Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi
dimana reaksi antara bahanyang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa. Kompleks senyawa inidsebut kelat dan terjadi akibat titran
dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi
terdiri dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran
sertatitrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari
dua komponen yangmembentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat
yang hendak diamati.
Dalam kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang
mengandung ion-ion logam seperti aluminium, bismut, magnesium dan zink
dengan cara kompleksometri. Dimana kita akan menentukan kemurnian atau
kadar dari pada salah satu logam tersebut yang dilakukan dengan cara titrasi
kompleksometri.
Metode titrimetri yang dikenal juga sebagai metode volumetri
merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri kimia.
Dalam setiap metode titrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen
analit dengan zat pendeteksi yang disebut titran. Pencapaian titik ekivalen
umumnya ditandai oleh perubahan zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke
dalam larutan analit yang dikenal sebagai indikator. Perubahan indikator terjadi
bila semua analit telah bereaksi dengan titran
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation
dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut
atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah
ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari
logam. Dari komlpeks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan
koordinasi dua dan sianidanya merupakan ligannya. Reaksi membentuk
kompleks dapat dianggap sebagai asam basa lewis dengan ligan bekerja
sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang
merupakan suatu asam. Dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi
kompleksometri umumnya digunakan III (EDTA) sebagai zat pembentuk
kompleks khelat dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang polivalen
seperti Al3+, Bi3+, Ca2+, Cu2+ membentuk senyawa atau kompleks khelat yang
stabil dan larut dalam air.
Keuntungan dari metode kompleksometri adalah waktu pengerjaannya
lebih sederhana dibandingkan gravimetri dan spektrometer. Sedangkan
kerugiannya adalah penentuan titik akhir susah ditentukan, karena sangat
dipengaruhi oleh pH dan bahan yang digunakan cukup banyak dibandingkan
dengan metode lain yaitu larutan bak, indikator, larutan dapar dan larutan asam
atau basa.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini dalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang penetapan kadar kalsium pada ikan teri basah dan
ikan teri kering yang dijual di pasar smep bandar lampung dengan
menggunakan kompleksometri
2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mahasiswa dapat mengkaji
dan menganalisis tentang penetapan kadar kalsium pada ikan teri basah
dan ikan teri kering yang dijual di pasar smep bandar lampung dengan
menggunakan kompleksometri.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah penetapan untuk menganalisis
tentang penetapan kadar kalsium pada ikan teri basah dan ikan teri kering yang
dijual di pasar smep bandar lampung dengan menggunakan kompleksometri.
D. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah dapat mengetahui tentang bahan
untuk menganalisis tentang penetapan kadar kalsium pada ikan teri basah dan
ikan teri kering yang dijual di pasar smep bandar lampung dengan
menggunakan kompleksometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang
didasarkan pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam
target dengan zat pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum
digunakan adalah asam etilenadiaminatetraasetat (EDTA) yang akan
membentuk kompleks kuat dengan perbandingan 1:1 dengan logam pH larutan
dalam titrasi kompleksometri harus dikontrol, karena akan menentukan
selektivitas pembentukan kompleks antara EDTA dengan logam target.
Merekomendasikan nilai pH larutan 12-13 untuk analisis kadar kalsium.
Beberapa penelitian menggunakan kisaran pH tersebut yang menggunakan pH
larutan 12 untuk menganalisis kadar kalsium pada sampel bahan baku keramik,
juga menggunakan pH larutan 12 untuk menentukan kadar kalsium pada batu
kapur (Taufik, 2018).
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan
persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion).
Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Salah satu tipe reaksi
kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit
terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral (Basset, 1994).
Kompleksometri atau pengkelatan merupakan cara pengikat logam
dengan menambahkan senyawa pengkelat yang membentuk kompleks logam
senyawa pengkelat. Metode pengkelat sama dengan proses metode adsorben,
namun senyawa adsorben diganti dengan senyawa pengkelat. Senyawa
pengkelat yang sering digunakan dalam proses pemurnian minyak atsiri antara
lain EDTA,asam sitrat, asam malat, dan asam tartarat. Proses pengikatan logam
merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan
senyawa pengkelat untuk menghasilkan pemurnian sampel. Pemurnian
merupakan proses penghilangan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari
minyak nilam hasil penyulingan. Tujuan dari proses pemurnian adalah untuk
meningkatkan kualitas mutu dari minyak nilam dan nilai jual yang lebih tinggi.
Metode pemurnian terbagi atas dua cara yaitu pemurnian secara kimia dan
pemurnian secara fisik. Pemurnian secara kimia dapat dilakukan dengan cara
penambahan senyawa adsorben atau senyawa komplek tertentu. Peralatan yang
digunakan dalam pemurnian ini cukup sederhana. Sedangkan pemurnian secara
fisik peralatan penunjang yang digunakan cukup spesifik, akan tetapi minyak
yang dihasilkan dari proses pemurnian fisik lebih baik karena warnanya lebih
jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi (Manalu, 2019).
Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang
didasarkan pada reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam
target dengan zat pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum
digunakan adalah asam etilena diaminatetraasetat (EDTA) yang akan
membentuk kompleks kuat dengan perbandingan 1:1 dengan logam pH larutan
dalam titrasi kompleksometri harus dikontrol, karena akan menentukan
selektivitas pembentukan kompleks antara EDTA dengan logam target.
Beberapa penelitian menggunakan kisaran pH tersebut, yaitu yang
menggunakan pH larutan 12 untuk menganalisis kadar kalsium pada sampel
bahan baku keramik, sedangkan yang menggunakan pH larutan 12 untuk
menentukan kadar kalsium pada batu kapur. Di Indonesia, titrasi
kompleksometri merupakan prosedur analisis kadar kalsium untuk air dan air
limbah. Beberapa penelitian menggunakan metode titrasi kompleksometri
untuk menentukan kadar kalsium pada beberapa sampel. Menganalisis kadar
kalsium pada beberapa sampel ikan kembung menggunakan metode titrasi
kompleksometri dan mendapatkan kadar kalsium sebesar 0,18-0,36%.
Menentukan kadar kalsium pada bayam hijau rebus dan segar dengan metode
titrasi kompleksometri dan mendapatkan kadar kalsium sebesar 0,07% dan
0,13%. Analisis kadar kalsium pada susu segar dengan menggunakan metode
titrasi kompleksometri belum tersedia data validasinya. Validasi merupakan
suatu proses untuk membuktikan bahwa suatu metode dapat digunakan
berdasarkan beberapa parameter tertentu validasi dapat membantu memberikan
jaminan bahwa hasil analisis titrimetru dapat dipercaya (Taufik, 2018).
Istilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang
dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif
dengan larutan dari zat yang akan ditetapkan. Larutan dengan kekuatan
(konsentrasi) yang diketahui tepat itu disebut larutan standar untuk digunakan
dalam analisis titrimetri. Suatu reaksi harus memenuhi kondisi berikut, yaitu
harus ada suatu reaksi yang sederhana yang dapat dinyatakan dnegan suatu
persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan
reagensia dalam proporsi yang stoikiometri atau ekuivalen. Reaksi harus
praktis berlangsung dalam sekejap atau berjalan dengan sangat cepat sekali
(kebanyakan reaksi ionik memenuhi kondisi ini). Dalam beberapa keadaan,
penambahan suatu katalis akan mencepatkan reaksi itu harus ada perubahan
yang menyolok dalam energi bebas yang menimbulkan perubahan dalam
beberapa sifat fisika atau kimia larutan pada titik ekuivalennya. Harus tersedia
suatu indikator yang oleh perubahan sifat-sifat fisika (warna atau pembentukan
endapan) harus dengan tajam menetapkan titik-akhir reaksi. Reaksi yang
digunakan dalam analisis titrimetri dapat dibagi dalam dua golongan utama
yaitu reaksi dalam mana tak terjadi perubahan keadaan-oksidasi, reaksi ini
bergantung pada bersenyawaannya ion-ion, sedangkan reaksi oksidasi reduksi
ini melibatkan suatu perubahan keadaan oksidasi atau dengan kata lain
pemindahan elektron (Lubis, 2018).
Metode titrasi kompleksometri juga digunakan pada titrasi pengujian
sampel air, sebab air sangat penting bagi tubuh manusia dan bermanfaat untuk
proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh,
mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh dari kekeringan maka
itu perlu dilakukan pengujian sampel. Air yang ada di bumi mengandung
berbagai bahan baik yang terlarut maupun yang tersuspensi termasuk juga
mikroba, sehingga sebelum dikonsumsi harus diolah untuk menghilangkan atau
menurunkan kadar bahan tercemar sampai tingkat yang aman. Air minum
dalam kemasan (AMDK) dijadikan alternatif untuk dikonsumsi, tetapi harga
AMDK dari berbagai merk yang terus meningkat membuat konsumen mencari
alternatif baru yang lebih murah. Harga yang murah mengakibatkan
masyarakat beralih pada air minum isi ulang untuk dikonsumsi. Meski lebih
murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya,
oleh karena itu, masih ada kemungkinan air minum isi ulang yang dihasikan
tidak sehat dan tidak layak konsumsi. Beberapa persyaratan air bisa
dikonsumsi, yaitu antara lain air harus jernih atau tidak keruh, tidak berwarna,
rasanya tawar, pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, kesadahannya
rendah dan tidak boleh mengandung bakteri patogen sehingga dapat
menghasilkan kalsium yang baik (Musiam, 2015).
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk berbagai aspek
kesehatan, termasuk kesehatan tulang dan gigi dan irama jantung yang normal.
Mineral ini juga diperlukan untuk kontraksi otot dan relaksasi, fungsi saraf dan
hormon dan regulasi tekanan darah. Kalsium harus dicerna setiap hari dan
diserap secara efektif untuk menjaga kesehatan yang optimal. Kebanyakan
orang bisa mendapat cukup kalsium dengan mengonsumsi berbagai makanan
yang kaya akan kalsium. Makanan yang secara alami mengandung kalsium
termasuk susu dan produk susu lainnya, sayuran hijau, berdaun, seafood dan
kacang. Kalsium juga ditambahkan ke jus jeruk, sereal sarapan, roti dan produk
makanan berbenteng lainnya. Asupan kalsium diet tinggi diperlukan untuk
bayi, anak-anak dan remaja untuk mempromosikan pertumbuhan dan
pembentukan tulang. Kekurangan kalsium adalah suatu kondisi di mana tubuh
memiliki jumlah kalsium yang tidak memadai. Asupan kalsium yang baik
dapat membantu mencegah osteoporosis (Rollando, 2019).
Kalsium laktat adalah suatu garam kalsium yang berfungsi menjamin
kebutuhan kalsium dalam tubuh. Kalsium laktat dapat meningkatkan
kemampuan pengikatan air dan juga dapat berfungsi sebagai pembentuk
tekstur, penstabil serta pengental. Kalsium Laktat juga banyak digunakan
sebagai fortifikasi kalsium sebagai tingkat absorpsi tinggi di industri pangan
dan obat-obatan. Kalsium laktat diakui aman dan dapat digunakan sebagai agen
penguat, penambah rasa, pengasam, suplemen, agen anti bakteri, sebagai bahan
pembuatan biomaterial substitusi tulang serta sebagai agen antitartar pada pasta
gigi. Kalsium laktat dapat diproduksi salah satunya dalam bentuk tablet. Tablet
harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang sesuai
sehingga menimbulkan efek yang diinginkan jika memiliki mutu dan kadar
yang sesuai (Simbolon, 2020).
Zink merupakan salah satu unsur logam golongan II B, yang memiliki
massa atom 65,38. Zink termasuk mineral mikro yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan dan diferensiasi sel, sintesis DNA, menjaga stabilitas
dinding sel, serta komponen penting dari respon imun dan kekebalan tubuh
terhadap infeksi Kekurangan zink dapat terjadi karena kurangnya asupan zink,
penyerapannya yang kurang baik atau tingkat pengeluarannya dari tubuh yang
meningkat. Untuk menggantikan zink yang hilang selama diare, dapat diobati
dengan pemberian 10 mg - 20 mg ZnSO 4 yang akan membantu penyembuhan
diare. Zink juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah risiko terulangnya diare selama 2 - 3 bulan setelah anak sembuh dari
diare (Bakhtra, 2015).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling
RM : H2O
BM : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Larutan dalam etanol gliser.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDIUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam sulfat
RM : H2SO4
BM : 98,07 g/mol
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika
ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
3. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
RM : HCl
BM : 36,46 gr/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasa asam, bau jika diecerkan
dengan 2 bagian volume air.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
4. Asam Nitrat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ACIDUM NITRAS
Nama Lain : Asam nitrat
RM : HNO3
BM : 63 g/mol
Pemerian : Cairan jernih berasap, hampir tidak berwarna, warna
kuning.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
5. Amonium Oksalat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : AMMONII OKSALAS
Nama Lain : Amonium oksalat
RM : (CO2NH4)2H2O
BM : 142,11 g/mol
Pemerian : Hablur, tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
6. Dinatrium Etil Diamin Tetra Asetat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : Na-EDTA
Nama Lain : Asam etil diamin tetra asetat
RM : C10H16N2O8
BM : 292,24 g/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning, bau mirip
amoniak.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut
dalam etanl (95%), larut dalam 11 bagian air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Chelating agent 0,005-0,1%
7. Ericrom Black T (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : ERIOCHROME BLACK T
Nama Lain : Hitam erikrom
RM : C20H12N3NaO7S
BM : 461,38 g/mol
Pemerian : Serbuk, hitam kecoklatan
Kelarutan : Larut dalam air panas, dalam etanol (95%) P dan dalam
metanol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai indikator.
8. Kalsium Karbonat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : CALCII CARBONAS
Nama Lain : Kalsium karbonat
RM : CaCO3
BM : 100,09 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam air
yang mengandung karbondioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
9. Kalium Sianida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : KALIUM SIANIDA
Nama Lain : Kalium sianida
RM : KCN
BM : 54,07 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur, warna putih, perlahan-lahan terurai
diudara.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, membentuk larutan jernih tidak
berwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
10. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRIUM HYDROXYDIUM
Nama Lain : Natrium hidroksida
RM : NaOH
BM : 40,00 g/mol
Pemerian : Bentuk batang, massa hablur, rapuh dan mudah meleleh,
basah, sangat alkalis dan korosif.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
11. Natrium Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Nama Lin : Natrium klorida
RM : NaCl
BM : 58,44 g/mol
Pemerian : Hablur, heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau dan rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih,
dalam kurang lebih 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
12. Natrium Sulfat Anhidrat (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi : NATRIUM SULFAT ANHIDRAT
Nama Lain : Natrium sulfat anhidrat
RM : Na2SO4
BM : 322,24 g/mol
Pemerian : Serbuk hablur atau butiran, putih, higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol
(95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai bahan penyerap air dalam kloroform.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu beaker glass, bunsen,
cawan porselin, erlenmenyer, kertas saring, labu ukur, neraca analitik,
mortir, spatula, steamper, tabung reaksi, tanur, dan waterbath.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu asam nitrat, natrium
hidroksida, kalium sianida, dinatrium etil diamin tetra asetat, murexid,
natrium sulfat anhidrat, indikator Ericrom Black T (EBT), natrium klorida,
kalsium karbonat, asam klorida, asam sulfat, amonium oksalat, aquades.
B. Prosedur Kerja
1. Pembakuan Na2EDTA
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Dimasukan 10 ml larutan standar CaCO3 0,01 M, kedalam erlenmeyer
250 ml.
c) Ditambahkan 40 ml aquadest dan 10 ml larutan penyangga amonium
klorida pH 10
d) Ditambahkan seujung spatula 30 -50 mg indikator EBT.
e) Dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan dari
merah keunguan menjadi biru
f) Dicatat volume Na2EDTA yang digunakan.
2. Prosedur perlakuan sampel
a) Ikan teri nasi kering yang telah dihaluskan dengan mortir dan stamper
dan ditimbang seksama masing – masing 100 g dan ikan teri nasi basah
ditimbang masing-masing 100 g.
b) Dimasukkan kedalam cawan porselin dan dipanaskan dengan bunsen
sampai jadi arang.
c) Kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 500 – 550 0C selama lebih
kurang4 – 5 jam sampai terbentuk abu putih.
d) Ditimbang 6 gram dari abu putih didapatkan.
e) Kemudiaan ditambahkan HCL 2N sebanyak 6 ml lalu dimasukkan
kedalam beaker glass, kemudian diuapkan irnya sampai mendidih
mengunakan waterbath.
f) Kemudian saring dengan kertas saring lalu filtrasi ditampung dalam labu
ukur 100 ml, filtrasi untuk uji kualitatif.
3. Prosedur analisa sampel kualitatif
a) Filtrat diambil 2,0 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 ml larutan amonium oksalat 2,5% b/v. Dikocok dan
didiamkan akan terbentuk endapan putih.
b) Diambil 2,0 ml filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 1 ml H2SO4 dan 1 ml etanol. Dikocok dan diamkan
terbentuk endapan putih.
4. Prosedur analisa sampel kuantitatif
a) Timbang 6 gram abu ikan teri dilarutkan dalam 6 ml HCl 2 N lalu
masukan kedalam beaker glass, kemudian diuapkan airnya sampai
mendidih menggunakan waterbath.
b) Kemudian saring dengan kertas saring dengan kertas saring lalu filtrasi
ditampung dalam labu ukur 100 ml kemudiaan encerkan sampai tanda
batas.
c) Ambil 10 ml larutan uji, masukan kedalam labu erlemeyer 250ml.
d) Tambahkan larutan penyangga amonium klorida hingga pH 10
e) Tambahkan seujung spatula indikator murekside sehingga larutan
berwarna merah muda.
f) Titrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan warna
dari merah muda menjadi ungu. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali untuk
masing – masing sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Indentifikasi Kualitatif Kalsium
No Identifikasi Hasil Keterangan
Susu cair “Dairy Milk”
(kontrolpositif)
1. Ca + 1 mL amonium oksalat 2,5 Terbentuk endapan putih +
% b/vendapanputih
Ca + H2SO4 + etanol endapan Terbentuk endapan putih +
putih. Sampel A (Ikan teri nasi
basah)
2. Ca + 1 mL amonium oksalat 2,5 Terbentuk endapan putih +
% b/vendapanputih
Ca + H2SO4 + etanol endapan Terbentuk endapan putih +
putih. Sampel B (Ikan teri nasi
basah)
3. Ca + 1 mL amonium oksalat 2,5 Terbentuk endapan putih +
% b/vendapanputih
Ca + H2SO4 + etanol endapan Terbentuk endapan putih +
Putih.

Tabel II. Molaritas CaCO3


Pengulangan Volume titran (mL) Molaritas (m) Molaritas rata-rata (m)
1 9,8 0,0102
2 9,8 0,0102 0,0102
3 9,7 0,0103

Tabel III. Penentuan Kadar Kalsium pada sampel ikan teri


Sampel Rata-rata Volume titran (mL) Rata-rata kadar kalsium (%)
A 4,5 1,06
B 5,5 1,24
C 4,1 1,08
Tabel IV. Penentuan Kadar Kalsium Ikan Teri Nasi Kering.
Sampel Rata-rata Volume titran (mL) Rata-rata kadar kalsium (%)
A 11,4 2,58
B 10,5 2,33
C 11,3 2,56
B. Pembahasan
Pada penelitian in itelah dilakukan penetapan kadar kalsium pada ikan
teri nasi basah dan ikan teri nasi kering secara titrasikompleksometri. Sampel
yang diambil dipasar Smep Bandar Lampung dikarenakan selalu ramai
dikunjungi oleh pembeli. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
ikan segar (basah) dan ikan kering yang telah diasinkan yang dijual di Pasar
Smep Bandar Lampung, dengan jenis yang sama yaitu ikan teri nasi
(StolephorusSp). Jumlah yang diambil adalah sebanyak tiga sampel ikan teri
nasi segar (basah) dan tiga ikan teri nasi kering yang telah diasinkan.
Tahap pertama yang dilakukan adalah menimbang setiap 1 sampel
ikan teri nasi basah ditimbang sebanyak 200 gr dan setiap ikan teri nasi kering
ditimbang sebanyak 100 gr. Setelah ditimbang kemudian dimasuk dalam tanur,
dipanaskan sampais uhu 500 0C sehingga sampel menjadi abu putih.
Setelah menjadi abu, abu ditimbang sebanyak 6 gram untuk masing –
masing sampel lalu ditambahkan dengan 6 ml HCL 2 N yang digunakan untuk
melarutkan kalsium. Kemudian diuapkan airnya sampai mendidih
menggunakan waterbath. Kemudian disaring dimana filtrasi ditampung dalaml
abuukur 100 ml kemudian diencerkan sampai tanda. Setelah dilakukan
penyaringan dilakukan pengujian kualitatif yaitu identifikasi dengan
menggunakan reaksi warna untuk memastikan ada atau tidaknya kandungan
kalsium dalam sampel.
Tahap selanjutnya dilakukan pengujian kuantitatif, yaitu dengan
terlebih dahulu menghitung molaritas standarisasi CaCO3 dengan NA2EDTA
menggunakan indikator EBT lalu melakukan penetapan kadar kalsium pada
ikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering dengan menggunakan indikator
murexid, sebelum melakukan titrasi pada standarisasi dan juga penetapan kadar
di tambahkan larutan buffer dahulu hingga ph larutan mencapai 10.
Penetapan kadar kalsium pada ikan teri nasi (Stopleherussp) dapat
dilakukan dengan menggunakan titrasi kompleksometri. Titrasi komplek
sometri merupakan jenis titrasi dimana titran (Na2EDTA) dan titrat (ion logam)
saling membentuk kompleks. Prinsip titrasi kompleksometri adalah larutan
yang mengandung ion (Ca2+) akan membentuk kompleks dengan EDTA
sehingga kadar dapat diketahui. Dimana Na2EDTA bertindak sebagai ligan
(H2Y2) dan memiliki banyak keunggulan diantaranya selalu membentuk
kompleks ketika direaksikan dengan ion logam, dapat bereaks icepat dengan
banyak jenis ion logam.
Berdasarkan hasil penetapan kadar kalsium titrasi kompleksometri
diketahui kadar dalam ikan teri nasi adalah ikan teri nasi basah (segar) A =
1,06 %, B = 1,24 % dan C = 1,08 %. Untuk kadar kalsium ikan teri nasi kering
A = 2,58 %, B = 2,33 % dan C = 2,58%. Hipotesa ini sangat sama dengan
dugaan penulis sebelumnya yaitu kadar kalsium ikan teri nasi basah dan ikan
teri nasi kering cukup tinggi kadar kalsium untuk memenuhi kebutuhan
kalsium.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kadar rata – rata
kalsium pada sampel ikan teri nasi basah (segar) A = 1, 06%, B = 1,24 % dan
C = 1,08 %. Untuk kadar kalsium ikan teri nasi kering (asin) A = 2,58 %, B =
2,33 % dan C = 2,56 %. Dari data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kadar kalsiumikan teri nasi basah dan ikan teri nasi kering cukup tinggi sebagai
sumber kalsium sehingga dapat memenuhi kebutuhan kalsium harian tubuh.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan oleh penulis agar sebaiknya tetap
menjaga Laboratorium, menjaga kondusivitas jalannya praktek di
Laboratorium dan memperhatikan kondisi alat agar praktek dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Asmoro, Lianty Cahyo, kumalaningsih sri, dan mulyadi febrianto arief, 2012.
Jurnal karakteristik Organoleptik Biskut Dengan penambahan
Tempung Ikan Teri nasi. FTP – UB : Malang.
Bakhtra DDA, Zulharmita, Pramudita V. 2015. Penetapan Kadar Zink Pada
Sediaan Farmasi Dengan Metode Kompleksometri Dan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea. Vol. 7 (2).
Hal: 181-189.
Basset J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku
kedokteran EGC : Jakarta.
Diroktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Penerbit Bhratara : Jakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Jilid 3. Depkes RI : Jakarta.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI. Jakarta.
Lubis RM. 2018. Penetapan Kadar Kalsium Pada Susu Bubuk Bermerek “H”
Secara Titrasi Kompleksometer. Jurnal Ilmiah Kohesi. Vol. 2 (4). Hal:
35-45.
Manalu RA, Anshar PA, Rohaya S. 2019. Peningkatan Mutu Minyak Nilam
(Pogostemon cablin) melalui Proses Pemurnian Minyak Nilam Aceh
Jaya dan Aceh Selatan dengan Metode Kompleksometri. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian. Vol 4 (4). Hal: 310-319.
Miefthawati, N.P. 2013. Penetapan Kadar Kalsium Pada Ikan Kembung Segar dan
Ikan Kembung Asin Secara Kompleksometri. Jurnal kesehatan. Vol.
1(3). Hal 134-141.
Musiam S, Darmiani S, Putra AMP. 2015. Analisis Kuantitatif Kesadahan Total
Air Minum Isi Ulang Yang Dijual Di Wilayah Kayu Tangi Kota
Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung. Vol. 1(2). Hal: 145-148.
Nurhafni. 2011. Penetapan kadar kalsium pada ikan teri secara kompleksometri.
Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara : Sumatra Utara
Rollando R, Duhu AE, Sitepu R. 2019. Perbandingan Validasi Metode
Kompleksometri Dan Spektrofotometri Uv-Vis Derivatif Tablet
Kalsium Laktat. Journal of Natural Science. Vol 5 (2). Hal: 158-171.
Saputri GAR, Nofita. 2018. Penetapan Kadar Kalsium Pada Ikan Teri Kering
Yang Dijual Di Pasar SMEP Bandar Lampung Dengan Menggunakan
Metode Kompleksometri. Jurnal Analis Farmasi. Vol. 3(3). Hal: 193-
198.
Simbolon RA, Amna U, Halimatussakdiah. 2020. Uji Kadar Disolusi Tablet
Kalsium Laktat Menggunakan Titrasi Kompleksometri. Jurnal Kimia
Sains dan Terapan. Vol 2 (2). Hal: 11-13.
Taufik M, Sevelina, Saputra RE. 2018. Validasi Metode Analisis Kadar Kalsium
pada Susu Segar secara Titrasi Kompleksometri. Jurnal Agritech. Vol
38 (2). Hal: 187-193.
Winarno, F, G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai