Anda di halaman 1dari 8

HERPES GENITAL

Anggota:

1. Liling Aini Zarqo (2010302007)

2. Rizki Amelia (2010302013)

3. Shella Rahmayani (2010302016)

4. Mardhatillah (2010302023)

STIKES MUHAMMADIYAH CIREBON

JL.Kalitanjung No.14-18 A, Harjamukti, Kota cirebon, Jawa barat 45143

TAHUN 2021
HERPES GENITAL

A. Latar Belakang

Kata herpes berasal dari bahasa Yunani “ to creep” telah dipergunakan


dalam bidang kesehatan selama 25 abad. Istilah Cold sores (herpes febrilis,
fever blisters) dipergunakan oleh dokter Roma, Herodotus pada 100 SM.
Herpes genital pertama kali dilaporkan oleh dokter dari Perancis, John
Astruc pada tahun 1736. Beliau membuat terjemahan berbahasa Inggris
pertama yang muncul dalam risalah penyakit menular seksual pada tahun
1754. Penyakit ini mulai dikenal baik oleh para ahli venereologi pada
abad XIX. Unna (1893) mendiagnosis herpes genital pada 9,1% dari 846
pekerja seks yang mengunjungi kliniknya. Pada tahun 1886, Diday dan
Duyon mempublikasikan Monograf Les Herpes Genitaux yang mengamati
herpes genital sering muncul setelah infeksi kelamin seperti sifilis,
kankroid, atau gonore. Mereka juga melaporkan kasus herpes genital
rekuren.

Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh


setiap orang. Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari
40% penduduk dunia. Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia
ditemukan kurang lebih 50% wanita dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-
II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena itu dikatakan bahwa
saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit,
disebutkan bahwa herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual
dengan gejala ulkus genital adalah kasus yang sering dijumpai. Kelompok
resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang dengan perilaku yang
tidak sehat.

B. HERPES GENITALIS
 Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah
kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks.

1
2. Etiologi

Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes


simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua
jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes bisanya
tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual
(misalnya sifilis atau cangkroid).

3. Patofisiologi

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.


Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan
lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami
kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka
akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan
parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala


awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan
gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak
badan. Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis,
termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan
dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau di dalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi


HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya,

2
menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap
pengobatan dengan asiklovir. Gejala-gejalanya cenderung kambuh
kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di
saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.
HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1
mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan
fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan
memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari
virus kedua tidak terlalu berat.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi,


dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada
orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau
HSV-2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda
sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. Berbagai macam
manifestasi klinis:

a. Infeksi oro-fasial
b. Infeksi genital
c. Infeksi kulit lainnya
d. Infeksi okular
e. Kelainan neurologist
f. Penurunan imunitas
g. Herpes. Neonatal

5. Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:

a. menjaga kebersihan lokal,


b. menghindari trauma atau faktor pencetus.

3
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan
membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani
herpes genital adalah:

a. Asiklovir (Zovirus)

Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8


jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14
hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat
mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.

b. Famsiklovir

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif


menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.

c. Valasiklovir (Valtres)

adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000
mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama
dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes
genitalis episode awal.

6. Pencegahan

Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah


penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari

4
terinfeksi dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara
terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas
seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang
bebas infeksi.

7. Tanda-tanda herpes Genetalia

Berikut ini adalah tanda-tanda herpes genital yang sebaiknya jangan


diabaikan, sebab dapat terjadi baik pada pria maupun wanita :

a. Terdapat area yang merah atau kasar pada sekitar kelamin tanpa nyeri,
gatal atau kesemutan.
b. Gatal atau kesemutan pada sekitar kelamin atau daerah anus.
c. Lepuh kecil yang pecah dan menyebabkan luka yang nyeri pada sekitar
kelamin, bokong, paha atau daerah anus. Terkadang lepuh dapat terjadi
dalam uretra (saluran kemih).
d. Nyeri berkemih karena urine melewati luka, terutama pada wanita.
e. Nyeri kepala.
f. Nyeri punggung.
g. Gejala seperti flu meliputi demam, pembengkakan kelenjar getah
bening, dan sering merasa lelah.

Keluhan dari penyakit ini dapat berulang hingga 4-5 kali dalam satu
tahun dan biasanya dipicu oleh stres emosional atau penyakit. Pada masa
ini, sistem kekebalan tubuh akan kurang mampu menekan virus, sehingga
virus menjadi aktif kembali. Pemicu lainnya dapat berupa kelelahan, diet
yang buruk, paparan sinar matahari, hubungan seksual, haid, pengobatan
steroid, operasi maupun trauma.

Penyakit ini dapat ditegakkan dengan mudah, yaitu melalui


pemeriksaan fisik dan mungkin dikonfirmasi dengan tes usap atau darah.
Penyakit herpes genital ternyata dapat berkembang serius dan bahkan
mengancam nyawa. Pada wanita hamil yang terinfeksi penyakit ini dapat
menularkannya ke anak mereka. Oleh karena itu mengenali gejala dan

5
tanda penyakit herpes genital itu penting, agar bisa melakukan deteksi dini,
bahkan mencegahnya sebelum terjadi.

C. PENGARUH HG PADA KEHAMILAN


Pengaruh infeksi kepada ibu dan janin / neonatus berbeda-beda yaitu:
1. Infeksi Primer
a. Trimester pertama dan kedua
Pada trimester pertama dan kedua dapat menyebabkan aborsi
spontan, berat lahir rendah, lahir mati, dan kelahiran prematur atau
pertumbuhan janin terhambat. Walaupun jarang, transmisi infeksi
dapat secara transplasental (in utero) menyebabkan kelainan
kongenital dengan manifestasi klinis pada janin sangat berat
meliputi mikrosefali, hepatosplenomegali, pertumbuhan janin
terhambat, dan kematian janin dalam kandungan. Pada wanita
hamil dengan HIV, koinfeksi HSV secara signifikan meningkatkan
risiko transmisi HIV perinatal
b. Trimester ketiga
Risiko infeksi herpes neonatal paling tinggi adalah jika wanita
hamil terinfeksi pada trimester ketiga. Pada kondisi ini, ibu
mendapat infeksi tetapi tidak dapat menyelesaikan pembentukan
antibodi IgG sebelum persalinan, sehingga janinnya lahir tanpa
kekebalan.
2. Infeksi Rekuren
a. Trimester pertama dan kedua
Angka rekurensi pada wanita hamil lebih tinggi daripada wanita
yang tidak hamil. Wanita hamil yang pernah terinfeksi HSV akan
mempunyai antibodi terhadap HSV; antibodi ini akan melewati
plasenta dan memberikan kekebalan pada janin yang
dikandung. Dengan asumsi tersebut, janin yang dikandung tidak
akan terinfeksi herpes dari ibu terinfeksi herpes rekurens.
b. Trimester tiga
Di kalangan wanita dengan riwayat HG, 25% akan mengalami
infeksi kembali pada akhir kehamilan dan 11-14% pada saat

6
menjelang persalinan. Jika infeksi genital muncul saat persalinan
pervaginam, risiko herpes neonatal 2%-5%. Wanita yang
mengalami rekurensi, tetapi tidak memiliki lesi saat persalinan
masih memiliki risiko penularan shedding asimtomatik (sekitar
1%) dan risiko infeksi neonatal 0,02% - 0,05%.
D. TATA LAKSANA PADA KEHAMILAN POSITIF HIV DAN
TERKENA HSV
1. Infeksi Primer
Penatalaksanaan wanita hamil positif HIV yang terkena infeksi primer
HSV sama dengan wanita hamil yang terkena infeksi primer pada
umumnya.
2. Infeksi Rekuren
a. Wanita hamil positif HIV yang memiliki riwayat infeksi HSV
dapat diberi terapi supresif asiklovir 3 x 400 mg setiap hari sejak
usia kehamilan 32 minggu untuk mengurangi transmisi HIV
terutama pada wanita yang akan melakukan persalinan
pervaginam. Pemberian terapi lebih awal karena pada wanita
terinfeksi HIV dapat terjadi kelahiran prematur.
b. Tipe persalinan harus selaras dengan rekomendasi The British HIV
Association (BHIVA) HIV untuk kehamilan, berdasarkan faktor
obstetrik dan parameter HIV yaitu jumlah virus.
c. Tidak ada bukti yang mendukung untuk memberikan terapi
supresif pada wanita HIV positif yang memiliki HSV seropositif
tapi tidak terdapat riwayat herpes sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai