Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS ENDOMETRIOSI

PADA PASIEN Ny. R

DI RUANG PERAWATAN SAKURA (GSR)

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH

NAMA : SUKMA AYU

NIM : B0217301

PRODI : PROFESI NERS

CI LAHAN CI INSTITUSI

PRODI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TA : 2020-2021
Laporan Pendahuluan
Endometriosi
A. Pengertian
Endometriosis ialah lapisan selaput yang sepatutnya melapisi dinding dalam rahim
(uterus) ada di luar rongga uterine atau pada otot rahim. Biasanya di atas permukaan organ dalam
pelvik dan abdomen, boleh dianggap tumor atau pertumbuhan baru (neoplasma) yang bertindak
setempat dan boleh merebak. Ia bukan barah, tetapi bisa merebak seperti barah, biasanya didapati
di atas atau bawah ovari, belakang uterus, atas selaput yang memegang uterus, atas usus atau
vesika urinaria. Dalam sesetengah kasus, endometriosis bisa tumbuh di dalam paru-paru atau
organ lain, tetapi kasus seperti ini jarang berlaku.(Utamadi, Gunadi, 2004)
Endometriosis merupakan masalah bagi wanita karena penderita terganggu dengan nyeri
yang selalu muncul tiap haid, selain menurunkan kemampuan mereka untuk hamil.
(Bramundito,dr,2005). Rasa sakit dapat timbul ketika jaringan yang secara normal melapisi
rahim (endometrium) tumbuh di bagian lain, keadaan ini disebut endometriosis. –Kalbefarma-
(Ferrero,dr,2005)
B. Etiologi
Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus,
daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu
infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah
berhubungan seksual atau tidak.
Sampai saat ini para dokter belum mengetahui alasan yang pasti mengapa endometrium
sampai dapat tumbuh di luar rahim. Sejauh ini hanya diketahui bahwa endometriosis banyak
ditemui di kalangan perempuan yang keluarganya menderita endometriosis juga. Ada beberapa
teori yang menjelaskan mengapa endometrial implant dapat sampai keluar rahim.
Kista endometriosis biasanya mengenai salah satu atau kedua ovarium (indung telur) kiri
atau kanan. Sifatnya memang ikut tumbuh sesuai dengan siklus menstruasi karena sel-sel
endometriosis ini sangat peka terhadap pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
berfluktuasi setiap bulannya sesuai dengan siklus menstruasi tsb. Yang namanya kista berarti
suatu kantung yang didalamnya berisi cairan, sehingga bila kista tersebut bertambah besar maka
akan dapat mengganggu proses ovulasi (pematangan sel telur).
C. Patofisiologi
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding
rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya
beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus,
daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu
infeksi menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah
berhubungan seksual atau tidak. 
Untuk memahami masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh
darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan oleh
indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran
telur. Apabila, telur yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan
dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut
dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya
memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori
mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan membawa jaringan
dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru.
Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir dengan
sel-sel yang "salah letak", dan dapat tumbuh menjadi endometrial implant kelak. Berbagai
penelitian masih terus dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik sehingga dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus endometriosis, walaupun
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi "imigran gelap" di rongga perut seperti
sudah disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium
yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial
implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi.
Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga menebal seperti
saudaranya yang berada di "tanah air". Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan
diri dari rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan
ke luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa
sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah. Intensitas rasa sakit yang
disebabkan oleh endometriosis ini sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial
implant yang ada pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun
dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf.(Utamadi, Gunadi,
2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan membentuk satu
lapisan seperti dinding.
Lapisan ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai persediaan menerima telur
tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan dibuang sebagai
haid. Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam
rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh karena selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak
boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini
akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa
sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau
kista (kantung berisi cecair) dalam ovari.
Endometriosis perlu dibuang segera karena ia akan menyebabkan:

 Tidak mampu ovulasi.             


 Folikel tidak pecah.Luteolisis.                   
 Oosit tidak matang.                   
 Hubungan seks menjadi sakit dan ini mengakibatkan ia jarang dilakukan.            
 Kadar keguguran yang tinggi (45 %). (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail,2005)
D. Pathway Endometriosis

E. Manifestasi Klinis
Tanda paling umum adalah rasa sakit yang parah pada perut bagian bawah, bisa terasa
sekali-kali maupun terus-menerus, atau bisa juga terkait dengan masa menstruasi. Rasa sakit ini
seringkali tidak tertahankan sehingga menyebabkan penderitanya tidak bisa melakukan kegiatan
seperti biasa, sehingga dia harus bolos pelajaran olahraga, atau bahkan bolos sekolah atau kuliah
dan kegiatan lainnya. Rasa sakit ini sering kali menjadi lebih parah selama berolahraga, selama
berhubungan seks, atau sesudah pemeriksaan panggul. 
Gejala lainnya bisa berupa menstruasi yang sangat berat, sakit punggung bagian bawah,
sulit buang air besar, diare, atau merasa sakit bahkan mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
Endometrial implant ini juga bahkan dapat menekan organ tubuh yang membawa kotoran keluar
dari tubuh, seperti kandung kemih, usus, dan rectum.(Utamadi, Gunadi, 2004)
Simptom endometriosis termasuk:

 Sakit ketika melakukan hubungan seks (dyspareunia).


 Sakit ketika ovulasi.
 Sakit pinggang.
 Rasa sakit ketika hendak buang air besar, terutama ketika haid.
 Perdarahan sebelum dan antara waktu haid.
 Tidak subur dan sukar hamil.
 Gangguan kesehatan, terutama ketika haid seperti cepat sakit kepala, dan cepat lelah.
(Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail,2005)

