Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH AIK KELOMPOK 3

MUAMALAH

Disusun oleh:

1. Putri Wulandari (2010302011)

2. Ratna Diah Felisha (2010302012)

3. Rizki Amelia (2010302013)

4. Shella Rahmayani (2010302015)

5. Sherly Marshelia (2010302016)

STIKES MUHAMMADIYAH CIREBON


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dengan judul “Muamalah”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Cirebon, 28 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................................4

C. Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Pengertian Muamalah..................................................................................................6

B. Tujuan Muamalah........................................................................................................6

C. Hakekat Muamalah......................................................................................................7

D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia............................................................8

E. Makna Spiritual Tentang Kejayaan Hidup................................................................14

F. Ruang Lingkup Muamalah..........................................................................................19

G. Prinsip-Prinsip Muamalah..........................................................................................22

H. Akhlak Muamalah........................................................................................................23

I. Batasan Muamalah........................................................................................................24

BAB III PENUTUP...........................................................................................................28

A. Kesimpulan....................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muamalah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan


manusia. Islam memberikan aturan-aturan yang global untuk memberikan
kesempatan bagi perkembangan hidup manusia yang seiring dengan
berkembangnya zaman, berbedanya tempat serta situasi. Karena memang pada
dasarnya alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi
kebutuhan manusia, yang mana dalam al-Qur’an telah diatur hal-hal sedemikian
itu. Oleh karena itu, manusia diharapkan bisa menjalankan semua aturan-aturan
yang telah diatur dalam al-Qur’an.

Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur


hubungan manusia dengan lainnya yang terbatas pada aturan-aturan pokok, dan
seluruhnya tidak diatur secara rinci sebagai ibadah. Oleh karena itu, sifatnya
terbuka untuk dikembangkan melalui jihad manusia yang memenuhi syarat untuk
melakukan usaha itu. Manusia tidak akan bisa hidup sendirian dalam
kehidupannya, manusia tetap memerlukan adanya manusia lain yang bersama-
sama hidup dalam masyarakat. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Pergaulan hidup setiap orang melakukan perbuatannya dalam hubungannya
dengan orang lain yang disebut mu’amalah. Dalam pergaulan hidup ini setiap
orang mempunyai kepentingan terhadap orang lain. Timbulah dalam pergaulan
hidup ini hubungan hak dan kewajiban. Misalnya jual beli, sewa menyewa dan
hutang piutang.

Persoalan muamalah merupakan persoalan yang senantiasa aktual


ditengah-tengah masyarakat. Karena ia berkembang sesuai dengan perkembangan
dan peradaban pengetahuan dan kebutuhan manusia itu sendiri. Dengan demikian
persoalan muamalah suatu hal yang pokok dan menjadi tujuan penting agama
Islam dalam memperbaiki kehidupan manusia. Atas dasar itulah hukum
muamalah diturunkan oleh Allah dalam bentuk global dan umum saja dengan

1
mengemukakan prinsip dan norma antara sesama manusia. Manusia kapanpun dan
di manapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT, sekalipun dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas
manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dengan kata lain,
dalam Islam tidak ada pemisahan antara amal dunia dan amal akhirat, sebab
sekecil apapun aktivitas manusia di dunia harus didasarkan pada ketetapan Allah
SWT agar kelak selamat di akhirat.

Ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai pengetahuan tentang


perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber- sumber
produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang atau jasa serta
mendistribusikannya untuk keperluan konsumsi. Dengan demikian objek kajian
ekonomi adalah perilaku atau perbuatan manusia yang berkaitan dengan fungsi
produksi, distribusi dan konsumsi.

Pada sisi lain, perkembangan sistem ekonomi Islam yang dihasilkan dari
kajian perilaku ekonomi masyarakat Muslim telah mendikte instrumen hukum
teknis (fiqh mu’amalah). Sekalipun antara keduanya (antara fiqh mu’amalah dan
ekonomi Islam) saling terkait, namun sesungguhnya keduanya adalah dua hal
yang berbeda.

Salah satu perkembangan transaksi muamalah adalah sewa menyewa atau


upah yang dalam konsep istilah dikenal dengan ijarah. Kata ijarah diderivikasi
dari bentuk fi’il “ajara-ya‟juru-ajran”. Ajran semakna dengan kata al-„iwad yang
mempunyai arti ganti dan upah.Upah atau ganti rugi biasa dilakukan oleh
masyarakat bermacam-macam, misalnya pada pekerjaan buruh tani, buruh
bangunan maupun dengan pekerjaan yang lainnya. Dalam pelaksanaannya, upah
atau pengupahan harus ada suatu akad perjanjian, yakni antara si pemberi upah
dan penerima upah. Pada umumnya orang yang mengadakan akad itu hanya
mengatur dan menetapkan hal-hal yang pokok atau penting saja. Dalam akad
perjanjian kurang adanya spesifikasi yang jelas tentang kontrak yang mereka
lakukan.

Dalam Islam, bekerja merupakan kewajiban mulia atas setiap insan agar
bisa hidup layak dan terhormat. Bahkan bekerja mendapatkan posisi istimewa

2
karena bisa melebur dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan amalan ibadah
lainnya. Buruh dalam Islam pun memiliki posisi terhormat. Rasulullah SAW
pernah menjabat tangan seorang buruh yang bengkak karena kerja keras, lalu
menciumnya seraya berkata: “Inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya”.
Islam mendorong setiap muslim dalam bekerja keras serta bersungguh-sungguh
mencurahkan tenaga dan kemampuannya dalam bekerja. Dorongan utama seorang
muslim dalam bekerja adalah aktivitas kerjanya itu dalam pandangan Islam
merupakan bagian dari ibadah, karena bekerja merupakan pelaksanaan salah satu
kewajiban.

Agama Islam membedakan antara ibadah dan muamalah. Ibadah pokok


asalnya adalah tidak boleh dilakukan kecuali berdasarkan apa yang diperintahkan
oleh Allah swt. Adapun muamalat pokok asalnya adalah boleh melakukan apa
saja yang dianggap baik dan mengandung kemaslahatan bagi umat manusia,
kecuali yang diharamkan oleh Allah swt. Dalam kehidupan bermasyarakat setiap
orang memiliki kepentingan terhadap orang lain, sehingga menimbulkan
hubungan antara hak dan kewajiban. Hubungan hak dan kewajiban itu diatur
dalam kaidah-kaidah hukum yang bertujuan untuk menghindari terjadinya
bentrokan berbagai kepentingan. Kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan
hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat itu disebut dengan muamalah.

Muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua
dari segi istilah. Menurut bahasa artinya saling bertindak, saling berbuat, dan
saling mengamalkan. Menurut istilah pengertian muamalah dapat dibagi menjadi
dua macam, pengertian dari arti luas dan arti sempit. Definisi pengertian
muamalah dalam arti luas adalah aturan hukum Allah untuk mengatur manusia
dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan definisi pengertian muamalah arti
sempit adalah aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta
benda.

Salah satu perwujudan dari muamalat yang disyari’atkan oleh Islam adalah
jual beli. Jual beli itu merupakan salah satu bentuk ibadah dalam mencari rezeki
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tidak terlepas dari hubungan sosial. Jual

3
beli yang sesuai dengan syari’at Islam adalah jual beli yang tidak mengandung
unsur penipuan, kekerasan, kesamaran dan riba.

Dalam praktiknya dikerjakan secara benar agar tidak terjadi saling


merugikan antara kedua belah pihak. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap
hari, setiap muslim pasti melaksanakan suatu transaksi yang biasa disebut dengan
jual beli. Si penjual menjual barangnya, dan si pembeli membeli barang tersebut
dengan menukarkan barang yang dijual oleh penjual dengan sejumlah uang milik
pembeli yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian muamalah?

2. Apa tujuan muamalah?

3. Bagaimana hakekat muamalah?

4. Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan dunia?

5. Bagaimana makna spiritual tentang kejayaan hidup?

6. Apa saja ruang lingkup muamalah?

7. Apa saja prinsip-prinsip muamalah?

8. Apa yang dimaksud akhlak muamalah?

9. Apa saja batasan muamalah?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian muamalah

2. Memahami tujuan muamalah

3. Memahami hakekat muamalah

4. Memahami pandangan islam tentang kehidupan dunia

4
5. Memahami makna spiritual tentang kejayaan hidup

6. Memahami ruang lingkup muamalah

7. Memahami prinsip-prinsip muamalah

8. Memahami akhlak muamalah

9. Memahami batasan muamalah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah

Secara Etiomologi: Muamalah dari kata (‫ ) العمل‬yang merupakan istilah


yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki
mukallaf.Secara Terminologi: Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk
permasalahan selain ibadah. Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa,
dan haji. Sedangkan masalah muamalah (hubungan kita dengan sesama manusia
dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan,
organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip
“boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.

Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang
memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal
muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, pinjam meminjam,
urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.

B. Tujuan Muamalah

Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara


sesama manusia, sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram. Adapun
hubungan ini berupa jalinan pergaulan, saling menolong dalam kebaikan dalam
upaya menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk saling membantu dalam
perbuatan baik dan melarang untuk saling mendukung dalam berbuat kejahatan,
kebathilan, dan kedholiman. Oleh karena itu, setiap manusia dianjurkan untuk
selalu menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya.

6
C. Hakekat Muamalah

Muamalah berasal dari bahasa Arab muamalatan yang kata kerjanya


adalah ‘amilu-ya’malu, yang berarti bergaul, berbisnis, berhubungan dengan
orang lain atau berurusan dengan orang lain. Muamalah menurut A Dictionary Of
Modern Written Arabic (Arabic English) adalah hubungan manusia dengan
sesama manusia atau tingkah laku manusia sesama manusia. Ahmad Azhar
Basyir, mantan ketua pimpinan pusat muhammadiyah, mengatakan bahwa
pergaulan hidup, tempat setiap manusia melakukan perbuatan dalam hubungannya
dengan orang lain disebut muamalah dalam pergaulan tersebut setiap prang
berkepentingan terhadap orang lain yang menimbulkan hubungan hak dan
kewajiban. Untuk menghindari terjadinya konflik antara berbagai kepentingan,
maka hubungan antara hak dan kewajiban itu diatur dengan kaidah-kaidah hukum.
Kaidah-kaidah hukum itu adalah muamalah.

Muamalah dapat diartikan sebagai hukum atau aturan-aturan agama islam


yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia (baik yang
seagama maupun berbeda agama), hubungan antara manusia dan kehidupannya.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa muamalah adalah


sebagai berikut:

1. Hukum sslam yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia dan
sesamanya meliputi aturan tentang hak asasi manusia, relasi gender, pernikahan,
perkawinan, pemilikan, warisan, hibah, wasiat, perdagangan, perkongsiaan, sewa-
menyewa, simpan-pinjam, utang-piutang, hubungan antar bangsa, hubungan
antara sesama umat, hubungan antar golongan, hubungan antara umat berbeda
agama dan sebagainya.

2. Hukum islam yang mengatur hubungan antara manusia dan kehidupan meliputi
aturan tentang makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, mata pencaharian dan
rezeki.

3. Hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam
sekitarnya atau alam semesta, meliputi aturan mengenai suruhan untuk meliputi

7
keadaan alam, memeliharanya, memanfaatkannya, kekayaan alam dan larangan
berlaku boros atau mubazir serta larangan mengeksploitasi dan merusak alam.

Dengan demikian, muamalah mencakup segala sspek kehidupan manusia


itu sendiri seperti masalah politik, ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan,
budaya, hukum dan sebagainya. Didalam memandang muamalah di
muhammadiyah dikenal dalam Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup (MKCH)
Muhammadiyah. MKCH ini menyebut muamalah dengan istilah muamalah
duniawiyah, yakni ajaran yang berhubungan dengan pengelolaan dunia dan
pembinaan masyarakat. Ajaran muamalah ini bertumpu pada tauhid dan untuk
mencerminkan keprcayaan tauhid dalam hidup dan kehidupan manusia, dalam
wujud dan bentuk hidup dan kehidupan yang semata-mata untuk beribadah
kepada Allah Swt. Dalam arti yang luas dan penuh.

D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia

Manusia dewasa ini telah berada di dalam persimpangan jalan yaitu antara
ilmu agama dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Manusia cenderung menilai
realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena
kehidupan dimasa lampau. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada
perintah-perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah
peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan.
Padahal, yang di cari manusia dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan.
Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan suatu
kemuliaan yang tinggi dari allah swt. Alam dan seisinya juga dipersembahkan
kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti
kepada allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal seharusnya mampu
menjadikan manusia sebagai sosok kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa
manusia masih berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang kekal?
Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu manusia, tetapi sebuah
amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan allah yang maha
kuasa. Syeikh muhammad ‘ali as-shobuni dalam kitabnya shofwatu al tafasir
menuliskan bahwa allah swt menciptakan langit dan bumi hanya dalam enam hari.
Hal ini bukan menunjukkan bahwa allah swt tidak mampu menciptakannya hanya

8
dalam sekejap, namun allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba nya satu
sifat yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Dan masih ada
beberapa firman allah yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis
dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan dunia. Sebuah realita
tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang
sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang
abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang
sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal
kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari
pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah
ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan.
Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia
tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan.

Akhirnya, dapatlah digambarkan bahwa persepsi kehidupan dunia


memiliki tujuan yang beragam, yaitu; kesenangan, kemegahan, kesehatan,
kepintaran, kesuksesan, ketenteraman jiwa, ketenangan hidup dan kebahagiaan.
Tidak cukup sampai disitu, manusia akan terus mempertanyakannya setelah
mampu meraih segala apa yang diinginkannya atau sebaliknya, manusia akan
terus mencari-cari jawaban dari sebuah pertanyaan yang membosankan. Mengapa
pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak merasa puas dengan
kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam sebagai agama melalui kajian al qur’an
dan hadits-hadits rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut
dengan menanamkan kepercayaan terhadap allah dan rasulullah. Oleh karena itu
jugalah penulis mencoba menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari
nash-nash al qur’an dan beberapa hadits nabi saw, sekaligus dapat memberikan
keyakinan yang kuat dalam diri. Jikalau manusia menjadikan kehidupan dunia
sebagai bentuk yang mempesonakan terhadap kemewahan harta, kebanggaan
memiliki anak-anak dan lainnya, atau sangat mencintai perabot kehidupan
duniawi, sehingga lalai dan lupa akan sebuah hakikat, maka islam menjawabnya,
bahwa semua bentuk kesenangan dunia tersebut bersifat temporer, sebuah
sandiwara, permainan dan kesenangan sesaat. Maka, untuk apa terlalu mengejar
kesenangan sesaat sementara kesenangan yang kekal dan hakikat adalah akhirat?.

9
Gambaran kehidupan dunia dengan perumpamaan seperti di atas bukanlah
bermaksud untuk meremehkan kehidupan dunia, namun sebagai satu peringatan
agar manusia tidak terlena dan lalai, atau tidak menjadikan hidup mereka sia-sia
dan merugi. Kemudian islam menawarkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai
tempat bersenang-senang yang abadi, dan hal ini tentunya menjadi kabar gembira
bagi mereka yang percaya kepada allah dan kehidupan di akhirat. Ada beberapa
dalil al qur’an dan hadits nabi saw di bawah ini yang bisa dijadikan pedoman bagi
manusia dalam menyikapi kehidupan dunia, dan mungkin sebagai renungan
bersama, diantaranya adalah: “dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan permainan. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan,
kalau mereka mengetahui.” (q.s. al ‘ankabut: 64). “dan kamu mencintai harta
benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (q.s. at thogobun: 20). “ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
‘azab yang keras dan ampunan dari allah serta keridhoan- nya. Dan kehidupan
dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (q.s. al hadid: 20). “hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi”. (al munafiqun: 9). “kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (q.s. ali imran: 185). “dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari permainan dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?”. (al an’pappu: 32). “bermegah-megah telah
melalaikan kamu”. “ sampai kamu masuk ke dalam kubur”. “dan janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui”. “janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin”. (q.s. at takatsur: 1 – 4).

Telah menjadi ketentuan allah jikalau manusia hidup sebagai makhluk


sosial, bertetangga, bergaul dengan sesama walaupun terdapat perbedaan bahasa,
suku dan warna kulit. Lantas agama menjawabnya agar manusia menjaga tali

10
silaturrahmi dan saling mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati
dan menghargai hak-hak sesama. Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai
suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk saling membedakan, namun untuk
saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam melarang untuk berlaku
sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras, dan lainnya.
Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala
sesuatunya akan kembali kepada allah yang maha menciptakan. Kesuksesan
manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu pengetahuannya memang
perlu untuk dibanggakan, namun kebanggan itu bukan untuk menjadikan dirinya
sombong, angkuh dan tidak tunduk kepada allah. Manusia lebih cenderung
menyibukkan dirinya dengan kesuksesan duniawi, namun lalai akan mengerjakan
amal shalih. Manusia mampu seharian duduk di kantornya, namun ketika suara
azan memanggilnya untuk sholat dilalaikan. Apalah artinya segudang ilmu dan
kekayaan, namun sholat saja masih dilalaikan. Apa gunanya semashur nama di
mata masyarakat, namun masih menyimpan perasaan iri, dengki dan
menceriterakan prihal orang lain dibelakang. Allah maha mendengar dari segala
perkataan manusia. Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan
kaya, seharusnya si kaya yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin
dan bukan untuk membeda-bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki,
meluaskan dan menyempitkannya. Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku
bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi pembeda adalah mereka yang paling
bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya, cantik, dan berkedudukan.
Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang diberikan allah, tetapi
allah juga maha mampu merubah kesempatan baik itu sebagai ujian bagi manusia.
“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya allah maha mengetahui
dan maha mengenal”. (q.s. al hujarat: 13). “dan diantara tanda-tanda kekuasaan-
nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang mengetahui”. (q.s. ar rum: 22). “dan apakah mereka tidak

11
memperhatikan bahwa sesungguhnya allah melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki nya dan dia pula yang menyempitkan rezeki itu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan allah bagi kaum
yang beriman”. “maka berikanlah kepada kerabat terdekat akan haknya, demikian
pula kepada orang fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan allah dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung”. (q.s. ar rum: 37 dan 38). Rasulullah saw bersabda:
“bukanlah dikatakan seorang mu’min yang dirinya merasa kenyang sedangkan
tetangga sebelahnya kelaparan”. ( h.r. bukhari dan muslim r.a ). “dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai
setinggi gunung”. (q.s. al isra’: 37). Jelaslah dari dalil-dalil di atas menunjukkan
kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan allah (sunnatullah) yang tidak mungkin
ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan
bumi, tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang allah tinggikan
dan tangguhkan, lautan dan daratan yang terbentang luas.

Kemudian dalam kehidupan dunia dijadikan tempat untuk bercocok


tanam, berternak dan lainnya. Dunia merupakan tempat manusia berkembang biak
dan meneruskan sejarah. Semua penciptaan ini merupakan sunnatulah yang harus
disyukuri oleh manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan allah swt. Inilah
dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan allah swt yang maha kuasa bagi orang-
orang yang mau merenungi.

Manusia tidak melihat kekuasaan allah yang maha mampu dalam


mengatur peredaran benda-benda langit. Manusia ingkar dan meremehkan
kekuasaan allah. Padahal manusia sangat lemah dihadapan allah. Manusia lupa
dan amat jarang merenungi beberapa kekuasaan allah. Padahal, kepada allah dan
rasulullah sebaik-baik pengaduan dari segala urusan. Dunia memang salah satu
dari tanda-tanda kebesaran allah swt yang nyata, agar manusia benar-benar
beriman dan tunduk kepada nya. “dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu
melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan ) bumi supaya
bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya
segala jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami

12
tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”. (q.s.
luqman:10). “dan di antara tanda-tanda kekuasaan nya ialan bahwa dia
mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan
kepadamu sebagian dari rahmat nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan
perintah nya dan supaya kamu dapat mencari karunia nya; mudah-mudahan kamu
mensyukuri.” (q.s. ar rum: 46).

“Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka


benar-benar telah berputus asa.” (q.s. ar rum: 48). “allah, dia lah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikanmu sesudah
lemah itu kuat, kemudian dia menjadikanmu sesudah kuat itu lemah kembali dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki nya dan dialah yang maha
mengetahui lagi maha kuasa.” (q.s. ar rum: 54). “dan allah, dialah yang
mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu
ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan
itu. Demikianlah kebangkitan itu.” (q.s. fathir: 9). “dan tiada sama antara dua laut
yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari
masing-masing laut itu kamu memakan daging yang segar dan kamu dapat
mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-
masingnya kamulihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat
mencari karuniya nyadan supaya kamu bersyukur”. (q.s. fathir: 12).

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta itu bagaimana


diciptakan?”. “dan langit, bagaimana ditinggikan?”. “dan gunung-gunung
bagaimana ditegakkan?”. “dan bumi bagaimana dihamparkan?”. (q.s. al
ghasyiyah: 17 – 20). Bagi orang-orang yang beriman, allah menjadikan kehidupan
dunia sebagai jembatan untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Allah membimbing
mereka meraih dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta
mengajarkan mereka untuk mencari nafkah di dunia tanpa melalaikan waktunya
untuk mengingat allah. Dan juga memberikan kabar gembira sekaligus menuntun
mereka dengan ajaran islam bahwa kehidupan dunia sebagai kehidupan untuk
bertaubat dan mencari bekal di akhirat. Karena itu allah menganjurkan manusia
supaya teliliti dengan kehidupan dunia ini agar hidup tidak sia-sia. Membimbing
manusia sebagai makhluk yang pandai bersyukur. Semua ini tidak lain hanyalah

13
ujian bagi orang-orang yang beriman kepada nya dan mengikuti ajaran islam.
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya
allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (q.s. al qashash: 77).

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan nya ialah tidurmu di waktu malam


dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mendengarkan”. (q.s. ar rum: 23) “sesungguhnya allah lebih suka menerima
taubat hamba nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali
ontanya yang hilang di tengah hutan”. (h.r. bukhari dan muslim) “tidak ada
sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin allah; dan
barangsiapa yang beriman kepada allah, niscaya allah akan memberi petunjuk
kepada hatinya. Dan allah maha mengetahui segala sesuatu”. (q.s. at thagobun:
11) “adapun manusia apabila tuhannya mengujinya lalu dimuliakan nya dan
diberikan nya kesenangan, maka dia berkata: “tuhanku telah memuliakanku”.
“adapun bila tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata
“tuhanku menghinakanku”. (q.s. at thogobun: 15 dan 16).

E. Makna Spiritual Tentang Kejayaan Hidup

Masyarakat modern dewasa ini menghadapi problem yang sangat serius


yaitu alienasi. Alienasi dalam pandangan eric fromm (1995) sejenis penyakit
kejiwaan dimana seseorang tidak lagi merasa memiliki dirinya sendiri, sebagai
pusat dunianya sendiri melainkan terenggut kedalam mekanisme yang sudah tidak
lagi mampu dikendalikan. Masyarakat modern merasakan kebingungan,
keterasingan dan kesepian karena apa yang dilakukan bukan atas kehendaknya
sendiri melainkan adanya kekuatan luar yang tidak diketahuinya menurut perasaan
dan akalnya. Itulah yang juga dikritik oleh karl marx, dia menilai akumulasi
modal dan alat produksi pada sekelompok elite membuat dunia mengalami
kesenjangan sosial yang hanya memunculkan kemiskinan massal di mana rakyat

14
yang miskin semakin miskin dan yang kaya menjadi kaya. Orang miskin menjadi
sangat bergantung pada pemilik modal yang menguasai pusat-pusat produksi dan
ekonomi sehingga kebebasan individu untuk memilih pekerjaan sebagai
aktualisasi diri tidak mendapatkan tempat yang kondusif. Penindasan terjadi
secara terus menerus mereka bekerja hanya untuk menjaga keberlangsungan
hidupnya semata sementara disisi lain pemilik modal memeras dengan seenaknya.

Kritik karl marx hampir sulit diingkari kebenarannya tentang problem


alienasi pada masyarakat modern, hal ini juga diperkuat oleh pandangan
chistropher lasch yang menyebutkan bahwa krisis kejiwaan yang menimpa
masyarakat kapitalis terutama barat telah menyebabkan mereka kehilangan sense
of meaning dalam hidupnya. Relevansi dari kuatnya arus globalisasi sebagai bukti
dari perkembangan zaman menurut pendapat sebagian pakar merupakan proses
menghilangnya sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu yang berdampak kepada
semakin transparannya proses transformasi nilai-nilai dan terjadinya asimilasi
budaya yang semakin cepat dan nyaris tanpa batas (the world without border)
(tilaar, 2000). Kondisi demikian pada akhirnya menjadikan individu dituntut
untuk semakin kompetitif dan mampu bersaing dengan individu yang lainnya.
Pada saat itu, individu yang lambat akan tertinggal dan kehilangan kesempatan
untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dengan segala kenikmatannya. Sebaliknya,
kesuksesan hanya akan dimiliki oleh individu yang mampu bersaing dan memiliki
kedewasaan dalam berpikir dan mengaktualisasikan diri dalam kehidupan sosial
masyarakatnya.

Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat pada hakikatnya adalah sistem


terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Keterbukaan sistem sebagai
dampak globalisasi mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran, dan
perubahan nilai dalam masyarakat, yang pada akhirnya akan mewarnai cara
berpikir dan perilaku manusia. Nilai menjadi hal yang penting pada tiap fase
perkembangan individu karena nilai menjadi dasar dalam menentukan
pengambilan keputusan. Rusaknya nilai dalam mesyarakat tentunya berdampak
negatif pula terhadap perkembangan masyarakat itu sendiri. Sebagai imbasnya
setiap aspek kehidupan, baik yang secara langsung atau tak langsung memberikan
pengaruh terhadap masyarakat ikut terganggu dan bahkan menjadi "hancur"

15
(tirtarahardja,1994). Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya
mengalami percepatan. Percepatan perubahan ini berdampak kepada hal-hal
sebagai berikut: (1) kecenderungan globalisasi yang makin kuat; (2)
perkembangan iptek yang makin pesat; (3) perkembangan arus informasi yang
makin padat dan cepat, dan (4) tuntutan peningkatan layanan profesional dalam
berbagai aspek kehidupan manusia. (tirtarahardja, 1994). Alfin tofler (ancok,
2002) menggambarkan kemasakinian dalam konteks peradaban dunia dengan
istilah gelombang keempat (fourt wave); yaitu respiritulisasi berupa bentuk
akomodatif terhadap potensi dan antisipatif terhadap tantangan dan perubahan
yang semakin cepat, dengan jalan membentuk kerjasama antar tiap individu dalam
adegan mikro, messo dan juga makro; sehingga terjadi suatu harmoni dalam
kehidupan dan keseimbangan (equilibirium) dalam tatanan kehidupan, baik
dengan individu itu sendiri, alam, maupun dengan lingkungan sekitar. Sayyed
hossein nasr berpandangan bahwa manusia modern dengan kemajuan teknologi
dan pengetahuannya telah tercebur kedalam lembah pemujaan terhadap
pemenuhan materi semata namun tidak mampu menjawab problem kehidupan
yang sedang hadapinya. Kehidupan yang dilandasi kebaikan tidaklah bisa hanya
bertumpu pada materi melainkan pada dimensi spiritual.

Terkait dengan aspek spiritualitas atau pada istilah lain adalah


releigiusitas/ transedensi, dalam kajian keilmuan bimbingan dan konseling
terdapat beberapa pandangan yang disampaikan para ahli psikologi, khususnya
yang beraliran fenomenologis-eksistensial. Pertama, yang dipelopori oleh viktor e.
Frankl dengan faham logo terapinya; dan kedua, abraham e. Maslow dengan te'ori
kebutuhannya (need theory) mencetuskan tentang konsep yang terkait dengan
upaya membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal, walaupun
dengan pemaknaan dan perspektif yang berbeda untuk masing-masing faham.
Frankl memaknai transen-densi sebagai akumulasi pengalaman individu yang
bertendensi negatif dan positif, sehingga melahirkan kebermaknaan hidup;
sedangkan maslow memaknai trensendensi sebagai pencapaian aktualisasi diri
(self actualization) oleh individu. Walaupun perspektif mereka berbeda, akan
tetapi yang perlu dicatat di sini adalah keberanian dan pencapaian "kontemplasi"
mereka dalam mengetengahkan tentang sisi keterbatasan individu dalam

16
memahami peristiwa ataupun pengalaman yang dialami individu yang berada di
luar jangkauan pemahaman inderawi dan nalar logik manusiawi. Dari pemahaman
itu, pada akhirnya mendorong individu untuk meyakini hakikat ketuhanan,
menyadarkan akan kelemahan yang dimilikinya, dan sekaligus menjadi motivasi
untuk mengembangkan potensi diri secara proporsional. Faham-faham yang
dilontarkan para tokoh aliran fenomeno-logis-eksistensial tersebut secara langsung
membantah pandangan psikoanalitik yang cenderung memandang individu dari
sudut negatif dengan sifat-sifatnya yang pesimisitik, deterministik, dan juga penuh
kecemasan; begitupun behavioristik yang memandang individu mekanistik yang
dapat diubah dengan formula s-r (stimulus dan respon). Faham ini seolah
menyadarkan individu tentang hakikat hidup dan potensi diri yang sesungguhnya
masih banyak yang belum terungkap, sehingga mengantarkan individu untuk
meyakini terhadap suatu kekuatan yang berada di luar jangkauan dan kekuatan
diri mereka.

Nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan individu menjadi urgen karena


pada diri individu terdapat potensi dan kecenderungan yang berorientasi pada
obyek pemikiran dan kontemplasi pada realitas di luar wilayah materi yang
bersifat fisik (hidayat, 2002). Kecenderungan ini membawa pada suatu kesadaran
diri (self awareness) tentang kelebihan dan kelemahan diri, dan keterbatasan
aspek-aspek inderawi dalam memahami sesuatu yang berada di luar jangkauan
fisik dan rasio kamanusiaan. Dimensi spiritualitas dalam aktivitas konseling
menjadi cukup signifikan, karena konseling merupakan aktivitas yang fokus pada
upaya membantu (building relationship) individu/klien dengan segala potensi dan
keunikannya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Sementara itu dimensi
spiritualitas berfungsi sebagai radar yang mengarahkan pada suatu titik tentang
realitas, bahwa terdapat aspek-aspek kompleks pada diri individu yang tak
terjangkau untuk ditelusuri dan dijamah, serta menyadarkan bahwa aspek hidayah
hanya datang dari sang penggenggam kehidupan itu sendiri.dimensi pada akhirnya
menjadi penting pada aktivitas konseling, yang berupa motivasi untuk semakin
konsisten dengan profesi yang ditekuni dan menimbulkan kobaran api semangat
untuk membantu individu/klien dengan penuh keikhlasan, serta menciptakan
nilai-nilai luhur keyakinan pada aktivitas bantuan yang dilakukan dalam bentuk

17
empati, perhatian, dan kasih sayang. Hal utama kaitan dimensi spiritualitas dalam
konseling adalah upaya memandang sebagai bagian dari proses kepentingan
pembinaan tersebut. Oleh karena itu, dimensi spiritual dalam bimbingan konseling
selalu mengutamakan hakekat manusia. Sebagai keilmuan yang mengkaji tentang
hubungan kemanusiaan, maka bimbingan dan konseling memiliki pandangan
tentang dimensi kemanusiaan. Djawad dahlan (2002) memaparkan dimensi
kemanusiaan dalam perspektif bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1. Pandangan yang menganggap manusia sebagai makhluk yang pada


dasamya bersifat deterministik, pesimistik, mekanistik dan
reduksionalistik. Menurut pandangan ini, individu dipan-dang tidak
mampu meraih kebebasan susila, karena segala gerak dan ucapnya
dipandang datang dan ditentukan oleh dorongan-dorongan instinktif yang
tidak terbendung, tidak dapat dikendalikan dan bahkan tidak mungkin
untuk dikenal. Segala perilaku manusia, bahkan yang bersifat etis religius
pun dipandangnya tidak lain sebagai sublimasi dari dorongan-dorongan
tidak disadari.
2. Terdapat juga konsep bimbingan dan konseling yang berwama
behavioristik. Pandangan ini pun menyandang ciri deterministik, sehingga
perilaku individu menurut paham ini, sepenuhnya dapat ditentukan dan
ditempa dari luar, melalui pembentukan hubungan stimulus-respon, latihan
atau training. Latihan, pembiasaan, reinforcement, extinction, desentisitasi,
merupakan tindakan-tindakan lunci untuk merubah perilaku klien.
Sederhananya individu adalah makhluk mekanistik yang dapat
dikendalikan dari luar oleh lingkungan.
3. Pandangan yang agak sejalan dengan pemberian latihan untuk berbuat,
mengimplikasikan bahwa pemberian bantuan kepada klien hendaknya
berupa peningkatan keterampilan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya sekarang ini, dalam kehidupan ini, di tempat ini dan dengan
kondisi seperti ini. Keterlibatan kepada tempat, waktu, situasi dan kondisi,
membuat klien sulit untuk mempunyai pandangan kedepan. Bagi mereka,
keadaan seperti ini tidak dipandang sebagai persoaian yang serius, karena
memang segala sesuatu tiada yang tetap, melainkan selalu berubah.

18
F. Ruang Lingkup Muamalah

Menurut abdul wahab khallaf dan mkch muhammadiyah diatas,


memberikan gambaran ruang lingkup yang dibahas dalam muamalah secara garis
besar mencangkup lima masalah, yaitu:
1. Masalah kekeluargaan seperti: pernikahan atau perkawinan (segala
sesuatu yang berkaitan dengan nikah, dan termasuk takak, ruju’, iddah,
dan lain-lain), pengasuhan anak, perwalian, kewarisan dan Wasiat.
2. Masalah harta benda dan perekonomian seperti: hak milik,
perdaganagan, mudharabah, keuangan, perbankan, pengkongsian,
sewa-menyewa, pinjam-meminjam, utang piutang, perburuan,
perwakafan, hibah, perwakilan, gadai, perikatan atau perjanjian, dan
pailit.
3. Masalah manusia dengan kehidupannya seperti: makan, minum,
pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pekerjaan dan mata pencaharian,
pemanfaatan Kekayaan alam, pemeliharaan dan pelestarian alam.
4. Masalah politik seperti: ketatanegaraan dan pemerintahan, hubungan
antara bangsa dan negara, hubungan antar golongan, hubungan antar
umat seagama dan hubungan antar umat yang berbeda agama.
5. Masalah pendidikan dan kebudayaan seperti: pendidikan, pengajaran,
ilmu pengetahuan, Teknolgi, meneliti alam, eksplorasi, olah raga dan
kesenian.
Pedoman hidup islami warga muhammadiyah,menegaskan bahwa
muhammadiyah mengatur warganya dalam muamalah duniawiyah sebagai
Berikut:
1. Setiap warga muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai
abdi (qs al-baqarah: 21) dan khalifah di muka bumi (qs al-baqarah:
30) sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif
dan positif (as-shad: 27) serta tidak menjauhkan diri dari pergaulan
kehidupan. (al-qashshash: 77) dengan landasan iman, islam dam
ihssan dalam arti berakhlaq karimah (hadist riwayat bukhari, muslim,
an-nasa’i, ahmad ibn hambal).

19
2. Setiap warga muhammadiyah senantiasa berfikir secara burhani,
bayani, bayani dan irfani yang mencerminkan cara berfikir yang
islamu yang dapat menumbuhkan karya-karya pemikiran maupun
amaliyah yang mencerminkan keterpaduan antara orientasi hablum
min al-liah dan hablun minal-nas bagi kehidupan umat manusia (qs ali
imran: 5-8).
Sedangkan menurut dalam ruang lingkupnya fiqh muamalah dibagi menjadi 2
yaitu al-muamalah al-adabiyah dan al-muamalah al-madiniyah.
1. Al-muamalah al-adabiyah
Yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda
yang bersumber dari panca indera manusia, yang unsur penegaknya
adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Ruang lingkup fiqh
muamalah yang bersifat adabiyah mencangkup beberapa hal berikut
ini:
a. Ijab qabul
b. Saling meridhai
c. Tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak
d. Hak dan kewajiban
e. Kejujuran pedagang
f. Penipuan
g. Pemalsuan
h. Penimbunan
i. Segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat.
2. Al-muamalah al-madiyah
Yaitu muamalah yang mengkaji objeknya sehingga sebagian para
Ulama berpendapat bahwa muamalahal-madiyah adalah muamalah
yang bersifat kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda
yang halal, haram, dan syubhat untuk diperjual belikan. Benda-benda
yang memadharatkan, benda-benda yang mendatangkan kemaslahatan
bagi manusia, dan beberapa segi lainnya. Beberapa hal yang termasuk

20
ke dalam ruang lingkup muamalah yang bersifat madiyah adalah
sebagai berikut:
a. Jual beli (al-bai’ al-tijarah) merupakan tindakan atau transaksi
yang telah disyari’atkan dalam arti telah ada hukumnya yang
jelas dalam islam.
b. Gadai (al-rahn) yaitu menjadikan suatu benda yang
mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ untuk
kepercayaan suatu utang, sehingga memungkinkan mengambil
seluruh atau sebagaian utang dari benda itu.
c. Jaminan dan tanggungan (kafalan dan dhaman) diartikan
menanggung atau penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad
yang Mengandung perjanjian dari seseorang di mana padanya
ada hak yang wajib dipenuhi terhadap orang lain, dan
berserikat bersama orang lain itu dalam hal tanggung jawab
terhadap hak tersebut dalam Menghadapi penagih (utang).
Sedangkan dhaman berarti Menanggung hutang orang yang
berhutang.
d. Pemindahan hutang (hiwalah) berarti pengalihan, pemindahan.
Pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang
(pihak Pertama) kepada pihak kedua untuk menuntut
pembayaran hutang dari atau membayar hutang kepada pihak
ketiga. Karena pihak ketiga berhutang kepada pihak pertama.
Baik pemindahan (pengalihan) itu dimaksudkan sebagai ganti
pembayaran maupun tidak.
e. Jatuh bangkrut (taflis)adalah seseorang yang mempunyai
hutang, seluruh kekayaannya habis.
f. Perseroan atau perkongsian (al-syirkah) dibangun atas prinsip
perwakilan dan kepercayaan, karena masing-masing pihak
yang telah menanamkan modalnya dalam bentuk saham
kepada perseroan, berarti telah memberikan kepercayaan
kepada perseroan untuk mengelola saham tersebut.

21
g. Masalah-masalah seperti bunga bank, asuransi, kredit, dan
masalah-masalah baru lainnya.

G. Prinsip-Prinsip Muamalah
Beberapa prinsip muamalah adalah sebagai berikut:
1. Setiap tindakan muamalah harus dilaksanakan atas dasar prinsip
tauhidullah, yaitu nilai-nilai ketuhanan. Prinsip ini memiliki arti
keseimbangan lahir dan batin serta dunia dan akhirat. Seluruh
persoalam muamalah duniawiyah yang dilakukan harus
mempertimbangkan persoalan ukhrowiyah.
2. Setiap tindakan muamalah harus berdasar pada pertimbangan akhlakul
karimah. Hal ini berarti bahwa melakukan muamalah harus
mengedepankan nilai-nilai moral lurur seperti kejujuran, keterbukaan,
tanggungjawab, profesional, saling suka, kasih sayang,
kesetiakawanan.
3. Setiap tindakan muamalah harus bertujuan untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi manusia. Dalam bermuamalah harus
memperhatikan pemeliharaan kemaslahatan untuk agama, jiwa, aakl,
keturunan, dan harta. Hal ini dapat dicapai dengan menghindari setiap
bahaya atau segala sesuatu yang merugikan manusia.
4. Setiap yang dijadikan objek muamalah harus halal dan thayib (baik,
bermanfaat dan tidak membahayakan atau merugikan).
5. Hukum muamalah pada dasarnya adalah boleh.
Adapun prinsip-prinsip muamalah yang lainnya yaitu menurut ahmad wardi
muslich, fiqh muamalat, (jakarta: amzah, 2010) :
1. Muamalah adalah urusan duniawi maksudnya adalah urusan muamalah
berbeda dengan ibadah di mana dalam ibadah semua perbuatan
dilarang kecuali yang diperintahkan sedangkan dalam muamalah
semua boleh dilakukan kecuali yang dilarang, oleh karena itu semua
bentuk transaksi dan akad muamalah boleh dilakukan oleh manusia
asal tidak bertentangan dengan ketentuan syara’.

22
2. Mumalah harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua
belah pihak artinya dasar dari bermuamalah adalah kerelaan dari kedua
belah pihak bagaimana pun bentuk akad dan transaksi muamalah
selama kedua belah pihak rela dan sepakat serta tidak melanggar
ketentuaan syara’ itu diperbolehkan.
3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum maksudnya dalam
bermuamalahsetiap daerah atau kelompok mempunyai kebiasaan yang
dilakukan secara turun temurun dan bertahun-tahun yang selanjutnya
menjadi adat kebiasaan dalam bermuamalah jika adat dan kebiasaan itu
tidak bertentangan dengan syara’ dan diakui oleh masyarakat maka hal
itu sah dijadikan sebagai dasar hukum.
4. Tidak boleh merugikan orang lain dan diri sendiri maksudnya tujuan
bermuamalah adalah mencari keuntungan yang tidak merugikan orang
lain, maka dari itu dalam bermuamalah haruslah sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat.
H. Akhlak muamalah
1. Sidiq
Artinya mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan
perbuatan atas dasar nilai-nilai yang benar berdasarkan ajaran islam.
Tidak ada kontradiksi dan pertentangan yang disengja atara ucapan
dengan perbuatan. Karena itu allah memerintahkan orang-orang yang
beriman untuk senantiasa memiliki sift sidiq. Dalam dunia kerja dan
usaha, kejujuran ditmpilkan dalam bentuk kesungguhan dan
ketepatan. Baik ketetapan waktu, janji, pelayanan, pelaporan,
mengakui elemahan dan kerugian untuk kemudian diperbaiki secara
terus menerus, serta menjauhkan diri dari perbuatan bohong dan
menipu baik pada diri, teman sejawat, perusahan maupun mitra kerja.
2. Istiqomah
Mempunyai arti konsisten, meskipun menghadapi berbagai godaan
dan tantangan. Istiqomah dalam kebaikan ditampilkan dalam
keteguhan dan kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan
sesuatu yang optimal. Istiqomah merupakaan hasil dari suatu proses

23
yang dilakukan secara terus-menerus. Seserorang yangistiqomah dapat
mendapatkan ketenangan sekaligus mendapatkaan solusi dan jalan
keuar dari segalaa persoalan yang ada.
3. Fathanah
Mempunyai arti mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajiban. Sifat ini akan
menumbuhkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai maca,
inovasi yang bermanfaat. Kreatif dan inovatif hanya mungkin di,iliki
manakala seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu
pengetahuan, peraturan dan informasi, baik yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun perusahaan secara umum.
4. Amanah
Mempunyai arti bertanggung jawab dan melaksanakan setiap tugas
dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan optimal dan ihsan dalam segala hal. Sifat amanah harus
dimiliki oleh setiap orang terutama seseorang yang memiliki
pekerjaan yang berhubungan dalam pelayana masyarakat.
5. Tablig
Berarti mengajak, dalam arti hal yang lain berarati secara tidak
langsung sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk
melaksankan ketentuan-ketentuan ajaran islam dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tabligh yang disampaikan dengan hikmah, sabr,
argumentative, dan persuassif akaan menumbuhkan hubungan
kemanusian yang semakin solid dan kuat.
I. Batasan muamalah
Setelah mengenal secara umum apa saja yang dibahas dalam fiqh
muamalat, ada prinsip dasar yang harus dipahami dalam berinteraksi. Ada
5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan
berinteraksi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi
yang dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan maghrib,
yaitu maisir, gharar, haram, riba, dan bathil.
1. Maisir

24
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir
berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir
sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik perjudian
seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi. Padahal
islam mengajarkan tentang usaha dan kerja keras. Larangan terhadap
maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam alquran (2:219 dan 5:90)
2. Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang
menyatakan bahawa gharar bermaksud syak atau keraguan. Setiap
transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam
kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Boleh
dikatakan bahwa konsep gharar berkisar kepada makna ketidaktentuan
dan ketidakjelasan sesuatu transaksi yang dilaksanakan, secara umum
dapat dipahami sebagai berikut : sesuatu barangan yang itu wujud atau
tidak; — barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan atau
tidak; — transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas atau akad
dan kontraknya tidak jelas, baik dari waktu bayarnya, cara bayarnya,
dan lain-lain. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air
atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk
dalam transaksi yang bersifat gharar. Atau kegiatan para spekulan jual
beli valas.
3. Haram
Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi
nya mnejadi tidak sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain.
4. Riba
Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat al quran. Ayat-
ayat mengenai pelarangan riba diturunkan secara bertahap. Tahapan -
tahapan turunnya ayat dimulai dari peringatan secara halus hingga
peringatan secara keras. Tahapan turunnya ayat mengenai riba
dijelaskan sebagai berikut : pertama, menolak anggapan bahwa riba
tidak menambah harta justru mengurangi harta. Sesungguhnya

25
zakatlah yang menambah harta. Seperti yang dijelaskan dalam qs. Ar
rum : 39 . “dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridaan allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. Kedua, riba
digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada
orang yahudi yang memakan riba. Allah berfiman dalam qs. An nisa :
160-161. “maka disebabkan kelaliman orang-orang yahudi, kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di
antara mereka itu siksa yang pedih.” Ketiga, riba diharamkan dengan
dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Allah
menunjukkan karakter dari riba dan keuntungan menjauhi riba seperti
yang tertuang dalam qs. Ali imran : 130. “hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” Keempat, merupakan tahapan yang menunjukkan
betapa kerasnya allah mengharamkan riba. Qs. Al baqarah : 278-279
berikut ini menjelaskan konsep final tentang riba dan konsekuensi bagi
siapa yang memakan riba. “hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa allah
dan rasul-nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

26
5. Bathil dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah
tidak ada kedzhaliman yang dirasa pihak-pihak yang terlibat.
Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai takarannya. Maka,
dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-
pihak yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang selalu
baik. Kecurangan, ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurangi
timbangan tidak dibenarkan. Atau hal-hal kecil seperti menggunakan
barang tanpa izin, meminjam dan tidak bertanggungjawab atas
kerusakan harus sangat diperhatikan dalam bermuamalat.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etiomologi: muamalah dari kata (‫) العمل‬yang merupakan istilah yang
digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan yang dikehendaki
mukallaf.secara terminologi: muamalah adalah istilah yang digunakan untuk
permasalahan selain ibadah.

Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi
manfaat dengan cara yang ditentukan.

tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara sesama


manusia, sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram.

28
DAFTAR PUSTAKA

Fadhi, mustaqim m. September 2020. Aik 2 ibadah, akhlak dan muamalah.


Surabaya: ppaik (pusat pengkajian al-islam kemuhammadiyahan).
Maksum, muhamma. Ali, hasan. 2020. Modul 1 dasar-dasar fikih
muamalah.
Saefudin, ahmad. Ika, mareta. 2018. Muamalah. Magelang: universitas
muhammadiah magelang
Santoso, budi. 2018. Modul aik 2 (ibadah, akhlak, dan muamalah).
Sorong: cetakan pertama.
Badruzaman, dudi. 2018. Prinsip-prinsip muamalah dan inplementasinya
dalam hukum perbankan indonesia. Jurnal ekonomi syariah dan bisnis, vol. 1. No.
2. Hal 109-116.

29

Anda mungkin juga menyukai