Anda di halaman 1dari 4

jenis-jenis psikotropika

Pada dasarnya, obat psikotropika memiliki manfaat yang baik dalam dunia kesehatan dan ilmu
pengetahuan. Namun, penggunaan psikotropika yang tidak sesuai aturan sering kali membawa dampak
buruk bagi penggunanya. Mulai dari kecanduan hingga yang terparah dapat menyebabkan kematian.

Selain berbahaya bagi kesehatan, psikotropika juga dapat dikenakan sanksi dan hukuman berupa pidana
dan denda. Hal tersebut sudah diatur dalam pasal 59 Undang-undang Republik Indonesia No.5 tahun
1997 tentang psikotropika.

“Barangsiapa yang menggunakan, memproduksi, mengedarkan, mengadopsi, memiliki, menyimpan,


membawa psikotropika golongan I dengan tidak semestinya akan dipidana 4-15 tahun penjara dan
denda Rp150.000.000-Rp750.000.000.”

Sebelum membahas lebih jauh mengenai psikotropika dan dampaknya. Mari kenali apa yang dimaksud
dengan psikotropika.

Apa itu Psikotropika?

Psikotropika adalah kategori obat yang dapat mengobati berbagai kondisi. Psikotropika bekerja dengan
menyesuaikan tingkat neurotransmitter atau dengan cara merangsang susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental, perilaku yang disertasi halusinasi, ilusi, gangguan cara
berpikir seseorang. Selain itu, psikotropika dapat menyebabkan perubahan perasaan secara tiba-tiba
dan menimbulkan kecanduan pada penggunanya.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Jenis-Jenis Psikotropika
Psikotropika merupakan jenis obat-obatan yang bisa ditemukan di apotek, namun penggunaan obat ini
harus menggunakan resep dokter karena jika obat ini disalahgunakan dapat menimbulkan efek samping
yang berbahaya seperti merusak organ tubuh, hingga menyebabkan kematian. Psikotropika memiliki
beberapa jenis sebagai berikut:

Sedatin

Rohypnol

Valium

Amphetamine

Metakualon

Phenobarbital

Shabu-shabu

Ekstasi

Golongan psikotropika

Penggunaan psikotropika yang tidak sesuai resep dokter dapat menyebabkan penggunanya mengalami
kecanduan. Berdasarkan tingkat risiko kecanduan yang dihasilkan, psikotropika dibagi menjadi empat
golongan, yaitu:

Obat psikotropika golongan 1

Psikotropika golongan satu merupakan obat-obatan dengan daya adiktif, yang memiliki potensi tinggi
menyebabkan kecanduan. Selain itu, obat-obatan psikotropika golongan ini masuk dalam obat terlarang
yang penyalahgunaannya bisa dikenakan sanksi hukum. Psikotropika golongan satu contohnya adalah
ekstasi, STP, dan LSD.

Obat psikotropika golongan 2

Psikotropika golongan dua merupakan obat-obatan yang memiliki risiko ketergantungan di bawah
psikotropika golongan satu. Obat yang masuk dalam golongan ini biasa digunakan untuk pengobatan
berbagai penyakit, sehingga jika penggunaan psikotropika golongan dua tidak sesuai dengan resep
dokter dapat menimbulkan kecanduan. Psikotropika golongan dua contohnya adalah sabu, amfetamin,
ritalin, dan metilfenidat.
Obat psikotropika golongan 3

Psikotropika golongan tiga merupakan obat-obatan dengan daya adiktif sedang dan umumnya
digunakan untuk penelitian dan pengobatan. Psikotropika golongan tiga contohnya adalah
pentobarbital, flunitrazepam, buprenorsina, dan lumibal.

Obat psikotropika golongan 4

Psikotropika golongan empat merupakan obat-obatan dengan daya adiktif ringan yang biasanya
digunakan untuk pengobatan. Psikotropika golongan empat contohnya adalah diazepam, nitrazepam,
lexotan, pil koplo, obat penenang, dan obat tidur.

Kelas dan Nama Psikotropika

Kelas Contoh

Antipsikotik yang khas chlorpromazine (Thorazine) fluphenazine (Prolixin) haloperidol (Haldol)


perphenazine (Trilafon) thioridazine (Mellaril)

antipsikotik atipikal aripiprazole (Abilify) clozapine (Clozaril) iloperidone (Fanapt) olanzapine


(Zyprexa) paliperidone (Invega) quetiapine (Seroquel) risperidone (Risperdal) ziprasidone (Geodon)

Antikecemasan alprazolam (Xanax) clonazepam (Klonopin) diazepam (Valium) lorazepam (Ativan)

Stimulan amphetamine (Adderall, Adderall XR) dexmethylphenidate (Focalin, Focalin XR)


dextroamphetamine (Dexedrine) lisdexamfetamine (Vyvanse) methylphenidate (Ritalin, Metadate ER,
Methylin, Concerta)

Antidepresan serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI)citalopram (Celexa) escitalopram (Lexapro)


fluvoxamine (Luvox) paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft)

Serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI) antidepresan atomoxetine (Strattera) duloxetine


(Cymbalta) venlafaxine (Effexor XR) desvenlafaxine (Pristiq)

Antidepresan monoamine oksidase inhibitor (MAOI) isocarboxazid (Marplan) phenelzine (Nardil)


tranylcypromine (Parnate) selegiline (Emsam, Atapryl, Carbex, Eldepryl, Zelapar)

Antidepresan trisiklik amitriptyline amoxapine desipramine (Norpramin),imipramine (Tofranil)


nortriptyline (Pamelor), protriptyline (Vivactil)

Mood Stabilisator carbamazepine (Carbatrol, Tegretol, Tegretol XR) divalproex sodium (Depakote)
lamotrigine (Lamictal) lithium (Eskalith, Eskalith CR, Lithobid)
Efek Obat Psikotropika

Penggunaan psikotropika dalam dunia kesehatan selama sesuai dengan resep dokter masih terbilang
aman dan diperbolehkan. Namun, jika zat psikotropika disalahgunakan secara berlebihan dan tidak
sesuai dengan resep dokter, maka hal tersebut dapat berakibat buruk pada kesehatan. Selain
memberikan efek kecanduan, psikotropika juga memiliki efek samping lainnya jika digunakan secara
berlebihan, yaitu:

Depresan

Zat psikotropika dapat memberikan efek tenang karena psikotropika bekerja dengan menekan sistem
saraf pusat. Jika psikotropika digunakan secara berlebihan, maka penggunanya dapat tidur lama, tidak
sadarkan diri, hingga menyebabkan kematian. Salah satu psikotropika yang memberi efek depresan
adalah putaw.

Stimulan

Psikotropika dapat membuat fungsi tubuh bekerja lebih tinggi dan bergairah, sehingga penggunanya
lebih terjaga. Hal ini mengakibatkan kerja organ tertentu menjadi lebih berat. Apabila si pengguna tidak
memakai obat-obatan tersebut dapat menyebabkan badan menjadi lemah. Untuk mengembalikan
kondisi tubuh agar tetap prima, biasanya ia akan menggunakan lagi. Hal ini menyebabkan pengguna
mengalami kecanduan. Contoh psikotropika yang memberi efek stimulan adalah sabu-sabu dan ekstasi.

Halusinogen

Efek halusinogen mengakibatkan penggunanya merasakan halusinasi yang berlebihan. Salah satu contoh
psikotropika yang dapat mengakibatkan halusinogen adalah ganja.

Anda mungkin juga menyukai