Dr. Simone Ferrero dan beberapa rekannya dari San Martino Hospital di University of
Genoa melakukan evaluasi terhadap fungsi seksual 299 wanita yang menjalani operasi infertilitas
atau nyeri perlvis. Tim peneliti tersebut menemukan bahwa 170 wanita diantaranya menderita
endometriosis, dan 129 wanita tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang mengalami rasa
nyeri yang hebat selama berhubungan seksual, yang disebut dispareunia, lebih banyak terdapat
pada kelompok yang menderita endometriosis (61 persen) daripada mereka yang tidak menderita
endometriosis (35 persen). Hasil penelitian ini dilaporkan dalam jurnal medis Fertility and
Sterility. Bahkan,” lebih dari 50 persen wanita yang menderita endometriosis mengalami
dispareunia berat selama kehidupan seks mereka selama ini,” ungkap para peneliti. Menurut hasil
penelitian tersebut, wanita dengan endometriosis yang menginfiltrasi ligamen uterus lebih jarang
berhubungan seksual dan jarang pula mengalami orgasme yang memuaskan. Mereka juga sering
mengalami gangguan selama berhubungan seksual karena rasa nyeri yang dialami, kurang rileks
dan kurang puas setelah berhubungan seksual dibandingkan wanita lain. Menurut Dr. Ferrero,
penelitian ini merupakan yang pertama kali menggambarkan abnormalitas fungsi seksual wanita
yang menderita lesi endometriosis pada ligamen utero-sakral.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laparoskopi       
Membuat lubang kecil pada pusar dan memasukkan sebuah batang yang diujungnya memiliki
kamera yang dihubungkan dengan monitor TV sehingga dapat dilihat langsung kondisi organ
kandungan didalam sana, tanpa harus menyayat perut.
2. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta besar/ luas.
3. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
4. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
G. Penatalaksanaan
Menurut sebuah penelitian baru di Italia wanita yang lebih banyak makan buah-buahan
dan sayuran lebih jarang mengalami endometriosis. Endometriosis terjadi bila jaringan yang
melapisi uterus tumbuh di luar uterus dan mulai menutupi organ-organ lain dalam abdomen.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan pendarahan, nyeri, dan rasa tidak nyaman. Kelainan ini
merupakan salah satu penyakit kandungan yang paling sering terjadi. Para peneliti memutuskan
untuk mengamati peran apa yang dimainkan oleh pola makan dalam terjadinya kelainan tersebut.
Mereka melakukan survey terhadap 504 orang wanita yang didiagnosa menderita endometriosis,
untuk diperbandingkan dengan 504 wanita yang tidak menderita penyakit tersebut. Semua
partisipan berusia di bawah 65 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan dan
sayuran hijau melindungi wanita dari penyakit tersebut. 
Dibandingkan dengan mereka yang memakannya dalam jumlah paling sedikit, mereka
yang memakannya dalam jumlah paling banyak memiliki risiko 40 persen lebih kecil terhadap
penyakit tersebut. Namun memakan daging merah menyebabkan efek yang berlawanan. Mereka
yang memakan paling banyak daging merah dan ham mengalami peningkatan risiko 100 persen
dibandingkan yang makan paling sedikit. Wanita dapat mengurangi risiko terhadap
endometriosis dengan lebih sedikit memakan daging merah. Penelitian yang dipimpin oleh Dr
Fabio Parazzini ini diterbitkan dalam jurnal Human Reproduction. Ia mengatakan, “ Penelitian
kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dan risiko endometriosis dan
sekarang kita membutuhkan penelitian prospektif yang tepat untuk mempelajari faktor-faktor
tersebut.” Bila penemuan ini telah dikonfirmasikan, maka dengan pola makan yang tepat kasus
endometriosis dapat turun sebanyak 3-4%, yang berarti mengurangi 800.000 wanita yang dapat
terkena penyakit ini di Eropa. “Endometriosis mempengaruhi kualitas hidup penderitanya dan
bila ada penyesuaian yang dapat dilakukan dalam pola makan untuk mengurangi risiko terhadap
penyakit tersebut, sangat penting bagi kami untuk memperoleh bukti yang jelas tentang makanan
apa yang melindungi dan apa yang meningkatkan risiko,” katanya Dr Janice Rymer, seorang
konsultan kandungan dan kebidanan di London’s Guy and St Thomas’ hospital, mengatakan: “
Hal ini sangat menarik. Tidak ada alasan mengapa faktor pola makan tidak endometriosis karena
kita belum tahu dengan pasti apa sebenarnya penyebab endometriosis. Jadi faktor pola makan
mungkin merupakan faktor yang penting.” Ia mengatakan beberapa pasienya yang mengalami
endometriosis mengatakan bahwa perubahan pola makan memang bermanfaat. Seorang juru
bicara dari British Nutrition Foundation mengatakan bahwa terlalu dini untuk membuat
kesimpulan, namun penemuan ini dapat menjanjikan sesuatu. “Endometriosis adalah penyakit
yang terkait-estrogen.  Makanan tampaknya memodifikasi beberapa penyakit terkait-estrogen
seperti kanker endometium dan ovarium.” Ia mengatakan makanan yang mengandung zat yang
dikenal sebagai phytoestrogen – ditemukan dalam kedelai, sayuran hijau tua, kacang-kacangan –
mengurangi kadar estrogen dalam aliran darah dan tampaknya mempunyai sifat protektif
terhadap penyakit ini. “Telah dilakukan beberapa penelitian tentang efek diet dalam
endometriosis, namun penelitian pada hewan memang menunjukkan bahwa makanan-makanan
tertentu dapat memberikan perlindungan seperti asam lemak omega-3 yang ditemukan pada
ikan,” katanya. (Kalbefarma,2004)
H. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan
produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang

 Dysmenore primer ataupun sekunder


 Nyeri saat latihan fisi
 Dispareun
 Nyeri ovulasi
 Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
 Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
 Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
 Hipermenorea
 Menoragia
 Feces berdarah
 Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
 Konstipasi, diare, kolik

3. Riwayat kesehatan keluarga

Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
4. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna
gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan emosional
gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
4. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat
berkurang.
Intervensi ;

 Pantau/ catat karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik)
klien.R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
 Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien. R/untuk
mendapatkan sumber nyeri.
 Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10. R/ nyeri merupakan pengalaman
subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya untuk
menentukan intensitas nyeri.
 Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan. R/
ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
 Jelaskan penyebab nyeri klien. R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat
bertoleransi terhadap nyeri.
 Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage. R/ memodifikasi reaksi
fisik dan psikis terhadap nyeri.
 Berikan pujian untuk kesabaran klien. R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi
nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol. R/ analgetik
tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.

Diagnosa Keperawatan. 2
Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada endometriosis
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi

 Berikan motivasi kepada pasien. R/; mningkatkan harga diri klien dan merasa di
perhatikan.
 Bina hubungan saling percaya. R /: hubungan saling percaya memungkinkan klien
terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki. R /: mengidentifikasi hal – hal
positif yang masih di miliki klien.
 Diagnosa Keperawatan. 3. 

Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan menstruasi


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi,
menerima apa yang sedang terjadi.
Intervensi

 Bina hubungan saling percaya dengan klien.. R/klien dengan mudah mengungkapkan
masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
 Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat
penyelesaian.
 Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan
arti klien bagi mereka. R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung
membuat klien merasa diterima.
 Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut
sebagai aspek positif. R/mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus
pada karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.
 Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok. R/ Memungkinkan menerima stimulus
social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri klien.
 Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan
gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan. R/ Jujur dan
terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat
klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
Daftar Pustaka

 Price, Sylvia Anderson.,Wilson, Lorraine McCarty.1994. Patofisiologi Konsep Klinis


Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
 Winarta, Sastra., Prof. Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen
 Carpenito, Lynda Juall, (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

Nama mahasiswa : ……………………… Tanggal pengkajian :………………………


NIM : ……………………………………… Ruangan/RS : ………………………………
I. Data umum klien
No. Reg : ......................................................................................................
Initial : ...........................................................................................................
Alamat : ......................................................................................................
Tgl masuk RS : .............................................................................................
Tgl pengkajian : ............................................................................................
Tindakan medis : ..........................................................................................
II. Masalah utama
Keluhan utama :
Riwayat keluhan utama
mulai timbulnya :
sifat keluhan :
lokasi keluhan
faktor pencetus :
keluhan lain :
pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh :
usaha klien untuk mengatasinya :
III. Pengkajian
Seksualitas
Subyektif :
Usia menarche : ..........tahun
Siklus haid : .................hari
Durasi haid : ................hari
Dismenorea Polimenorea Oligomenorea
Menometroragie Amenorea
Rabas pervagina : warna : ............................................
Jumlah : .........................................
Berapa lama : ................................
Metode kontrasepsi terakhir : .......................................
Status obstetri : G : ......................... P : .......................A : ........................
Riwayat persalinan :
Term penuh :................. Prematur : ................
Multiple : .......................
Riwayat persalinan terakhir :
Tahun :.......................... tempat : ...................
Lama gestasi : .............. lama persalinan : ................................
Jenis persalinan : ......................................................................
Berat badan bayi : ..............gr
Komplikasi maternal/bayi : ..........................................................
Obyektif :
PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : ............................................................
Tes serologi (tgl dan hasil) : ......................................................................
Makanan dan Cairan
Subyektif :
Masukan oral 4 jam terakhir : .....................................................................
Mual /muntah Hilang nafsu makan Masalah mengunyah Pola makan :
Frekuensi : ...........x/hari
Konsumsi cairan : ....................../hari
Obyektif :
BB : ................kg
TB : ................cm
Turgor kulit : .................................................................................................
Membran mukosa mulut : .............................................
Nyeri
Subyektif :
Lokasi : .............................................. .............................
Intensitas (skala 0-10): ...................................................
Frekuensi : .......................................................................
Durasi : ............................................................................
Faktor pencetus : .............................................................
Cara mengatasi : ..........................................................................................
Faktor yang berhubungan : ..........................................................................
Objektif :
Wajah meringis
Melindungi area yang sakit
Fokus menyempit
Pernafasan
Subyektif :
Dispnoe Batuk/sputum Riwayat Bronkhitis
Asma Tuberkulosis Emfisema
Pneumonia berulang Perokok, lamanya : ..........tahun
Penggunaan alat bantu pernafasan (O2) : ........L/menit

Obyektif :
Frekuensi : ...............x/menit
Irama : Eupnoe Tachipnoe Bradipnoe
Apnoe Hiperventilasi Cheynestokes
Kusmaul Biots
Bunyi nafas : Bronchovesikuler Vesikuler Bronchial
Karakteristik sputum :
Hasil rontgen :
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama klien : Ny.

Ruangan: Sakura

N Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi intervensi


o keperawatan
1 5/12/2021 Nyeri akut Setelah dilakukan - kemampuan Observasi
intervensi menuntaskan - identifikasi lokasi,
aktifitas karakteristik, durasi,
keperawatan meningkat frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam - keluhahan intensitas nyeri
nyeri menurun - mengidentifikasi skala nyeri
maka tingkat - ketegangan terapeutik
nyeri menurun otot menurun - atur posisi klien
- tekanan darah kalaborasi
membaik - kalaborasikan pemberian
- fungsi obat
berkemih
membaik
- nafsuh makan
membaik
2 5/12/2021 Ansietas Setelah dilakukan - Verbalitas Tindakan Observasi
intervensi kebingungan
keperawatan menurun 1. Identifikasi saat tingkat
selama 1x24 jam - Verbalitas anxietas berubah (mis.
maka tingkat kekhawatiran Kondisi, waktu, stressor)
Ansietas menurun akibat kondisi 2. Monitor tanda anxietas
dengan kriteria yang dihadapi (verbal dan non verbal)
hasil menurun
- Perilaku gelisah Tindakan Terapeutik
menurun
- Pola tidur 1. Ciptakan suasana 
membaik terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan ,
jika memungkinkan

Tindakan Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin
dialami
2. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
3. Latih teknik relaksasi
Tindakan Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


anti anxietas, jika perlu

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama klien : Ny.

Ruangan: Sakura

Implementasi Evaluasi
Hari / tanggal : Minggu, 5-12-2021 Hari / tanggal : senin, 6-12-2021
Jam : 08. 30 Jam : 10.00
Diagnose keperawatan : Nyeri S : klien mengatakan nyeri berkurang
Tindakan : O : terlihat klien tampak tenang
Observasi A : masalah teratasis sebagian
- identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, P : lanjutkan intervensi
intensitas nyeri
hasil : nyeri dibagian perut ≤1 menit - mengidentifikasi skala nyeri
- kalaborasikan pemberian obat
- mengidentifikasi skala nyeri
hasil : skala 3

terapeutik
- atur posisi klien dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam
hasil : klien merasa nyeri berkurang

kalaborasi
- kalaborasikan pemberian obat
hasil : pemberian obat analgetik
Tanggal Minggu, 5-12-2021 Hari / tanggal : senin, 6-12-2021
Jam1 0.00 Jam 14.30
S: pasien mengatakan mulai
1. Mengidentifikasi saat tingkat anxietas berubah memahami tentang penyakitnya
2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan O: pasien tampak tenang
Hasil: pasien mulai memahami mengenai penyakitnya A: masalah teratasi
3. Memonitor tanda anxietas P:lanjutkan intervensi
Hasil: tampak sedikit tenang

Anda mungkin juga menyukai