Anda di halaman 1dari 12

LARUTAN (SOLUTIO/SOLUTIONES)

• Larutan : Sediaan cair yang mengandung bahan terlarut dalam cairan pembawanya
• Pelarut : Air (yang digunakan)
• Pelarut : Solven
• Terlarut : suatu zat/ bahan dicampur dengan suatu cairan, maka partikel –partikel zat
tsb terbagi menjadi molekul -molekulnya dalam cairan tersebut
• Zat Terlarut : solute
• Kelarutan : Jumlah zat terbanyak yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarutnya
atau dapat juga berarti : jumlah pelarut paling sedikit yang dapat melarutkan sejumlah
tertentu zat terlarut
• Pernyataan sejumlah tertentu zat terlarut di atas berarti : 1 g zat padat atau 1 ml zat cair

Tipe larutan berdasarkan konsentrasinya


A. Larutan encer : Jumlah zat terlarut kecil
B. Larutan pekat : Jumlah zat terlarut besar
C. Larutan jenuh : Jumlah zat terlarut mencapai maksimum yang dapat larut
D. Larutan kelewat jenuh: Jumlah zat terlarut melebihi batas maksimum yang dapat larut
LARUTAN (SOLUTIO/SOLUTIONES)
Macam macam sediaan Larutan ;
1. Larutan untuk mata
A. Collyrium (obat cuci mata), Sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zat asing, digunakan
untuk membersihkan mata. Co : Y Rins
B. Guttae Ophthalmicae (obat tetes mata), Larutan steril bebas partikel asing berupa sediaan
yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. Co : Cendo
2. Larutan untuk telinga
A. Solutio Otic / Guttae Auriculares, larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain
dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar Co : tarvid
3. Larutan untuk hidung
A. Collunarium (obat cuci hidung), Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk
membersihkan rongga hidung. Co. solutio rivanol
B. Nose drops (obat tetes hidung). meneteskan obat ke dalam rongga hidung, Co.Breathy Drop
C. Nose spray (obat semprot hidung), Co.BNS
4. Larutan untuk mulut
A. Collutorium (obat cuci mulut) Larutaan pekat dalam air yang mengandung deodorant,
antiseptic, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut. CO :
B. Gargarisma (obat kumur), Sediaan berupa larutan, digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan nafas. CO : Betadin gargle.
C. Litus oris (obat oles bibir), Cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut.
Co : larutan 10% borax dalam gliserin.
D. Guttae oris (obat tetes mulut) obat yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan
lebih dahulu dengan air untuk dikumur – kumurkan, tidak untuk ditelan. Co:Zink oral drop
5. Larutan Parenteral, obat steril, larutan atau suspense yang dikemas untuk pemberian suntikan. 
6. Larutan untuk Anus (Rektal)
A. Lavement/Clysma/Enema, Merupakan sediaan obat berupa larutan ataupun gel yang
dimasukkan kedalam rektum dan colon, untuk merangsang pengeluaran kotoran (feses)
memberikan efek terapi lokal atau sistemik.
7. Larutan untuk Vagina
A. Douche,adalah  larutan  dalam  air  yang  dimaksudkan  dengan  suatu  alat  ke dalam vagina
(pengobatan  maupun  untuk  membersihkan)  Contoh : Betadin  Vagina  Douche.
8. Larutan oral
A. Potiones (obat minum), Larutan yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral).
(larutan, emulsi atau suspense). Co : (obat batuk putih/OBP) dan (obat batuk
hitam/OBH).
B. Eliksir, larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut)
dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Bahan tambahan yang digunakan antara lain pemanis,
pangawet, pewarna, dan pewangi, sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap. Sebagai
pengganti gula dapat digunakan sirup gula. Co : Bisolvon
C. Sirop, larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirop
simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirop adalah
64-66%, kecuali dinyatakan lain. Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.
Ada 3 macam sirop:
Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.
Sirop obat: mengandung satu jenis obaat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan
digunakan untuk pengobatan.
Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap
lain. Tujuan pengembangan sirop ini adalah untuk menutupi rasa tidak enak dan baau obat
yang tidak enak.
LARUTAN (SOLUTIO/SOLUTIONES)
Keuntungan bentuk larutan
• Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat, sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-
anak, dan usia lanjut
• Kerja obat lebih cepat, karena obat lebih cepat diabsorpsi (diserap)ke sirkulasi darah
• Obat secara homogen terdistribusi dalam sediaan
• Dosis mudah diubah-ubah dalam pembuatan
Kerugian bentuk larutan
• Volume bentuk larutan lebih besar
• Obat lebih tidak stabil dalam bentuk larutan daripada dalam bentuk padatan
(tidak stabil = terurai secara kimia)
• Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam bentuk larutan
Faktor yang menentukan kelarutan
• Polaritas (kepolaran)
• Penambahan kosolven
• Suhu
• Penambahan garam (salting out dan salting in)
• Pembentukan kompleks
• Bentuk garam
• Ukuran partikel
1. Polaritas / Kepolaran
Sifat kepolaran = sifat distribusi elektron dalam suatu molekul
Molekul yang bersifat polar = Molekul yang memiliki distribusi elektron tidak merata
Molekul yang bersifat non polar = Molekul yang memiliki distribusi elektron merata
• Molekul polar terlarut dalam molekul pelarut polar juga, begitupun sebaliknya
• Contoh pelarut yang bersifat polar : Air
• Contoh pelarut yang bersifat non polar : Minyak
• Contoh pelarut yang bersifat semipolar : Alkohol
2. Kosolven (pelarut pembantu)
• Kosolven ditambahkan ketika suatu zat padat bersifat kurang larut dalam pelarut utamanya
• Tujuan : meningkatkan kelarutan
• Contoh : alkohol, ditambahkan ke pelarut utama yaitu air
• Pada dasarnya, penambahan kosolven pada pelarut utama adalah merubah sifat kepolaran
dari pelarut utama
3. Suhu
• Umumnya, suatu zat akan meningkat kelarutannya jika suhu dinaikkan
• Pada saat zat padat bersinggungan dgn pelarutnya, maka panas pelarut diserap oleh zat padat
tsb, sehingga terbentuk larutan
• Ketika jumlah zat padat itu banyak, maka dibutuhkan air panas, agar sejumlah panas yg
banyak ini diserap oleh zat padat, shg jd larut
• Tidak semua zat padat memiliki sifat menyerap panas
• Beberapa zat justru melepaskan panas ketika bersentuhan dengan air, untuk menjadi larutan
• Untuk zat2 seperti ini, maka ketika panas ditambahkan, yang terjadi adalah zat tersebut akan
menjadi tidak larut. Hal ini karena panas pada zat padat ini tidak dapat lepas (karena
terhalang oleh panas pada pelarut), contoh : NaOH, KOH

4. Penambahan garam (salting out dan salting in)


• Peristiwa penambahan garam ke dalam suatu larutan disebut dengan salting (salt = garam)
• Salting in = penambahan garam pada larutan yang menyebabkan zat padat menjadi larut
(awalnya zat padat ini tidak larut), Contoh zat : Globulin
• Salting out = penambahan garam pada larutan yang menyebabkan zat padat menjadi tidak
larut/ mengendap (awalnya zat padat ini larut). Contoh zat: camphora, metilselulose

5. Pembentukan kompleks
• Pembentukan kompleks = peristiwa interaksi antara dua zat yang membentuk molekul
kompleks → (ikatan intermolekul)
• Ketika suatu zat yang tidak larut dalam air berinteraksi dengan zat lain yang larut dlm air,
maka akan terbentuk molekul kompleks yang bersifat larut dalam air
• Sehingga, untuk membuat suatu zat menjadi larut dalam air, dapat ditambahkan zat lain
yang akan membentuk kompleks yang larut dalam air

• Contoh : Iodium (I2) dengan kalium iodida (KI), akan membentuk molekul komplek : KI3
KI + I2 → KI3
(larut) (tidak larut) (larut)
• Contoh lain : Coffein yang menjadi larut dalam larutan natrium benzoat
• Molekul kompleks ini bersifat reversibel, sehingga di dalam tubuh akan mudah berubah
menjadi molekul awalnya, dan memberi efek terapi
6. Bentuk garam
Suatu senyawa obat yang bersifat asam lemah atau basa lemah bersifat tidak larut dalam air
Namun ketika senyawa di atas diubah bentuk menjadi bentuk garamnya, maka sifat dari
bentuk garamnya ini menjadi larut dalam air
Contoh : luminal (asam barbiturat)
Asam barbiturat + NaOH → Na barbiturat
(tidak larut) (larut)
7. Ukuran partikel
• Ukuran partikel suatu zat berhubungan dengan luas permukaan kontak zat tersebut dengan
pelarut, serta berhubungan dengan kecepatan melarut zat tsb
• Semakin kecil ukuran partikel suatu zat, maka semakin besar luas permukaan kontak zat
tersebut dengan pelarut
• Bila luas permukaan kontak zat tersebut dengan pelarut adalah besar, maka zat tsb akan
lebih cepat terlarut
EMULSI
Campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat
tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara
homogen dan stabil.
Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator.
Komponen Emulsi
1. Komponen dasar (Bahan Pembentuk)
1. Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi
butiran kecil kedalam zat cair lain.
2. Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai
bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab) Hewani ( kuning telur, dan
adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat).
Emulgator Buatan: Sabun,
2. Komponen tambahan
1. Corrigen: Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis (memperbaiki rasa
obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen colouris ( memperbaiki warna
obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan obat)
2. Preservative (pengawet) : Co, asam benzoat, asam sorbat.
3. Anti oksidan. Co : asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat,
Tipe emulsi :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai
fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).Adalah emulsi yang terdiri
dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai
fase external.
Syarat Emulgator
1. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
2. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
3. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel dengan
segera.
Metode Pembuatan
Metode gom kering atau metode continental
Zat pengemulsi ( gom arab ) dicampur dengan minyak, kemudian tambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru di encerkan dengan sisa air yang tersedia.
Metode gom basah atau metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air ( zat pengemulsi umumnya larut ) agar
membentuk suatu mucillago, kemudian perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk
membentuk emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
Metode botol atau metode botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat-zat yang bersifat minyak dan mempunyai
viskositas rendah ( kurang kental ). Minyak dan serbuk gom dimasukkan ke dalam botol
kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran tersebut
dikocok kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sabil dikocok
Membedakan Type Emulsi
1. Dengan pengenceran fase Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase externalnya. Dengan
prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan dengan air sedangkan emulsi tipe w/o
dapat diencerkan dengan minyak.
2. Dengan pemberian warna. Zat warna akan tersebar dalam emulsi apabila zat tersebut larut
dalam fase external dari emulsi tersebut. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna
merah emulsi tipe w/o, karena Sudan III larut dalam minyak. Emulsi + larutan metilen blue
dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.
3. Dengan kertas saring. Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring menjadi
basah maka tipe emulsi o/w,dan bila timbul noda minyak pada kertas berarti emulsi tipe w/o.
4. Dengan konduktivitas listrik. Alat yang dipakai adalah kawat dan stop kontak, kawat
dengan tahanan 10 K ½ watt , lampu neon ¼ watt, dihubungkan secara seri. Elektroda
dicelupkan dalam cairan emulsi. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam
cairan emulsi tipe o/w, dan akan mati bila dicelupkan pada emulsi tipe w/o.
Emulgator Tumbuhan
a. Gom Arab : Sangat baik untuk elmugator tipe o/w dan untuk obat minum, emulsi
terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental
b. Tragakan : Tragakan dalam air sangat kental sehingga untuk memperoleh emulsi
dengan viksositas yang baik hanya diperlukan tragakan 1/10 kali gom arab saja, emulgator
ini hanya bekerja optimum pada Ph 4,5-6. Tragakan dibuat korpus emulsi dengan
menambahkan air sekaligus sebanyak 20x berat tragakan
c. Agar Agar : kurang efektif jika digunakan sendiri, umumnya zat ini ditambahkan untuk
menambahkan viksositas dari emulsi dengan gom arab, sebelum dipakai dilarutkan dulu
dgn air mendidih kemudian didinginkan pelan pelan sampai suhu tak kurang dari 45 0 C
(jika kurang dari suhu tersebut maka agar agar akan berubah menjadi gel)
d. Chondrus : Sangat baik dipakai untk emulsi minyak ikan karena dapat menutupi rasa
dan bau pada minyak ikan tersebut, cara mempersiapkannya sama seperti agar agar.
Emulgator Hewan
a. Kuning telur, mengandung lesitin (golongan protein atau asam amino) dan kolesterol.
Lesitin adalah emulgator tipe o/w, sedangkan kolesterol adalah tipe w/o.
b. Adeps Lanae, mengandung kolesterol, merupakan emulgator tipe o/w dan banyak
dipergunakan untuk pemakain luar.
Emulgator Mineral
• Magnesium Alumunium Silikat (Veegum) /Emulsi ini khusus untuk pemakain luar
terdiri atas garamMg dan Al, dengan emulgator ini, emulsi yang terbentuk adalah emulsi
tipe o/w, sedangkan pemakain yang lazim adalah sebanyak 1%.
• Bentonit, Tanah liat terdiri atas senyawa alumunium silikat yang dapat mngabsorbsikan
sejumlah besar air sehingga membentuk massa seperti gel, untuk tujuan sebagai
emuigator dipakai sebanyak 3%.
Emulgator Sintetis
Sabun, dipakai untuk tujuan luar sangat peka terhadap elektrolit, dapat digunakan sebagai
emulsi tipe o/w maupun w/o, tergantung pada valensinya, sabun bervalensi satu,misalnya
sabun kalium,merupakan emulgator tipe o/w,sedangakan sabun bervalensi dua,misalnya
sabun kalsium,merupakan emulgator tipe w/o.

