rentan
terhadap infeksi. (Nurussifa,nindya.2017.Laporan_pendahuluan_Askep_Sepsish)
Bila tidak ditangani dengan segera dapat menyebabkan kematian dalam
beberapa jam, oleh Karena itu perlu adanya pengetahuan bagi tim kesehatan
dalam pemberian pelayanan keperawatan dan medis dalam penatalaksanaan
sepsis neonatorum, sehingga dapat mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas
bayi, dan dapat mempertahankan generasi penerus yang sehat.
(Nurussifa,nindya.2017.Laporan_pendahuluan_Askep_Sepsish)
1.2 Rumusan Masalah
a. Jelaskan pengertian dari sepsis neonatorum
b. Jelaskan klasifikasi sepsis neonatorum
c. Sebutkan dan jelaskan Etiologi dari sepsis nenatorum
d. Jelaskan Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum 
e. Jelaskan patofisiologi sepsis neonatorum
f. Buatlah bagan WOC pada penderita sepsis neonatorum
g. Jelaskan komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatorum
h. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada penderita sepsis neonatorum
i. Jelaskan penatalaksanaa pada penderita sepsis neonatarum
j. Buatlah pengkajian hingga evaluasi asuhan keperawatan sepsis

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari sepsis neonattorum
b. Mengetahui klasifikasi pada sepsis neonatorum
c. Mengetahui Etiologi dari sepsis nenatorum
d. Mengetahui Manifestasi klinis dari sepsis neonatorum 
e. Mengetahui Patofisiologi dari sepsis neonatorum
f. Mengetahui bagan WOC dari sepsis neonatorum
g. Mengetahui komplikasi yang terjadi pada penderita sepsis neonatorum
h. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita sepsis neonatorum
i. Mengetahui penatalaksanaa pada penderita sepsis neonatarum
j. Mengetahui pengkajian hingga evaluasi asuhan keperawatan sepsis
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik
terhadap infeksi pada bayi baru lahir (Behrman, 2000). Sepsis adalah sindrom
yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang
parah yang dapat berkambang kearah septikimia dan syok septik (Dongoes,
2000).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada anak pada bayi dalam 28 hari
pertama sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau
terlokasi hanya pada satu organ saja seperti paru-paru dengan pneumonia. Infeksi
pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan, atau setelah persalinan
dan dapat disebabkan oleh virus, baktero dan fungi atau jamur (meskipun jarang
ditemui).
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invansi
mikroorganisme ke dalam darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan,
Sepsis Neonatorum dibedakan menjadi Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD)
dan Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL).(Infectious Diseases,Dalam :
Gomella TL,Cunnigham MD,Eyal FG,Zenk KE,penyunting
,Neontology:Management,Producers,On call Problems ,Disiases drugs ,Lange
medika book/Mc Graw-Hill,edisi ke-4:1999,408-40)
Sepsis memang terjadi pada bayi cukup bulan dan merupakan komplikasi
umum pada bayi baru lahir premature karena ketidakmampuan mereka untuk
merespon infeksi, dan paparan terhadap bakteri invansif, serta kulit yang tipis
dan kondisi gizi yang buruk.(Bowden,V.R,B Greenberg,e.s,(2014).Childrent And
Their Families.The Continuum of Nursing Care.(3rded).Philadelphia:Lippinoctt
William e.Willus)
2.2 Klasifikasi Sepsis
Sepsis Neonatorum dibedakan menjadi Sepsis Neonatorum Awitan Dini
(SNAD) dan Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL).Keduanya berbeda
dalam hal patogenesis, mikroorganisme penyebab, tata laksana dan prognosis :
1. SNAD terjadi pada usia < 72 jam,biasanya di sebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari ibu, baik dalam masa kehamilan maupun dalam proses
persalinan,
2. SNAL terjadi pada > 72 jam,dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
didapat selama proses persalinan tetapi manifestasinya (setelah 3 hari),atau
biasanya terjadi pada bayi yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial).
Perjalanan penyakit SNAD biasanya lebih berat dan cenderung menjadi
fulminan yang dapat berakhir dengan kematian.(Bone RC.The Sepsis Syndrome :
definitation and general approach to management.clin chest med 1996:17:175-
30)

