Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Translasi

Karakteristik Dan Faktor Risiko Pasien Dengan Karsinoma Nasofaring Di


Rumah Sakit Nusa Tenggara Barat

Oleh :

Ketut Wahyudiana Sudana

PPDS 1 Ilmu Kesehatan Teling Hidung Tenggorok Kepala-Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Abstrak

Latar Belakang dan Tujuan: Karsinoma nasofaring (KNF) adalah kanker bagian
kepala leher yang paling umum. KNF merupakan keganasan sel skuamosa pada epitel
nasofaring dengan tempat predileksi tersering pada fossa rosenmuller. Etiologi
penyakit ini multifaktorial. Kebersihan mulut yang rendah pada dinding naso-
orohypopharyngeal atau laring, infeksi Epstein Barr Virus (EBV), merokok,
konsumsi alkohol, faktor genetik atau keturunan, paparan radiasi, nutrisi, defisiensi
atau penurunan sistem kekebalan tubuh merupakan sebagai faktor risiko. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita KNF dan faktor risikonya di
RS Nusa Tenggara Barat pada bulan September-Oktober 2018.
Metode: Desain penelitian adalah deskriptif-cross sectional. Subyek penelitian
adalah pasien KNF yang datang ke Klinik THT - KL RS Nusa Tenggara Barat, pada
periode September-Oktober 2018.
Hasil: Terdapat 37 pasien yang terdaftar untuk penelitian ini. Menurut penelitian ini,
pasien terbanyak ditemukan pada usia kelompok 46 sampai 55 tahun (35,1%),
didominasi laki-laki (67,6%) dengan rasio laki-laki dan perempuan 2,5 : 1.
Berdasarkan asal pasien, mereka berasal dari seluruh kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Barat, dengan kabupaten terbanyak terdapat di Lombok Barat (29,7%).
Faktor risiko terbanyak adalah faktor makanan (pengawet makanan 19,9%, penyedap
makanan 19,9%, ikan asin 15,6% karsinogenik (makanan panggang) 6,5%), dan
faktor lingkungan (rokok 11,3%, asap 4,8% dan 4,8% debu).
Kesimpulan: Ada beberapa faktor risiko yang ditemukan dalam penelitian ini,
namun faktor risiko yang paling banyak adalah faktor makanan (61,9%) diikuti oleh
faktor lingkungan (20,9%).

1
Pendahuluan

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah kanker yang paling umum di daerah kepala dan
leher diikuti oleh kanker tiroid, kanker laring dan kanker orofaringeal, dengan insiden
hampir 60% dari keseluruhan kanker kepala leher.1 KNF merupakan keganasan sel
skuamosa pada epitel nasofaring dengan predileksi yang paling umum pada fossa
rosenmuller. KNF merupakan keganasan peringkat kelima teratas setelah kanker
serviks, kanker payudara, getah bening nodus, dan kulit. KNF dapat terjadi pada
semua usia, tetapi jarang pada pasien usia di bawah 20 tahun dan usia tertinggi antara
45-54 tahun. Terutama pada pria daripada wanita dengan rasio antara 2,4 (2-3): 1. 1,3,4
Etiologi pasti dari penyakit ini belum diketahui. Ada beberapa faktor
mungkin saling terkait, selanjutnya disimpulkan bahwa etiologi penyakit ini adalah
multifaktorial. Kebersihan mulut yang rendah pada dinding naso-oro-
hipofaring/laring, dan terutama infeksi Epstein Barr Virus (EBV) yang ditunjukkan
dalam beberapa penelitian KNF dengan peningkatan titer anti EBV yang tinggi,
merokok, konsumsi alkohol, faktor genetik/keturunan, paparan radiasi, defisiensi
nutrisi juga sebagai penurunan sistem imun (stamina).1,5,6
Data terbaru melaporkan penyebab KNF masih belum diketahui, terdapat
sejumlah faktor risiko (presdiposisi) yang dianggap berperan dalam terjadinya KNF,
meliputi:1,7
A. Dalam makanan tradisional Cina selatan, termasuk ikan asin (ikan asin termasuk
salmon), makanan acar (mengandung N-nitrosamine), dan obat herbal cina.
B. Kondisi sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan pola hidup. Dikatakan bahwa
udara yang dipenuhi asap di rumah yang berventilasi buruk di Cina, Indonesia
dan Kenya meningkatkan jumlah kasus KNF. Di Hong Kong, pembakaran dupa
rumah juga dianggap berperan menyebabkan KNF.
C. Paparan zat yang dianggap karsinogen, zat yang dapat menyebabkan kanker, dan
iritasi kronis seperti paparan rokok asap, dupa, obat nyamuk, pembakaran sampah,
pembuangan gas kendaraan, asap, paparan kayu/plastik, debu pabrik, atau paparan
bahan kimia (formaldehyte, N-nitrosamine, benzopyrene, hidrokarbon)