Bagaimana membedakan emulsi baik atau tidak Emulsi yang baik


 terjadi pemisahan antara dua lapisan maka sediaan ini akan mudah terdispersi
kembali setelah dilakukan pengocokan hal ini disebut Creaming. Tapi apabila
terjadi Cracking atau koalesan yaitu terpisahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesan ( menyatu ), sehingga dengan
pengocokan pun larutan tidak terdispersi kembali. Atau terjadinya infersi minyak
dalam air atau air dalam minyak yang bersifat tetap (Irreversible), maka emulsi
dikatakan tidak baik.
SUSPENSI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai  fase dispers,
terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi.
Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan
pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam
pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat.
Stabilitas suspensi ialah ke stabilan zat pensuspensi dan zat yang terdispersi dalam suatu sediaan
suspensi
Jenis-Jenis Suspensi
1. Suspensi Oral : sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal (Kulit) :sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. Co:Suspensi Sulfur
3. Suspensi Optalmik (Mata) :sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Co.cendo
4. Suspensi tetes telinga :sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Co : Otopain
5. Suspensi untuk injeksi : sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai
dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu :sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril
setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Kelebihan Suspensi
1. Untuk pasien dengan kondisi khusus, bentuk cair lebih disukai dari pada bentuk padat
Suspensi pemberiannya lebih mudah serta lebih mudah memberikan dosis yang relatif lebih
besar.
2. Suspensi merupakan sediaan yang aman, mudah di berikan untuk anak-anak, juga mudah
diatur penyesuain dosisnya untuk anak-anak dan dapat menutupi rasa pahit.
Kelemahan Suspensi
Suspensi memiliki kestabilan yang rendah. Jika terbentuk caking akan sulit terdispersi
kembali sehingga homogenitasnya turun. Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan
sukar di tuang. Ketepatan dosis lebih rendah dari pada bentuk sediaan larutan.
Cara Pembuatan
a. Metode disperse, ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yg telah terbentuk, lalu
diencerkan.
b. Metode Presitipasi, Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut organik
yang hendak dicampur dengan air.

Penggolongan Suspending Agent


1. Bahan pensuspensi dari alam
a. Termasuk golongan gom
o Acasia ( pulvis gummi arabici)
o Chondrus
o Algin
b. Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat.
2. Bahan pensuspensi sintetis
a. Derivat selulosa
b. Golongan organik polimer

Faktor-Faktor Yang Harus di Perhatikan Dalam Suspensi


1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
2. Pembasahan serbuk
3. Floatasi (terapung)
4. Pertumbuhan kristal

Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi


1. Ukuran partikel
2. Kekentalan (viscositas)       
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
4. Sifat/muatan partikel

Penilaian Stabilitas Suspensi


 Volume sedimentasi
 Derajat flokulasi
 Metode reologi
 Perubahan ukuran partikel
Formulasi Suspensi
 Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori: Penggunaan  "structured vehicle" atau
sering disebut  juga suspending agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi
structured vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
 Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat
pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
STERILISASI
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/ nonpatogen (tidak menimbulkan
penyakit.
Sterilisasi, adalah suatu proses mematikan segala bentuk kehidupan mikro organisme
yang ada dalam sample/contoh, peralatan-peralatan atau lingkungan tertentu.

Sediaan farmasi yang perlu disterilkan


 Obat suntik / injeksi
 Tablet implant
 Tablet hipodermik
 Sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth, cuci mata / Collyrium salep mata /
Oculenta.

Metode Sterilisasi secara umum


a. Dengan pemanasan secara kering (oven/microwave)
b. Dengan pemanasan secara basah (uap, direbus, pasteurisasi)
c. Dengan penambahan zat-zat tertentu (penambahan desinfektan/antibiotik/antiseptik)
d. Dengan cara penyinaran (sinar gamma, uv, sinar x, radiasi ion)
e. Dengan penyaring bakteri steril
f. Dengan sterilisasi gas (gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert)
g. Dengan cara aseptik

Pemilihan cara sterilisasi


1. Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, dan struktur. Bahan obat tidak boleh
mengalami perubahan setelah proses sterilisasi.
2. Efektivitas : cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses
yang sederhana, cepat dan biaya murah.
3. Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan kecepatan
tercapainya suhu penyeterilan yang merata.

Anda mungkin juga menyukai