Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG DEWI KUNTHI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik KMB 1


DenganDosen Pembimbing : Ns. Dyah Restuning P.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Anggi Rohmawati ( 2005005)


2. Arninda Tri Hastuti ( 2005008 )
3. Erlinda Putri Zahril ( 2005066 )
4. Eni Septiani ( 2005020 )
5. Jemy Kasanofa ( 2005025 )
6. Mohammad Sugiono ( 2005031 )
7. Rosyita Lutfiani ( 2005047 )
8. Virginia Anggita Rahayu ( 2005060 )
9. Widyas Tutik ( 2005062 )

PRODI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021/2022

I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Diabetes adalah penyakit kronis atau yang berlangsung jangka panjang yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah (glukosa) hingga di atas nilai
normal.Diabetes mellitus merupakan sutu kelainan metabolik yang dikarakteristikan
dengan adanya peningktan kadar glukosa darah melebihi batas
normal(hiperglikemia)yang disebabkan gangguan sekresi insulin,kerja insulin atau
keduanya. Penykit ini dapat menyerang segala jenis usia, penyakit yang kronis dan
membutuhkan penanganan yang kompleks.

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme yang secara genetik


dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan dengan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Prediabtes merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah sedang tinggi akan
tetapi masih dibawah ambang batas diabetes.Prediabetes adalah seseorang yang
mengalami IFG (Impaired Fasting Glucose ) atau IGT (Impared Glucose
Tolerrance) atau pemeriksaan HbA1c dari 6% menjadi 6,4% .Kondisi ini dapat
berkembang menjadi tipe 2.

Diabetes mellitus tipe 1sering disebut dngan Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(IDDM) yang artinya penderita bergantung pada penggunaan insulin. Kondisi pada
pasien ini terjai akibat kerusakan dari sel beta langerhan di pancreas sehingga insulin
tidak dapat terbentuk.Onset dari penyakit dapat muncul pada usia anak hingga
dewasa.

Diabetes mellitus tipe 2 sering disebut Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM) yang artinya penderita tidak tergantung pada insulin. Pada pasien DM tipe
2 mepunyai karakter gangguan sekresi isulin atau resistensi terhadap insulin. Pada
kondisi normal insulin mengikat kereseptor khusus perukaan sel sehingga timbul
reaksi metabolism glukosa.

Pada DM tipe 2 ini reaksi intaseluer berkurang,membuat insulin kurang efektif


dalam pengambilan gluosa dalam jaringan .Jaringan mengalami kekurangan glukosa
sehingga hati melakukan pelepasan glukosa.kadar glukosa darah semakin tinggi.
Untuk mengatasi insulin yang dikeluarkan,namun apabila l beta pada pankreas tidak
mampu mengimbangi permintaan insulin maka kadar glukosa semakin meningkat
dan menimulkan DM tipe 2.

b. TUJUAN

1) Tujuan Umum

a) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien


diabetes melitus.

b) Mengetahui dan memahami konsep penyakit diabetes militus

2) Tujuan Khusus

a) Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien diabetes melitus.

b) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes melitus.

c) Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan yang diperlukan pasien


diabetes melitus sesuai dengan prioritas diagnosa keperawatan.

d) Mampu melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada pasien


diabetes melitus.

e) Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan yang dilakukan pada pasien


diabetes melitus.

II. TINJAUAN TEORI


a. KONSEP DASAR

1) Pengertian

Diabetes Militus ialah sekelompok kelainan heterogen yg ditandai oleh


kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yg disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yg tidak adekuat .penyakit diabetes
adalah suatu gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin.

2) Etiologi

a) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)

(1) Faktor genetic : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte
Antigen)tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

(2) Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

(3) Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor


genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.

(1) Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.DMTTI


ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia .Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM


tipe II, diantaranya adalah:

(a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65


tahun)

(b) Obesitas
(c) Riwayat keluarga

(d) Kelompok etnis

3) Patofisiologi

a) Diabetes tipe I.

Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untukmenghasilkan


insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yangtidak
terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanantidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah
danmenimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapatmenyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosatersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan danelektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagaiakibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatandalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein
dan lemak yangmenyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatanselera makan (polifagia), akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnyamencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulinmengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) danglukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dansubstansi lain), namun pada penderita
defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
akan turut menimbulkan hiperglikemia.Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangukeseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan Ketoasidosisyang diakibatkannya dapat
menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeriabdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidakditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akanmemperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi
gejalahiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadargula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

b) Diabetes tipe II.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan


dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresiinsulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksiintrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan
untuk mencegah terbentuknya glukosadalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresiinsulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkatyang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidakmampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadarglukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadigangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masihterdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahanlemak
dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu
ketoasidosisdiabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
masalah akut lainnya yangdinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler
nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita
diabetes yang berusialebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsunglambat (selama bertahun-tahun) dan progresif,
maka awitan diabetes tipe IIdapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebutsering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

4) Pathway
5) Manifestasi Klinis
a) Diabetes Tipe I

(1) hiperglikemia berpuasa

(2) glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia

(3) keletihan dan kelemahan

(4) ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,


nafas bau buah,ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)2.

b) Diabetes Tipe II

(1) lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif

(2) gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,


poliuria, polidipsia,luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur

(3) komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular


perifer)

c) Tanda
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan :

(1) Test urin reduksi dan sedimen positif. 


(2) Kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl.c.
(3) Glukosa darah 2 jam post puasa lebih dari 200 mg/dl.

6) Komplikasi
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi yang berkaitan dengan diabetes
melitus digolongkanmenjadi dua, yaitu :
a) Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dalamglukosa darah, yaitu : hipoglikemia, ketoasidosis diabetik,
sindrom hiperglikemikhiperosmolar non-ketotic (HHNK).
(1) Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas,gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluarkeringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran.Apabila tidaksegera ditolong
dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Serangan
hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila
penderita :
(a) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
(b) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh
dokter atau ahli gizi
(c) Berolah raga terlalu berat
(d) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya.
(e) Minum alkohol
(f) Stress.
(g) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko.
(2) Sindrom hiperglikemik
hiperosmolar non- ketoticHHNK terjadi pada manula,
penyandang diabetes dengan obesitas, seringkali adanyadiabetes tidak
terdiagnosis sebelumnya.Seringkali ditemukan faktor pencetus
sepertiinfark miokard, stroke, atau infeksi.Onsetnya lambat dengan
poliuri selama 2-3minggu dan dehidrasi progresif. Kadar glukosa darah
tinggi (sering di atas 45,0mmol/L) dan osmolalitas (seringkali di atas
400 mmol/L). Bikarbonat plasma biasanya normal tanpa disertai
ketonuria. Jika kadar bikarbonat plasma rendah, pikirkan asidosis
laktat. Pasien ini memrlukan cairan dalam jumlah banyak (10
liter)yang diberikan dalam bentuk Nacl 0,9 % (David. dkk, 2011).
b) Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan, yaitu :
makrovaskuler,mikrovaskular, dan penyakit neuropati.
(1) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan
neuropati merupakankelainan yang lebih sering timbul setelah
pubertas, namun juga dapat terjadi selama periode prepurbertas
memberikan efek yang tidak sama pada masing-masing individudalam
hal komplikasi.
(2) Neuropati
Sistem saraf sentral dan perifer juga terkena oleh diabetes.Pola
keterlibatan yang paling sering adalah neuropati perifer simetris di
ekstremitas bawah yang mengenai, baik fungsi motorik maupun
sensorik, terutama yang terakhir.Walaupun gejala klinis kelainan saraf
pada anak dan remaja jarangdidapatkan namun eberadaan kelainan
subklinis sudah didapatan.
Evaluasi klinis dari pemeriksaan saraf perifer harus meliputi :
(a) Anamnesis timbulnya nyeri,parestasia,maupun rasa tebal.
(b) Penentuan sensasi vibrasi.
c) Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang penebalan intima-media pada karotis merupakan
tanda yangsensitif untuk timbulnya komplikasi makrovaskuler yaitu
penyakit jantung koronerdan penyakit serebro vaskuler.

7) Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadarglukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normaltanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu
a) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
(1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
(2) Mengarahkan pada berat badan normal
(3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
(4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
(5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
(1) Jumlah sesuai kebutuhan
(2) Jadwal diet ketat
(3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
(1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
(2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
(3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus
disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan
dengan menghitung
(1) Percentage of Relative Body Weight
(2) BBR = berat badan normal) dengan rumus :

(1) Kurus (underweight) BBR < 90 %


(2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
(3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
(4) Obesitas apabila BBR > 120%
(a) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
(b) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
(c) Obesitas berat BBR 140% - 200%
(d) Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah :
(1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
(2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
(3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
(4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
b) LatihanBeberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
(1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengankegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitasinsulin dengan reseptornya.
(2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
(3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
(4) Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein
(5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
(6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaranasam lemak menjadi lebih baik.

8) Pemeriksaan Penunjang
Menurut Tarwoto (2012), untuk menentukan penyakit DM, di samping
di kaji ng dangejala yang dialami pasien juga yang penting adalah di lakukan
tes diagnostik diantarannya:
a) Pemeriksaan gula dara puasa atau fasting Blood sugar (FBS)
Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa
Pembatasaan : Tidak makan selama 12 jam sebelum tes biasanya jam
08.00 pagisampai jam 12.00, minum boleh
Prosedur : Darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium
Hasil : Normal : 80-120 mg/ 100 ml serumAbnormal : 140
mg/100 ml atau lebih
b) Pemeriksaan gula darah postprandial
Tujuan : Menentukan gula darah setelah makan
Pembatasaan : Tidak ada
Prosedur : pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, dua
jam kemudian di ambil darah venanya
Hasil : Normal (kurang dari 20 mg/100 ml serum)Abnormal :
lebih dari 120 mg/100 ml atau lebih, indikasi DM.
c) Pemeriksaan toleransi glukosa oral/oral glukosa tolerance tes (TTGO)
Tujuan : Menentukan toleransi terhadap respons
pemberianglukosa
Pembatasan : Pasien tidak makan 12 jam seblum tes dan selama test,
bolehminum air putih, tidak merokok, ngopi atau minum the selama
pemeriksaan (untuk mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat),sedikit
aktivitas, kurangi sters (keadaan banyak aktivitas dan stressmenstimulasi
epinephrine dan kortisol dan berpengaruh terhadap peningkatan gula darah
melalui peningkatan glukoneogenesis).
Prosedur : Pasien di beri makan tinggi karbohidrat selama 3
harisebelum tes. Kemuadian puasa selama 12 jam, ambil darah puasadan
urin untuk pemeriksaaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah juice lemon
melalui mulut,periksaa darah dan urine ½, 1,2,3,4, dan 5 jam setelah
pemberian glukosa.
Hasil : Normal puncaknya jam pertama setelah pemberian
140 mg/dl dankembali normal 2 atau 3 jam kemudian.Abnormal :
Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali setelah 2atau 3 jam,
urine positif glukosa
c) Pemeriksaan glukosa urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin,
vitamin C dan beberapa antibiotik, adanya kelainan ginjal pada lansia
dimana ambang ginjal meningkat. Adanyaglukosuria menunjukkan bahwa
ambang ginjal terhadap glukosa terganggu.
d) Pemeriksaan ketone urin Badan ketone merupakan produk sampingan
proses pemecahan lemak, dan senyawa iniakan menumpuk pada darah dan
urine. Jumlah keton yang besar pada urin akan merubah preaksi pada stirip
menjadi keunguan. Adanya ketonuria menunjukkan adanya ketoa sidosis
e) Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat
karenaketidakadekuatan kontrol glikemik
f) Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbA1c)
Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah adalah
glykosytaledhemoglobin ( HbA1c). tes ini mengukur protensis glukosa
yang melekat padahemoglobim. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar
glukosa rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan usia eritrosit.
HbA1c digunakan untuk mengkaji kontrol glukosa jangka panjang,
sehingga dapat memprediksi risiko komplikasi.Hasil HbA1c tidak berubah
karna pengaruh kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbA1c
dilakukan diagnosis dan pada inteval tertentu untul mengevaluasi
penatalaksanaan DM,direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam sethaun
bagi pasien DM.

2. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka, kesulitan
untuk bergerak.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat
maupun obat-obatan yang bias digunkan oleh penderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin missal hipertensi, jantung.
6) Riwayat Psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit
penderita.
7) Pola Keseharian
a) Aktivitas/istirahat Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur dan istirahat, dan disorentasi.
b) Eliminasi Poliuria, nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih(infeksi),
nyeri tekan abdomen, diare, dan bising usus menurun/lemah.
c) Nutrisi Hilang nafsu makan, mual/muntah, berat badan menurun, haus, kulit
kering/bersisik, turgot jelek, dan distensi abdomen.
8) Pola reproduksi dan seksualitas
Masalah impoten pada pria dan kesulitan orgasme pada wanita.
9) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Composmentis, somnolen, apatis, stupor, soporo koma, koma
b) Penampilan
Lemah, pucat, dll
c) Vital sign
- Suhu Tubuh
- Tekanan Darah
- Respirasi (jumlah, irama, kekuatan)
- Nadi (jumlah, irama, kekuatan)
d) Kepala
Rambut termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara lain kasar dan
halus. Kulit kepala termasuk benjolan atau lesi, antara lain kista pilar dan
psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita DM karenan penurunan antibodi.
Tulang tengkorak termasuk ukuran dan kontur. Wajah termasuk simetris dan
ekspresi wajah antara lain paralisis wajah (pada penderita dengan komplikasi
stroke) dan emosi.
e) Mata
Yang perlu dikaji lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari masing-
masing mata (ketajaman menghilang). Pemeriksaan inspeksi yaitu posisi
kesejajaran mata, mungkin muncul eksoftalamus, strabismus. Alis mata
dermatitis, sorobea (penderita sangat beresiko timbulnya mikroorganisme dan
jamur pada kulit). Kelopak mata apparatus akrimalis mungkin ada
pembengkakan sakus lakrimalis. Sklera mungkin ikterik, konjungtiva mungkin
anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing pada malam
hari. Kornea, iris dan lensa opaksitas atau katarak (penderita DM sangat
beresiko pada kekeruhan lensa mata). Pupil miosis, midriosis, atau anisokor.
f) Telinga
Daun telinga dilakukan inspeksi masih simetris antara kanan dan kiri. Lubang
telinga dengan produksi serumen tidak sampai menggangu diameter lubang.
Gendang telinga kala tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan, dan
masih dapat bervibrasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi sekunder.
Pendengaran pengkajian berupa ketajaman pendengaran terhadap bisikan atau
tes garputala dapat mengalami penurunan.
g) Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza.
h) Mulut dan faring
Inspeksi pemeriksaannya berupa bibir sianosis, pucat (apabila mengalami
asidosis atau penurunan perfusi jaringan pada stadium lanjut). Mukosa oral
kering (dalam kondisi dehidrasi akibat diuresisi osmosis). Gusi perlu dimati
apabila ada gingivitis karena penderita memang rentan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme. Langit-langit mulut terdapat bercak keputihan karena pasien
mengalami penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.
i) Thoraks dan paru-paru
Inspeksi frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain takipnea,
hipernea, dan pernafasan Chyne Stroke (pada kondisi ketoasidosis). Amati
bentuk dada normal. Dengarkan pernafasan pasien apabila terdengar stridor
pada obstruksi jalan nafas. (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat
asma atau bronchitis kronik).
j) Dada
Inspeksi deformitas, atau asiemetris dam ertruksi insipirasi abdomen. Palpasi
adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi pekak terjadi apabila cairan atau
jaringan padat menggantikan bagian paru yang nomalnya terisi udara (terjadi
pada penderita dengan penyakit lain seperti efusi pleura, tumor, atau pasca
penyembuhan TBC). Auskultasi bunyi nafas veskuler, bronco vesikuler
(dalam keadaan normal).
k) Abdomen
Inspeksi pada kulit apakah ada strise dan simetris, adanya pembesaran organ
(pada penderita dengan penyerta penyakit serosis hepatis atau hepatomegaly)
auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan moyilitas.
Perkusi abdomen terhadap proposi dan pola timpani serta kepekaan. Palpasi
untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
l) Kulit
Warna perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita yang
mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan gangren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Kelembaban lembab (pada penderita yang tidak mengalami diuresis osmosis
dan tidak mengalami dehidrasi), kering (pada pasien yang mengalami osmosis
dan dehidrasi). Suhu dingin (pada pasien yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi intake
nutrisi oral sesuai aturan diet). Tekstur halus (cadangan lemak dan glikogen
belum banyak dibongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak, protein,
glikogen otot untuk produksi energi). Turgor menurun pada dehidrasi.
m) Kuku
Warna pucat sianosis (penurunan perfusi ada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan).
n) Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, kemudian benjolan seperti lesi, massa,
atau tumor.
o) Ekstermitas
Menilai kekuatan otot pada keempat ekstermitas, biasanya terdapat kelemahan
dengan kisaran 4, biasanya pada salah satu ekstermitas atau lebih mengalami
gangren/luka, mengalami kebas, ataupun kehilangan sensasi.
10) Pemeriksaan Diagnostik
a) Glukosa darah meningkat >200
b) Asam lemak bebas meningkat
c) Osmolalitas serum meningkat
d) Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
e) Ureum/kreatinin meningkat/normal
f) Urine : gula+aseton positif
g) Elektrolit : Na, K, fosfor

Analisa Data Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
pasien terhadap kesehtan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien. Pengumpulan data adalah pengumpulan
informasi tentang pasien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehtan pasien.
Pengumpulan informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperwatan, seta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.

Analisa data dari diagnosis keperawatan hambatan mobilitas fisik mempunyai


data obyektif adalah penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak-balik posisi tubuh,
asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan, dyspnea saat beraktivitas,
perubahan cara berjalan, pergerakan menyentak, keterbatasan rentang pergerakan
sendi, tremor yang diinduksi oleh pergerakan, ketidakstabilan postur tubuh,
melambatnya pergerakan, dan gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi.

1. Data subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat
terhdapa suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh
perawat, mencakuo persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehtannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi, mual,
perasaan malu.

2. Data Obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik.
Misalnya: frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin (D.0027)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)

C. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka
kestabilan kadar gula darah meningkat. Dengan kriteria hasil : (L.03022)
- Koordinasi meningkat
- Kesadaran meningkat
- Mengantuk menurun
- Pusing menurun
- Lelah/lesu menurun
- Keluhan lapar menurun
- Gemetar menurun
- Berkeringat menurun
- Mulut kering menurun
- Rasa haus menurun
- Perilaku aneh menurun
- Kesulitan berbicara mnurun
- Kadar gukosa dalam darah membaik
- Kadar glukosa dalam urine membaik
- Palpitasi membaik
- Perilaku membaik
- Jumlah urine membaik
Maka dilakukan intervensi manajemen hiperglikemia dan hopoglikemia
 Manajemen hiperglikemia (I.03115)
o Observasi
a) Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Rasional : Sebagai acuan untuk menurunkan nilai kadar gula dalam darah
b) Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis.
penyakit kambuhan)
Rasional : mencegah adanya komplikasi
c) Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Rasional : Agar dapat mengetahui riwayat penyakit dahulu klien dan
keluarga.
d) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
Rasional : Tanda awal hiperglikemia pada diabetes antara lain peningkatan
rasa haus, sakit kepala, lemah, sering BAK, dan mudah lapar
e) Monitor intake dan output cairan
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan
f) Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
Rasional : Terjadi atau tidak komplikasi ketoadosis diabetic
o Terapeutik
g) Berikan asupan cairan oral
Rasional : Untuk memproses zat gula atau glukosa yang berasal dari
makanan dan minuman.
h) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat
i) Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat dari
hiperglikemiEdukasi
j) Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
Rasional : agar tidak terjadi komplikasi
k) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
Rasional : Agar kandungan glukosa dalam darah tidak semakin tinggi
l) Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Rasional : Untuk menghindari terjadinya komplikasi pada peningkatan
ataupun penurunan kadar gula dalam darah
m) Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
Rasional : Terjadi atau tidak komplikasi ketoasidosis diabetic
n) Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)
Rasional : Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat dari
hiperglikemia.
o Kolaborasi
o) Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Rasional : Pemberian insulin berfungsi untuk mempertahankan jumlah
glukosa dalam darah tetap normal
p) Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat
q) Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
Rasional : Untuk memberikan tindakan medis yang tepat

 Manajemen hipoglikemia (I.03113)


o Observasi
a) Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia
b) Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
o Terapeutik
c) Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
d) Batasi glucagon, jika perlu
e) Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
f) Pertahankan kepatenan jalan nafas
g) Pertahankan akses IV, jika perlu
h) Hubungi layanan medis, jika perlu
o Edukasi
i) Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
j) Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
k) Anjurkan monitor kadar glukosa darah
l) Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan
m) Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahragaAnjurkan
pengelolaan hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko dan pengobatan
hipoglikemia)
n) Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan
untuk berolahraga
o Kolaborasi
o) Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu
p) Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan


Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil : (L.03030)
- Berat badan membaik
- IMT membaik
- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik
- Membrane mukosa membaik

Maka dilakukan intervensi keperawatan manajemen nutrisi (I.03119)

o Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
o Terapeutik
i) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
j) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
k) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
l) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
m) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
n) Berikan suplemen makanan, jika perlu
o) Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
o Edukasi
p) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
q) Ajarkan diet yang diprogramkan
o Kolaborasi
r) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
s) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
3) Perfusi perifer tidak efektif berhubunga dengan
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam maka perfusi
perifer meningkat dengan kriteria hasil : (L.02011)
- Denyut nadi perifer meningkat
- Penyembuhan luka meningkat
- Sensasi meningkat
- Warna kulit pucat menurun
- Edema perifer menurun
- Nyeri ekstremitas menurun
- Parastesia menurun
- Keram otot menurun
- Turgor kulit membaik
- Tekanan darah sistolik membaik
- Tekanan darah diastolik membaik

Maka dilakukan intervensi keperawatan perawatan sirkulasi (I.02079)

o Observasi
a) Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, edema, pengisian kalpiler,
warna, suhu, angkle brachial index)
b) Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c) Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas
o Terapeutik
d) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan
perfusi
e) Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan
perfusi
f) Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
g) Lakukan pencegahan infeksi
h) Lakukan perawatan kaki dan kuku
i) Lakukan hidrasi
o Edukasi
j) Anjurkan berhenti merokok
k) Anjurkan berolahraga rutin
l) Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
m) Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
n) Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
o) Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
p) Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
q) Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
r) Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
s) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth.2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 12 vol 3.
Jakarta:EGC
2. Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardhi (2013). Aplikasi Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1: Mediaction publishing : Yogyakarta.
3. Tarwoto, Dkk. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: Trans Info Medikal.
4. American Diabetes Association. 2012. Standar of Medical Care in Diabetes. Diabetes
care, 33(1),S11-S61.
5. Arisman. 2011. Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas dan
Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC.
6. Dewi, R. K. 2014. Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia (Imprint Agro
Media Pustaka)
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). 2011. Konsensus Pengendalian dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Jakarta.
8. Trisnawati, S.K dan Setyorogo.S. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(1): pp. 6-11
9. Nurkhalim. 2012. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes MelitusTipe II di
Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK Unsrat RSU Prof. Dr. R.D Kandou Manado
Periode Mei 2011 - Oktober2011. e-Biomedik (eBM), 1(1), pp. 45-49
10. Jelantik, G.M.G. 2014. Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan
dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Kerja
Puskesmas Mataram. Jurnal Kesehatan. Denpasar. Media Bina Ilmiah. Volume 8, No
1, Februari 2014.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIABETES MELLITUS

DI RUANG DEWI KUNTI RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal: 14 Desember 2021 jam: 14.00
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA/Sederajat
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Ngaliyan,Semarang
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus
b. Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.A
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngaliyan,Semarang
Hubungan Dengan Klien : Suami
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengeluh mual muntah dan pusing

4. Riwayat kesehatan lalu


a. Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti sekarang yaitu DM
b. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
c. Pasien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit karena DM
d. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat
e. Pasien mengatkan memiliki penyakit keturunan diabetes mellitus
5. Riwayat Kesehatan keluarga
a. Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Pasien
: Laki-Laki Meninggal

: Perempuan Meninggal

: Garis Keturunan

b. Pasien mengatakan anggota keluarga ada yang memiliki penyakit seperti yang di
alami klien yaitu anak :laki lakinya
Serumah
c. Pasien mengatakan anggota keluarga ada yang memiliki penyakit keturunan DM

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Pasien mengatakan kesehatan dirinya sangat penting
b. Pasien mengatakan yang pasien tahu bahwa dirinya sakit DM karena
sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis
c. Pasien mengatakan untuk mempertahankan kesehatannya pasien harus
menjaga pola makan, dan mengurangi makanan serta minuman yang manis
d. Pasien mengatakan apabila pasien merasa sakit pasien pergi ke puskesmas
untuk periksa
e. Pasien mengatakan biasanya mengkonsumsi obat bodrex jika merasa
pusing
f. Pasien mengatakan untuk factor social ekonomi baik dan tercukupi

2. Pola Nutrisi Dan Metabolik


a. Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, 1 porsi makan
dengan nasi, sayur, daging, tahu dan tempe , pasien juga mengatakan
selama sakit nafsu makannya menurun makan sedikit tapi sering karena
mudah kenyang
b. Pasien mengatakan keadaan saat sakit membuatnya tidak nafsu makan dan
cepat kenyang
c. pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan tidak ada pantangan
makanan
d. pasien mengatakan tidak ada keyakinan/ kebudayaan yang dianut yang
mempengaruhi diet
e. pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan konsumsi vitamin/ obat
penambah nafsu makan
f. pasien mengatakan tidak memiliki keluhan anoreksia nervosa ataupun
bulimia nervosa,
g. pasien mengatakan ada keluhan mual dan muntah, pasien mengatakan
tidak ada keluhan dalam mengunyah maupun menelan makanan
h. Pasien mengatakan sebelum sakit BB 67 kg dan TB 165 cm IMT : 22,4
Pasien mengatakan setelah sakit BB 60 kg dan TB 165 cm IMT : 22
i. Pasien mengatakan sebelum sakit suka minum minuman yang manis
seperti teh manis dan selama sakit pasien mengatakan mengurangi
minuman manis dan banyak minum air putih kurang lebih 2 liter selama 24
jam
j. Pasien terpasang infus RL 500 cc dengan 20 tpm

3. Pola eliminasi
a) Eliminasi feses
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1 x sehari di pagi hari dengan
konsistensi lunak.
Pasien mengatakan selama sakit 2 hari belum BAB
b) Eliminasi urin
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK 4-5 x sehari dengan warga kuning
jernih.
pasien mengatakan selama sakit sering BAK di malam haroi kurang lebih
6-7 kali selama sehari
4. Pola aktifitas dan latihan
a. Pasien mengatakan sebelum sakit bekerja sebagai karyawan di pabrik
b. Pasien mengatakan tidak pernah olahraga
1. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dalam aktivitas /
Pergerakan tubuh
2. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri
Pasien mengatakan dapat mandi, mengenakan pakaian sendiri
,bersolek, makan, secara mandiri
Pasien mengatakan selama sakit dapat mandi, mengenakan
pakaisn, bersolek, dan makan secara mandiri
3. Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit dapat BAB & BAK
sendiri
4. Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada keluhan setelah
aktivitas
Pasien mengatkan selama sakit badannya terasa dan lemas
5. Pasien mengatakan sebelum sakit tidak mudah merasa lelah
Pasien mengatakan selama sakit mudah merasa lelah
6. Pasien melakukan aktivitas secara mandiri
5. Pola Istirahat dan Tidur
a. Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur dengan baik , kurang lebih 8
jam / hari di malam hari , pasien mengatakan selama sakit tidak kurang
tidur dan tidak nyenyak karena sering bangun di malam hari untuk BAK
b. Pasien mengatakan sulit tidur karena sering bangun untuk BAK

6. Pola Kognitif-Perseptual sensori


a. Pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dengan penglihatan/
pendengarannya
Penglihatan dan pendengaran pasien masih berfungsi dengan normal
b. Pasien dapat mengingat dengan baik, pasien dapat berkomunikasi/
berbicara dan meamahami pesan yang diterima dengan baik
c. Pasien mengatakan selama sakit sering pusing dan lemas
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T
P = pasien mengatakan nyeri kepala karena gula darah tinggi
Q = pasien mengatakan nyeri terasa kencang dan nyut nyut
R = pasien mengatakan nyeri dirasa di kepala dan tengkuk

S = skala nyeri 3
T = pasien mengatakan nyeri dirasa terus menerus

7. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Pasien mengatakan ingin segera sembuh
b. Pasien mengatakan mengatakan ingin segera sembuh dan beraktivitas
seperti biasa sehingga pasien akan patuh seperti apa yang dilakukan
dokter dan perawat untuk kesembuhannya

c. Konsep diri:
1. Citra diri/body image : pasien mengatakan kesehatan tubuhnya sangat
penting ,sehingga pasien ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas
seperti biasa .
2. Identitas : pasien mengatakan sebelum sakit berstatus sebagai ibu
rumah tangga dan karyawan pabrik
3. Peran : pasien mengatakan sebelum sakit berperan sebagai ibu rumah
tangga, Pasien mengatakan selama sakit perannya sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi rumah di gantikan oleh anaknya.
4. Ideal diri : klien berharap dapat segera sembuh dari sakitnya.
5. Harga diri : pasien merasa rendah diri selama sakit karena tidak bisa
beraktivitas seperti biasa

8. Pola Mekanisme Koping


a. Pasien mengatakan dalam mengambil keputusan di musyawarahkan
dengan keluarganya.
b. Pasien mengatakan jika menghadapi masalah, bercerita dengan
suaminya
c. Pasien mengatakan upaya dalam mengahadapi masalah sekarang
dengan menurut apa yang dikatakan dokter dan perawat untuk
kesembuhannya
d. Klien mengatakan minta di berikan obat dan agar gula darah nya turun

9. Pola Seksual-Reproduksi
a. Pasien sudah menopause dan memiliki 2 anak
b. Pasien mengatakan tidak memiliki gangguan reproduksi

10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain


a. Pasien dapat berkomunikasi dengan jelas, relevan dan mampu
mengekspresikan wajahnya dan mengerti orang lain
b. Pasien mengatakan suami adalah orang terdekatnya
c. Pasien mengatakan selalu meminta bantuan kepada keluarganya jika
membutuhkan bantuan
d. Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga,
saudara maupun tetangga, pasien juga mengatakan merasa sangat di
perhatikan oleh suaminya serta anak anaknya
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Pasien beragama islam Pasien selalu berdoa serta melakukan
kegiatan sesuai dengan agamanya
b. Pasien mengatakan sumber kekuatan baginya adalah Allah dan
semangat,kasih sayang dari keluarganya
c. Pasien mengatakan tidak ada keyakinan atau kebudayaan yang dianut
yang bertentangan dengan kesehatan
d. Pola nilai kepercayaan / keyakinan tidak ada masalah

III. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


1. Kesadaran : Composmentis,
2. Penampilan : Lemah, pucat,
3. Vital sign
a. Suhu Tubuh : 36,0°C
b. Tekanan Darah : 149/80 mmHg
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Nadi :84 x/menit
4. Kepala : mesochepal , warna rambut hitam dan sedikit putih , rambut bersih
dan tidak mudah rontok.
5. Mata : pasien dapat melihat dengan baik, pupil isokor, bereaksi terhadap
cahaya, konjungtiva tidak anemis sklera tidak ikterik, dan tidak
menggunakana alat bantu penglihatan.
6. Hidung : simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada nafas
cuping hidung , tidak menggunakan alat bantu pernafasan
7. Telinga : mampu mendengarkan dengan baik, tidak ada nyeri,tidak ada
secret,tidak ada pembengkakan,tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
8. Mulut dan Tenggorokan : mukosa pucat , tidak ada bau mulut, tidak ada
nyeri, posisi trakhea ditengah, tidak ada benjolan di leher, tidak ada
pembesaran tonsil
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : 20 x /menit,
perkusi : normal / sonor
pelpasi : simetris kanan kiri
auskultasi: vesikuler
Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat ,
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung dan tidak ada nyeri
Palpasi : iktus cordis berada di ICS 5
auskultasi: bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan

10. Abdomen :
Inspeksi : Abdomen datar, tepi perut dan umbilicus tidak
menonjol, bendungan pembuluh darah dikulit abdomen tidak ada
Auskultasi : peristaltic usus 20x/mt,.
Perkusi : nyeri bagian kiri,dan bawah
Palpasi : ascites tidak ada
11. Genetalia : bersih , tidak ada luka , tidak ada tanda infeksi, tidak
terpasang kateter, tidak ada hemoroid
12. Ekstremitas atas dan bawah
 Kuku utuh dan tidak panjang
 Capillary refill time(CRT) : < 3 detik
 Kaki kanan dan kiri simetris
 Daerah yang terpasang infus tidak ada tanda tanda infeksi
13. Kulit
Kulit bersih warna sawo matang dengan tugor lembab tidak ada edema
IV. DATA PENUNJANG
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laborat : 14 Desember 2021
(11.15)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan
Gula darah sewaktu High 75 - 180 mg/dL

Hasil Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laborat : 14 Desember 2021 (12.47)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Keterangan


Antigen SARS Negative Negative
CoV-2

a. Diit yang diperoleh : bubur kacang hijau dan pisang


b. Terapi :
- Infus RL 500 cc dengan 20 Tpm
Fungsi: Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
- Per IV Ondansentron 3x4 mg
Fungsi: Untuk mencegah atau mengobati mual dan muntah
- Injeksi Flunarizine 10 mg
Fungsi: Untuk mengobati migrain atau pusing
- Injeksi Simvastatin 10mg
Fungsi: Untuk mengobati kolesterol
B. ANALISA DATA

Tgl / jam Data Fokus Problem Etiologi TTD


14/12/2021 DS: Ketidakstabilan Resistensi Insulin
15.00 - Pasien mengatakan kadar glukosa
pusing darah (D.0027)
DO:
- Pasien tampak lemah
- GDS high
- Pasien sering BAK
- Mukosa bibir kering
14/12/2021 DS : Defisit nutrisi Ketidakmampuan
15.00 - Pasien mengatakan (D.0019) mencerna
cepat kenyang makanan
- Pasien mengatakan
nafsu makan menurun
- Pasien mengatakan
mual muntah
DO :
- Pasien tampak pucat
- BB sebelum sakit 67
kg
- BB selama sakit 60 kg

14/12/2021 DS : Perfusi perifer hiperglikemia


15.00 - Pasien mengatakan tidak efektif
sering kesemutan di (D.0009)
tangan
DO :
- Pasien tampak pucat
- Jari kaki teraba dingin

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin (D.0027)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia (D.0009)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl / jam Diagnosa Tujuan & Intervensi dan TTD
Keperawatan Kriteria Hasil Rasional
Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen
kadar glukosa tindakan Hiperglikemia
darah (D.0027) keperawatan Observasi
b.d resistensi selama 3x8 jam, 1. Identifikasi
insulin Ketidakstabilan penyebab
kadar glukosa hiperglikemia
darah b.d resistensi Rasional: untuk
insulin teratasi mengetahui penyebab
dengan kriteria hiperglikemi
hasil : 2. Monitor kadar
1. Jumlah urin glukosa darah
membaik Rasional: agar kadar
2. GDS glukosa darah dapat
menurun terkontrol
3. Lemah 3. Monitor tanda
menurun dan gejala
4. Mukosa hiperglikemia
bibir Rasional: untuk
membaik mengetahui tanda dan
gejala hiperglikemia
pada pasien sehingga
perawat diharapkan
bisa lebih kritis dalam
menganalisa tanda dan
gejala yang dimiliki
pasien
Terapeutik
4. Berikan asupan
cairan oral
Rasional: agar asupan
tercukupi
5. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
Rasional: Agar dapat
mengantisipasi dan
menghambat
keparahan yang
diakibatkan oleh
hiperglikemia.
Edukasi
6. Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
Rasional: agar pasien
dapat mengetahui
kadar glukosa
darahnya sehingga
dapat mengontrol
makanan dan minuman
yang dikonsumsi
7. Anjurkan
kepatuhan diet
dan olahraga
Rasional: agar kadar
glukosa darah dapat
terkontrol dengan baik
8. Ajarkan
pengelolaan
diabests
Rasional : pengelolaan
yang tepat dapat
menjaga kadar glukosa
darah
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
Rasional: agar
kebutuhan cairan
terpenuhi
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
(D.0019) b.d tindakan Observasi
ketidakmampuan keperawatan 1. Identifikasi
mencerna selama 3x8 jam, status nutrisi
makanan Defisit Nutrisi b.d Rasional: untuk
ketidakmampuan mengetahui status
mencerna makanan nutrisi
teratasi dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil : alergi dan
1. Berat badan intoleransi
membaik makanan
2. Perasaan Rasional: untuk
cepat mengetahui adanya
kenyang allergy dan toleransi
menurun makanan
3. Nafsu 3. Identifikasi
makan kebutuhan
membaik kalori dan jenis
nutrien
Rasional: untuk
mengetahui kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
pasien
4. Monitor asupan
makanan
Rasional: untuk
mengetahui asupan
makan yang masuk
5. Monitor berat
badan
Rasional: untuk
mengetahui ada /
tidaknya
peningkatan
/penurunan BB

6. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Rasional: untuk
mengetahui ada
peningkatan/penurunan
kadar glukosa darah
Terapeutik
7. Fasilitasi
menentukan
diet
Rasional: agar pasien
mengerti apa yang bisa
di konsumsi/ tidak
untuk menstabilkan
kadar glukosa darah
8. Berikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
Rasional: agar BAB
lancar dan tidak
konstipasi
9. Berikan
makanan tinggi
kalori dan
protein
Rasional: agar
kebutuhan nutrisi
tercukupi
Edukasi
10. Anjurkan posisi
duduk
Rasional: agar
makanan dapat
tercerna dengan baik
11. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Rasional: agar gula
darah dapat terkontrol
Kolaborasi
12. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrien
yang
dibutuhkan
Rasional: utuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tidak efektif tindakan Observasi
( D.0009) b.d keperawatan 1. Periksa
hiperglikemia selama 3x8 jam, sirkulasi perifer
Perfusi perifer Rasional : untuk
tidak efektif b.d mengetahui adanya
hiperglikemia gangguan perfusi
teratasi dengan perifer
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Nyeri faktor risiko
ekstremitas gangguan
menurun sirkulasi
2. Turgor kulit Rasional: untuk
membaik mengetahui factor
3. Nadi resiko gangguan
meningkat sirkulasi
Edukasi
3. Anjurkan
berolahraga
rutin
Rasional: olahraga
teratur dapat menjaga
kestabilan kadar
glukosa darah
4. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
Rasional: agar tidak
terjadi kerusakan / luka
pada kulit
5. Ajarkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirkulasi
Rasional: agar pasien
bisa dan mau
melakukan diet untuk
menstabilkan kadar
glukosa darah

E. IMPLEMENTASI

Tgl / jam Diagnosa Implementasi Respon TTD


Keperawatan
14/12/2021 1,2,3 Memberikan DS: Pasien bersedia
J. 14.20 therapy infus RL dan bersifat
500 cc kooperatif
DO: Infus terpasang

14/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia


J. 14.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 149/80 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
14/12/2021 2 Memberikan DS: Pasien
J. 14.45 injeksi mengatakan mual
ondansentron 4 dan muntah
mg DO: Injeksi masuk
IV
14/12/2021 1 Mengidentifikasi DS: Pasien
J. 15.00 penyebab mengatakan suka
hiperglikemia dan makanan yang manis
mengecek kadar DO: GDS high
gula darah
14/12/2021 1 Memberikan DS: Pasien
J. 16.00 asupan cairan oral mengatakan pusing
DO: Obat oral
diminum pasien
14/12/2021 1,2,3 Menganjurkan DS: Pasien bersedia
J. 16.15 kepatuhan diet dan bersifat
dan olahraga kooperatif selama
penjelasan
DO: Pasien tampak
faham
14/12/2021 2 Mengidentifikasi DS: Pasien
J. 16.30 status nutrisi dan mengatakan nafsu
alergi makan menurun dan
tidak punya riwayat
alergi
DO: Pasien tampak
kooperatif
14/12/2021 2 Mengidentifikasi DS: Pasien bersedia
J. 16.40 kebutuhan kalori DO: Pasien tampak
dan jenis nutrien diberikan bubur dan
serta memberikan pisang
makanan yang
sesuai
14/12/2021 2 Memonitor DS: Pasien
J. 18.50 asupan makan mengatakan nafsu
makan menurun
DO: Pasien tampak
menghabiskan ¼
makanan
14/12/2021 2 Memonitor berat DS: pasien bersedia
J. 19.00 badan DO: BB : 60 kg

14/12/2021 2 Menganjurkan DS: pasien bersedia


J. 19.10 posisi duduk DO: Pasien tampak
duduk
14/12/2021 3 Memeriksa DS: Pasien
J. 19.15 sirkulasi perifer mengatakan sering
kesemutan
DO: Pasien tampak
kooperatif
14/12/2021 3 Mengidentifikasi DS: Pasien bersedia
J. 19.40 faktor risiko DO: Pasien tampak
gangguan kooperatif
sirkulasi
14/12/2021 3 Menganjurkan DS: Pasien bersedia
J. 20.00 melakukan DO: Pasien tampak
perawatan kulit faham
yang tepat

15/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia


J.14.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 145/85 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
15/12/2021 1,2,3 Memberikan DS: Pasien
J.14.50 therapy infus RL mengatakan infus
500 cc habis
DO: Infus terpasang
15/12/2021 1 Memberikan DS: Pasien
J.15.30 injeksi flunarizine mengatakan pusing
berkurang
DO: Injeksi masuk
IV
15/12/2021 2 Memonitor DS: Pasien
J.19.00 asupan makan mengatakan sudah
tidak lemas
DO: Pasien tampak
menghabiskan
hampir 1 porsi
makanan
15/12/2021 3 Memeriksa DS: Pasien
J.19.20 sirkulasi perifer mengatakan sudah
tidak kesemutan
DO: Pasien tampak
lebih segar
15/12/2021 1 Mengecek kadar DS: Pasien bersedia
J. 20.00 glukosa dalam dan bersifat
darah kooperatif
DO: GDS : 320
Mg/dL
16/12/2021 1,2,3 Mengkaji TTV DS: Pasien bersedia
J. 07.30 dan bersifat
kooperatif
DO:
TD: 135/80 MmHg
S: 36˚C
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
16/12/2021 1,2 Memberikan DS: Pasien bersedia
J. 08.20 injeksi flunarizine DO: Injeksi masuk
dan simvastatin IV
16/12/2021 1 Mengecek kadar DS: Pasien bersedia
J. 09.00 glukosa dalam DO: GDS: 250
darah Mg/dL
16/12/2021 1,2,3 Dokter visit DS: Pasien
J. 11.00 mengatakan sudah
lebih segar, pusing
berkurang, tidak
mual muntah
DO: Pasien boleh
pulang
16/12/2021 1,2,3 Mencabut infus DS: Pasien bersedia
J. 11.45 pasien DO: Infus sudah
dilepas

F. EVALUASI
No.DP Tanggal/Jam Evaluasi(SOAP) TTD
1. 14/12/2021 S: Pasien mengatakan
J. 21.00 pusing dan sering BAK
O:
TD: 149/80 MmHg
S: 36˚C
N: 84x/menit
RR: 20x/menit
GDS: High
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2. 14/12/2021
J. 21.00 S: Pasien mengatakan
nafsu makan menurun, dan
mual
O: Pasien tampak
menghabiskan ¼ porsi
makanan, Injeksi
ondansentran masuk IV
O: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

3. 14/12/2021
J. 21.00 S: Pasien mengatakan
sering kesemutan
O: Pasien tampak tidak
nyaman
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

1. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 pusing berkurang, BAK
berkurang
O: Injeksi Flunarizine
masuk IV, GDS: 320
Mg/dL, TD : 140/ 82, S:
36,5℃,N: 85 x/menit, RR:
22 x/menit
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

2. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 nafsu makan meningkat,
tidak mual dan muntah
O: Pasien tampak
menghabiskan hampir 1
porsi makanan
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

3. 15/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 21.00 sudah tidak kesemutan
O: Pasien tampak lebih
rileks
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

1. 16/12/2021 S: Pasien mengatakan


J. 08.00 sudah tidak pusing, BAK
menurun
O: Pasien tampak segar
dan bersemangat, GDS:
250 Mg/dL, TD: 130/
80,N: 85 x/menit, S: 36,5
℃, RR 20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi

2 16/12/2021 S : pasien mengatakan


J. 08.00 nafsu makan meningkat ,
dan tidak mual muntah
O : Pasien tampak
menghabiskan 1 porsi
makanan
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

3 16/12/2021 S: pasien mengatakan


J. 08.00 sudah tidak kesemutan
O : pasien tampak rileks
dan segar
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai