Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG DEWI KUNTHI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik KMB 1


DenganDosen Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Anggi Rohmawati ( 2005005)


2. Arninda Tri Hastuti ( 2005008 )
3. Erlinda Putri Zahril ( 2005066 )
4. Eni Septiani ( 2005020 )
5. Jemy Kasanofa ( 2005025 )
6. Mohammad Sugiono ( 2005031 )
7. Rosyita Lutfiani ( 2005047 )
8. Virginia Anggita Rahayu ( 2005060 )
9. Widyas Tutik ( 2005062 )

PRODI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus merupakan


suatu penyakit yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau bisa
karena kedua-duanya yang juga merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia. Berdasarkan data pada laporan World Health Organization (WHO)
menyebutkan dari 57 juta kematian global di tahun 2008, 36 juta atau 63% disebabkan
karena penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes kanker, dan penyakit
pernafasan kronis. Dan angka tersebut diprediksikan akan terus meningkat dari tahun-
ketahun. Diabetes adalah penyakit yang kompleks dan rumit. Tingkat diagnosa
diabetes memberikan kontribusi yang signifikan terhadap komorbiditas dan tingkat
komplikasi diabetes. Berdasarkan data histori penderita penyakit diabetes dapat dibuat
rekomendasi prediksi penyakit diabetes yang membantu tenaga kesehatan yaitu
menggunakan klasifikasi data dengan decision tree. Menurut hasil survey World
Health Organization (WHO), jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia
menduduki ranking ke 4 terbesar di dunia. DM menyebabkan 5% kematian di dunia
setiap tahunnya. Diperkirakan kematian karena DM akan meningkat sebanyak 50%
sepuluh tahun yang akan datang. DM terbagi atas DM tipe I atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) jika pankreas hanya menghasilkan sedikit atau sama sekali
tidak menghasilkan insulin sehingga penderita selamanya tergantung inslin dari luar,
biasanya terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. DM tipe II atau Non-Insulin
Dependent Diabetes (NIDDM) adalah keadaan pankreas tetap menghasilkan insulin,
kadang lebih tinggi dari normal tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya.
Biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun karena kadar gula darah cenderung
meningkat secara ringan tapi progresif setelah usia 50 tahun terutama pada orang
yang tidak aktif dan mengalami obesitas. Penyebab diabetes lainnya adalah kadar
kortikosteroid yang tinggi, kehamilan (diabetes gestasional), dan obat-obatan.
Sebanyak 2 80% responden DM menderita DM tipe 2 dan mereka membutuhkan
pengobatan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Sangat disayangkan bahwa
banyak penderita diabetes mellitus yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit
yang lebih sering disebut penyakit gula. Hal ini mungkin disebabkan minimnya
informasi di masyarakat tentang diabetes terutama tentang gejala-gejalanya. Sebagian
besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh faktor keturunan.
Diabetes tipe 2 ini sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas akibat gaya
hidup yang dijalaninya (Soegondo S, 2005). Hal itu dibuktikan dengan banyaknya
jumlah penduduk di Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2 (tidak
tergantung insulin) hingga mencapai kurang lebih 90% hingga 95% pasien (Smeltzer
dan Bare, 2001). Peneliti Departemen Kesehatan menyatakan bahwa di Indonesia
menempati urutan ke empat di dunia setelah India, China, Amerika Serikat dan
Indonesia (Harjosubroto, 2007). Jumlah penderita diabetes mellitus terus meningkat
secara signifikan, karena dipicu oleh faktor-faktor seperti gaya hidup dan kurang gizi

b. TUJUAN

1) Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien


diabetes melitus.

2) Tujuan Khusus

a) Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien diabetes melitus.

b) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus.

c) Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan pasien


diabetes melitus sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.

d) Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien


diabetes melitus.

e) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien


diabetes melitus.

f) Mampu melaksanakan pendokumentasian


II. TINJAUAN TEORI

a. KONSEP DASAR

1) Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau


mengalihkan” ( siphon ). Mellitus berasal dari bahasa latin yang
bermaknamanis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu
yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetesmelitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaanabsolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin(Corwin, 2009).Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagaikelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagaikomplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron(Mansjoer dkk, 2007)Menurut
American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetusmerupakan suatu
kelompok panyakit metabolik dengan karakterristikhiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataukedua-duanya. Diabetes
Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulindan kehilangan toleransi
terhadap glukosa (Rab, 2008)

2) Etiologi

a) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

(1) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri


tetapimewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearahterjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
padaindividu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte
Antigen)tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
(2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon


autoimun. Inimerupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringannormal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yangdianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

(3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,


sebagaicontoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan
destuksi sel β pancreas.

b) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)Secara pasti penyebab


dari DM tipe II ini belum diketahui, factor geneticdiperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

(1) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

penyakitnyamempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI


ditandai dengan kelainandalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnyatampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yangmeningkatkan transport glukosa menembus membran
sel. Pada pasiendengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin denganreseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempatreseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor
insulin dengansystem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankandalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untukmempertahankan euglikemia (Price, 1995 cit
Indriastuti 2008).Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus
tidak tergantunginsulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orangdewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe


II,diantaranya adalah :

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65tahun)

b) Obesitas

c) Riwayat keluarga

d) Kelompok etnik

3) Patofisiologi

a) Diabetes tipe I.

Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untukmenghasilkan


insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yangtidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanantidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
danmenimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapatmenyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosatersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan danelektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagaiakibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatandalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein
dan lemak yangmenyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatanselera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnyamencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulinmengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) danglukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dansubstansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia.Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangukeseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan Ketoasidosisyang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeriabdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidakditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akanmemperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejalahiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadargula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

b) Diabetes tipe II.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan


dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresiinsulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksiintrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan
untuk mencegah terbentuknya glukosadalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresiinsulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkatyang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidakmampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadarglukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadigangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masihterdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahanlemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosisdiabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yangdinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita
diabetes yang berusialebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsunglambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe IIdapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebutsering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
4) Pathway
5) Manifestasi Klinis

a. Gejala
(1) Gejala Akut
Gejala pada klien Diabetes yang satu dengan yang laintidaklah
selalu sama, gejala-gejala umumnya timbul dengantidak mengurangi
kemungkinan adanya variasi gejala yang lain,dan bahkan ada penderita
Diabetes yang tidak menunjukkangejala apapun sampai pada suatu saat
tertentu (Tambayong,2007).
Pada permulaan gejala yang timbul meliputi tiga yaitu:

a) Polifagia/ banyak makan


Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan, untukmengkompensasikan hal
ini penderita sering merasakanlapar yang luar biasa sehingga
banyak makan.
b) Polidipsia/ banyak minum
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan
sehingga banyak minum.
c) Poliuria/banyak kencing
Gejala awal berhubungan dengan efek langsung darikadar
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampaidi atas 160-
180 mg/dl, maka glukosa akan sampai ke airkemih, jika kadarnya
lebih tinggi, ginjal akan membuangurin tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosayang hilang, karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka
sering berkemih dalam jumlah yang banyak.
d) Berat badan menurun meskipun banyak makan dan minum
e) Sering merasa lelah dan mengantuk
f) Mudah timbul bisul dan lama sembuhnya
g) Gatal-gatal terutama pada bagian luar alat kelamin 
h) Nyeri otot
i) Menurunnya gairah seksual
j) Penglihatan kabur, sering ganti ukuran kaca (Sudoyo,2007).
Dalam keadaan ini penderita biasanya menunjukkan peningkatan
berat badan yang terus naik (gemuk), karena padasaat ini kebutuhan
insulin masih mencukupi, dan bila keadaantersebut tidak lekas diobati
maka lama kelamaan mulai terjadikemunduran kerja insulin, kemudian
tidak terjadi 3P lagimelainkan 2P saja yaitu nafsu makan mulai
berkurang, banyakminum atau polidipsi, banyak kencing atau poliuria,
mudahlelah, berat badan turun dengan cepat yaitu turun sampai 5-10kg
dalam 2-4 minggu, dan bila tidak cepat diobati maka dapattimbul rasa
mual bahkan penderita dapat tidak sadarkan diriakibat peningkatan
kadar glukosa yang sangat tinggi, biasanya600 mg % yang disebut
dengan Koma Diabetika. 

(2) Gejala kronik


Kadang-kadang penderita Diabetes Melitus tidakmenunjukkan
adanya gejala akut atau mendadak, tetapi penderita tersebut tidak
menunjukkan gejala-gejala sesudah beberapa bulan atau beberapa
tahun mengidap penyakitDiabetes Melitus, yang biasa disebut gejala
kronis menahun,dan gejala kronis yang sering timbul adalah:
Kesemutan, rasa panas di kulit, rasa tebal di kulit, kram, capai,
ngantuk, matakabur yang berubah-ubah, gatal di sekitar kemaluan
terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan lepas, kemampuan
seksualmenurun, sering pada ibu hamil mengalami keguguran,
ataumelahirkan bayi mati (Smeltzer, 2001).
b. Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :

(1) Test urin reduksi dan sedimen positif. 


(2) Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.c.
(3) Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.
6) Komplikasi
Komplikasi Diabetes Melitus merupakan faktor yangmembahayakan
jiwa penderita, dengan adanya insulin komplikasi akutdapat dicegah, akan
tetapi harapan hidup penderita yang lebih panjangsulit dihindarkan terjadinya
komplikasi kronik (Syamsuhidayat, 2007).
a. Komplikasi Metabolik Akut
Selain hipoglikemia klien rentan terhadap dua penyakitmetabolik
nonketotik, yaitu ketoasidosis diabetik merupakankomplikasi IDDM
(Independent Insulin Diabetes Melitus)sedangkan koma hiperosmoler
nonketotik biasanya terjadi pada NIDDM (Non Independent Insulin
Diabetes Melitus) dan jarangterjadi, kecuali terjadi pada NIIDM sejati.
Reaksi Hipoglikemiayaitu gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
gula yaitu rasalapar, gemetar, keringat dingin, koma diabetika yaitu kadar
glukosamelebihi 600 mg%. Gejala: nafsu makan menurun, haus,
banyakminum, banyak kencing, sering biasanya disertai panas
karenainfeksi (Engram,2005)

b. Komplikasi Metabolik Kronik


(1) Kelainan sirkulasi : Hipertensi, IMA, Isufisiensi koroner dan lain-lain.
(2) Kelainan mata : Retinopati Diabetika, katarak, dan lain-lain
(3) Kelainan syaraf : CVD, Neuropati Diabetika merupakangangguan
metabolisme syaraf sebagai akibat terjadinyahiperglikemia kronis,
yang secara umum diyakini bahwaterdapat dua kelompok gangguan
patologis yang sangat penting pada patogenesis neuropati.
(4) Kelainan Pernafasan : TBC dan lain-lain
(5) Kelainan ginjal : pielonfristis, glomerulonekrosis dan lain-lain
(6) Kelainan kulit/eksrimitas : ganggren,furunkel,karbunkel dan ulkus kaki
Ulkus kaki adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah,
ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder
karena neuropati diabetik
(7) Kelainan hati ; sirosis hepatis
(8) Asidosis
7) Penatalaksanaan
Menurut Ignatavicius (2007), Penatalaksanaan DiabetesMelitus berupa
serangkaian aturan yang ketat yang harus dilakukan,dimana terdapat empat
konsep dasar pada pengobatan DiabetesMelitus:
a. Diet Diabetes Melitus
Berbeda dengan diet Diabetes di negara barat yang biasanya
mengandung karbohidrat sekitar 40%-50%, lemak30-35%, protein 20-
25%.

Menurut Ignativicius (2007), di Indonesia diet disesuaikandengan


keadaan klien, dimana jumlah kalori diperhitungkansebagai berikut: Berat
badan ideal = (TB cm - 100) kg-10 % padawaktu istirahat, dan diperlukan
25 kal/kg BB ideal.

Kemudian diperhitungkan pula :

(1) Aktivitas: kerja ringan ditambah 10-20%, kerja sedangditambah 30%,


kerja berat ditambah dengan 50%, dan kerja berat sekali misalnya
buruh kasar ditambah 75%.
(2) Berat badan sebenarnya : gemuk dikurangi 20-30%, kurusditambah 20-
30%.
(3) Stres (infeksi, operasi) : ditambah dengan 20-30%,
karbohidratdiberikan sesuai dengan menu orang Indonesia rata-
ratasehingga bisa lebih murah yaitu: 60-70% dari kalori lebih
baikdiberikan karbohidrat berupa tepung daripada bentuk gula,karena
gula terlalu cepat diserap sehingga dapat menyebabkan perubahan
cepat dalam sistem di tubuh, sedangkan tepungdicerna dulu baru
diserap perlahan-lahan.
(4) Protein harus cukup yaitu sedikitnya 1 gr/kgBB untuk orangdewasa
dan 2-3 gr/kgBB untuk anak-anak.
(5) Lemak sebaiknya dikurangi terutama yang banyakmengandung lemak
jenuh dan kolesterol, yang baik adalahlemak jenuh yang terkandung
dalam jenis makanan seperti: lemak hewan, kuning telur, coklat,
kream, sedangkan yang banyak mengandung lemak tidak jenuh:
minyak jagung,minyak kapas dan minyak bunga matahari.
b. Latihan Fisik atau Olah Raga
Sudah lama diketahui bahwa olah raga dapat menimbulkan penurunan
kadar glukosa darah yang disebabkan oleh karena peningkatan penggunaan
glukosa dalam pembuluh darah perifer,hal ini berlaku pada orang normal
maupun pada penderita DiabetesMelitus ringan. Tetapi jika kadar glukosa
darah tinggi yaitu 32mg% atau lebih dan apabila ada ketosis, olahraga
sebaliknya akanmenyebabkan keadaan menjadi semakin parah, gula darah
danketonemia akan semakin meninggi, karena ketogenesis yang
terjadiselama olah raga itu berlangsung dan terus sekalipun olah raga
itusudah selesai, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinyaketosis pasca olah raga. Sebenarnya hal tersebut tidak terjadi
jikasebelum olah raga diberikan reguler insulin subcutan 1/3 dosisharian 1
jam sebelum olah raga dimulai yang akan menyebabkankadar glukosa
dalam darah akan turun waktu olah raga. Wahrendkk (Kapita Selekta
Kedokteran)

c. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan pada klien Diabetes Melitus dapatdilakukan
dengan beberapa cara atau melalui beberapa mediamisalnya: TV, kaset
video, diskusi kelompok, poster, leaflet danlain sebagainya, penyuluhan
kesehatan ini sangat penting agarregulasi Diabetes Melitus mudah
tercapai, dan komplikasi Diabetes Melitus dapat dicegah peningkatan
jumlah dan frekwensinya.Adapun beberapa hal yang perlu dijelaskan pada
penderita Diabetes Melitus adalah:

(1) Apakah penyakit Diabetes Melitus itu ?


(2) Cara diit yang benar
(3) Latihan ringan, sedang, teratur, setiap hari tidak boleh latihanyang
berat seperti berenang dan lain-lain
(4) Menjaga kebersihan bagian bawah (daerah tungkai, ujung kaki)
(5) Tidak boleh menahan kencing (karena retensi urin dapatmemudahkan
infeksi saluran kemih)f.
(6) Komplikasi-komplikasi lain yang dapat timbul
d. Obat Hipoglikemik/Anti Diabetes (OAD dan Insulin)
Obat Hipoglikemik: Tablet OAD (obat anti Diabetes)OADsejak tahun
1953 telah dicoba khasiatnya selama 20 tahun untukmenurunkan kadar
glukosa dalam darah, dan akhirnya pada tahun1954 mulai dicoba oleh
Frangke dan Fusch pada manusia yangmenderita Diabetes Melitus.

Mekanisme kerja OAD (Sulfonilurae dan Biguanide) carakerja yang


tepat dari OAD masih kontroversial, tetapi penulismencoba merangkum
berdasarkan hasil sensitivitas insulin, dengandemikian maka haruslah
dipahami betul mekanisme kerja insulin didaerah prereseptor, reseptor dan
pasca reseptor, dimana yang prereseptor dapat dibedakan jenis pankreatik
dan ekstra pankreatik.

(1) Cara kerja Sulfonilurea


a) Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin.
b) Menghalangi peningkatan insulin.
c) Mempertinggi kepekaan jaringan terhadap insulin.
d) Menekan pengeluaran glukagon.Contohnnya: tolbutamid, gliclazid

(2) Cara kerja Biguanid


a) Meningkatkan uptake glukosa oleh jaringan perifersehingga dapat
bekerja walaupun pankreas rusak.
b) Menurunnya glukogenesis dalam hati dan ginjal.
c) Tidak bekerja hipoglikemik pada orang non diabetes.
d) Menghalangi proses lipogenesis (pembentukan lemak).
e) Menurunkan kadar kolesterol dalam darah danmenyebabkan berat
badan menurun.
(3) Sedangkan obat suntik berdasarkan cara kerjanya dibedakanmenjadi
tiga yaitu :
a) Insulin kerja cepat, contohnya reguler insulin.
b) Insulin kerja sedang.
c) Insulin kerja lambat contohnya Protamizid Zing Insulin
8) Pemeriksaan Penunjang
a. Tes glukosa darah kapiler
Tes finger-prick blood sugar screening atau gula darahstick dilakukan
untuk memeriksa glukosa darah puasa (70-110mg/dl), 2 jam sesudah
makan, maupun yang sewaktu atau acak (<140mg/dl) (Tandra, 2008)

b. Tes glukosa darah vena


Dilakukan untuk menilai kadar glukosa darah setelah puasaminimal 8
jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan dengantetap mengkonumsi
obat dan suntik insulin seperti biasa,sebagaimana diinstruksikan oleh
dokter pada control sebelumnya.Glukosa darah puasa memberi gambaran
bagaimana glukosa darahkemarin harinya, sedangkan yang 2 jam pp untuk
melihat kira-kira bagaimana hasil minum obat yang diberikan dan diet
pada pagi itu(Tandra, 2008).

c. Tes toleransi glukosa


Tes yang dilakukan saat tes glukosa darah kapiler atau venatidak bisa
memastikan individu mengidap diabetes atau tidakdengan cara setelah 10
jam puasa dilakukan cek glukosa darah, laluindividu mengkonsumsi 75
gram glukosa dan 2 jam kemudiandiperiksa lagi glukosa darahnya dengan
hasil normal < 140 mg/dl(Tandra, 2008).

d. Tes glukosa urine


Dilakukan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine pada
penderita DM (Tandra, 2008).

