Anda di halaman 1dari 13

Strategi Aspek Akuntabilitas

Dengan Menggunakan Pendekatan SWOT

Peserta Latsar CPNS Angakatn XI


PPSDM Regional Bandung

Eltari Riantiarni, A.Md.Kb.N


Ade Darmawan, A.Md
Fajzar Dwi Kresnandar, A.Md.A.P
Mahardhika Agung Kusumawardana, A.Md.Kb.N
Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan
bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisi
banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar.
Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air.
Namun kadangkala banjir dapat datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran
tanggul yang biasa disebut banjir bandang.
Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi; permukaan tanah lebih
rendah dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi
perbukitan dengan sedikit resapan air; pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai;
aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah; serta kurangnya tutupan lahan
di daerah hulu sungai. Meskipun berada diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap orang
harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini.
Banjir Kalimantan Selatan merupakan bencana banjir yang menimpa beberapa
kota dan kabupaten di Kalimantan Selatan, yaitu Kota Banjarmasin, Kabupaten Tanah
Laut, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Balangan, Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Utara
pada Januari 2021. Ketinggian air beragam: 30 sentimeter, 50 sentimeter, 2 meter,
bahkan 3 meter. Wilayah Kalimantan Selatan berstatus tanggap darurat banjir terhitung
sejak tanggal 14 Januari 2021.
Lalu apa yang menjadi penyebab dari banjir Kalimantan Selatan bisa terjadi dan
bagaimana penanggulangan dari pemerintah terhadap dampak maupun pencegahan
agar banjir di Indonesia khususnya daerah Kalimantan Selatan dapat berkurang atau
berhenti? Wilayah Indonesia yang sangat beragam baik dari kultur maupun bentuk tanah
menyebabkan penanggulangan bencana banjir setiap daerah berbeda dan menciptakan
kesulitan. Hal ini mengakibatkan bencana banjir di Indonesia khususnya Kalimantan
Selatan selalu ditangani secara lambat dan dampak yang sangat terasa bagi masyarakat.
Dengan menganalisis dari sisi akuntabilitasi, diharapkan terciptanya penanggulangan
bencana khususnya bencana banjir secara tepat, cepat, efektif dan efisien.
b. Pembatasan Masalah masalah
Makalah ini membahas analisis terhadap bencana banjir di Kalimantan Selatan
dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta menggunakan faktor
internal dan eksternal.

c. Tujuan pembahasan
Setelah mengetahui batasan masalah di atas, penulis memiliki beberapa tujuan
yaitu untuk mengetahui hasil dari analisis faktor internal dan faktor eksternal.
Selain itu, untuk memberikan saran untuk meminimalisasi bencana banjir di
Indonesia.

d. Sistematika penulisan
Pola penyusunan dan penulisan makalah ini tetap mengikuti kaidah umum yang
lazim digunakan dalam menyusun sebuah karya tulis. Yaitu dimulai dengan pendahuluan,
pembahasan dan analisis, serta penutup yang memuat kesimpulan dan saran yang bisa
diberikan berdasarkan hasil pembahasan di makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT terhadap Bencana Banjir di Kalimantan Selatan


Bencana banjir yang menerjang wilayah Kalimantan Selatan pada 12 -13
Januari 2021 memiliki banyak faktor yang mempengerahuinya. Faktor alam yang
terjadi di Kalimantan Selatan diakibatkan curah hujan yang tinggi. Data dari dari
Stasiun Iklim Banjarbaru tahun 1973-2015 menyatakan curah hujan rata-ratanya
35 mm per hari, maka jika curah hujan mencapai 174 mm per hari (pada tanggal
10 januari 2021) hal tersebut secara akumulatif air membuat banjir dikarena
melebihi kapasitas daya tampung.
Selain dari faktor alam, adapun faktor kesalahan non alam yang
menyebabkan bencana banjir itu terjadi. Pembukaan lahan baru untuk
penanaman kelapa sawit menjadi salah satu faktor terjadinya banjir karena
semakin sedikitnya lahan serapan didaerah tersebut. Sebab, terlepas dari
tingginya curah hujan, banjir juga terjadi karena adanya kontribusi dari dampak
pembukaan lahan, maka banjir kali ini pun lebih parah dibandingkan periode-
periode sebelumnya.
Pada rentang 2009 sampai 2011, terjadi peningkatan luas perkebunan
sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen
dalam 5 tahun terakhir. Sedangkan untuk aktifitas tambang, bukaan lahan
meningkat sebesar 13 persen dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Luas bukaan
tambang pada tahun 2013 ialah 54.238 hektar.
Kondisi ini diperparah dengan hutan di Pulau Kalimantan banyak yang
dialih fungsikan sebagai lahan perkebunan, hal tersebut mendorong laju
perubahan iklim global yang kian tidak menentu.
Penurunan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito menunjukan adanya
penurunan luas hutan di Kalimantan Selatan. Dalam kurun waktu 10 tahun,
tercatat perluasan area perkebunan yang cukup signifikan, yakni sebesar 219.000
hektar.
Sehingga berdasarkan penyebab utama Bencana Banjir di Kalimantan
Selatan diatas, berikut adalah Tabel Hasil Analisis SWOT :
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Regulasi tentang reklamasi 1. Perluasan lahan kelapa sawit
tambang 2. Maraknya pembakaran hutan
2. Program pencegahan 3. Perencanaan tataruang yang
kebakaran hutan sudah sangat belum jelas
massif 4. Belum adanya tindak lanjut dari
3. Memiliki hutan sebagai daya bencana yang terulang
serap air yang sangat luas 5. Masih banyak lahan bekas
tambang yang belum
direklamasi
PELUANG ANCAMAN
1. Kebijakan otonomi daerah. 1. Adanya oknum pemerintah
2. Data base peta sebaran yang bermain terkait perizinan
bencana. tambang dan perkebunan.
3. Partisipasi aktif masyarakat 2. Tingkat curah hujan yang tinggi.
3. Pembukaan lahan dan tambang
baru tanpa izin.
Berikut hasil kesimpulan dari analisis Faktor Internal (KAFI) dan analisis
Faktor Eksternal (KAFE) :
Skor Kesimpulan
No Faktor Internal Bobot Rating
BXR Prioritas
Kekuatan
Regulasi tentang reklamasi
1 tambang dan pembukaan 50 3 200
lahan
Program pencegahan
370
2 kebakaran hutan sudah 20 2 70
sangat massif
Memiliki hutan sebagai daya
3 30 4 100
serap air yang sangat luas
Total 100 +
Kelemahan
1 Perluasan lahan kelapa sawit -50 5 -150
2 Maraknya pembakaran hutan -15 4 -75
Perencanaan tataruang yang
3 -10 2 -20
belum jelas
Belum adanya tindak lanjut -355
4 -5 3 -10
dari bencana yang terulang
Masih banyak lahan bekas
5 tambang yang belum -20 4 -100
direklamasi
Total 100 15
Total Bobot = 100
Skor Kesimpulan
No Faktor Internal Bobot Rating
BXR Prioritas
Peluang
Kebijakan otonomi daerah.
1 40 3 120

Data base peta sebaran 330


2 30 3 90
bencana.
3 Partisipasi aktif masyarakat. 30 4 120
Total 100 +
Ancaman
Adanya oknum pemerintah
yang bermain terkait
1 -50 4 -200
perizinan tambang dan
perkebunan.
-320
Tingkat curah hujan yang
2 -15 1 -15
tinggi.
Pembukaan lahan dan
3 -35 3 -105
tambang baru tanpa izin.
Total 100 10
Total Bobot = 100
Rating : 5 (Sangat Menonjol), 4 (Menonjol), 3 (Biasa Saja), 2 (Kurang
Menonjol), 1 (Paling Tidak Menonjol)
Diagram Kartesius dari analisis Faktor Internal (KAFI) dan analisis Faktor Eksternal
(KAFE) :

Peluang

10

II I
Kelemahan Kekuatan

15

III IV
Ancaman

Dengan melihat diagram kartesius diatas, point berada di kuartal I yang artinya banjir di
Kalimantan seharusnya masih dapat dibenahi melihat faktor – faktor yang ada
MATRIX SWOT
Rating Kekuatan (S) Rating Kelemahan (W)

FAKTOR INTERNAL 1. Regulasi tentang 1. Perluasan lahan kelapa


reklamasi tambang dan sawit
pembukaan lahan. 2. Maraknya pembakaran
2. Program pencegahan hutan
kebakaran hutan sudah 3. Perencanaan tataruang
sangat massif yang belum jelas
3. Memiliki hutan sebagai 4. Belum adanya tindak lanjut
FAKTOR EKSTERNAL
daya serap air yang dari bencana yang terulang
sangat luas 5. Masih banyak lahan bekas
tambang yang belum
direklamasi
Rating Peluang (O) S–O W–O
(Gunakan kekuatan (Gunakan peluang
dengan memanfaatkan mengatasu kelemahan)
peluang)
1. Kebijakan otonomi Dengan kebijakan yang ada Kebijakan otonomi daerahpun
daerah. saat ini, dimana pemerintah dapat memperketat aturan
2. Data base peta daerah memiliki otoritas tentang pembukaan lahan
sebaran bencana dan sendiri dalam mengatur perkebunan baru dan lahan
tata ruang. wilayahnya dalam peraturan tambang baru. Dapat pula
3. Partisipasi aktif otonomi daerah, maka membuat regulasi deaerah
masyarakat pemerintah Kalimantan terkait sanksi bagi para
Selatan dapan membuat pengusaha nakal yang tidak
regulasi tentang reklamasi memenuhi kaidah lingkungan
tambang dan program dalam perkebunan maupun
pencegahan kebakaran pertambangan, pemerintah
hutan diwilayahnya sendiri dapat menindak tegas pelaku
dengan lebih efektif dan pembakaran hutan atau bekas
efisien. Dalam program tambang yang tidak di
tersebut pula dapan reklamasi. Partisipasi aktif
diikutsertakan pertisipasi masyarakat dapat dimanfaatkan
aktif masyarakat untuk untuk sumber informasi
memelihara hutan sebagai pemerintah terkait adanya
sumber daya penyerapaan perkebunan atau lahan tambang
air sesuai dengan peta baru yang tidak sesuai aturan
sebaran bencana banjir dan dapat langsung
Kalimantan Selatan. melaporkannya kepada pihak
berwenang.
Rating Ancaman (T) S–T W–T
(Gunakan kekuatan (Perkecil kelemahan, hindari
mengubah ancaman) ancaman)
1. Adanya oknum Regulasi tentang reklamasi Perluasan lahan perkebunan
pemerintah yang tambang dan pembukaan dan pembukaan lahan tambang
bermain terkait lahan harus dapat menagtaur baru dapat ditekan ketika
perizinan tambang hingga ke ranah dimana pemerintah dapat menghentikan
dan perkebunan. ketika adanya oknum oknum – oknumnya yang
2. Tingkat curah hujan pemerintah yang bermain memberi izin perkebuanan atau
yang tinggi. terkait perizinan tambang izin tambang padahal tidak
3. Pembukaan lahan dan perkebunan harus sesuai kriteria. Pemerintah juga
dan tambang baru diitindak sesuai dengan apa perlu terus memikirkan langkah
tanpa izin. yang dilakukannya. Dengan tindak lanjut bencana karena
banyaknya hutan sebagai setelah terjadi bencana harus
sumber daya peyerapan air, ada proses recovery dari banyak
maka intensitas curah hujan aspek yang terdampak
yang tinggi seharusnya dapat bencana.
ditanggulangi mengingat
luasnya hutan yang dijadikan
area serapan.

B. Alternatif Analisis SWOT dari Aspek-Aspek Akuntabilitas


1. Akuntabilitas Adalah Sebuah Hubungan.
Bagaimana membangun hubungan sinergis antara pemerintah, pengusaha, dan
juga masyarakat untuk sama – sama menaggapi serius apa yang terjadi. Dengan
adanya hubungan sinergitas yang terbentuk kedepannya masalah di Kalimantan
Selatan mengenai banjin akan teratasi.
2. Akuntabilias Berorientasi Pada Hasil.
Output yang ingin dicapai tentunya menyelamatkan Kalimantan Selatan dari
bahaya banjir yang selalu menjadi momok mengerikan, tetapi disisilain ketika
menelisik lebih jauh, outcome yang didapat akan jauh lebih luas daripada itu.
3. Akuntabilitas Membutuhkan adanya Laporan
Sebagai perwujudan dari akuntabilitas dalam dunia pemerintahan dimana dengan
melakukan perilisan laporan – laporan terkait kepada stakeholder terkait apa – apa
saja yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan, baik laporan dari sisi kinerja dan
laporan dari sisi keuangan.
4. Akuntabilitas Memerlukan Konsekuensi
Dengan menunjukkan tanggungjawab dimana konsekuensi tersebut dapat berupa
sanksi (bagi pelanggar) dan reward (bagi yang taat) dari aturan daerah yang telah
dibuat mengenai peraturan yang mengatur tentang izin membuka lahan untuk
industri dan pertanian.
5. Akuntabilitas Memperbaikl Kinerja
Dengan memperbaiki pelayanan kinerja dari PNS Dengan Memperkuat komitmen
untuk mematuhi aturan daerah yang dimulai dari diri sendiri di lingkungannya yang
selanjutnya akan terus meluas ke lingkungan masyarakat.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir yang dilaksanakan oleh pemerintah belum
sepenuhnya optimal, hal ini dapat terlihat dari paparan pembahasan SWOT di atas.
Masih maraknya kasus kebakaran hutan yang membuat lahan kosong meluas untuk
tujuan perkebunan tentu menjadi pemicu utama belum optimalnya penanggulangan
banjir ini. Area perkebunan meluas sampai dengan hampir 250.000 hektare. Diperlukan
adanya perencanaan penataan lahan yang visioner dan bertanggungjawab atas
kemugkinan masalah yang timbul kedepannya, terutama kemungkinan adanya banjir dan
hilangnya rumah bagi satwa.
Perencanaan atas penanggulangan banjir dan kemungkinan buruk lainnya seperti
hilangnya mata pencarian sebagian warga, hilangnya rumah bagi satwa yang tinggal di
hutan ini harus melibatkan berbagai pihak yang terkait agar dapat dikoordinasikan
dengan baik dan optimal. Penanggulangan terjadinya banjir harus dipersiapkan secara
matang sehingga nantinya warga tetap tercukupi setiap kebutuhannya.
B. Saran
Peran pemerintah setempat terutama instansi terkait sangat diperlukan dalam
rangka minimalisasi kasus kerusakan hutan dan lahan. Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan bersama instansi sekitar maupun LSM yang terkait diharapkan untuk
memberikan tanggapan berupa sikap yang pro aktif, kolaboratif dan kredibel untuk terus
membuka kesempatan bagi pihak luar baik instansi pemerintah maupun swasta dalam
upaya terus menyusun strategi pembangunan untuk menghadapi berbagai kemungkinan
bencana yang dapat terjadi. Pemerintah juga hendaknya memberikan edukasi kepada
sejumlah pihak terkait dengan pembukaan lahan perkebunan supaya sebagaimana
mestinya membuat perencanaan antisipasi atas kemungkinan datangnya banjir supaya
tidak terjadi kemungkinan yang lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai