Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Jl. Ir. Soekarno Km. 20 Telp. (022) 7798252-7798253
Fax. (022) 7798256 Jawa Barat 45363 JATINANGOR – SUMEDANG 45363
Jl. Ampera Raya Cilandak Timur Telp. (021) 7806944-7805088-7806602
Fax. (022) 7824157 Jakarta Selatan 12560

Nama : Zelgi Mahardika Putra


NPP : 31.0141
Kelas : E1
No Urut Absen : 24
Mata Kuliah : Sistem Pemerintahan Indonesia
Dosen : Dr. Sri Hartati, M.Si
Tanggal Ujian : Kamis, 21 Oktober 2021

PETUNJUK UTS DARING:


1. Isi daftar hadir UTS pada link yang sudah ditentukan
2. Anda diberi waktu 120 menit
3. Kirimkan melalui Google Class Room

Soal :
1. Menurut pandangan para pengkaji hukum di Indonesia, sistem pemerintahan dibagi
dalam tiga kategori : sistem Presidensial, sistem Parlementer dan sistem Campuran,
Pemerintah Indonesia menganut sistem yang mana? Jelaskan ciri-cirinya
berdasarkan pasal-pasal di dalam UUD 1945!
Pada saat ini Indonesia menganut Sistem Presidensial dimana ciri-cirinya:
a. Pemerintahan dan negara dipimpin langsung oleh presiden.
b. Presiden selaku lembaga eksekutif diangkat melalui pemilihan rakyat atau
badan perwakilan rakyat.
c. Presiden punya hak istimewa (hak prerogatif) untuk mengangkat dan
memecat menteri atau pejabat setingkat menteri.
d. Menteri memiliki tanggung jawab langsung kepada presiden.
e. Presiden tidak memiliki tanggung jawab pada kekuasaan legislatif.
f. Presiden tidak bisa dipecat oleh lembaga legislatif.
g. Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus
kepala negara.
h. Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan
dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
i. Presiden memiliki hak prerogatif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
j. Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif
(bukan kepada kekuasaan legislatif).
k. Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
l. Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.
2. Menurut Ilmu Politik, konsep Kekuasaan berkaitan erat dengan konsep Kekuatan.
a. Jelaskan keterkaitan Konsep Kekuasaan dengan Konsep Kekuatan!
Keterkaitan Konsep Kekuasaan dengan Konsep Kekuatan
Kekuasaan dalam arti tertentu adalah kekuatan yang disetujui. Adanya
kekuasaan dalam berbagai manifestasinya, termasuk kekuatan harus diterima oleh
umat manusia, karena manusia menurut kodratnya ditakdirkan untuk hidup
berkelompok. Manusia ditakdirkan oleh hakikatnya sebagai makhluk sosial, untuk
menerima adanya penyelenggaraan kekuasaan, sekalipun penyelenggaraan itu
didasarkan atas kekuatan belaka.
b. Apa yang melatarbelakangi John Locke dan Montesqueiu mencetuskan dan
mengembangkan Teori Pemisahan Kekuasaan dan Pembagian Kekuasaan?
Yang melatarbelakangi John Locke dan Montesqueiu mencetuskan dan
mengembangkan Teori Pemisahan Kekuasaan dan Pembagian Kekuasaan adalah
untuk menghindari terjadinya kesewenang-wenangan /kuasa absolut dalam aktivitas
ketatanegaraan yg terpusat.

3. Lembaga Negara dan hubungan antara lembaga-lembaga negara berdasarkan


UndangUndang Dasar 1945 hasil amandemen mengalami perubahan, di mana
lembaga-lembaga negara dapat menjalankan fungsi dan wewenangnya, saling
berkoordinasi dengan lembaga negara lainnya dalam rangka menciptakan Check
and balances untuk pemerintahan yang baik (good governance). Sehubungan
dengan hal tersebut jelaskan :

a. Hubungan antara MPR dengan Presiden


b. Hubungan antara MPR dengan DPR
c. Hubungan antara DPR dengan Presiden
d. Hubungan antara DPR dengan DPD
e. Hubungan antara DPR dengan Menteri-Menteri sebagai pembantu Presiden
f. Hubungan antara Mahkamah Agung dengan Lembaga-lembaga Negara lainnya
g. Hubungan antara Mahkamah Kosntitusi dengan lembaga-lembaga Negara lainnya
h. Hubungan antara BPK dengan DPR

Hubungan Antar Lembaga Negara :

a. Hubungan antara MPR dengan Presiden


MPR sebagai lembaga tertinggi negara mengangkat Presiden. Presiden harus
menjalankan haluan negara menurut garis-garis besar yang telah ditetapkan MPR.
Dengan kata lain, Presiden memperoleh mandat dan MPR untuk menjalankan
GBHN. Sebagai mandataris MPR, Presiden harus tunduk dan bertanggung jawab
kepada MPR. MPR dapat memberhentikan Presiden sebelum masa jabatannya
berakhir, jika dianggap sungguh-sungguh melanggar haluan negara.

b. Hubungan antara MPR dengan DPR


MPR terdiri dari anggota-anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah
dan golongan. Karena semua anggota DPR adalah anggota MPR maka DPR
merupakan bagian utama dari MPR. Sebagai bagian utama atau tangan kanan MPR,
maka DPR wajib menilai dan mengawasi jalannya roda pemerintahan sehari-hari.

c. Hubungan antara DPR dengan Presiden


Antara Presiden dan DPR memiliki hubungan berupa kerjasama dan pengawasan.
Hubungan kerjasama tampak dalam membuat undang-undang dan penetapan
anggaran pendapatan negara. Pengawasan terjadi karena anggota DPR yang
seluruhnya anggota MPR, berhak mengawasi segala tindakan Presiden.

d. Hubungan antara DPR dengan DPD


Hubungan kewenangan antara DPD dengan DPR bersifat asimetris dan tidak
mencerminkan prinsip check and balances system, hal ini disebabkan oleh dominasi
dan monopoli kekuasaan DPR dalam bidang legislasi maupun di bidang
pengawasan. Dalam UUD NRI Tahun 1945 mengatur bahwa DPD tidak
mempunyai kewenangan di bidang legislasi atau kewenangan membentuk undang-
undang, DPD hanya mempunyai hak untuk mengusulkan dan ikut membahas RUU
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah sedangkan pada tahap selanjutnya DPD tidak diikutsertakan.
Sedangkan hak untuk memutuskan (menolak atau menyetujui) RUU tidak dimiliki
oleh DPD melainkan ada pada DPR.

e. Hubungan antara DPR dengan Mentri-Mentri sebagai pembantu Presiden


Menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. Menteri menteri tidak dapat
dijatuhkan dan atau diberhentikan oleh DPR. Akan tetapi kedudukan presiden harus
memperhatikan suara DPR maka menteri2 pun tidak dapat terlepas dari keberatan2
DPR yang berakibat diberhentikannya menteri oleh presiden

f. Hubungan antara Mahkamah Agung dengan Lembaga-lembaga negara lainnya


Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang terlepas dan kekuasaan
pemerintah. Mahkamah Agung sebagai badan pemegang kekuasaan kehakiman
berhak memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada lembaga-lembaga
tinggi negara lainnya baik diminta maupun tidak diminta. Mahkamah Agung dapat
memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden sehubungan dengan pemberian
atau penolakan grasi. Mahkamah Agung juga berwenang untuk menyatakan tidak
sahnya suatu peraturan atau perundang-undangan yang tingkatnya lebih rendah dan
undang-undang. Seperti PP, Keppres, Inpres.
g. Hubungan antara Mahkamah Konstitusi dengan Lembaga-lembaga negara lainnya
- Hubungan Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung
Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga tinggi negara memiliki mandat konstitusi
untuk menegakkan supremasi hukum. Kedudukan dari lembaga ini setara dengan
Mahkamah Agung, sehingga harus sama-sama menjalankan kekuasaan kehakiman.
Kedua lembaga tersebut menjalankan praktek ketatanegaraan dan perlu untuk
saling berintegrasi guna menegakkan hukum di negara Republik ini. Hanya saja
Mahkamah Agung tidak masuk dalam bagian lembaga yang bisa bersengketa baik
pemohon maupun termohon di Mahkamah Konstitusi.
- Hubungan Mahkamah Konstitusi dan Presiden
Mahkamah Konstitusi dapat meminta Presiden untuk bisa hadir pada uji materi
dalam suatu Undang-Undang yang telah diundangkan dalam suatu lembaran
negara. Hubungan lain yang ada pada Mahkamah Konstitusi dan Presiden adalah
pencopotan jabatan Presiden ketika adanya dugaan pelanggaran hukum, seperti
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat, dan
perbuatan tercela.
- Hubungan Mahkamah Konstitusi dan Dewan Perwakilan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat berkedudukan sebagai lembaga legislative memiliki
kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang. DPR RI sebagai salah satu
pembentuk Undang-Undang bisa diminta hadir oleh Mahkamah Konstitusi dalam
rangka menguji material terhadap Undang-Undang sebagai pemberi keterangan.
Hubungan lain antara dua lembaga negara ini adalah DPR bisa saja mengajukan
dugaan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Presiden maupun Wakil Presiden.
Permohonan yang diajukan oleh DPR akan diberikan keputusan dalam waktu
paling lambat adalah 90 hari sejak pertama kali dicatat dalam buku registrasi. Di
dalamnya sudah harus ada keputusan menerima dan menolak secara hukum.
- Hubungan Mahkamah Konstitusi dan Dewan Perwakilan Daerah
Dewan Perwakilan Daerah merupakan lembaga negara yang biasa ikut dalam
pembentukan Undang-Undang. Maka dari itu, Mahkamah Konstitusi bisa meminta
lembaga tersebut untuk hadir dalam rangka melakukan sidang uji materiil suatu
Undang-Undang. Dewan Perwakilan Daerah bisa turut membahas dan memberikan
pertimbangan terhadap Undang-Undang tersebut.  

h. Hubungan antara BPK dengan DPR


Hubungan antara DPR dengan BPK dititikberatkan pada pertanggungjawaban
keuangan negara. BPK bertugas memeriksa keuangan negara, kemudian hasil
pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR. Dengan demikian, BPK membantu
DPR dalam pengawasan keuangan negara. Namun demikian bukan berarti BPK
sebagai bawahan DPR.
4. UU no. 23 tahun 2014 telah mengatur asas penyelenggaraan pemerintahan Negara :
Kepastian Hukum; Tertib Penyelenggara Negara; Akuntabilitas ; Efisiensi;
Efektivitas; Kepentingan Umum; Keterbukaan; Proporsionalitas;
Profesionalitas dan Keadilan.
Sebagai calon ASN, berikan contoh konkrit cara anda menginternalisasikan asas-
asas tersebut ?

Contoh Konkrit Cara Menginternalisasikan Asas-Asas Tersebut :

a. Kepastian Hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara.

b. Tertib Penyelenggara Negara


Tertib penyelenggara negara merupakan asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggara negara.

c. Kepentingan Umum
Asas tersebut merupakan asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.

d. Keterbukaan
Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia.

e. Proporsionalitas
Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara negara.

f. Profesionalitas
Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

h. Efisiensi
Asas yang berorientasi pada minimalisasi penggunaan sumber daya dalam
penyelenggaraan negara untuk mencapai hasil kerja yang terbaik.

i. Efektivitas
Asas yang berorientasi pada tujuan yang tepat guna dan berdaya guna.

j. Keadilan
Asas keadilan adalah bahwa setiap tindakan dalam penyelenggaraan negara
harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

Anda mungkin juga menyukai