2
D. Genetik / Ras, keturunan dan kerentanan genetik. Kejadian KNF yang lebih tinggi
ditemukan pada keturunan Mongoloid dibandingkan ras lain, meskipun KNF tidak
termasuk sebagai tumor genetik tetapi kerentanan terhadap KNF memiliki agregasi
familial. Di sebagian besar Asia, warga Cina, baik di negara asalnya maupun di luar
negeri. Ras Melayu yaitu Malaysia dan Indonesia termasuk di antara yang paling
terpengaruh. Korelasi analisis menunjukkan bahwa gen Human Leukocyte Antigen
(HLA) dan gen pengkodean enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) cenderung
kerentanan terhadap gen KNF yang terkait dengan sebagian besar KNF.
e. Infeksi virus EBV yang diaktifkan oleh ligmin terkait makanan makromolekul dan
campuran rempah-rempah di Cina selatan dan Tunizia.
F. Peradangan kronis di daerah nasofaring. Adanya inflamasi, mukosa nasofaring
menjadi lebih rentan terhadap lingkungan karsinogen.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik pasien dengan
karsinoma nasofaring dan faktor risikonya di Rumah Sakit Nusa Tenggara Barat dari
September-Oktober 2018.
Pasien dan Metode

Subyek penelitian adalah seluruh pasien KNF yang datang ke Klinik THT- KL RS
Nusa Tenggara Barat periode September-Oktober 2018 dan setuju sebagai subjek
penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional. Semua
data dikumpulkan, kemudian disusun menjadi tabel dan gambar berdasarkan pada
usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan faktor risiko KNF.
Hasil

Selama satu setengah bulan penelitian terdapat 37 pasien yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Menurut usia, sebagian besar subyek penelitian, berusia antara
46 tahun sampai 55 tahun (35,10%) (Tabel 1). Usia termuda 8 tahun dan tertua 70
tahun. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa kasus didominasi laki-
laki (67,6%) dibandingkan untuk wanita (32,4%) (Tabel 2).

3
Table 1. Distribusi Pasien Berdasarkan kelompok usia

Table 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi berdasarkan wilayah tempat tinggal, pasien berasal dari semua


kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pasien terbanyak berasal dari Lombok
Barat (29,7%), dan diikuti oleh Lombok Timur (16,2%) dan Kota Mataram (13,6%).
Data selengkapnya disajikan pada tabel 3.
Table 3. Distribusi Pasien Berdasarkan Demografis

Menurut faktor risikonya, ada beberapa faktor yang ditemukan dalam hal
ini. Faktor risiko terbanyak adalah faktor makanan (pengawet makanan 19,9%,
penyedap makanan 19,9%, ikan asin 15,6% karsinogenik (makanan panggang) 6,5%),
dan faktor lingkungan (rokok 11,3%, asap 4,8% dan debu 4,8%).

4
Tabel 4. Distribusi Pasien Berdasarkan Faktor Risiko KNF

Diskusi

Penelitian ini menunjukkan bahwa kasus KNF paling banyak ditemukan pada
kelompok usia 45- 55 tahun dan didominasi laki-laki dibandingkan perempuan. Usia
diagnosis dalam penelitian ini mirip seperti di Cina, kasus KNF meningkat setelah
usia 20 tahun dan menurun setelah usia 40 tahun, dan rata-rata berusia antara 40 dan
50 tahun.2,7,9 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan selama 5
tahun (2002-2006) di RSUP Dr. Kariadi Semarang, ditemukan rentang usia paling
umum untuk KNF, antara 40-49 tahun dengan persentase 25,9% .7 Berdasarkan
distribusi jenis kelamin ditemukan bahwa jumlah laki-laki responden lebih besar dari
responden wanita dengan perbandingan 2,5:1. Hasil ini konsisten dengan beberapa
penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa KNF lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita, dengan perbandingan 2-3:1.2,7,9
Distribusi pasien berdasarkan demografi ditemukan sebagian besar berada
di wilayah Kabupaten Lombok Barat, dengan jumlah kasus sebanyak 11 atau 29,7%.
Hal ini terjadi mungkin karena lokasi daerah ini berada di daerah pesisir dan jumlah
industri pabrik kayu dan furnitur lebih tinggi dari kabupaten lain. Ini dapat
meningkatkan faktor risiko KNF.10,13 Berdasarkan sebuah studi oleh Chang dan
Adami (2006),9 letak geografis dan ras memiliki korelasi dengan kasus KNF.

5
Mungkin pola ini mirip dengan Nusa Tenggara Barat, kasus dominan terjadi di
kabupaten tertentu. Namun, analisis lebih lanjut harus dilakukan untuk menjawab
masalah ini.
Beberapa faktor risiko ditelusuri dalam penelitian ini seperti makanan,
faktor risiko pekerjaan, genetik dan lingkungan. Menurut kami Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor makanan dan lingkungan memiliki persentase yang lebih
tinggi daripada pekerjaan dan genetika. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa paparan kerja terhadap asap, debu atau bahan kimia lainnya
10,12,14-16
seperti pestisida meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. Menurut sebuah
studi kasus kontrol di Singapura, konsumsi ikan asin tiap minggu memiliki risiko
KNF sekitar 2,33 (0,6-9,02) dibandingkan dengan mengkonsumsi ikan asin tiap bulan
1,67 (0,93-2,99).
Mengkonsumsi ikan asap setiap minggu juga merupakan faktor risiko KNF
dengan rasio ganjil 1,33 (0,33-5,96).17 Pada penelitian lain, ditemukan bahwa
konsumsi ikan asin tidak terkait secara signifikan dengan KNF, namun paparan kayu
berkorelasi secara signifikan.11
Stimulasi dan peradangan saluran napas kronis, mengurangi pembersihan
mukosiliar. Proses ini akan mengakibatkan perubahan sel epitel. Setelah akumulasi
debu kayu di nasofaring untuk waktu tertentu akan memicu terjadinya KNF. Paparan
pelarut dan pengawet kayu, seperti klorofenol juga akan memicu kasus KNF. Asap
rokok sebagai faktor risiko KNF dijelaskan dengan jelas karena asap rokok
mengandung lebih dari empat ribu bahan campuran dan berdasarkan bahan kimia
Analisis setidaknya ada lima puluh jenis karsinogen, salah satunya adalah tar.
Karsinogen dalam asap rokok yang dihirup dapat menginduksi mukosa nasofaring
langsung. 12,15,18-20 Studi di Jawa Barat, Indonesia, menemukan bahwa merokok adalah
faktor risiko paling tinggi (50,7%) diikuti oleh penggunaan obat nyamuk bakar dan
konsumsi ikan asin berturut – turut sebanyak 43,2% dan 39,7%. Perokok pasif
memiliki rasio lebih tinggi untuk menderita KNF dibandingkan dengan perokok aktif
dengan rasio ganjil 2,05 dan 1,30 berurutan.15

6
Menurut penjelasan di atas, faktor risiko KNF masih dalam perdebatan.
Faktor makanan dan faktor lingkungan harus dipertimbangkan meskipun terjadinya
KNF melibatkan factor risiko yang kompleks. Penelitian kedepannya harus disertakan
dengan desain yang lebih baik untuk memastikan hubungan antara faktor risiko
tertentu pada KNF. Pengetahuan tentang faktor risiko sangat penting dalam
pencegahan keganasan ini.
Kesimpulan

Ada beberapa faktor risiko yang ditemukan dalam penelitian ini, namun yang paling
berisiko adalah faktor makanan (61,9%) diikuti oleh faktor lingkungan (20,9%).

Anda mungkin juga menyukai