2.3 Etiologi
Bakteri seperti Escherichiacoli, Streptococus group B, Stophylococus aureus,
Enterococus, Listeria monocytogenes, Neisseriameningitidis, Entererobacter sp,
Pseudemonas aeruginosa, Proteus sp, Organisme anaerobic dan Salmonella
merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi.
Streptococcus B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling
tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita
hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang
menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka
yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur
invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas
melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Bayi berusia 3 bulan sampai
3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera
dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis.
2.4 Manifestasi klinis
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah :
1. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2. Saluran cerna : distensi abdomen. Anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3. Saluran nafas : apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidunng,
merintih, sianosis
4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, hipotensi, kulit lembab, takikardi
5. Sistem syaraf pusat : iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi
6. Hematologi : ikterus, pucat, perdarahan, petekie
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang dapat ditemukan pada neonatus yang menderita sepsis.
1. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan
pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak
merintih, retraksi dada yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun
inflamasi pada paru-paru bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu.
Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh pelepasan granulosit dari
protaglandin dan leukotrien.
2. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah
dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam
manifestasi umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis
yang berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah
mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak
menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga menyebabkan ubun-
ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya nanah dari
telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku, iritabilitas dan tremor..
3. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon
tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme
bakteri atau dari ketidakstabilan sistem saraf simpatik.
4. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan
psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu
tubuhnya, serta nanah yang keluar dari telinga
5. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak
terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi
terjadi dimulai dari infeksi luka umbilikus.
6. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
7. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,
hipotensi, takikardi, bradikardia.
8. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya :
a) Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau
darah dari pusar
b) Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma,
kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan
pada ubun-ubun
c) Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan
pada lengan atau tungkai yang terkena
d) Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri
tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e) Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut
dan diare berdarah

2.5 Patofisiologi
Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan
dalam: Sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih
mencolok, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui
saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode
perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria
dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain
masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya
selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya
secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan
terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi
oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan
pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik
cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan
lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva,
dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit
dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang
dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Insidens syok
septik 0,1- 0,4% dengan mortalitas 15-45% dan morbiditas kecacatan saraf.
Umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih
Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri
penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal
dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang
terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Insiden sepsis
lambat sekitar 5-25%, sedangkan mortalitas 10-20% namun pada bayi kurang
bulan mempunyai risiko lebih mudah terinfeksi, disebabkan penyakit utama dan
imunitas yang imatur.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum
berasal dari tiga kelompok, yaitu :
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya
buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam
lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD) dan Prosedur selama persalinan.
2. Faktor Neonatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor
resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan
lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA
tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3
serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida.
Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik,
bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat
kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor Lingkungan
a) Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah
sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi
parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang
luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko
pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas,
sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan
resisten berlipat ganda.
c) Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran
mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling
sering akibat kontak tangan.
d) Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan
dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi
oleh E.colli.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus
melalui beberapa cara, yaitu :
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir.
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan
umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain
virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan
toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan.
Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis,
selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain,
yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus
respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain
cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau
port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes
genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3) Infeksi paska atau sesudah persalinan.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat :
penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)

2.6 Bagan WOC

M.Kep Infeksi yg b.d penularan infeksi pd


bayi sblum,slma dan sesudah kehamilan

M.Kep Nutrisi < kebutuhan M.Kep G3 pola nafas


b.d minum sedikit b.d apneu

(Sumber :https://www.acedemia.edu?5191273/Laporan pendahuluan asekep


sepsis.com)
2.7 Komplikasi
a) Asidosis metabolik dan jaundice
Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik
dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami hipotermia atau
tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk mengatur suhu
tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam
menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh
yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat
berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan
kerusakan eritrosit yang meningkat.
b)  Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang,
tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.
c) Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin
merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang
memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel
darah merah yang dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi
(pemecahan). Namun pada bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh
bakteri dalam darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah
merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat
dari hal ini (anemia) yang disertai hiperbilirubinemia karena seringnya
destruksi hemoglobin sering terjadi.
d) Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui
aliran darah.
e) Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi
ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada
mikrovaskular.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya sepsis pada neonatus adalah:
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi
diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran
pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau
infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan bronco
grams udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan
pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat
diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau
necrotizing enterocolitis.
2. Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan
diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk
menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi,
umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan
trombositopenia. Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis
sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan
serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva,
cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi
kepastian  adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil
positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil
sebelum bayi diberi  terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan,
antara lain pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan
pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut
bila terdapat kerusakan jaringan. (Surasmi, 2003)
a. Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.
b. Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.
c. DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan
peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.
d. Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya inflamasi.