e. Tes HbA1c (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin)


Glukosa darah yang tinggi akan diikat pada molekulhemoglobin (Hb)
dalam darah, dan akan bertahan dalam darahsesuai dengan usia
hemoglobin, yaitu 2-3 bulan. Makin tinggiglukosa darah, makin banyak
molekul hemoglobin yang berkaitandengan gula. Tes ini dilakukan 2-3
bulan seklali dan digunakanuntuk memantau pengobatan diabetes, serta
menilai keberhasilan diet dan olahraga yang dilakukan (Tandra, 2008).
2. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka, kesulitan
untuk bergerak.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang bias digunkan oleh penderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
7) Pola Keseharian
a) Aktivitas/istirahat Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur dan istirahat, dan disorentasi.
b) Eliminasi Poliuria, nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih(infeksi),
nyeri tekan abdomen, diare, dan bising usus menurun/lemah.
c) Nutrisi Hilang nafsu makan, mual/muntah, berat badan menurun, haus, kulit
kering/bersisik, turgot jelek, dan distensi abdomen.
8) Pola reproduksi dan seksualitas
Masalah impoten pada pria dan kesulitan orgasme pada wanita.
9) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
b) Penampilan
Lemah, pucat, dll
c) Vital sign
- Suhu Tubuh
- Tekanan Darah
- Respirasi (jumlah, irama, kekuatan)
- Nadi (jumlah, irama, kekuatan)
d) Kepala
Rambut termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara lain kasar dan
halus. Kulit kepala termasuk benjolan atau lesi, antara lain kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita DM karenan penurunan antibodi.
Tulang tengkorak termasuk ukuran dan kontur. Wajah termasuk simetris dan
ekspresi wajah antara lain paralisis wajah (pada penderita dengan komplikasi
stroke) dan emosi.
e) Mata
Yang perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari masing-
masing mata (ketajaman menghilang). Pemeriksaan inspeksi yaitu posisi
kesejajaran mata, mungkin muncul eksoftalamus, strabismus. Alis mata
dermatitis, sorobea (penderita sangat beresiko timbulnya mikroorganisme dan
jamur pada kulit). Kelopak mata apparatus akrimalis mungkin ada
pembengkakan sakus lakrimalis. Sklera mungkin ikterik, konjungtiva mungkin
anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam
hari. Kornea, iris dan lensa opaksitas atau katarak (penderita DM sangat
beresiko pada kekeruhan lensa mata). Pupil miosis, midriosis, atau anisokor.
f) Telinga
Daun telinga dilakukan inspeksi masih simetris antara kanan dan kiri. Lubang
telinga dengan produksi serumen tidak sampai menggangu diameter lubang.
Gendang telinga kala tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan, dan
masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi sekunder.
Pendengaran pengkajian berupa ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau
tes garputala dapat mengalami penurunan.
g) Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza.
h) Mulut dan faring
Inspeksi pemeriksaannya berupa bibir sianosis, pucat (apabila mengalami
asidosis atau penurunan perfusi jaringan pada stadium lanjut). Mukosa oral
kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresisi osmosis). Gusi perlu dimati
apabila ada gingivitis karena penderita memang rentan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme. Langit-langit mulut terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.
i) Thoraks dan paru-paru
Inspeksi frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain takipnea,
hipernea, dan pernafasan Chyne Stroke (pada kondisi ketoasidosis). Amati
bentuk dada normal. Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor
pada obstruksi jalan nafas. (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat
asma atau bronchitis kronik).
j) Dada
Inspeksi deformitas, atau asiemetris dam ertruksi insipirasi abdomen. Palpasi
adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi pekak terjadi apabila cairan atau
jaringan padat menggantikan bagian paru yang nomalnya terisi udara (terjadi
pada penderita dengan penyakit lain seperti efusi pleura, tumor, atau pasca
penyembuhan TBC). Auskultasi bunyi nafas veskuler, bronco vesikuler
(dalam keadaan normal).
k) Abdomen
Inspeksi pada kulit apakah ada strise dan simetris, adanya pembesaran organ
(pada penderita dengan penyerta penyakit serosis hepatis atau hepatomegaly)
auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan moyilitas.
Perkusi abdomen terhadap proposi dan pola timpani serta kepekaan. Palpasi
untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
l) Kulit
Warna perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita yang
mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan gangren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Kelembaban lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis osmosis
dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang mengalami osmosis
dan dehidrasi). Suhu dingin (pada pasien yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi intake
nutrisi oral sesuai aturan diet). Tekstur halus (cadangan lemak dan glikogen
belum banyak dibongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein,
glikogen otot untuk produksi energi). Turgor menurun pada dehidrasi.
m) Kuku
Warna pucat sianosis (penurunan perfusi ada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan).
n) Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, kemudian benjolan seperti lesi, massa,
atau tumor.
o) Ekstermitas
Menilai kekuatan otot pada keempat ekstermitas, biasanya terdapat kelemahan
dengan kisaran 4, biasanya pada salah satu ekstermitas atau lebih mengalami
gangren/luka, mengalami kebas, ataupun kehilangan sensasi.
10) Pemeriksaan Diagnostik
a) Glukosa darah meningkat >200
b) Asam lemak bebas meningkat
c) Osmolalitas serum meningkat
d) Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
e) Ureum/kreatinin meningkat/normal
f) Urine : gula+aseton positif
g) Elektrolit : Na, K, fosfor

Analisa Data Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
pasien terhadap kesehtan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien. Pengumpulan data adalah pengumpulan
informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehtan pasien.
Pengumpulan informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperwatan, seta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.

Analisa data dari diagnosis keperawatan hambatan mobilitas fisik mempunyai


data obyektif adalah penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak-balik posisi tubuh,
asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan, dyspnea saat beraktivitas,
perubahan cara berjalan, pergerakan menyentak, keterbatasan rentang pergerakan
sendi, tremor yang diinduksi oleh pergerakan, ketidakstabilan postur tubuh,
melambatnya pergerakan, dan gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi.

1. Data subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhdapa suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh
perawat, mencakuo persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehtannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual,
perasaan malu.

2. Data Obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya: frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin (D.0027)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)

C. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka
kestabilan kadar gula darah meningkat. Dengan kriteria hasil : (L.03022)
- Koordinasi meningkat
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Keluhan lapar menurun
- Gemetar menurun
- Berkeringat menurun
- Mulut kering menurun
- Rasa haus menurun
- Perilaku aneh menurun
- Kesulitan berbicara mnurun
- Kadar gukosa dalam darah membaik
- Kadar glukosa dalam urine membaik
- Palpitasi membaik
- Perilaku membaik
- Jumlah urine membaik
Maka dilakukan intervensi manajemen hiperglikemia dan hopoglikemia
 Manajemen hiperglikemia (I.03115)
o Observasi
a) Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Rasional : Sebagai acuan untuk menurunkan nilai kadar gula dalam darah
b) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
Rasional : mencegah adanya komplikasi
c) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Rasional : Agar dapat mengetahui riwayat penyakit dahulu klien dan
keluarga.
d) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
Rasional : Tanda awal hiperglikemia pada diabetes antara lain peningkatan
rasa haus, sakit kepala, lemah, sering BAK, dan mudah lapar
e) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan
f) Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
Rasional : Terjadi atau tidak komplikasi ketoadosis diabetic
o Terapeutik
g) Berikan asupan cairan oral
Rasional : Untuk memproses zat gula atau glukosa yang berasal dari
makanan dan minuman.
h) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat
i) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat dari
hiperglikemiEdukasi
j) Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
Rasional : agar tidak terjadi komplikasi
k) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
Rasional : Agar kandungan glukosa dalam darah tidak semakin tinggi
l) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Rasional : Untuk menghindari terjadinya komplikasi pada peningkatan
ataupun penurunan kadar gula dalam darah
m) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
Rasional : Terjadi atau tidak komplikasi ketoasidosis diabetic
n) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat dari
hiperglikemia.
o Kolaborasi
o) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Rasional : Pemberian insulin berfungsi untuk mempertahankan jumlah
glukosa dalam darah tetap normal
p) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat
q) Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat

 Manajemen hipoglikemia (I.03113)


o Observasi
a) Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia
b) Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
o Terapeutik
c) Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
d) Batasi glucagon, jika perlu
e) Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
f) Pertahankan kepatenan jalan nafas
g) Pertahankan akses IV, jika perlu
h) Hubungi layanan medis, jika perlu
o Edukasi
i) Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
j) Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
k) Anjurkan monitor kadar glukosa darah
l) Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
m) Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahragaAnjurkan
pengelolaan hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko dan pengobatan
hipoglikemia)
n) Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga
o Kolaborasi
o) Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu
p) Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil : (L.03030)
- Berat badan membaik
- IMT membaik
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
- Membrane mukosa membaik

Maka dilakukan intervensi keperawatan manajemen nutrisi (I.03119)

o Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
o Terapeutik
i) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
j) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
k) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
l) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
m) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
n) Berikan suplemen makanan, jika perlu
o) Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
o Edukasi
p) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
q) Ajarkan diet yang diprogramkan
o Kolaborasi
r) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
s) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3) Perfusi perifer tidak efektif berhubunga dengan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka perfusi
perifer meningkat dengan kriteria hasil : (L.02011)
- Denyut nadi perifer meningkat
- Penyembuhan luka meningkat
- Sensasi meningkat
- Warna kulit pucat menurun
- Edema perifer menurun
- Nyeri ekstremitas menurun
- Parastesia menurun
- Keram otot menurun
- Turgor kulit membaik
- Tekanan darah sistolik membaik
- Tekanan darah diastolik membaik

Maka dilakukan intervensi keperawatan perawatan sirkulasi (I.02079)

o Observasi
a) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle brachial index)
b) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
o Terapeutik
d) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
e) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
f) Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
g) Lakukan pencegahan infeksi
h) Lakukan perawatan kaki dan kuku
i) Lakukan hidrasi
o Edukasi
j) Anjurkan berhenti merokok
k) Anjurkan berolahraga rutin
l) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
m) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
n) Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
o) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
p) Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
q) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
r) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
s) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG DEWI KUNTI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal: 14 Desember 2021 jam: 14.00
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Ngaliyan,Semarang
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.A
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngaliyan,Semarang
Hubungan Dengan Klien : Suami
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh mual muntah dan pusing
4. Riwayat kesehatan lalu
a. Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti sekarang yaitu DM
b. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Pasien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit karena DM
d. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat
e. Pasien mengatkan memiliki penyakit keturunan diabetes mellitus
5. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Pasien
: Laki-Laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

: Garis Keturunan

b. Pasien mengatakan anggota keluarga ada yang memiliki penyakit seperti yang di
alami klien yaitu anak :laki lakinya
Serumah
c. Pasien mengatakan anggota keluarga ada yang memiliki penyakit keturunan DM

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Pasien mengatakan kesehatan dirinya sangat penting
b. Pasien mengatakan yang pasien tahu bahwa dirinya sakit DM karena
sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis
c. Pasien mengatakan untuk mempertahankan kesehatannya pasien harus
menjaga pola makan, dan mengurangi makanan serta minuman yang manis
d. Pasien mengatakan apabila pasien merasa sakit pasien pergi ke puskesmas
untuk periksa
e. Pasien mengatakan biasanya mengkonsumsi obat bodrex jika merasa
pusing
f. Pasien mengatakan untuk factor social ekonomi baik dan tercukupi

2. Pola Nutrisi Dan Metabolik


a. Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, 1 porsi makan
dengan nasi, sayur, daging, tahu dan tempe , pasien juga mengatakan
selama sakit nafsu makannya menurun makan sedikit tapi sering karena
mudah kenyang
b. Pasien mengatakan keadaan saat sakit membuatnya tidak nafsu makan dan
cepat kenyang
c. pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan tidak ada pantangan
makanan
d. pasien mengatakan tidak ada keyakinan/ kebudayaan yang dianut yang
mempengaruhi diet
e. pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan konsumsi vitamin/ obat
penambah nafsu makan
f. pasien mengatakan tidak memiliki keluhan anoreksia nervosa ataupun
bulimia nervosa,
g. pasien mengatakan ada keluhan mual dan muntah, pasien mengatakan
tidak ada keluhan dalam mengunyah maupun menelan makanan
h. Pasien mengatakan sebelum sakit BB 67 kg dan TB 165 cm IMT : 22,4
Pasien mengatakan setelah sakit BB 60 kg dan TB 165 cm IMT : 22
i. Pasien mengatakan sebelum sakit suka minum minuman yang manis
seperti teh manis dan selama sakit pasien mengatakan mengurangi
minuman manis dan banyak minum air putih kurang lebih 2 liter selama 24
jam
j. Pasien terpasang infus RL 500 cc dengan 20 tpm

3. Pola eliminasi
a) Eliminasi feses
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1 x sehari di pagi hari dengan
konsistensi lunak.
Pasien mengatakan selama sakit 2 hari belum BAB
b) Eliminasi urin
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK 4-5 x sehari dengan warga kuning
jernih.
pasien mengatakan selama sakit sering BAK di malam haroi kurang lebih
6-7 kali selama sehari

4. Pola aktifitas dan latihan


a. Pasien mengatakan sebelum sakit bekerja sebagai karyawan di pabrik
b. Pasien mengatakan tidak pernah olahraga
1. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dalam aktivitas /
Pergerakan tubuh
2. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri
Pasien mengatakan dapat mandi, mengenakan pakaian sendiri
,bersolek, makan, secara mandiri
Pasien mengatakan selama sakit dapat mandi, mengenakan
pakaisn, bersolek, dan makan secara mandiri
3. Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit dapat BAB & BAK
sendiri
4. Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan setelah
aktivitas
Pasien mengatkan selama sakit badannya terasa dan lemas
5. Pasien mengatakan sebelum sakit tidak mudah merasa lelah
Pasien mengatakan selama sakit mudah merasa lelah
6. Pasien melakukan aktivitas secara mandiri

5. Pola Istirahat dan Tidur


a. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur dengan baik , kurang lebih 8
jam / hari di malam hari , pasien mengatakan selama sakit tidak kurang
tidur dan tidak nyenyak karena sering bangun di malam hari untuk BAK
b. Pasien mengatakan sulit tidur karena sering bangun untuk BAK

6. Pola Kognitif-Perseptual sensori


a. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dengan penglihatan/
pendengarannya
Penglihatan dan pendengaran pasien masih berfungsi dengan normal
b. Pasien dapat mengingat dengan baik, pasien dapat berkomunikasi/
berbicara dan meamahami pesan yang diterima dengan baik
c. Pasien mengatakan selama sakit sering pusing dan lemas
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T
P = pasien mengatakan nyeri kepala karena gula darah tinggi
Q = pasien mengatakan nyeri terasa kencang dan nyut nyut
R = pasien mengatakan nyeri dirasa di kepala dan tengkuk

S = skala nyeri 3
T = pasien mengatakan nyeri dirasa terus menerus

7. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Pasien mengatakan ingin segera sembuh
b. Pasien mengatakan mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas
seperti biasa sehingga pasien akan patuh seperti apa yang dilakukan
dokter dan perawat untuk kesembuhannya
c. Konsep diri:
1. Citra diri/body image : pasien mengatakan kesehatan tubuhnya sangat
penting ,sehingga pasien ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas
seperti biasa .
2. Identitas : pasien mengatakan sebelum sakit berstatus sebagai ibu
rumah tangga dan karyawan pabrik
3. Peran : pasien mengatakan sebelum sakit berperan sebagai ibu rumah
tangga, Pasien mengatakan selama sakit perannya sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi rumah di gantikan oleh anaknya.
4. Ideal diri : klien berharap dapat segera sembuh dari sakitnya.
5. Harga diri : pasien merasa rendah diri selama sakit karena tidak bisa
beraktivitas seperti biasa

8. Pola Mekanisme Koping


a. Pasien mengatakan dalam mengambil keputusan di musyawarahkan
dengan keluarganya.
b. Pasien mengatakan jika menghadapi masalah, bercerita dengan
suaminya
c. Pasien mengatakan upaya dalam mengahadapi masalah sekarang
dengan menurut apa yang dikatakan dokter dan perawat untuk
kesembuhannya
d. Klien mengatakan minta di berikan obat dan agar gula darah nya turun

9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Pasien sudah menopause dan memiliki 2 anak
b. Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan reproduksi

10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain


a. Pasien dapat berkomunikasi dengan jelas, relevan dan mampu
mengekspresikan wajahnya dan mengerti orang lain
b. Pasien mengatakan suami adalah orang terdekatnya
c. Pasien mengatakan selalu meminta bantuan kepada keluarganya jika
membutuhkan bantuan
d. Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,
saudara maupun tetangga, pasien juga mengatakan merasa sangat di
perhatikan oleh suaminya serta anak anaknya

11. Pola Nilai dan Kepercayaan


a. Pasien beragama islam Pasien selalu berdoa serta melakukan
kegiatan sesuai dengan agamanya
b. Pasien mengatakan sumber kekuatan baginya adalah Allah dan
semangat,kasih sayang dari keluarganya
c. Pasien mengatakan tidak ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut
yang bertentangan dengan kesehatan
d. Pola nilai kepercayaan / keyakinan tidak ada masalah

III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


1. Kesadaran : Composmentis,
2. Penampilan : Lemah, pucat,
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 36,0°C
b. Tekanan Darah : 149/80 mmHg
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Nadi :84 x/menit
4. Kepala : mesochepal , warna rambut hitam dan sedikit putih , rambut bersih
dan tidak mudah rontok.
5. Mata : pasien dapat melihat dengan baik, pupil isokor, bereaksi terhadap
cahaya, konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik, dan tidak
menggunakana alat bantu penglihatan.
6. Hidung : simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada nafas
cuping hidung , tidak menggunakan alat bantu pernafasan
7. Telinga : mampu mendengarkan dengan baik, tidak ada nyeri,tidak ada
secret,tidak ada pembengkakan,tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
8. Mulut dan Tenggorokan : mukosa pucat , tidak ada bau mulut, tidak ada
nyeri, posisi trakhea ditengah, tidak ada benjolan di leher, tidak ada
pembesaran tonsil
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : 20 x /menit,
perkusi : normal / sonor
pelpasi : simetris kanan kiri
auskultasi: vesikuler
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat ,
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung dan tidak ada nyeri
Palpasi : iktus cordis berada di ICS 5
auskultasi: bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan

10. Abdomen :
Inspeksi : Abdomen datar, tepi perut dan umbilicus tidak
menonjol, bendungan pembuluh darah dikulit abdomen tidak ada
Auskultasi : peristaltic usus 20x/mt,.
Perkusi : nyeri bagian kiri,dan bawah
Palpasi : ascites tidak ada
11. Genetalia : bersih , tidak ada luka , tidak ada tanda infeksi, tidak
terpasang kateter, tidak ada hemoroid
12. Ekstremitas atas dan bawah
 Kuku utuh dan tidak panjang
 Capillary refill time(CRT) : < 3 detik
 Kaki kanan dan kiri simetris
 Daerah yang terpasang infus tidak ada tanda tanda infeksi
13. Kulit
Kulit bersih warna sawo matang dengan tugor lembab tidak ada edema
IV. DATA PENUNJANG
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laborat : 14 Desember 2021
(11.15)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Gula darah sewaktu High 75 - 180 mg/dL

Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laborat : 14 Desember 2021 (12.47)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


Antigen SARS Negative Negative
CoV-2

a. Diit yang diperoleh : bubur kacang hijau dan pisang


b. Terapi :
- Infus RL 500 cc dengan 20 Tpm
Fungsi: Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
- Per IV Ondansentron 3x4 mg
Fungsi: Untuk mencegah atau mengobati mual dan muntah
- Injeksi Flunarizine 10 mg
Fungsi: Untuk mengobati migrain atau pusing
- Injeksi Simvastatin 10mg
Fungsi: Untuk mengobati kolesterol
B. ANALISA DATA

Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi TTD


14/12/202 DS: Ketidakstabilan Resistensi Insulin
1 - Pasien mengatakan kadar glukosa
15.00 pusing darah (D.0027)
DO:
- Pasien tampak lemah
- GDS high
- Pasien sering BAK
- Mukosa bibir kering
14/12/202 DS : Defisit nutrisi Ketidakmampuan
1 - Pasien mengatakan (D.0019) mencerna
15.00 cepat kenyang makanan
- Pasien mengatakan nafsu
makan menurun
- Pasien mengatakan mual
muntah
DO :
- Pasien tampak pucat
- BB sebelum sakit 67 kg
- BB selama sakit 60 kg

14/12/202 DS : Perfusi perifer hiperglikemia


1 - Pasien mengatakan tidak efektif
15.00 sering kesemutan di (D.0009)
tangan
DO :
- Pasien tampak pucat
- Jari kaki teraba dingin

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin (D.0027)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl / jam Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi dan TTD
Keperawatan Hasil Rasional
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen
kadar glukosa tindakan Hiperglikemia
darah (D.0027) keperawatan Observasi
b.d resistensi selama 3x8 jam, 1. Identifikasi
insulin Ketidakstabilan penyebab
kadar glukosa darah hiperglikemia
b.d resistensi Rasional: untuk
insulin teratasi mengetahui penyebab
dengan kriteria hiperglikemi
hasil : 2. Monitor kadar
1. Jumlah urin glukosa darah
membaik Rasional: agar kadar
2. GDS glukosa darah dapat
menurun terkontrol
3. Lemah 3. Monitor tanda
menurun dan gejala
4. Mukosa hiperglikemia
bibir Rasional: untuk
membaik mengetahui tanda dan
gejala hiperglikemia
pada pasien sehingga
perawat diharapkan
bisa lebih kritis dalam
menganalisa tanda dan
gejala yang dimiliki
pasien
Terapeutik
4. Berikan asupan
cairan oral
Rasional: agar asupan
tercukupi
5. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Rasional: Agar dapat
mengantisipasi dan
menghambat
keparahan yang
diakibatkan oleh
hiperglikemia.
Edukasi
6. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
Rasional: agar pasien
dapat mengetahui
kadar glukosa
darahnya sehingga
dapat mengontrol
makanan dan minuman
yang dikonsumsi
7. Anjurkan
kepatuhan diet
dan olahraga
Rasional: agar kadar
glukosa darah dapat
terkontrol dengan baik
8. Ajarkan
pengelolaan
diabests
Rasional : pengelolaan
yang tepat dapat
menjaga kadar glukosa
darah
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Rasional: agar
kebutuhan cairan
terpenuhi
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
(D.0019) b.d tindakan Observasi
ketidakmampuan keperawatan 1. Identifikasi
mencerna selama 3x8 jam, status nutrisi
makanan Defisit Nutrisi b.d Rasional: untuk
ketidakmampuan mengetahui status
mencerna makanan nutrisi
teratasi dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil : alergi dan
1. Berat badan intoleransi
membaik makanan
2. Perasaan Rasional: untuk
cepat mengetahui adanya
kenyang allergy dan toleransi
menurun makanan
3. Nafsu 3. Identifikasi
makan kebutuhan
membaik kalori dan jenis
nutrien
Rasional: untuk
mengetahui kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
pasien
4. Monitor asupan
makanan
Rasional: untuk
mengetahui asupan
makan yang masuk
5. Monitor berat
badan
Rasional: untuk
mengetahui ada /
tidaknya
peningkatan
/penurunan BB

6. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Rasional: untuk
mengetahui ada
peningkatan/penurunan
kadar glukosa darah
Terapeutik
7. Fasilitasi
menentukan
diet
Rasional: agar pasien
mengerti apa yang bisa
di konsumsi/ tidak
untuk menstabilkan
kadar glukosa darah
8. Berikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
Rasional: agar BAB
lancar dan tidak
konstipasi
9. Berikan
makanan tinggi
kalori dan
protein
Rasional: agar
kebutuhan nutrisi
tercukupi
Edukasi
10. Anjurkan posisi
duduk
Rasional: agar
makanan dapat
tercerna dengan baik
11. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Rasional: agar gula
darah dapat terkontrol
Kolaborasi
12. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrien
yang
dibutuhkan
Rasional: utuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif tindakan Observasi
( D.0009) b.d keperawatan 1. Periksa
hiperglikemia selama 3x8 jam, sirkulasi perifer
Perfusi perifer tidak Rasional : untuk
efektif b.d mengetahui adanya
hiperglikemia gangguan perfusi
teratasi dengan perifer
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Nyeri faktor risiko
ekstremitas gangguan
menurun sirkulasi
2. Turgor kulit Rasional: untuk
membaik mengetahui factor
3. Nadi resiko gangguan
meningkat sirkulasi
Edukasi
3. Anjurkan
berolahraga
rutin
Rasional: olahraga
teratur dapat menjaga
kestabilan kadar
glukosa darah
4. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
Rasional: agar tidak
terjadi kerusakan / luka
pada kulit
5. Ajarkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi
Rasional: agar pasien
bisa dan mau
melakukan diet untuk
menstabilkan kadar
glukosa darah

E. IMPLEMENTASI

Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon TTD


Keperawatan
14/12/2021 1,2,3 Memberikan DS: Pasien bersedia
J. 14.20 therapy infus RL dan bersifat
500 cc kooperatif
DO: Infus terpasang

14/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia


J. 14.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 149/80 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
14/12/2021 2 Memberikan DS: Pasien
J. 14.45 injeksi mengatakan mual
ondansentron 4 dan muntah
mg DO: Injeksi masuk
IV
14/12/2021 1 Mengidentifikasi DS: Pasien
J. 15.00 penyebab mengatakan suka
hiperglikemia dan makanan yang manis
mengecek kadar DO: GDS high
gula darah
14/12/2021 1 Memberikan DS: Pasien
J. 16.00 asupan cairan oral mengatakan pusing
DO: Obat oral
diminum pasien
14/12/2021 1,2,3 Menganjurkan DS: Pasien bersedia
J. 16.15 kepatuhan diet dan bersifat
dan olahraga kooperatif selama
penjelasan
DO: Pasien tampak
faham
14/12/2021 2 Mengidentifikasi DS: Pasien
J. 16.30 status nutrisi dan mengatakan nafsu
alergi makan menurun dan
tidak punya riwayat
alergi
DO: Pasien tampak
kooperatif
14/12/2021 2 Mengidentifikasi DS: Pasien bersedia
J. 16.40 kebutuhan kalori DO: Pasien tampak
dan jenis nutrien diberikan bubur dan
serta memberikan pisang
makanan yang
sesuai
14/12/2021 2 Memonitor DS: Pasien
J. 18.50 asupan makan mengatakan nafsu
makan menurun
DO: Pasien tampak
menghabiskan ¼
makanan
14/12/2021 2 Memonitor berat DS: pasien bersedia
J. 19.00 badan DO: BB : 60 kg

14/12/2021 2 Menganjurkan DS: pasien bersedia


J. 19.10 posisi duduk DO: Pasien tampak
duduk
14/12/2021 3 Memeriksa DS: Pasien
J. 19.15 sirkulasi perifer mengatakan sering
kesemutan
DO: Pasien tampak
kooperatif
14/12/2021 3 Mengidentifikasi DS: Pasien bersedia
J. 19.40 faktor risiko DO: Pasien tampak
gangguan kooperatif
sirkulasi
14/12/2021 3 Menganjurkan DS: Pasien bersedia
J. 20.00 melakukan DO: Pasien tampak
perawatan kulit faham
yang tepat

15/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia


J.14.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 145/85 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
15/12/2021 1,2,3 Memberikan DS: Pasien
J.14.50 therapy infus RL mengatakan infus
500 cc habis
DO: Infus terpasang
15/12/2021 1 Memberikan DS: Pasien
J.15.30 injeksi flunarizine mengatakan pusing
berkurang
DO: Injeksi masuk
IV
15/12/2021 2 Memonitor DS: Pasien
J.19.00 asupan makan mengatakan sudah
tidak lemas
DO: Pasien tampak
menghabiskan
hampir 1 porsi
makanan
15/12/2021 3 Memeriksa DS: Pasien
J.19.20 sirkulasi perifer mengatakan sudah
tidak kesemutan
DO: Pasien tampak
lebih segar
15/12/2021 1 Mengecek kadar DS: Pasien bersedia
J. 20.00 glukosa dalam dan bersifat
darah kooperatif
DO: GDS : 320
Mg/dL
16/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia
J. 07.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 135/80 MmHg
S: 36˚C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
16/12/2021 1,2 Memberikan DS: Pasien bersedia
J. 08.20 injeksi flunarizine DO: Injeksi masuk
dan simvastatin IV
16/12/2021 1 Mengecek kadar DS: Pasien bersedia
J. 09.00 glukosa dalam DO: GDS: 250
darah Mg/dL
16/12/2021 1,2,3 Dokter visit DS: Pasien
J. 11.00 mengatakan sudah
lebih segar, pusing
berkurang, tidak
mual muntah
DO: Pasien boleh
pulang
16/12/2021 1,2,3 Mencabut infus DS: Pasien bersedia
J. 11.45 pasien DO: Infus sudah
dilepas

F. EVALUASI
No.DP Tanggal/Jam Evaluasi(SOAP) TTD
1. 14/12/2021 S: Pasien mengatakan
J. 21.00 pusing dan sering BAK
O:
TD: 149/80 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
GDS: High
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2. 14/12/2021
J. 21.00 S: Pasien mengatakan
nafsu makan menurun, dan
mual
O: Pasien tampak
menghabiskan ¼ porsi
makanan, Injeksi
ondansentran masuk IV
O: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

3. 14/12/2021
J. 21.00 S: Pasien mengatakan
sering kesemutan
O: Pasien tampak tidak
nyaman
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

1. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 pusing berkurang, BAK
berkurang
O: Injeksi Flunarizine
masuk IV, GDS: 320
Mg/dL, TD : 140/ 82, S:
36,5℃,N: 85 x/menit, RR:
22 x/menit
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

2. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 nafsu makan meningkat,
tidak mual dan muntah
O: Pasien tampak
menghabiskan hampir 1
porsi makanan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

3. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 sudah tidak kesemutan
O: Pasien tampak lebih
rileks
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
1. 16/12/2021 S: Pasien mengatakan
J. 08.00 sudah tidak pusing, BAK
menurun
O: Pasien tampak segar
dan bersemangat, GDS:
250 Mg/dL, TD: 130/
80,N: 85 x/menit, S: 36,5
℃, RR 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

2 16/12/2021 S : pasien mengatakan


J. 08.00 nafsu makan meningkat ,
dan tidak mual muntah
O : Pasien tampak
menghabiskan 1 porsi
makanan
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

3 16/12/2021 S: pasien mengatakan


J. 08.00 sudah tidak kesemutan
O : pasien tampak rileks
dan segar
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai