Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANAK HIV/AIDS

Dosen Pengampuh: Ns. Petronella Mamentu S.Kep M.Kep

Disusun Oleh :

Indria Putri Utina 1901055

Gina Maria.Rosalinda Haringan 1901046

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya sehingga
Asuhan Keperwatan ini dapat diselesaikan dengan baik. Asuhan Keperawatan ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Anak. Asuhan Keperawatan ini disusun secara sederhana sehingga
dapat memudahkan mahasiswa dan pembaca dalam mempelajari materi yang kami sampaikan.

Pada kesempatan kali ini saya sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini. Karena kami menyadari bahwa Asuhan
Keperawatan ini belum sempurna dan masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Akhir kata kami
berharap semoga Asuhan Keperawatan ini dapat diterima, dipelajari dan bermanfaat bagi teman-
teman mahasiswa dan pembaca di kalangan masyarakat serta dapat digunakan sebagai acuan
dengan penyusunan Asuhan Keperawatan yang lainnya.

Penyusun, November 2021

Kelompok VIII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB I…………………………………………………………………………………………..4

PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….4

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………..4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................5

C. Tujuan Masalah…………………………………………………………………………….5

BAB II………………………………………………………………………………………...6

KONSEP TEORI…………………………………………………………………………….6

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORI…………………………….11

A. Pengkajian………………………………………………………………………………...11

B. Diagnosa…………………………………………………………………………………..12

C. Intervensi………………………………………………………………………………….13

D. Implementasi Keperawatan………………………………………………………………..19

E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………………………………..19

F. Pathway Leukimia…………………………………………………………………………19

BAB III………………………………………………………………………………………20

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DENGAN LEUKIMIA 20

A. Pengkajian………………………………………………………………………………..20

B. Diagnosa………………………………………………………………………………….35

C. Intervensi…………………………………………………………………………………35

D. Implementasi & Evaluasi………………………………………………………………..37


E. Riview Jurnal……………………………………………………………………………39

BAB IV……………………………………………………………………………………..42

PENUTUP………………………………………………………………………………….42

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………42

B. Saran……………………………………………………………………………………..42

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………43
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi oleh virus penyebab defisiensi imun merupakan masalah yang relative baru,
terutama pada anak. Masalah ini pertama kali dilaporkan di Amerika ada tahun 1982 sebagai
suatu sindrom defisiensi imun tanpa diketahui penyebabnya. Oleh karena jumlah kasus
defisiensi imun makin meningkat setararelative tepat disertai angka kematian yang men!
emaskan, maka dilakukan pengamatan dan penelitian yang intensif sehingga akhirnya
penyebab defisiensi imun ini ditemukan. Penyebab defisiensi imun ini adalah suatu virus
yang kemudian dikenal dengan nama human immunodeficiency vitus tipe-1 (HIV-1) pada
tahun 1985. Pada pengamatan selanjutnya, Ternyata bahaya infeksi HIV-1 ini. dapat
menimbulkan rentangan gejala yang sangat luas, yaitu dari tanpa gejala hingga gejala
yang sangat berat dan progresif, dan umumnya berakhir dengan kematian. Dengan meningkat
dan menyebarnya kasus defisiensi imun oleh virus ini pada orang dewasa setara tepat di
seluruh dunia, apabila kasus tersebut tidak mendapat perhatian dan penanganan yang
memadai, dalam waktu dekat diperkirakan jumlah kasus defisiensi imun pada anak juga akan
meningkat.
B. Rumusan Masalah
a) Apa definisi dari leukimia ?
b) Bagaimana insidensi dari leukimia ?
c) Bagaimana etiologi dari leukimia ?
d) Bagaimana gambaran klinis leukemia ?
e) Bagaimana patofisologi dari Asfiksia ?
f) Apa saja pemeriksaan diagnostic leukemia ?
g) Bagaimana asuhan keperawatan teori dengan pasien leukemia ?
h) Bagaimana asuhan keperawatan kasus dengan pasien leukimia ?
C. Tujuan Masalah
a) Tujuan Umum :
1. Untuk mengetahui dan dapat memahami penjabaran tentang penyakit leukimia
Mampu menjelaskan tentang apa definisi dari leukemia, bagaimana insidensi dari
leukemia, bagaimana etiologi dari leukimia, bagaimana gambaran klinis leukemia,
bagaimana patofisologi dari asfiksia, Apa saja pemeriksaan diagnostic leukemia,
bagaimana asuhan keperawatan teori dengan pasien leukemia, bagaimana asuhan
keperawatan kasus dengan pasien leukimia.
b) Tujuan Khusus :
1. Mampu menjelaskan tentang apa definisi dari leukemia, bagaimana insidensi dari
leukemia, bagaimana etiologi dari leukimia, bagaimana gambaran klinis leukemia,
bagaimana patofisologi dari asfiksia, Apa saja pemeriksaan diagnostic leukemia,
bagaimana asuhan keperawatan teori dengan pasien leukemia, bagaimana asuhan
keperawatan kasus dengan pasien leukimia.
2. Mampu menjabarkan dan atau membuat asuhan keperawatan kasus pada pasien
dengan leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Konsep Dasar Teori HIV/AIDS


A. Definisi
Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang
menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi
tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency
Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian
mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel
T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus
sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak
materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel yang ditumpanginya dan melalui
proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4. ( DEPKES: 1997 )
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah,
penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan dari ibu ke
anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar (85%) berusia
subur (15-44 tahun), sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat
kehamilan (in uteri).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse darah
fetomaternal atau kontak antara kulit atau embran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan. Semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula resiko
penularan, sehingga lama persalinan bisa dicegah dengan operasi section caecaria.
Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI dari ibu yang positif
sekitar 10% .
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan
oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas
seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau
biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi
darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. ( DORLAN
2002 )
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
B. Insedensi
Data yang dirilis oleh Ditjen PP dan PL Kementrian Kesehatan RI menunjukan
bahwa ibu rumah tangga menempati jumlah penderita AIDS terbanyak di Indonesia.
Banyaknya Anak dengan HIV/AIDS yang akhirnya menjadi yatim piatu akibat kedua
orang tuannya meninggal karena AIDS, dan juga banyak dari anak dengan HIV/AIDS
(ADHA) yang harus hidup bersama kedua orang tuanya yang juga positif HIV. UNICEF
(2008) menyatakan bahwa sekitar sekitar 50 persen bayi yang terinfeksi HIV meninggal
sebelum merayakan ulang tahun kedua mereka dan lebih dari 15 juta anak kehilangan
seorang atau kedua orang tua mereka akibat penyakit terkait AIDS. Di berbagai belahan
dunia 2,3 juta anak dibawah 15 tahun hidup dengan HIV, dimana sekitar 530 ribu
diantaranya baru terinfeksi ada tahun 2006, kebanyakan melalui penularan dari ibu ke
anak, cara penularan yang sebenarnya dapat dicegah bila memperoleh penanganan medis
yang optimal. Data dari Ditjen PP & PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Sampai dengan triwulan III tahun 2014 jumlah penderita AIDS pada usia 0-14 tahun
mencapai 2,9 %. Data terbaru dari hasil pemetaan populasi kunci oleh Komisi
Penanggulangan AIDS kota Surakarta menunjukan ibu rumah tangga dan anak menjadi
pengidap HIV terbanyak di kota Surakarta
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus human
immunodeficiency virus (HIV) terus meningkat sejak 2010-2019. Angkanya pun
mencapai 50.282 kasus pada 2019, naik 7,78% dibandingkan tahun sebelumnya.
C. Etiologi
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
a) Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b) Pemakaian obat oleh ibunya
c) Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
d) Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
1. Penularan Dari Ibu Ke Anak
Jalur penularan HIV yang paling banyak terjadi pada anak kecil dan bayi adalah
lewat ibunya (mother-to-child transmission). Menurut yayasan nonprofit Pediatric
AIDS Foundation, lebih dari 90% kasus penularan HIV pada anak kecil dan bayi
terjadi saat masa kehamilan. Risiko penularan HIV dari ibu ke anak juga dapat
terjadi apabila bayi terpapar darah, cairan ketuban yang pecah, cairan vagina, atau
cairan tubuh ibu lainnya yang mengandung virus HIV selama proses melahirkan.
Sebagian kasus lainnya dapat pula terjadi dari proses menyusui eksklusif karena
virus HIV dapat terkandung dalam ASI. Maka itu, dokter biasanya akan
mencegah penderita HIV memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
2. Tertular Dari Jarum Yang Terkontaminasi
Selain penularan pada masa kehamilan, penggunaan jarum suntik bekas
bergantian juga merupakan cara penularan HIV yang mungkin terjadi pada anak.
Risiko ini terutama tinggi di kalangan anak pengguna narkoba suntik. Virus HIV
dapat bertahan hidup di dalam jarum suntik selama kurang lebih 42 hari setelah
kontak pertama kali dengan pemakai pertamanya (yang positif HIV). Maka, ada
peluang bagi satu jarum bekas untuk menjadi perantara penularan HIV kepada
banyak anak yang berbeda. Darah mengandung virus yang tertinggal pada jarum
dapat berpindah ke tubuh pemakai jarum selanjutnya melalui luka bekas suntikan.
3. Aktivitas Seksual
Penularan HIV lewat hubungan seks rentan terjadi dari kontak darah, air mani,
cairan vagina, atau cairan praejakulasi milik orang yang terinfeksi HIV dengan
luka terbuka atau lecet pada alat kelamin orang sehat, misalnya dinding dalam
vagina, bibir vagina, bagian penis mana pun (termasuk lubang bukaan penis),
ataupun jaringan dubur dan cincin otot anus. Perkawinan anak di bawah umur
dengan orang yang berisiko memiliki HIV juga membuat mereka lebih rentan
terkena infeksi.
4. Tranfusi Darah
Praktik donor darah dengan jarum yang tidak steril juga dapat meningkatkan
risiko HIV pada anak, terutama di negara-negara yang tingkat kemiskinannya
masih tinggi. Anak yang menerima donor dari orang yang positif HIV juga
berisiko terinfeksi.
D. Gambaran Klinis
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spektrum
yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimptomatik) pada stadium awal sampai
gejala yang berat pada stadium lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala AIDS rata-
rata timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya infeksi HIV menjadi AIDS
belum diketahui jelas. Diperkirakan infeksi HIV yang berulang-ulang dan pemaparan
terhadap infeksi-infeksi lain memperngaruhi perkembangan kearah AIDS. Menurunnya
jumlah hitungan CD4 dibawah 200 sel / mL menujukkan perkembangan yang semakin
buruk. Keadaan yang memburuk juga ditunjukkan oleh peningkatan B2 mikro globulin,
p24 (antibodi terhadap protein core) dan juga peningkatan IgA.
E. Pathofisiologi
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4 ,
virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun,
sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri,
jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV /
AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain,
organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh
selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan
susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa
inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang mencapai
11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun. (DEPKES 1997).
Awal replikasi HIV pada anak tidak memiliki manifestasi klinis yang jelas. Jika
dilakukan uji isolasi virus atau dengan PCR untuk melihat rantai mucleic acid, kurang
dari 50% dari bayi yang menunjukan terinfeksi saat lahir, namun hamper semua bayi
yang terinfeksi HIV-1 pada darah perifer dalam usia 4 bulan.
Pada orang dewasa masa laten klinis yang panjang (8-12 tahun) tidak menunjukan
latensi virus. Faktanhya ada peningkatan jumlah virus dan CD4 menginfeksi sebagian
besar sel imonokompeten tubuh. Kebanyakan anak-anak dalam kelompok ini positif pada
kultur HIV-1 dan atau virus plasma (median 11.000/mL). dalam jumlah 48 jam pertama
kehidupan. Ini menunjukan bahwa bayi baru lahir telah terinfeksi virus dari dalam
kandungan. Pertumbuhan virus dengan cepat meningkat dan mencapai puncaknya pada
umur 2-3 bulan (median 750.000/mL). Berbeda dengan pertumbuhan virus pada orang
dewasa, pada bayi pertumbuhan virusnya tetap tinggi setidaknya dalam tahun pertama
kehidupan.
Anak yang terinfeksi HIV memiliki perubahan dalam system imunitas tubuhnya
seperti halnya pada orang dewasa yang terinfeksi HIV. Penularan sel CD4 mungkin tidak
terlalu drastic karena biasanya bayi memiliki limfositosis relative. Oleh karena itu, jika
pada anak < 1 tahun nilai CD4 1.500/mm kubik merupakan indikasi penurunan CD4 yang
parah, sebanding dengan < 200 mm kubik pada orang dewasa. Limfopenia relative jarang
terjadi pada anak yang terinfeksi dalam kandungan dan biasanya hanya terlihat pada usia
yang lebih tua atau pada stadium akhir penyakit, meskipun anergi kulit merupakan hal
umum selama infeksi HIV, tapi terjadi juga pada bayi sehat < 1 tahun, maka
interpretasinya sulit pada bayi yang terinfeksi. Keterlibatan system saraf pusat umumnya
terjadi pada pasien anak daripada orang dewasa . Makrofag dan microglia memainkan
peran penting dalam neuropathogenesis HIV, dan ada data juga menunjukan bahwa
astrosit juga mu ngkin terlibat. Meskipun mekanisme khusus ensefalopati pada anak
belum jelas, perkembangan otak bayi, dengan myelinization tertunda, akan lebih rentan
terhadap infeksi HIV.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi
HIV/AIDSberdasarkan tes yang dapat mendeteksi adanya antigen dan antibody HIV.
Ketika HIVmemasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan membentuk antibody
sebagai respon tubuhterhadap infeksi. Sehingga apabila pada darah seseorang
terdapat antibody HIV, makaseseorang tersebut adalah terinfeksi. Kebanyakan orang
membentuk antibody HIV antara 6-2 minggu dari waktu infeksi. Di Amerika Serikat
dilakukan kombinasi dua tes antibody HIV. Apabila antibody HIV dideteksi pada tes
awal (ELISA), lalu dilakukan tes kedua yaitu Western Blot untuk mengukur antigen
yang berikatan dengan antibody.
b) Test ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
ELISA merupakan komponen integral dari laboratorium klinik. Tingkat sensitifitas
yang tinggi dan minimnya pengunaan radioisotop menyebabkan tes ini luas
digunakan untuk mendeteksi antigen dan antibody secara kualitatif dan kuantitatif.
Jikadigunakan dengan baik, tes ini mempunyai sensitifitas > 98%. Dasar
pemeriksaan ini adalah mereaksikan antigen HIV dengan serum. Apabila di dalam
serum terdapat antibody HIV, akan terjadi ikatan antigen-antibody.
c) Tes Western Blot
Tes Western Blot merupakan cara pemeriksaan yang lebih spesifik dimana antibody
terhadap protein HIV dari berat molekul tertentu dapat terdeteksi.
d) PCR (Polymerase Chain Reaction)
Tes ini digunakan untuk mendeteksi materi genetic virus pada darah.pemeriksaan ini
sangat akurat dan dapat mendeteksi infeksi virus HIV Secara dini. Tes PCR dapat
mendeteksi virus 14 hari setelah infeksi.
e) Tes Antibody
Uji antibody HIV mendeteksi adanya antibody HIV yang diproduksi sebagai bagian
respons imun terhadap infeksi HIV. Pada anak usia > 18 bulan, uji antibody HIV
dilakukan usia >18 bulan karena antibody maternal yang ditransfer secara pasif
selama kehamilan, dapat terdeteksi sampai umur 18 bulan.
Jika seseorang terinfeksi Human Imunnodeficiency Virus (HIV) maka sistem imun
akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3-12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6-12 bulan. Hal ini
menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes
positif. Tapi antibody Human Imunnodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
G. Prognosis
Penderita HIV yang tidak mendapatkan penanganan, memiliki prognosis yang
buruk, dengan tingkat mortalitas > 90%. Rata-rata jangka waktu sejak infeksi hingga
kematian adalah 8-10 tahun (tanpa intervensi ARV). Terapi ARV membantu mengontrol
dan mengurangi replikasi HIV hingga aktivitas virus (viral load) tidak terdeteksi dalam
darah melalui pemeriksaan laboratorium, sehingga memberi kesempatan untuk tubuh
melakukan restorasi dari sistem imun hingga mencapai tingkat aman dan menghindari
progresifitas HIV. Terapi ARV juga mengurangi tingkat transmisi dan penularan dari
HIV, terutama melalui paparan darah maupun hubungan seksual. Tanpa pemberian terapi
ARV, penderita infeksi HIV akan dapat mengalami penurunan sistem imun secara
konstan sehingga dapat mencapai kondisi yang dikenal sebagai AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) yang umumnya ditandai dengan timbulnya berbagai
infeksi oportunistik dan dengan kadar sel CD4 <200.
H. Penatalaksanaan Medis
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi apabila terinfeksi HIV maka terapinya
yaitu:
a) Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi oportuniti,
nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan
perawatan yang kritis.
b) Terapi AZT (Azitomidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
c) Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat replikasi virus atau
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obatan ini adalah:
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
d) Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
e) Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
megubah perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
f) Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi
kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
II. Asuhan Keperawatan Kasus dengan HIV/AIDS
A. Pengkajian
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawab,
tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit
Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa
terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing,
sakit kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada
extremitas, batuk produkti / non.
2. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare,demam
berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang hilang
timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas hormonal (antibody),
riwayat kerusakan respon imun seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang
sudah lama tidak sembuh.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah penderita melalui ASI.
4. Pemeriksaan Fisik
 Aktifitas Istirahat
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang, progresi, kelelahan /
malaise, perubahan pola tidur.
 Gejala subyektif
Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali,
lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
 Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup, ungkapkan perasaan
takut, cemas, meringis.
 Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilanginterest pada
lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan
konsentrasi, halusinasi dan delusi.
 Neurologis
Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan, kaku kuduk,
kejang, paraf legia.
 Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
 Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
 Pernafasan
Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang parah), batuk produktif/non
produktif, bendungan atau sesak pada dada.
 Integument
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diare b/d proses infeksi
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Resiko Defisit nutrisin b/d factor psikologi (mis stress, keengganan untuk makan)
4. Resiko ketidakseimbangan cairan b/d asites
5. Gangguan pertukaran gas b/d infeksi saluran nafas
C. Intervensi keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Diare b/d proses Setelah dilakukan Observasi :
5. infeksi tindakan keperawatan
1. Identifikasi penyebab diare
selama 1x24 jam maka
( mis. Inflamasi
eliminasi fekal membaik
gastrointestinal, iritasi
dengan kriteria hasil:
gastrointestinal, proses infeksi,
1. Frekuensi BAB
malabsorbsi, ansietas, stress,
membaik
efek obat-obatan, pemeberian
2. Konsistensi feses
botol susu)
membaik
2. Identifikasi riwayat pemberian
3. Kontrol pengeluaran
makanan
feses meningkat
3. Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistenasi
tinja
4. Monitor jumlah pengeluaran
diare
5. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik :

6. Berikan asupan cairan oral


( mis. Larutan garam, gula,
oralit, pedialit, renalit)
7. Pasang jalur intravena
8. Berikan cairan intravena (mis.
Ringer laktat) jika perlu
9. Ambil sampel feses
10. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit, kultur, jika perlu
Edukasi :

11. Anjurkan makanan porsi kecil


dan sering secara bertahab
Kolaborasi :
12. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses, jika diperlukan

2. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi :


aktivitas b/d tindakan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan selama …x24jam maka tubuh yang mengakibatkan
intoleransi aktivitas kelelahan
meningkat dengan 2. Monitor pola dan jam tidur
kriteria hasil :
Terapeutik :
1. Frekuensi nada
3. Sediakan lingkungan nyaman
meningkat
dan rendah stimulus
2. Perasaan lemah
4. Berikan aktivitas distraksi
menurun
yang menenangkan
3. Frekuensi nafas
membaik Edukasi :
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
7. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda gejala
kelelahan tidak berkurang

Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
3. Resiko Defisit Setelah dilakukan Observasi :
nutrisi b/d factor tindakan keperawatan
psikologi (mis selama …x24 jam maka 1. Identifikasi status nutrisi
stress, satatus nutrisi membaik 2. Identifikasi makanan yang
keengganan untuk dengan kriteria hasil : disukai
makan) 1. Porsi makanan yang 3. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat 4. Monitor hasil pemeriksaan
2. Diare menurun laboratorium
3. Frekuensi makan Terapeutik :
membaik 5. Lakukan perawatan mulut
4. Nafsu makan sebelum pemeberian makan
membaik 6. Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien
7. Sajikan makanan yang lebih
menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi :
8. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
Kolaborasi :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan, jika perlu
4. Resiko Setelah dilakukan Observasi :
ketidakseimbanga tindakan keerawatan 1. Monitor status hidrasi
n cairan b/d asites selama …x24 jam maka 2. Monitor berat badan harian
status cairan membaik 3. Monitor berat badan sebelum
dengan kriteria hasil : dan sesudah dialisisi
1. Asupan cairan 4. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
2. Dehidrasi menurun 5. Monitor status hemodinamik
3. Kelembapan Terapeutik :
membran mukosa 6. Catat intake dan output dan
meningkat hitung balnce cairan 24 jam
7. Berikan asuan cairan, sesuai
kebutuhan
8. Berikan cairan intravena jika
perlu
Edukasi :
-
Kolaborasi :
9. Koborasi pemberian diuretic,
jika perlu
5. Gangguan Setelah dilakukan Observasi :
pertukaran gas tindakan keperawatan 1. Monitor frekuensi, Irma,
b/d infeksi selama …x24 jam maka kedalaman dan upaya nafas
saluran nafas pertukaran gas 2. Monitor pola nafas
meningkat dengan 3. Monitor adanya sumbatan jalan
kriteria hasil : nafas
Terapeutik :
1. PCO2 membaik
4. Atur interval pemantauan
2. Pola nafas membaik
respirasi sesuai kondisi pasien
3. Warna kulit membaik
5. Dokumentasi hasil pemantauan
4. Sianosis membaik
Edukasi :
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan pada keluarga
pasien
7. Informasikan hasil pemantauan
pada keluarga
Kolaborasi :
9. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen (jika perlu)
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi
dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikitnya.
E. Evaluasi keperwatan
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan
perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
Pathway HIV/AIDS
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS DENGAN HIV/AIDS

A. Pengkajian

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. A
2. Tempat tanggal lahir/usia : Poasia, 27 Mei 2005/ 6 bulan 8 hari
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama :...............................................Islam
5. Pendidikan : belum sekolah
6. Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
7. Tanggal masuk : 18 Mei 2011
8. Tangal pengkajian : 19 Mei 2011
9. Diagnosa Medik : HIV-AIDS
10. Rencana therapi : Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg
Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram pro
Fisiotherapy
Inj. B12 : 2cc/ 12 jam
Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam
Infus Dextrose 5% dan Nacl 0,45% : 40 gtt/i
O2 : 1 – 2 l/m ( K/P )
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah :
Nama : Tn. T.L
Usia : 27 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
2. Ibu
Nama : Ny. R
Usia : 25 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : BTN Kendari Permai Blok J No.14
C. Identitas Saudara Kandung
KETERANGA
NO NAMA USIA HUBUNGAN
N
6 Anak pertama
Saudara
1 An. A bulan dari Ny. R & Tn.
kandung
8 hari T.L

D. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS


Ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh diare disertai dengan demam
Riwayat Sekarang
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Diare dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB kurang dan
sejak 2 hari yang lalu diare semakin parah diserta dengan demam, terdapat
bercak-bercak terasa gatal pada kulit, diare diikuti dengan batuk, sesak dank
lien tidak mampu menyusu dengan alasan tersebut orang tuaa klien membawa
klien ke RS untuk diperiksa.
2. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Pre Natal Care
2. Pemeriksaan Kehamilan : 3 kali
3. Keluhan ibu selama hamil : Perdarahan : tidak ada
4. PHS : tidak ada
5. Infeksi : tidak ada
6. Ngidam : kadang-kadang
7. muntah-muntah : -
8. deman :merasa lemas
9. Riwayat : terkena sinar tidak ada terapi obat : selama hamil tidak minum obat
obatan
10. Kenaikan BB selama hamil : 2 Kg
11. Imunisasi TT : 2 kali
12. Golongan darah ibu : lupa
13. Golongan darah ayah : A
3. Natal Tempat melahirkan : Di Puskesmas
Lama dan jenis persalinan : Spontan/normal
Penolong persalinan : Bidan & dokter
Cara untuk memudahkan persalinan : tidak ada
Komplikasi waktu lahir : tidak ada komplikasi selama persalinan ataupun setelah
persalinan (sedikit perdarahan di daerah vagina)
4. Post Natal
Kondisi bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
kemerahan (-) ; Probel menyusui : ( tidak ada ); BB stabil Penyakit yang pernah
dialami : Batuk (- ), deman (-), diare ( - ), kejang (-) ; lain-lain
- Kecelakaan yang dialami : jatuh tidak pernah tenggelam tidak pernah lalu lintas
tidak pernah
Keracunan tidak pernah
- Pernah : makanan obat-obatan(-) ; zat/substansi kimia (-); textil (-)
- Konsumsi obat-obatan bebas tidak pernah
- Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : Lambat (-), sama (- ), cepat
(- )
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Penyakit anggota keluarga : ibu klien positif HIV
- Genogram

Keterangan :
= laki-laki = Perempuan = Hub perkawinan
= klien

II. Riwayat Imunisasi

No Imunisasi Umur Tanggal pemberian Reaksi


1 BCG 1,bulan - Demam
2 DPT 1 Lupa - Demam
DPT 2 Lupa - Demam
DPT 3 Lupa - Demam
3 Polio 1 - - -
Polio 2 - - -
Polio 3 - - -
Polio 4 - - -
4 Hepatitis B Lupa - -
5 Campak - - -

III. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan :5 kg
2. Tinggi badan : 50 cm
3. Waktu tumbuh gigi : belum
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat : (5 bulan)
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : belum
3. Merangkak : belum
4. Berdiri : belum
5. Berjalan : belum
6. Senyum kepada orang lain : baik
7. Bicara pertama kali : belum
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih dibantu ibunya
IV. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusu saat lahir: satu jam setelah lahir
2. Cara pemberian : setiap kali menangis dan tanpa menangis
3. lama pemberian : 15-20 menit

B. Pemberian Susu
1. Alasan pemberian : tidak pernah diberikan susu formula hanya ASI
2. Jumlah pemberian :
3. Cara pemberian : dengan menete
C. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahapan Usia Sampai Nutrisi Saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian
0 bulan- saat Asi Masih berlangsung saat
ini ini

V. Riwayat Psikososial
- Apakah anak tinggal di : ( - ) apartemen, (-) rumah sendiri, (ya) kontrak
- Lingkungan berada di : ( - ) kota, ( ya ) setengah kota, ( -) desa
- Hubungan antar anggota keluarga : (ya ) harmonis, ( ya ) berjauhan
- Pengasuh anak : (ya ) orang tua, ( -) baby siter, ( -) pembantu, ( - ) nenek/kakek
VI. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga : anggota keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
- Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiataan keagamaan
VII.Reaksi Hospotalisasi
A. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena khawatir dan cemas tentang
keadaan anaknya yang demam terus
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : dokter menceritakan sebagian
kecil kondisi anaknya dan kelihatannya orang tua belum mengerti hal ini dibuktikan
dengan ekspresi wajah orang tua dan pertanyaan yang timbul sekitar keadaan
anaknya
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : (ya ) cemas, (ya ) takut, ( ya ) khawatir,
(-) biasa
B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS : -
- Menurutmu apa penyebab kami sakit :
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu -
- Bagaimana rasanya di rawat di RS : ( - ) Bosan, (ya) takut, (- ) senang
VIII. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
SEBELUM
KONDISI SAAT SAKIT
SAKIT
1. Keinginan menyusui Baik Kurang
2. Menu makan ASI -
3. Frekuensi menyusui 7x sehari Tidak pernah
4. Makanan disukai - -
5. Makanan pantangan - -
6. Pembatasan pola tidak ada -
makan

7. Cara makan - -
8. Ritual saat makan - -

B. Cairan :
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Jenis minuman ASI Tidak ada
2. Frekuensi minum Setiap kali haus sering
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui tergantung
4. Cara pemenuhan ASI Terpasang ivfd

C. Eliminasi (bak/bab) :
KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1. Tempat pembuangan Kain sarung Popok
2. Frekuensi (waktu) BAK=sering BAK=sering
3. Konsistensi BAB=2xsehari BAB=4-6x
4. Kesulitan Sering encer encer
5. Obat pencahar Tidak pernah Tidak ada
digunakan

D. Istirahat tidur :
SEBELUM
KONDISI SAAT SAKIT
SAKIT
1. Jam tidur
Siang 12.00-14.00 Jam 14.00-5.00
malam 20.00-06.00 Jam 21.00-7.30
2. Pola tidur Teratur Berkurang
3. Kebiasaan sebelum menyusu menyusu
tidur gelisah sering terbangun karena
4. Kesulitan tidur popoknya basah oleh
feses.
E. Istirahat tidur : olahraga: tidak dikaji
F. Personal Hygiene :
SEBELUM
KONDISI SAAT SAKIT
SAKIT
1. Mandi Mandi 2x sehari Tidak pernah mandi
pagi dan sore hanya di lap badan 1x
dibantu orang tua sehari/melap badan
Belum pernah dilakukan
Belum pernah dilakukan
2. Cuci rambut Tidak menentu

3. Gunting kuku Setiap kali kuku Belum pernah dilakukan


terlihat panjang
dibantu oleh
orang tua
4. Gosok gigi

G. Aktivitas/Mobilisasi Fisik
Tidak dikaji
H. Rekreasi
Tidak dikaji
IX. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum klien
2. Tanda-tanda vital :
- Suhu : 38 oC
- Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 28 kali/menit
- Tekanan Darah : 95/60 mmHg
3. Antropometri :
- Tinggi badan : 50 cm
- Berat badan : 5 kg
- Lingkar lengan atas : normal
- Lingkar kepala : normal
- Lingkar dada : normal
- Lingkar perut : normal
- Skin Fold : normal
4. Sistem Pernafasan
a) Hidung : ( ya ) Simetris, ( tidak ada) pernafasan cuping hidung, ( ada ) sekret,(ada)
( tidak ada Polip, ( tidak ada) epistaksis
b) Leher : pembesaran kelenjar (tidak ada), tumor ( tidak ada) terjadi peradangan pada
eksofagus (ya)
c) Dada :
d) Bentuk dada normal ( normal ), barrel (- ), pigeon chest ( - )
e) Perbandingan ukuran AP dengan tranversal : 1:1
f) Gerakan dada : simetris ( ya ), terdapat retraksi ( tidak ada ), alat bantu pernapasan
(tidak ada)
g) Suara napas : VF (- ), Ronchi ( ya), Wheezing ( - ), Stridor ( - ), Rales ( - ) sonor (ya)
h) Apakah ada clubbing finger (tidak ada)
5. Sistem Cardio Vaskuler
1. Conjungtiva anemia : (tidak ada), bibir pucat/cyanosis (), arteri carotis :
Kuat/lemah, Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
2. Ukuran jantung : Normal ( normal ), membesar ( - ), IC/apex ( - )
3. Suara jantung : normal
4. Capillary refilling time : >2 dtk
6. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Ikterus ( ya ), Bibir : lembab/kering/pecah-pecah (ya), labia skizis ( - )
terjadi peradangan pada mukosa mulut (ya)
2. Mulut : stomatis ( ya ), palato skizis ( -), jumlah gigi sudah tumbuh smua
(belum lengkap) kemampuan menelan : baik/sulit, lain-lain
3. Gaster ; kembung ( normal ), klien normal ginjal normal faeces normal mules
(ya) muntah(ya)
4. Anus : lecet terdapat bintik dan meradang gatal
5. Hemaroid tidak ada
7. Sistem Indra
a) Mata
Kelopak mata normal . bulu mata ada alis ada hitam pekat lain-lain
Visusu (Gunakan snellen chard) normal
Lapang pandang agak cekung
b) Hidung
c) Penciuman (kurang baik), perih di hidung ( tidak ada ), trauma ( tidak ada ),
mimisan (-) Sekret yang menghalangi penciuman ada
d) Telinga
Keadaan daun telinga : bentuk normal kanal alditoris : bersih (-), serumen (ya)
e) Fungsi pendengaran : kesan baik
8. Sistem Indra
a) Fungsi Cerebral
- Status mental : orientasi masih tergantung orang tua
- Kesadaran : eyes 4 motorik : 6 verbal : 5 dengan GCS 15
- Bicara: -
b) Fungsi Cranial
NI : (- )
N II : visus normal lapang pandang normal
N III, IV, VI : Gerakan bola mata normal pupil : isokor ( - ), an isokor ( ya )
N V: Sensorik motorik normal
N VII : Sensorik otonom normal motorik normal
N VIII: Pendengaran : baik normal keseimbangan normal
N X: Gerakan uvulanormal .rangsang muntah/menelan ( normal )
N XI : Sternocledomastoideus : normal trapesius
N XII : Gerakan lidah baik
c) Fungsi motorik : massa otot normal tonus otot normal .kekuatan otot normal
d) Fungsi sensorik : suhu 38 nyeri sakal 4 getaran tidak ada posisi normal
diskriminasi tidak ada
e) Fungsi cerebellum : koordinasi normal keseimbangan normal
f) Refleks : Biseps normal , trisep normal patella normal Babinski normal
g) Iritasi meningen : Kaku dduk ( baik ), laseque sign ( baik ), Brudzinski I/II baik
9. Sistem Muskolo Skeletal
 Kepala : Bentuk kepala : (kurang baik, sedeikit nyeri)simetris gerakan : normal
 Vertebrae : Scoliosis ( ya ), Lordosis ( - ), gerakan ( normal), ROM ( - ), fungsi
gerak tidak ada
 Pelvis : Gaya/jalan baik gerakan baik ROM baik Trendelberg test baik
Ortolani/Barlow
 Lutut : Bengkak ( - ), kaku ( - ), gerakan ( - ), MC Murray Test ( - ), Ballotement
test ( -).
 Kaki bengkak ( - ) : gerakan normal kemampuan jalan normal tana tarikan normal
 Tangan : bengkak (- ), gerakan normal ROM baik
10. Sistem Integumen
 Rambut : warna : hitam tebal mudah tercabut tidak
 Kulit ; warana kulit pucat dan terdapat bintik-bintik gatal , turgor menurun > 2 dtk
 Kuku : warna : normal permukaan kuku :halus mudah patah ( tidak ), kebersihan
baik
 Suhu meningkat 39 derajat celcius, akral hangat, akral dingin(waspada syok) capillary
refilltime memanjang > 2 dt, kemerahan perianal.
11. Sistem Endokrin :
a) Kelenjar thyroid : tidak ada
b) Ekskresi urine berlebihan tidak ada normal
c) Suhu tubuh tidak tetap, keringat, normal.
d) Riwayat urine dikelilingi semut : tidak ada
12. Sistem Perkemihan:
 Oedema palpebra : ( - ), moon fase ( - ), oedema anasarka ( - )
 Keadaan kandung kemih : normal
 Nocturia ( - ), dysuria ( - ), kencing batu (- )
13. Sistem Reproduksi :
a) Wanita
Payudara : putting menonjol aerola mammae ada cesar tidak
Labia mayora & minora bersih (- ), sekret ( - ), bau ( - )
b) Laki-laki
Keadaan glans penis : (merah dan gatal)uretra - kebersihan -
Testis sudah turun -
Pertumbuhan rambut : kumis – janggut - ketiak
Pertumbuhan jakun - perubahan suara -
14. Sistem Imun
- Alergi (cuaca ( tidak ), debu ( tidak ), bulu binatang ( tidak ), zat kimia pasien
tidak mempunyai alergi
X. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
A. 0-6 tahun
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar : dapat naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa bermain bola
2. Motorik halus : menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri
3. Bahasa : pasien sudah belajar berbicra kata yang di ucapakan sudah mulai jelas
walaupun ada beberapa abjad yang belum bisa di ucapakan
4. Personal social : perkembangan sosial pasien baik suka bermain bersama
B. 6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif : -
2. Perkembangan psikoseksual : -
3. Perkembangan psikososial : -
XI. Test Diagnostik :
HB 8,5 gr% N: 12 – 14 gr%
LED 55 mm/jam N: < 20 mm / jam
Leukosit 5,3. 103 / mm3 N: 5.103 – 9.103 /
mm3
Trombosit 40.103 / mm3 N: 15.103 – 45.103 /
mm3
Hematokrit 26% N: 37 – 45%
Hitung jenis :
Eosingtil 1% N: 2 – 4 %
Rasifil 0,1% N: 0,5 – 1%
Neutrofil staf 2% N: 2 – 6%
Neutrofil segmen 75% N: 50 – 70%
Lymfosit 20% N: 20 – 40%
Monosit 2% N: 3 – 8%
Retikulosit 0,3% N: 0,8 – 1%
EKG : Interpretation :
Sinus tachycardia with short PR
NonSpecific ST and T wave abnormality
Abnormal EKG
Kesan : Intracardiac Normal, EF 69 %
BMP :
Hb : 8,7 gr%
Leukosit : 3,20 /Ul
Trombosit : 435000/Ul
Metamielesit :8%
XII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg
Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram pro
Fisiotherapy
Inj. B12 : 2cc/ 12 jam
Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam
Infus : RL 20 tts/m
O2 : 1 – 2 l/m ( K/P )

Analisa Data

No Data fokus Etiologi Problem


1. DS : AIDS Ansietas
Keluarga klien mengatakan
sangat khawatir dengan
Gelisah
kondisi anaknya, maka dari
itu anaknya di bawa ke RS.
DO :
Merasa ketakutan akan
Keluarga klien nampak
penyakit anaknya
gelisah dan selalu
menanyakan kondisi anaknya.
Ansietas
2. DS : Lesi oral Defisit nutrisi
ibu klien mengatakan, klien
tidak mau makan/malas
Ketidakmampuan menyusu
makan
Ibu klien mengatakan  
anaknya susah menelan akibat
Perubahan indra pengecap
luka-luka pada mulutnya
DO :
Klien nampak cengeng bila Menurunkan keinginan
inbin diberi makan dan porsi
menyusu
makannya tidak habis serta
BB turun menjadi 20 kg dari
25kg.Inter
Defisit Nutrisi

B. Diagnose
1. Ansietas b/d kekhawatiran mengelami kegagalan & ancaman terhadap kematian
2. Resiko Defisit nutrisi b/d factor psikologi (mis stress,keengganan untuk makan)
C. Intervensi
No Diagnoosa Tujuan & Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil

1 Ansietas b/d Setelah dilakukan Observasi :


kekhawatiran tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
mengelami selama 1x24 jam berubah (mis. kondisi, waktu
kegagalan & diharapkan ansietas stressor).
ancaman terhadap dapat menurun dengan 2. Identifikasi kemampuan
kematian kriteria hasil : mengambil keputusan.
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas
kebingungan (verbal dan non verbal).
menurun. Terapeutik :
2. Verbalisasi 4. Temani pasien untuk mengurangi
khawatir akibat kecemasan, jika memungkinkan.
kondisi yang 5. Dengarkan dengan penuh
dihadapi menurun. perhatian.
3. Perilaku gelisah 6. Tempatkan barang pribadi yang
menurun. memberikan kenyamanan.
4. Perilaku tegang 7. Fasilitasi menidentifikasi teknik
menurun. hipnotis yang tepat (mis gerakan
5. Perasaan tangan ke wajah, teknik esklasi,
keberdayaan fraksinasi, teknik hipnotis 5 jari)
membaik. Edukasi :
6. Orientasi membaik 8. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami.
9. Informasikan secara faktual
mengeni diagnosis pengobatan,
dan prognosis.
10. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu.
11. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan.
12. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat.
13. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi :
14. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
2 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan Observasi :
ketidakmampuan tindakan keperawatan
1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan selama 1x24 jam maka
2. Identifikasi makanan yang
dan kurangnya satatus nutrisi
disukai
asupan makanan membaik dengan
3. Monitor asupan makanan
kriteria hasil :
4. Monitor hasil pemeriksaan lab
a) Porsi makanan yang Terapeutik :
dihabiskan
5. Sediakan makanan yang tepat
meningkat
sesuai kondisi pasien
b) Frekuensi makan
6. Sajikan makanan yang lebih
membaik
menarik dan suhu yang sesuai
c) Nafsu makan
Edukasi :
membaik
7. Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi
Kolaborasi :

8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika
perlu

D. Implementasi & Evaluasi

No Tgl/Jam DX Implementasi Evaluasi


1 19/05/11 I Observasi : S:
Keluarga klien mengatakan
08.00
1. Identifikasi saat tingkat sangat khawatir dengan kondisi
ansietas berubah anaknya, maka dari itu anaknya
08.15
2. Monitor tanda-tanda di bawa ke RS.
ansietas (verbal dan non O:
verbal). Keluarga klien nampak gelisah
Terapeutik : dan selalu menanyakan kondisi
3. Temani pasien untuk anaknya
08.25
mengurangi kecemasan, jika Tanda-tanda vital:
memungkinkan. Suhu   : 38,5 º  C
4. Tempatkan barang pribadi Nadi    : 120x/m
09.02
yang memberikan Pernafasan : 28x / m
kenyamanan. TD    : 95/60 mmHg
5. Fasilitasi menidentifikasi A : masalah belum teratasi
09.14
teknik hipnotis yang tepat P : Intervensi dilanjutkan
(mis gerakan tangan ke
wajah, teknik esklasi,
fraksinasi, teknik hipnotis 5
jari)
Edukasi :
6. Informasikan secara faktual
09.23
mengeni diagnosis
pengobatan, dan prognosis.
7. Anjurkan keluarga untuk
10.00
tetap bersama pasien, jika
perlu
10.06
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
2 19/05/11 II Observasi : S:
ibu klien mengatakan, klien
08.54 1. mengidentifikasi status
nutrisi tidak mau makan/malas makan
09.00
2. mengidentifikasi makanan Ibu klien mengatakan anaknya
09.16 yang disukai susah menelan akibat luka-luka
3. memonitor asupan pada mulutnya
10.00
makanan O:
4. memonitor hasil Klien nampak cengeng bila
10.11 pemeriksaan laboratorium inbin diberi makan dan porsi
Terapeutik : makannya tidak habis serta BB
10.15 turun menjadi 20 kg dari
5. melakukan perawatan mulut
25kg.Inter
sebelum pemeberian makan
A:
6. menyediakan makanan yang
Masalah belum teratasi
10.21 tepat sesuai kondisi pasien
P:
Edukasi :
Intervensi dilanjutkan
7. menjelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namun
10.43
tetap terjangkau
Kolaborasi :
8. mengkolaborasikan dengan
ahli gizi, jika perlu
Riview Jurnal
1. Judul Penelitian
Penurunan tingkat kecemasan pasien hiv/aids melalui terapi hipnotis lima jari
2. Tahun Penelitian
2020
3. Alamat Jurnal
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
4. Tujuan
5. LatarBelakang
Terapi hipnotis lima jari merupakan proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan
mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan/ relaksasi melalui
komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra visual, sentuhan, pedoman, penglihatan dan
pendengaran (Saputri, 2011). Hipnotis lima jari adalah pemberian perlakuan pada pasien
dalam keadaan rileks, kemudian memusatkan pikiran pada bayangan atau kenangan yang
diciptakan sambil menyentuh lima jari secara berurutan dengan membayangkan kenangan
(Hastuti & Arumsari, 2016).
Penggunaan hipnotis lima jari merupakan seni komunikas verbal yang bertujuan membawa
gelombang pikiran klien menuju trance (gelombang alpha/theta). Dikenal jugan dengan
hipnotis diri yang bertujuan untuk mengendalikan diri, menghilangkan kecemasan dengan
melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja jantung, pernapasan,
tekanan darah, kelenjar keringat Dll (Barbara, 2010 dalam Evangelista et al, 2016).
6. Metode
Desain penelitian ini adalah Quasy experiment pre and post test, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien HIV/AIDS berjumlah 45 orang.
7. Subjek Penelitian
subjek penelitian ini adalah pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu sebanyak 31 orang yang menderita penyakit HIV/AIDS.
8. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi hipnotis
lima jari sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang (48,4%) pada
tingkat kecemasan berat sebanyak 14 orang (45,2%) dan pada tingkat kecemasan ringan
sebanyak 2 orang (6.5%). Setelah diberikan terapi hipnotis lima jari menunjukkan bahwa
adanya penurunan jumlah tingkat kecemasan berat 2 orang (6,5%) tingkat kecemasan ringan
11 orang (35,5%) tingkat kecemasan sedang 18 orang (58,1%). Hasil penelitian ini di uji
statistik Wilcoxon di dapatkan hasil nilai p-value 0,002 (P< 0.05), Simpulannya ada pengaruh
yang signifikan terapi hipnotis lima jari terhadap tingkat kecemasan pasien HIV/AIDS.
9. Kesimpulan
Terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh hipnotis lima jari Terhadap tingkat
kecemasan Pada Pasien HIV/AIDS dengan nilai p= 0,002 (p<0,05).
10. Kelebihan
a. Judul penelitian sudah melampirkan, subjek,
b. Didalam penelitian ini spasi sudah teratur
c. Jurnal sudah menyertakan tabel sehingga memudahkan pembaca mengetahui hasil
penelitian
d. Kekurangan
a. Spasi pada jurnal tidak teratur dan jurnal tidak melampirkan tempat
b. Judul belum menggambarkan waktu penelitian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency virus (HIV). (Mansjoer, 2000:162)
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh kerusakan imunitas seluler yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) atau penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan
pasien memerlukan perawatan medis dan keperawatan canggih selama perjalanan penyakit.
(Carolyn, M.H.1996:601)
Dengan sedikit pengecualian, bayi dengan infeksi HIV perinatal secara klinis dan
imunologis normal saat lahir. Kelainan fungsi imun yang secara klinis tidak tampak sering
mendahului gejala-gejala terkait HIV, meskipun penilaian imunologik bayi beresiko
dipersulit oleh beberapa factor unik. Pertama, parameter spesifik usia untuk hitung limfosit
CD4 dan resiko CD4/CD8 memperlihatkan jumlah CD4 absolut yang lebih tinggi dan kisaran
yang lebih lebar pada awal  masa bayi, diikuti penurunan terhadap pada beberapa tahun
pertama
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang diagnostic.
Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai bagian
definisi mencakup demam, kegagalan berkembang, hepatomegali dan splenomegali,
limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat pada 2 atau
lebih area tidak bilateral selama >2 bulan), parotitis, dan diare.
B. Saran
Semoga dengan adanya Asuhan keperawatan ini kita semua dapat lebih memahami
masalah HIV/AIDS pada anak, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/142872339/Lp-Dan-Askep-Hiv-Aids Diakses pada


Selasa 16 November 2021 Pukul: 14.00
https://www.scribd.com/document/455370436/Tugas-HIV-AIDS-Kelompok-7-docx
Diakses pada Selasa 16 November 2021 Pukul: 14.30
https://www.academia.edu/34884395/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK
DENGAN_HIV_AIDS Diakses pada Selasa 16 November 2021 Pukul: 15.00
https://www.scribd.com/document/142683313/Pencegahan-Dan-Pemeriksaan-
Diagnostik-HIV-Aids Diakses pada Selasa 16 November 2021 Pukul: 15.30
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf Diakses pada Selasa 16
November 2021 Pukul: 16.00
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.568 Diakses pada Selasa 16 November 2021
Pukul: 16.00
https://www.scribd.com/doc/142872339/Lp-Dan-Askep-Hiv-Aids Diakses pada
Selasa 16 November 2021 Pukul: 16.00
https://www.scribd.com/presentation/249767330/Ppt-HIV-AIDS-Pada-Anak
Diakses pada Selasa 16 November 2021 Pukul: 16.00

Anda mungkin juga menyukai