2.9 Penatalaksanaan
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan penentuan kuman penyebab membutuhkan waktu dan
mempunyai kendala tersendiri. Pengguna antibiotik empiris dapat segera dilakukan
dengan memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering ditemukan. Antibiotik
empiris dapat segara diganti apabila sensitivitas kuman diketahui. Bebrapa perawatan
lainnya juga dilakukan seperti :
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal,
untuk menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki
hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan
suportif neonatus septik sakit  meliputi sebagai berikut :
a) Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap
normal harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus
dipantau secara teratur.
b) Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi
yang jelek, maka saline normal dengan10 ml / kg selama 5 sampai 10
menit. Dengan dosis yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45
menit berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose(10%) 2 ml
per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki hipoglikemia yang
adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari
atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c) Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres
pernapasan atau sianosis
d) Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak
memadai.
e) Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan.
f) Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki
perut kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g) Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik,
aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dankonstan kondisi bayi dan
perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian
cairan intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian
antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan
mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan dapat diberi secara parental.
Pilihan obat yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol,
eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi. 
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SEPSIS
NEONATARUM

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Bayi : Nama, Jenis kelamin, tanggal, bulan, jam,
tahun lahir, Nomor registrasi pasien,
2. Identitas Ibu : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,pekerjaan, alamat.
3. Identitas Ayah : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pekerjaan, alamat.
4. Saudara kandung    : Jumlah saudara kandung
5. Riwayat prenatal
6. Riwayat Intranatal 
a. Jenis persalinan : Normal atau SC
b. Penolong persalinan : Bidan dan Dokter
c. Masa Gestasi
7. Riwayat Penyakit Sekarang : Keadaan umum pasien
8. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit menahun atau tidak
9. Pemeriksaan Fisik
a).Inspeksi Keadaan umum pasien
- Kepala : Kebersihan kulit kepala, adanya edema atau tidak
- Warna kulit : Merah,coklat
- Ekstermitas atas : Terdapat edema atau tidak
- Menangis : Reflek menangis
- Mata : Sklera dan konjungtiva serta refleks-refleks mata
- Telinga :Bentuk keduanya simetris/Tidak, ada kelainan,
kebersihan, keadaan lunak dan lembut ditumbuhi
lanugo.
- Hidung : Bentuk hidung pasien normal, simetris, tidak ada
perdarahan
- Mulut : Bentuk bibir, dan warna serta tekstur
- Leher : Pada leher adanya refleks tonik neck, penurunan
releks menelan
-  Dada : Bentuk dada simetris, tulang rusuk. Pernafasan
- Abdomen : Simetris atau tidak, pembuluh darah,
- Genitalia : Kebersihan, ada perdarahan/tidak
- Anus : Lubang anus, kebersihan

b) Tanda vital
-   suhu aksila : 35,5
-   Pernafasan : 60X/menit
c) Pengukuran umum
-  BB       : 1.700 Gr         
-  PB       : 43       
-  LK/LD      : 30/26    

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Peningkatan paparan organisme patogen


lingkungan
2. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor pisikologis
(sters,keengganan untuk makan)
3. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Depresi pusat pernapasan
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


O
Dx
Dx Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi
1 Infeksi keperawatan selama 3x24 1 monitor tanda dan gejala
berhubungan jam di harapkan resiko infeksi local dan sistemik
dengan infeksi menurun dengan Terapreutik
Peningkatan kriteria hasil : 2.batasi jumlah pengunjung
paparan - Demam menurun 3.cuci tangan sebelum dan
organisme - Kemerahan menurun sesudah kontak langsung
patogen - Nyeri menurun dengan pasien dan lingkungan
lingkungan - Bengkak menurun pasien ‘
- Kadar sel darah putih Edukasi
membaik 4.ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
5.jelaskan tanda dan gejala
infeksi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
7.kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

Dx Resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi


2 Defisit keperawatan selama 3x24 1.Monitor berat badan
Nutrisi jam di harapkan nutrisi 2.Monitor asupan makan
berhubungan terpenuhi dengan kriteria Terapreutik
dengan hasil : 3.berikan makanan tinggi
Faktor - Berat badan panjang kalori dan protein
pisikologis badan meningkat Kolaborasi
(sters,keengg - Kulit kuning menurun 4.kolaborasi dengan ahli gizi
anan untuk - Sclera kuning menurun untuk menentukan jumlah
makan) - Membrane mukosa kalori dan jenis nutrient yang
kuning menurun dibutuhkan jika perlu
- Prematuritas menurun
- Bayi cengeng menurun
- Pucat menurun
- Kesulitan makan
menurun
- Alergi makanan
menurun
- Pola makan membaik
- Tebal lipatan kulit
membaik
- Proses tumbuh
kembang membaik
- Lapisan lemak
membaik

Dx Pola Napas Setelah dilakukan tindakan Observasi


3 tidak efektif keperawatan selama 3x24 1.Monitor tekanan balon ETT
berhubungan jam di harapkan setiap 4-8 jam
dengan Depr pernapasan membaik 2. Monitor posisi selang ETT
esi pusat dengan kriteria hasil : terutama setelah mengubah
pernapasan - Dispenea membaik posisi
- Penggunaan otot bantu Terapreutik
pernapasan membaik 3.berikan pre oksigenisasi 100
- Pemanjangan fase persen selam 30 detik (3-6 kali
eskpirasi membaik ventilasi) sebelum dan sesudah
- Frekuensi napas penghisapan
membaik 4.ganti fiksasi ETT setiap 24
Kedalaman napas jam
membaik Edukasi
5.Jelaskan pasien/keluarga
untuk prosedur pemasangan
jalan napas
Kolaborasi
6. kolaborasi intubasi ulan jika
terbentuk muuccous plug yang
tidak dapat dilakukan
penghisapan

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi di laksanakan sesuai dengan intervensi yang akan dilaksanakan
3.5 EVALUASI
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
S : Data subjektif klien
O: Data Objektif Klien
A: Tujuan dari kriteria hasil
a. Demam menurun
b. Kemerahan menurun
c. Nyeri menurun
d. Bengkak menurun
e. Kadar sel darah putih membaik
P: intervensi di lanjutkan
2. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor pisikologi (sters
keengganan untuk makan)
S : Data subjektif klien
O: Data Objektif Klien
A : Tujuan dari kriteria hasil
a. Berat badan panjang badan meningkat
b. Kulit kuning menurun
c. Sclera kuning menurun
d. Membrane mukosa kuning menurun
e. Prematuritas menurun
f. Bayi cengeng menurun
g. Pucat menurun
h. Kesulitan makan menurun
i. Alergi makanan menurun
j. Pola makan membaik
k. Tebal lipatan kulit membaik
l. Proses tumbuh kembang membaik
m. Lapisan lemak membaik
P : Intervensi di lanjutkan

3. Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Depresi pusat pernapasan


S : Data subjektif klien
O: Data Objektif Klien
A: Tujuan dari kriteria hasil
a. Dispenea membaik
b. Penggunaan otot bantu pernapasan membaik
c. Pemanjangan fase eskpirasi membaik
d. Frekuensi napas membaik
e. Kedalaman napas membaik
P: Intervensi di lanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sepsis Neonatorum adalah sindrom klinis yang terjadi akibat invansi
mikroorganisme ke dalam darah, dan timbul pada satu bulan pertama kehidupan,
Sepsis Neonatorum dibedakan menjadi Sepsis Neonatorum Awitan Dini (SNAD)
dan Sepsis Neonatorum Awitan Lambat (SNAL). Penyebab neonatus
sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.
Diagnosa keperawatan yang angkat pada makalah ini yaitu Resiko Infeksi
berhubungan dengan Peningkatan paparan organisme patogen lingkungn, Resiko
Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor pisikologis (sters,keengganan untuk
makan) dan Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan Depresi pusat
pernapasan.

4.2  Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan agar seluruh
pembaca dapat menelaah dan memahami apa yang telah penulis susun untuk
kemajuan penulisan makalah yang selanjutnya. Kemudian kepada perawat dan
mahasiswa disarankan agar lebih memahami tenang penyakit sepsis neonatorum
sehingga dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Bowden,V.R,B Greenberg,e.s,(2014).Childrent And Their Families.The


Continuum of Nursing Care.(3rded).Philadelphia:Lippinoctt William e.Willus
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi.Jakarta: EGC
Nurussifa,N.(2017). Diakses dari dari
https://www.academia.edu/5191273/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASKEP_SEPSI
S_NEONATORUM
Pokja tim SDKI DPP PPNI.(2018).Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Pokja tim SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Pokja tim SLKI DPP PPNI.(2018).Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Ryans.2018.Asuhan Keperawatan Sepsis.Diakses dari
https://www.academia.edu/10945950/ASKEP_ANAK_Dengan_SESPSIS pada
tanggal 20 Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai