MUAMALAH
Disusun oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Pengertian Muamalah..................................................................................................6
B. Tujuan Muamalah........................................................................................................6
C. Hakekat Muamalah......................................................................................................7
G. Prinsip-Prinsip Muamalah..........................................................................................22
H. Akhlak Muamalah........................................................................................................23
I. Batasan Muamalah........................................................................................................24
A. Kesimpulan....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mengemukakan prinsip dan norma antara sesama manusia. Manusia kapanpun dan
di manapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas
manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dengan kata lain,
dalam Islam tidak ada pemisahan antara amal dunia dan amal akhirat, sebab
sekecil apapun aktivitas manusia di dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah
SWT agar kelak selamat di akhirat.
Pada sisi lain, perkembangan sistem ekonomi Islam yang dihasilkan dari
kajian perilaku ekonomi masyarakat Muslim telah mendikte instrumen hukum
teknis (fiqh mu’amalah). Sekalipun antara keduanya (antara fiqh mu’amalah dan
ekonomi Islam) saling terkait, namun sesungguhnya keduanya adalah dua hal
yang berbeda.
Dalam Islam, bekerja merupakan kewajiban mulia atas setiap insan agar
bisa hidup layak dan terhormat. Bahkan bekerja mendapatkan posisi istimewa
2
karena bisa melebur dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan amalan ibadah
lainnya. Buruh dalam Islam pun memiliki posisi terhormat. Rasulullah SAW
pernah menjabat tangan seorang buruh yang bengkak karena kerja keras, lalu
menciumnya seraya berkata: “Inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”.
Islam mendorong setiap muslim dalam bekerja keras serta bersungguh-sungguh
mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja. Dorongan utama seorang
muslim dalam bekerja adalah aktivitas kerjanya itu dalam pandangan Islam
merupakan bagian dari ibadah, karena bekerja merupakan pelaksanaan salah satu
kewajiban.
Muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua
dari segi istilah. Menurut bahasa artinya saling bertindak, saling berbuat, dan
saling mengamalkan. Menurut istilah pengertian muamalah dapat dibagi menjadi
dua macam, pengertian dari arti luas dan arti sempit. Definisi pengertian
muamalah dalam arti luas adalah aturan hukum Allah untuk mengatur manusia
dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan definisi pengertian muamalah arti
sempit adalah aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda.
Salah satu perwujudan dari muamalat yang disyari’atkan oleh Islam adalah
jual beli. Jual beli itu merupakan salah satu bentuk ibadah dalam mencari rezeki
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak terlepas dari hubungan sosial. Jual
3
beli yang sesuai dengan syari’at Islam adalah jual beli yang tidak mengandung
unsur penipuan, kekerasan, kesamaran dan riba.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
4
5. Memahami makna spiritual tentang kejayaan hidup
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muamalah
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal
muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam,
urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.
B. Tujuan Muamalah
6
C. Hakekat Muamalah
1. Hukum sslam yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan
sesamanya meliputi aturan tentang hak asasi manusia, relasi gender, pernikahan,
perkawinan, pemilikan, warisan, hibah, wasiat, perdagangan, perkongsiaan, sewa-
menyewa, simpan-pinjam, utang-piutang, hubungan antar bangsa, hubungan
antara sesama umat, hubungan antar golongan, hubungan antara umat berbeda
agama dan sebagainya.
2. Hukum islam yang mengatur hubungan antara manusia dan kehidupan meliputi
aturan tentang makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, mata pencaharian dan
rezeki.
3. Hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitarnya atau alam semesta, meliputi aturan mengenai suruhan untuk meliputi
7
keadaan alam, memeliharanya, memanfaatkannya, kekayaan alam dan larangan
berlaku boros atau mubazir serta larangan mengeksploitasi dan merusak alam.
Manusia dewasa ini telah berada di dalam persimpangan jalan yaitu antara
ilmu agama dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Manusia cenderung menilai
realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena
kehidupan dimasa lampau. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada
perintah-perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah
peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan.
Padahal, yang di cari manusia dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan.
Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan suatu
kemuliaan yang tinggi dari allah swt. Alam dan seisinya juga dipersembahkan
kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti
kepada allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal seharusnya mampu
menjadikan manusia sebagai sosok kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa
manusia masih berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang kekal?
Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu manusia, tetapi sebuah
amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan allah yang maha
kuasa. Syeikh muhammad ‘ali as-shobuni dalam kitabnya shofwatu al tafasir
menuliskan bahwa allah swt menciptakan langit dan bumi hanya dalam enam hari.
Hal ini bukan menunjukkan bahwa allah swt tidak mampu menciptakannya hanya
8
dalam sekejap, namun allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba nya satu
sifat yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Dan masih ada
beberapa firman allah yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis
dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan dunia. Sebuah realita
tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang
sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang
abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang
sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal
kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari
pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah
ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan.
Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia
tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan.
9
Gambaran kehidupan dunia dengan perumpamaan seperti di atas bukanlah
bermaksud untuk meremehkan kehidupan dunia, namun sebagai satu peringatan
agar manusia tidak terlena dan lalai, atau tidak menjadikan hidup mereka sia-sia
dan merugi. Kemudian islam menawarkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai
tempat bersenang-senang yang abadi, dan hal ini tentunya menjadi kabar gembira
bagi mereka yang percaya kepada allah dan kehidupan di akhirat. Ada beberapa
dalil al qur’an dan hadits nabi saw di bawah ini yang bisa dijadikan pedoman bagi
manusia dalam menyikapi kehidupan dunia, dan mungkin sebagai renungan
bersama, diantaranya adalah: “dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan permainan. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (q.s. al ‘ankabut: 64). “dan kamu mencintai harta
benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (q.s. at thogobun: 20). “ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
‘azab yang keras dan ampunan dari allah serta keridhoan- nya. Dan kehidupan
dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (q.s. al hadid: 20). “hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi”. (al munafiqun: 9). “kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (q.s. ali imran: 185). “dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari permainan dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?”. (al an’pappu: 32). “bermegah-megah telah
melalaikan kamu”. “ sampai kamu masuk ke dalam kubur”. “dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui”. “janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin”. (q.s. at takatsur: 1 – 4).
10
silaturrahmi dan saling mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati
dan menghargai hak-hak sesama. Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai
suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk saling membedakan, namun untuk
saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam melarang untuk berlaku
sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras, dan lainnya.
Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala
sesuatunya akan kembali kepada allah yang maha menciptakan. Kesuksesan
manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu pengetahuannya memang
perlu untuk dibanggakan, namun kebanggan itu bukan untuk menjadikan dirinya
sombong, angkuh dan tidak tunduk kepada allah. Manusia lebih cenderung
menyibukkan dirinya dengan kesuksesan duniawi, namun lalai akan mengerjakan
amal shalih. Manusia mampu seharian duduk di kantornya, namun ketika suara
azan memanggilnya untuk sholat dilalaikan. Apalah artinya segudang ilmu dan
kekayaan, namun sholat saja masih dilalaikan. Apa gunanya semashur nama di
mata masyarakat, namun masih menyimpan perasaan iri, dengki dan
menceriterakan prihal orang lain dibelakang. Allah maha mendengar dari segala
perkataan manusia. Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan
kaya, seharusnya si kaya yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin
dan bukan untuk membeda-bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki,
meluaskan dan menyempitkannya. Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku
bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi pembeda adalah mereka yang paling
bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya, cantik, dan berkedudukan.
Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang diberikan allah, tetapi
allah juga maha mampu merubah kesempatan baik itu sebagai ujian bagi manusia.
“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya allah maha mengetahui
dan maha mengenal”. (q.s. al hujarat: 13). “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-
nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui”. (q.s. ar rum: 22). “dan apakah mereka tidak
11
memperhatikan bahwa sesungguhnya allah melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki nya dan dia pula yang menyempitkan rezeki itu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan allah bagi kaum
yang beriman”. “maka berikanlah kepada kerabat terdekat akan haknya, demikian
pula kepada orang fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan allah dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung”. (q.s. ar rum: 37 dan 38). Rasulullah saw bersabda:
“bukanlah dikatakan seorang mu’min yang dirinya merasa kenyang sedangkan
tetangga sebelahnya kelaparan”. ( h.r. bukhari dan muslim r.a ). “dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung”. (q.s. al isra’: 37). Jelaslah dari dalil-dalil di atas menunjukkan
kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan allah (sunnatullah) yang tidak mungkin
ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan
bumi, tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang allah tinggikan
dan tangguhkan, lautan dan daratan yang terbentang luas.
12
tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (q.s.
luqman:10). “dan di antara tanda-tanda kekuasaan nya ialan bahwa dia
mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan
kepadamu sebagian dari rahmat nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan
perintah nya dan supaya kamu dapat mencari karunia nya; mudah-mudahan kamu
mensyukuri.” (q.s. ar rum: 46).
13
ujian bagi orang-orang yang beriman kepada nya dan mengikuti ajaran islam.
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya
allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (q.s. al qashash: 77).
14
yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Orang miskin menjadi
sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan
ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai
aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi
secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.
15
(tirtarahardja,1994). Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya
mengalami percepatan. Percepatan perubahan ini berdampak kepada hal-hal
sebagai berikut: (1) kecenderungan globalisasi yang makin kuat; (2)
perkembangan iptek yang makin pesat; (3) perkembangan arus informasi yang
makin padat dan cepat, dan (4) tuntutan peningkatan layanan profesional dalam
berbagai aspek kehidupan manusia. (tirtarahardja, 1994). Alfin tofler (ancok,
2002) menggambarkan kemasakinian dalam konteks peradaban dunia dengan
istilah gelombang keempat (fourt wave); yaitu respiritulisasi berupa bentuk
akomodatif terhadap potensi dan antisipatif terhadap tantangan dan perubahan
yang semakin cepat, dengan jalan membentuk kerjasama antar tiap individu dalam
adegan mikro, messo dan juga makro; sehingga terjadi suatu harmoni dalam
kehidupan dan keseimbangan (equilibirium) dalam tatanan kehidupan, baik
dengan individu itu sendiri, alam, maupun dengan lingkungan sekitar. Sayyed
hossein nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi
dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap
pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan
yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya
bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.
16
memahami peristiwa ataupun pengalaman yang dialami individu yang berada di
luar jangkauan pemahaman inderawi dan nalar logik manusiawi. Dari pemahaman
itu, pada akhirnya mendorong individu untuk meyakini hakikat ketuhanan,
menyadarkan akan kelemahan yang dimilikinya, dan sekaligus menjadi motivasi
untuk mengembangkan potensi diri secara proporsional. Faham-faham yang
dilontarkan para tokoh aliran fenomeno-logis-eksistensial tersebut secara langsung
membantah pandangan psikoanalitik yang cenderung memandang individu dari
sudut negatif dengan sifat-sifatnya yang pesimisitik, deterministik, dan juga penuh
kecemasan; begitupun behavioristik yang memandang individu mekanistik yang
dapat diubah dengan formula s-r (stimulus dan respon). Faham ini seolah
menyadarkan individu tentang hakikat hidup dan potensi diri yang sesungguhnya
masih banyak yang belum terungkap, sehingga mengantarkan individu untuk
meyakini terhadap suatu kekuatan yang berada di luar jangkauan dan kekuatan
diri mereka.
17
empati, perhatian, dan kasih sayang. Hal utama kaitan dimensi spiritualitas dalam
konseling adalah upaya memandang sebagai bagian dari proses kepentingan
pembinaan tersebut. Oleh karena itu, dimensi spiritual dalam bimbingan konseling
selalu mengutamakan hakekat manusia. Sebagai keilmuan yang mengkaji tentang
hubungan kemanusiaan, maka bimbingan dan konseling memiliki pandangan
tentang dimensi kemanusiaan. Djawad dahlan (2002) memaparkan dimensi
kemanusiaan dalam perspektif bimbingan dan konseling sebagai berikut:
18
F. Ruang Lingkup Muamalah
19
2. Setiap warga muhammadiyah senantiasa berfikir secara burhani,
bayani, bayani dan irfani yang mencerminkan cara berfikir yang
islamu yang dapat menumbuhkan karya-karya pemikiran maupun
amaliyah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi hablum
min al-liah dan hablun minal-nas bagi kehidupan umat manusia (qs ali
imran: 5-8).
Sedangkan menurut dalam ruang lingkupnya fiqh muamalah dibagi menjadi 2
yaitu al-muamalah al-adabiyah dan al-muamalah al-madiniyah.
1. Al-muamalah al-adabiyah
Yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda
yang bersumber dari panca indera manusia, yang unsur penegaknya
adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Ruang lingkup fiqh
muamalah yang bersifat adabiyah mencangkup beberapa hal berikut
ini:
a. Ijab qabul
b. Saling meridhai
c. Tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak
d. Hak dan kewajiban
e. Kejujuran pedagang
f. Penipuan
g. Pemalsuan
h. Penimbunan
i. Segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat.
2. Al-muamalah al-madiyah
Yaitu muamalah yang mengkaji objeknya sehingga sebagian para
Ulama berpendapat bahwa muamalahal-madiyah adalah muamalah
yang bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda
yang halal, haram, dan syubhat untuk diperjual belikan. Benda-benda
yang memadharatkan, benda-benda yang mendatangkan kemaslahatan
bagi manusia, dan beberapa segi lainnya. Beberapa hal yang termasuk
20
ke dalam ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah adalah
sebagai berikut:
a. Jual beli (al-bai’ al-tijarah) merupakan tindakan atau transaksi
yang telah disyari’atkan dalam arti telah ada hukumnya yang
jelas dalam islam.
b. Gadai (al-rahn) yaitu menjadikan suatu benda yang
mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ untuk
kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan mengambil
seluruh atau sebagaian utang dari benda itu.
c. Jaminan dan tanggungan (kafalan dan dhaman) diartikan
menanggung atau penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad
yang Mengandung perjanjian dari seseorang di mana padanya
ada hak yang wajib dipenuhi terhadap orang lain, dan
berserikat bersama orang lain itu dalam hal tanggung jawab
terhadap hak tersebut dalam Menghadapi penagih (utang).
Sedangkan dhaman berarti Menanggung hutang orang yang
berhutang.
d. Pemindahan hutang (hiwalah) berarti pengalihan, pemindahan.
Pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang
(pihak Pertama) kepada pihak kedua untuk menuntut
pembayaran hutang dari atau membayar hutang kepada pihak
ketiga. Karena pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama.
Baik pemindahan (pengalihan) itu dimaksudkan sebagai ganti
pembayaran maupun tidak.
e. Jatuh bangkrut (taflis)adalah seseorang yang mempunyai
hutang, seluruh kekayaannya habis.
f. Perseroan atau perkongsian (al-syirkah) dibangun atas prinsip
perwakilan dan kepercayaan, karena masing-masing pihak
yang telah menanamkan modalnya dalam bentuk saham
kepada perseroan, berarti telah memberikan kepercayaan
kepada perseroan untuk mengelola saham tersebut.
21
g. Masalah-masalah seperti bunga bank, asuransi, kredit, dan
masalah-masalah baru lainnya.
G. Prinsip-Prinsip Muamalah
Beberapa prinsip muamalah adalah sebagai berikut:
1. Setiap tindakan muamalah harus dilaksanakan atas dasar prinsip
tauhidullah, yaitu nilai-nilai ketuhanan. Prinsip ini memiliki arti
keseimbangan lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Seluruh
persoalam muamalah duniawiyah yang dilakukan harus
mempertimbangkan persoalan ukhrowiyah.
2. Setiap tindakan muamalah harus berdasar pada pertimbangan akhlakul
karimah. Hal ini berarti bahwa melakukan muamalah harus
mengedepankan nilai-nilai moral lurur seperti kejujuran, keterbukaan,
tanggungjawab, profesional, saling suka, kasih sayang,
kesetiakawanan.
3. Setiap tindakan muamalah harus bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi manusia. Dalam bermuamalah harus
memperhatikan pemeliharaan kemaslahatan untuk agama, jiwa, aakl,
keturunan, dan harta. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari setiap
bahaya atau segala sesuatu yang merugikan manusia.
4. Setiap yang dijadikan objek muamalah harus halal dan thayib (baik,
bermanfaat dan tidak membahayakan atau merugikan).
5. Hukum muamalah pada dasarnya adalah boleh.
Adapun prinsip-prinsip muamalah yang lainnya yaitu menurut ahmad wardi
muslich, fiqh muamalat, (jakarta: amzah, 2010) :
1. Muamalah adalah urusan duniawi maksudnya adalah urusan muamalah
berbeda dengan ibadah di mana dalam ibadah semua perbuatan
dilarang kecuali yang diperintahkan sedangkan dalam muamalah
semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang, oleh karena itu semua
bentuk transaksi dan akad muamalah boleh dilakukan oleh manusia
asal tidak bertentangan dengan ketentuan syara’.
22
2. Mumalah harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua
belah pihak artinya dasar dari bermuamalah adalah kerelaan dari kedua
belah pihak bagaimana pun bentuk akad dan transaksi muamalah
selama kedua belah pihak rela dan sepakat serta tidak melanggar
ketentuaan syara’ itu diperbolehkan.
3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum maksudnya dalam
bermuamalahsetiap daerah atau kelompok mempunyai kebiasaan yang
dilakukan secara turun temurun dan bertahun-tahun yang selanjutnya
menjadi adat kebiasaan dalam bermuamalah jika adat dan kebiasaan itu
tidak bertentangan dengan syara’ dan diakui oleh masyarakat maka hal
itu sah dijadikan sebagai dasar hukum.
4. Tidak boleh merugikan orang lain dan diri sendiri maksudnya tujuan
bermuamalah adalah mencari keuntungan yang tidak merugikan orang
lain, maka dari itu dalam bermuamalah haruslah sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat.
H. Akhlak muamalah
1. Sidiq
Artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan
perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan ajaran islam.
Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengja atara ucapan
dengan perbuatan. Karena itu allah memerintahkan orang-orang yang
beriman untuk senantiasa memiliki sift sidiq. Dalam dunia kerja dan
usaha, kejujuran ditmpilkan dalam bentuk kesungguhan dan
ketepatan. Baik ketetapan waktu, janji, pelayanan, pelaporan,
mengakui elemahan dan kerugian untuk kemudian diperbaiki secara
terus menerus, serta menjauhkan diri dari perbuatan bohong dan
menipu baik pada diri, teman sejawat, perusahan maupun mitra kerja.
2. Istiqomah
Mempunyai arti konsisten, meskipun menghadapi berbagai godaan
dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan ditampilkan dalam
keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan
sesuatu yang optimal. Istiqomah merupakaan hasil dari suatu proses
23
yang dilakukan secara terus-menerus. Seserorang yangistiqomah dapat
mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkaan solusi dan jalan
keuar dari segalaa persoalan yang ada.
3. Fathanah
Mempunyai arti mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan
menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai maca,
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin di,iliki
manakala seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan, peraturan dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun perusahaan secara umum.
4. Amanah
Mempunyai arti bertanggung jawab dan melaksanakan setiap tugas
dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan optimal dan ihsan dalam segala hal. Sifat amanah harus
dimiliki oleh setiap orang terutama seseorang yang memiliki
pekerjaan yang berhubungan dalam pelayana masyarakat.
5. Tablig
Berarti mengajak, dalam arti hal yang lain berarati secara tidak
langsung sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk
melaksankan ketentuan-ketentuan ajaran islam dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabr,
argumentative, dan persuassif akaan menumbuhkan hubungan
kemanusian yang semakin solid dan kuat.
I. Batasan muamalah
Setelah mengenal secara umum apa saja yang dibahas dalam fiqh
muamalat, ada prinsip dasar yang harus dipahami dalam berinteraksi. Ada
5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan
berinteraksi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi
yang dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan maghrib,
yaitu maisir, gharar, haram, riba, dan bathil.
1. Maisir
24
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir
berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir
sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik perjudian
seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi. Padahal
islam mengajarkan tentang usaha dan kerja keras. Larangan terhadap
maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam alquran (2:219 dan 5:90)
2. Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang
menyatakan bahawa gharar bermaksud syak atau keraguan. Setiap
transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam
kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Boleh
dikatakan bahwa konsep gharar berkisar kepada makna ketidaktentuan
dan ketidakjelasan sesuatu transaksi yang dilaksanakan, secara umum
dapat dipahami sebagai berikut : sesuatu barangan yang itu wujud atau
tidak; — barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan atau
tidak; — transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas atau akad
dan kontraknya tidak jelas, baik dari waktu bayarnya, cara bayarnya,
dan lain-lain. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air
atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk
dalam transaksi yang bersifat gharar. Atau kegiatan para spekulan jual
beli valas.
3. Haram
Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi
nya mnejadi tidak sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain.
4. Riba
Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat al quran. Ayat-
ayat mengenai pelarangan riba diturunkan secara bertahap. Tahapan -
tahapan turunnya ayat dimulai dari peringatan secara halus hingga
peringatan secara keras. Tahapan turunnya ayat mengenai riba
dijelaskan sebagai berikut : pertama, menolak anggapan bahwa riba
tidak menambah harta justru mengurangi harta. Sesungguhnya
25
zakatlah yang menambah harta. Seperti yang dijelaskan dalam qs. Ar
rum : 39 . “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridaan allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. Kedua, riba
digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada
orang yahudi yang memakan riba. Allah berfiman dalam qs. An nisa :
160-161. “maka disebabkan kelaliman orang-orang yahudi, kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih.” Ketiga, riba diharamkan dengan
dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Allah
menunjukkan karakter dari riba dan keuntungan menjauhi riba seperti
yang tertuang dalam qs. Ali imran : 130. “hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” Keempat, merupakan tahapan yang menunjukkan
betapa kerasnya allah mengharamkan riba. Qs. Al baqarah : 278-279
berikut ini menjelaskan konsep final tentang riba dan konsekuensi bagi
siapa yang memakan riba. “hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa allah
dan rasul-nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
26
5. Bathil dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah
tidak ada kedzhaliman yang dirasa pihak-pihak yang terlibat.
Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai takarannya. Maka,
dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-
pihak yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang selalu
baik. Kecurangan, ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurangi
timbangan tidak dibenarkan. Atau hal-hal kecil seperti menggunakan
barang tanpa izin, meminjam dan tidak bertanggungjawab atas
kerusakan harus sangat diperhatikan dalam bermuamalat.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etiomologi: muamalah dari kata () العملyang merupakan istilah yang
digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki
mukallaf.secara terminologi: muamalah adalah istilah yang digunakan untuk
permasalahan selain ibadah.
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan.
28
DAFTAR PUSTAKA
29