Anda di halaman 1dari 11

Soal

Berikan contoh kasus implementasi analisa ekonomi teknik pada bidang ilmu
Teknik Sipil (silahkan pilih dari Kelompok Ilmu: Struktur, Geoteknik, Transportasi,
Manajemen Sumber Daya Air, Manajemen Konstruksi, dan Rekayasa
Lingkungan). Tulis sumber referensinya.

Jawab:

Salah satu contoh kasus implementasi Analisa ekonomi Teknik pada bidang
ilmu teknik sipil dibidang Rekayasa Lingkungan adalah Pretreatment Air dengan
membran Reverse Osmosis (RO).

Akses masyarakat umum untuk memperoleh air bersih dan air minum yang
layak masih dalam kondisi yang cukup menghawatirkan. Hal ini disebabkan oleh
tercemarnya sumber air yang umum digunakan oleh masyarakat seperti sumur
dalam maupun sumur yang dangkal dengan limbah produksi baik dari industri
maupun rumah tangga. Pencemaran air merupakan suatu keadaan masuknya atau
dimasukannya makhluk hidup, energi, zat dan atau komponen lainnya kedlaam air
karena kegiatan manusia yang menyebabkan kualitas air semakin turun sampai
pada tingkat tertentu, sehingga air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Kualitas air yang tercemar ditandai dengan perubahan pada rasa, bau dan warna.
Berkembangnya sebuah kota, menjadi salah satu penyebab terjadinya pencemaran
air, hal ini dikarenakan semakin banyak limbah yang akan dihasilkan dan jika tidak
ada pusat pengolahan, maka air limbah akan menjadi ancaman bagi masyarakat.

Agar air sumur dapat dipergunakan sebagai sumber air bersih maka
diperlukan teknologi yang sesuai untuk pengolahan air agar mampu memurnikan
air limbah dari zat-zat sisa produksi sebuah pabrik maupun kegiatan rumah tangga.
Salah satu teknologi pengolahan air yang telah banyak dibicarakan adalah teknologi
membrane. Pemisahan dengan menggunakan membran mempunyai banyak
keuanggulan diantaranya pemisahan dengan menggunakan membrane tidak
memerlukan zat kimia tambahan dan menggunakan energi yang sedikit. Menurut
Hartono (1997), membran dapat dijadikan sebagai filter yang sangat spesifik
dimana saat digunakan hanya molekul-molekul dengan ukuran tertentu yang bias

1
lewat sedangkan yang lainnya akan tertahan di permukaan membrane tersebut.
Selain itu penggunaan membran menjadikan semakin efisien, selektif, efektif, biaya
kapital, operasi dan pemeliharaan sistem yang lebih murah dan kompetitif jika
dibandingkan dengan cara-cara tradisional. Salah satu membarn yang dapat
digunakan adalah membran Reverse Osmosis (RO).

Teknologi membran RO telah mengalami perkembangan yang sangat pesat


sebagai alternatif penyediaan air bersih dan air minum yang mumpuni. Keunggulan
dari teknologi membran RO ini adalah rendahnya konsumsi energi dan investasi
lahan, biaya produksi yang rendah, serta tingginya laju produksi sehingga
menjadikan teknologi semakin banyak digunakan (Ariyanti dan Widiasa, 2011).

Pengembangan dan penerapan teknologi membran RO juga terus dilakukan


selama satu decade terakhir oleh Pusat Teknologi Lingkungan (PLT), yang
merupakan unit kerja teknis di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat terkait air bersih dan air minum
(Herlambang, 2011). Membran RO juga memiliki prasyarat maksimal khusunya
untuk beberapa parameter seperti Total Suspended Solid (TSS), Hardness dan
Turbidity . Parameter-paremeter tersebut harus sesuia dengan persyaratan yang
telah ditetapkan agar tidak menghambat kinerja membran RO.

Penelitian terkait pretreatment dengan menggunakan membrane Reverse


Osmosis dengan bantuan koagulasi-flokulasi sebelumnya telah pernah dilakukan
oleh (Ginting et al, 2016), yang digunakan untuk mengolah air payau sehingga
menghasilkan air dengan kualitas yang telah memenuhi buku mutu air minum yang
berdasarkan permenkes.

Dalam kasus ini membahasa terkait penyediaan air bersih dan air minum
dengan menggunakan teknologi membran RO dimana bahan baku dari air sumur
dalam di wilayah TPA Terpadu di Indonesia yang dilakukan oleh Muhammad
Haqqiyuddin Robbani (2020). Dalam pelaksanaan Pretreatment terlebih dahulu
dilakukan karakterisasi terhadap air sumur dengan melalui pertimbangan
karakteristik air sumur dalam dan target prasyarat kualitas air umpan membran RO.
Desain ini meggunakan membran ultrafitrasi dan softener, serta peralatan mikro
seperti stainer. Kemudian mendesain proses dievaluasi kinerjanya dengan

2
menggunakan simulasi operasi melalui aplikasi WAVE. Parameter kinerja pada
proses tpretreatment yang dievaluasi adalah kemampuan pemisahan zat terlarut
yang diwakili oleh nilai (%) Rejeksi dengan persamaan:

Dimana R adalah nilai Rejeksi dalam satuan persen (%), Cdownstream adalah
konsetrtasi dari zat yang terlarut setelah proses pretreatment dalal satu ppm, dan
Cupstreat merupakan konsentrasi dari zat terlarut setelah proses pretreatment dalam
satuan ppm. Lalu dihitung konsumsi energi spesifiknya, dengan mengikuti
persamaan;

Dimana Es adalah nilai energi spesifik dalam sataun kWh/M3, PTotal adalah
tenaga total yang keluar dalam satuan kW, dan Q dowstream adalah laju air produk
setelah proses pretreatment dalam satuan m3/h3.

Tahap terakhir adalah evaluasi ekonomi, evaluasai ekonomi ini dilakukan


dengan menghitung biaya/ongkos peroduksi yang dibutuhkan dengan
pertimbangan biaya modal dan biaya operasional untuk mengetahui kelayan desain
dari segi biaya produksi jika dibandingkan dengan tarif air PDAM. Adapun biaya
modal antara lain adalah pembelian peralatan utama, peralatan pendukung, biaya
pengeboran sumur dalam, bangunan dan biaya modal tidak langsung. Sedangkan
untuk biaya operasional adalah biaya pegawai, biaya listrik, perawatan dan
sparepart, dan bahan kimi serta depresiasi alat.

Kasus pretreatment ini dilakukan di Wilayah Tempat Pembuangan Sampah


Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Untuk mengetahui karakteristik air sumur
dalam, dilakukan pengambilan sampel air sumur dalam dengan kedalam > 60 pada
dua titik dengan jarak antara kedua titik tersebut adalah 20 m. maisng-masing dari
tiap titik diambil sebanyak tiga sampel air sumur untuk dilakukan pengukuran.

3
Setelah dilakukan pengukuran, maka hasil rata-rat dari seluruh sampel adalah
sebagai berikut:

Seperti yang terlihat pada Tabel 1 bahwa seluruh nilai dari parameter
kualitas air sumur dalam belum memenuhi prasyarat air umpan membrane RO.
Nilai pada parameter TSS dan Turbidity sebagai acuan dari kandungan padatan
yang tidak terlaur dala laruntan mengindikasikan bahwa terdapat sebagian besar
partikel yang ada pada air sumur dalam yang mampu meningkatkan potensi
terjadinya fouling. Parameter lain yang berperan penting terjadinya fouling dan
scaling adalah kesalahan atau Hardness. Dimana, semakin tinggi nilai Hardness
maka semakin tinggi konsentrasi kation multivalent seperti ion Kalsium dan
Magnesium yang terkandung dalam air sumur dalam. Nilai tersebut sangat
berpotensi terjadinya fouling dan scaling pada peralatan membran RO. Oleh itu,
diperlukan suatu proses pretreatment untuk menurunkan nilai-nilai parameter
tersebut.

Selanjutnya, pada gambar 1 memperlihatkan desain yang digunakan


dalam kasus ini agar memenugi persyaratan air umpan membran RO,

4
Gambar 1. Desain Proses Pretreatment

Kapasitas desain yang digunakan adalah sebesar 12,5 m3/jam atau setara
dengan 300 m3/hari produk air umpan membrane RO yang diperoleh. Penetuan
kapasitas tersebut berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Widiasi dan Yoshi
(2016) mengenai kapasitas minimal plant RO yaitu sebesar 150 m 3/hari. Jika
diasumsikan rasio recovery membrane RO adalah 50% maka dibutuhkan sekitar
300 m3/hari. Sedangkan untuk rasio recovery membran ultrafitrasi yang digunakan
adalah 99,5%. Besar tekanan operasi pemisa yang digunakan adalah sebesar 3 bar.
Kemudian, jenis resis yang digunakan pada tangki softener adalah kation asam kuat,
sengan rasio recovery yang digunakan adalah 89%. Konfigurasi aliran tangki yang
digunakan adalah jenis co-current dan untuk siklus operasi (run time) berjalan yang
digunakan adalah selama 8 jam.

Dari desain proses pretreatment yang telah dirancang kemudan dilakukan


simulasi dengan menggunakan WAVE versi 1.72.724. Semua parameter-parameter
diimput pada aplikasi termasuk hasil karakterisasi air sumur dalam. Simulasi ini
dilakukan untuk melihat efektifitas dari desain yang telah dibuat. Rangkuman
proses dan hasil simulasi dapat dilihat pada gambar 2 dan table 2

5
Gambar 2. Hasil Simulasi Proses

Seperti yang terlihat pada gambar 2, parameter yang belum ditentukan


sebelumnya dapat dilakukan kalkulasikan melalui aplikasi, begitu pula dengan
peralatan pendukung dan instrumentasi seperti pompa backwash, keran yang secara
otomatis disimulasikan oleh aplikasi. Sedangkan, Tabel 2 menunjukkan bahwa
seluruh nilai % rejeksi dari proses pretreatment yang hampir mencapai nilai
sempurna dalam memisahkan zat terlarut pada air sumur dalam. Selain itu juga
terlihat kualitas air keluaran (output) dari proses pretreatment yang telah memenuhi
prasyarat air umpan membrane RO baik untuk parameter TSS, Tubidity, dan
Hardness. Selain itu pada Tabel 2 menunjukkan bahwa membran ultrafiltrasi
mampu menurunkan nilai TSS dan Tubidity dengan efektik. Menurut Susanto
(2011), hal ini dikarenakan prinsip pemisahan membran dengan mekanisme
pengayakan (sieving mechanism) berdasarkan perbedaan ukuran pori membrane
dengan partikel/zat terlarut yang ingin dipisahkan

6
Nilai %Rejeksi kesadahan aatau Herdness yang mencapai 99,57%,
menunjukkan bahwa resin softener efektif untuk meminimalkan atau menurunkan
nilai kesadahan dalam air sumur dalam. Hal ini dikarenakan adanya penggunaan
jenis resin kation asam kuat. Pada dasarnya resim asam kuat berisikan gugus
fungsional SO3H akan terionisasi menghasilkan ion [SO3-], dimana ion tersebut
akan mengikat ion-ion multivalent seperti ion magnesium dan ion kalsium yang
menyebabkan tingginya nilai kesadahan air sumur dalam (Hashemi et al, 2020).

Hasil simulasi yang diperoleh dari kasus ini sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Castro Munoz (2020) dan Vilayphone dkk (2020).
Dimana Castro Munoz (2020) melaporkan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa
membran ultrafiltrasi secara efektif dapat meminimalkan atau menurunkan nilai
TSS dan Turbidity pada permeat dari sebuah aliran limbah hasil pemasakan jagung
dengan kandungan TSS dan Turbidity yang tinggi. Sedangkan, Vilayphone dkk
(2020) berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan
weak acid cation (WAC), resin SAC memiliki keefektivan untuk metigasi
kandungan ion Kalsium dan Magnesium dalam air. Oleh karena itu, desain proses
pretreatment dalam kasus ini sudah layak untuk diaplikasikan untuk menyiapkan
air umpan membran RO dengan bahan baku air sumur dalam di wilayah TPST
Bantegebang.

Hal penting lainnya, yang perlu untuk dikaji adalah konsumsi energi
spesifik dikarenkan konsumsi energi spesifik dapat mempengaruhi besarnya
kebutuhan biaya operasional proses pretreatment yang akan berimbas pada
tingginya biaya produksi air umpan membran RO. Konsusmsi energi spesifik ini
dihitung berdasarkan pada kebutuhan daya daya dari peralatan yang digunakan
dalam proses pretreatment yang telah dirancang. Untuk memperoleh nilai konsumsi
enegi spesifik, maka total konsumsi daya peralatan yang digunakan dibagi dengan
laju air produk setelah proses pretreatment. Konsumsi Daya peralatan dan nilai
konsumsi energi spesifik proses pretreatment dapat dilihat pada Tabel 3.

7
Berdasarkan data pada table 3, diketahui bahwa setengah dari total daya
yang diperlukan dalam proses pretreatment berasal dari peralatan untuk pencucian
membran, yang mana konsumsi energi spesifik yang diperlukan untuk melakukan
operasional harian hanya sebagan dari konsusmi energi spesifik untuk proses
pretreatment secara keseluruhan. Hal ini menujukkan bahwa kebutuhan akan daya
untuk memproduksi tiam m3 air umpan membran RO. Kebutuhan daya yang rendah
disebabkan oleh penggunaan kondisi operasi (tekanan) yang relatif rendah dalam
meproses air sumur dalam (kisaran 3 bar) yang juga menjadikan daya yang
dibutuhkan oleh motor selaku penghasil driving force juga menjadi lebih rendah.
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian terkait konsumsi energi spesifik
oleh Widiasa dan Yoshi (2016), yang menyatakan bahwa konsumsi energi spesifik
untuk opersional pengolahan air dengan menggunakan membrane ultrafiltrasi ada
pada kisaran 2 kWh/m3. Pada studi tersebut digunakan membrane ultrafiltrasi yang
berasal dari keluaran Sewage Treatment Plant (STP). Karakteristik keluaran STP
yang digunakan pada studi tersebut hampir mirip dengan air sumur dalam yang
digunakan pada kasus ini dari segi nilai parameter TSS dan Turbidity.

Dalam kasus ini pevaluasi ekonomi dihitung sesuai dnegan basis kapasitas
produksi sebesar 300 m3/hari. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan
aplikasi WPS Oficce Spreadsheet versi 11.2.0.9747. Evaluasi ekonomi yang
dilakukan langsung kepada harga yang ada di lapangan, seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4 untuk memperoleh biaya produksi yang seuai dengan realisasi. Pada
persamaan (3) hingga persamaan (12) dibutuhkan untuk menentukan biaya
produksi.

8
Persamaan (3) – (12)

Dengan melakukan kalkulasi nilai-nilai parameter yang telah diketahui


yaitu pada Tabel 2 melalui persamaan (3) hingga persamaan (12), maka diharapkan
hasil biaya produksi yaitu sebesar Rp 10.533,-/m3. Besar biaya produksi tersebut
masih tergolong lebih murah/rendah jika dibandingkan dengan tarif PDAM

9
Bhagasasi Bakasi Industri besar yaitu sebesar Rp 16.984,-/m3 untuk kapasitas > 10
m3. Namun biaya tersebut belum termasuk dalam biaya penyambungan jaringan
PDAM. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa secara ekonomis, produksi air umpan
membrane RO dengan bahan baku dari air sumur dalam di wilayah TPST
Bantargebang masih dapat direalisasikan.

Studi ini dianggap berkontribusi dalam penyediaan air bersih dan air minum
dengan penggunaan membran yang menjadikan semakin efisien, selektif, efektif,
biaya kapital, operasi dan pemeliharaan sistem yang lebih murah dan kompetitif.

10
Daftar Pustaka:

Ariyanti, D. dan Widiasa, I.N. (2011). Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis untuk
Pemurnian Air Skala Rumah Tangga. Teknik, 32(3), 193-197.

Castro-Muñoz, R., (2020). Retention Profile on The Physicochemical Properties Of


Maize Cooking Byproduct Using A Tight Ultrafiltration Membrane.
Chemical Engineering Communications, 207(7), pp.887-895.

Ginting, S. Silvester, Pinem J. Armedi, Irianty, R. Sri. (2016). Pengaruh Kombinasi


Proses Pretreatment (Koagulasi-Flokulasi) dan Membran Reverse
Osmosis untuk Pengolahan Air Payau. Jom FTEKNIK, 3(2), 1-7.

Hartono, A.J, (1997). Teknologi Membran Pemurnian Air. Edisi 1. Yogyakarta.

Hashemi, F., Hashemi, H., Shahbazi, M., Dehghani, M., Hoseini, M. and Shafeie,
A., (2020). Reclamation of real oil refinery effluent as makeup water in
cooling towers using ultrafiltration, ion exchange and multioxidant
disinfectant. Water Resources and Industry, 23,.100123.

Robbani, Muhammad Haqqiyuddin. (2020). Analisis Rekno-Ekonomi Proses


Pretreatment Air Sumur Dalam di Wilayah Tempat Pengelolaan Sampah
Terpadu BantarGebang untuk Pengolahan Air Umpan Membran Reverse
Osmosis. JRL, 13(2), 152-165.

Susanto, H., (2011). Teknologi Membran. Semarang: Badan Penerbit Universitas


Diponegoro.

Widiasa, I.N. dan Yoshi, L.A., (2016). Techo Economy Analysis a Small Scale
Reverse Osmosis System for Brackish Water Desalination. International
Journal of Science and Engineering, 10(2), 51-57.

Vilayphone, V., Outram, J.G., Collins, F., Millar, G.J. and Altaee, A., 2020. Process
Design Of Coal Seam Gas Associated Water Treatment Plants To
Facilitate Beneficial Reuse. Journal of Environmental Chemical
Engineering, 8(5), p.104255.

11

Anda mungkin juga menyukai