Disusun Oleh:
Hindriyani May Saputri (J210160101)
Adella Indri Afitasari (J210160102)
Alia Ulfa Wulandari (J210160103)
Murni Kusuma Dewi (J210160104)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………….……………………………….. 2
BAB II LANDASAN TEORI OKSIGENASI
A. Pengertian……………...……………………………………….... 3
B. Anatomi Fisiologi…………………………………………..….... 3
C. Nilai-Nilai Normal………………………………………………. 10
D. Jenis Kelainan…………………………………………………… 11
E. Patofisiologi……………………………………………………… 14
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 14
G. Asuhan Keperawatan……………………………………………. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………..……………… 22
B. Saran……………………………………………..……………….. 22
DAFTAR PUSTAKA…………………………………..……………….... 24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh
manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologi. Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu
komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme
sel tubuh. Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi
tubuh, salah satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu
dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar
terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen
merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus
paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta
mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan
kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
1
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat
vital bagi tubuh (Fatwa, 2009). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi meliputi: saraf otonomik, hormon dan obat, alergi pada
saluran nafas, perkembangan dan perilaku (Hidayat, 2006). Untuk itu
permasalahan kebutuhan dasar oksigenasi harus diperhatikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalahnya antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan oksigenasi?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dalam sistem oksigenasi?
3. Bagaimana nilai normal dari proses oksigenasi?
4. Apa saja jenis kelainan dan gangguan dalam sistem oksigenasi?
5. Apa saja patofisiologi dalam sistem oksigenasi?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dalam sistem oksigenasi?
7. Bagaimanakah asuhan keperawatan yang diberikan untuk oksigenasi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kebutuhan oksigenasi
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dalam sistem oksigenasi
3. Mengetahui nilai normal dari proses oksigenasi
4. Mengetahui dan memahami saja jenis kelainan dan gangguan dalam
sistem oksigenasi
5. Mengetahui dan memahami patofisiologi dalam sistem oksigenasi
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dalam sistem oksigenasi
7. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan untuk oksigenasi
2
BAB II
LANDASAN TEORI OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigenasi (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 antara sel tubuh dengan lingkungan sebagai sisa
dari oksidasi (Wahyudi dan Andri, 2016). Mekanisme pernapasan terjadi
karena kebutuhan tubuh terhadap oksigen yang terus menerus, sehingga pusat
pusat pernapasan dalam tubuh merangsang organ-organ pernapasan
melakukan aktivitas. Proses penghisapan udara itu disebut respirasi dan
proses menghembuskan udara disebut ekspirasi.
B. Anatomi Fisiologi
Pada proses penyaringan udara terjadi penghangatan, pelembapan udara
udara yang masuk mulai dari saluran pernapasan bagian atas dan berlanjut
pada sistem konduksi udara. Pada saat udara telah mencapai alveoli beberapa
partikel dan patogen akan dipindahkan kelembapan dan suhu udara telah
diatur sesuai dengan batas yang mampu diterima oleh alveoli dan semua ini
dapat terlaksana dengan adanya mukosa respirasi yang berfungsi mengatur
agar proses dapat berjalan dengan optimal (Muttaqin, 2010).
1. Anatomi dari sistem pernapasan antara lain:
a. Bronkus
3
trakea, sebaliknya brokus kiri lebih panjang dan lebih sempit, dari
trakea sudutnya lebih tajam. Bentuk anatomis yang khusus ini
memiliki implikasi klinis yang penting seperti benda asing yang
terinhalasi lebih memungkinkan berada di bronkus kanan karena
arah dan lebarnya (Setiya Wahyudi, 2016).
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada cabang
bronkus kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum
dibelah menjadi cabang yang berjalan ke lobus bawah atas dan
bawah.
b. Bronkiolus pulmonaris dan alveoli
4
Bronkis respiratorius berhubungan langsung dengan suatu
alveoli menuju sepanjang area alveoli-alveoli lainnya yang biasa
disebut dengan duktus alveolaris. Akhir dari saluran tersebut
adalah sakus alveoli, yang mengubungkan masing-masing alveoli
menjadi gabungan alveoli. Pada setiap paru terdiri atas sekitar 150
juta alveoli dan menberikan bentuk pada penampilan paru-paru.
Suatu jaringan dari kapiler dihubungkan dengan alveoli,
kapiler-kapiler mengelilingi jaringan ditahan oleh suatu serat
elastis. Jaringan elastik ini menjaga posisi antara alveoli dengan
bronkiolus respiratorius. Adanya rekoil dari serat ini selama
ekspirasi akan mengurangi ukuran dari alveoli dan membantu
mendorong udara untuk keluar dari paru-paru.
c. Pleura
5
Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis terdapat cairan
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan untuk
bergerak selama pernapasan dan untuk pemisah antara paru-paru
dan rongga dada. Pada orang normal, cairan di rongga pleura
sebanyak 1-20 ml.
2. Fisiologi Pernapasan
Proses respirasi berlangsung beberapa langkah dimana sistem
pernapasan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular memegang
peranan yang sangat penting. Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri
atas rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara luar agar
dapat bersentuhan dengan membran kapiler alveoli, yaitu pemisah
antara sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular. Pernapasan
(respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara
yang mengandung CO2 sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru.
Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk
bernapas dan secara refleks merangsang otot-otot diafragma dan dada
yang akan memberikan tenaga pendorong gerakan udara. Fungsi
anatomi yang cukup baik dari semua sistem ini penting untuk respirasi
sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran
dan pengangkutan gas dan dapat sangat membahayakan proses
kehidupan. Proses pernapasan tersebut terdiri atas tiga bagian yaitu
ventilasi, difusi gas dan transportasi gas (Muttaqin, 2010).
a. Ventilasi Mekanisme Pulmoner
Udara mengalir dari bagian tekanan tinggi ke bagian dengan
tekanan rendah. Namun, bila tak ada aliran udara masuk atau keluar
paru-paru, tekanan alveolar dan atmosfer dalam keadaan seimbang.
Untuk memulai pernapasan, aliran udara ke dalam paru-paru harus
dicetuskan oleh turunnya tekanan dalam alveoli. Ini melibatkan
6
proses rumit dari banyak variable, ini sesuai dengan ventilasi
mekanis dan melibatkan adanya rekoil elastisitas, komplain,
tekanan, dan gravitasi (Komalasari dan Renata, 2013).
1) Rekoil Elastisitas
Elastisitas adalah kembalinya pada bentuk asli setelah
perubahan karena kekuatan dari luar. Paru-paru dan dada
bersifat elastis sehingga memerlukan energi untuk bergerak
tetapi cepat kembali ke bentuk awalnya bila energi tidak efektif
lagi.
Gerakan ke atas dan ke bawah dari diafragma yang
memanjang dan memendek kapasitas dada, dikombinasi dengan
naik dan turunya iga-iga yang meningkatkan serta menurunkan
diameter rongga anterosposterior, menyebabkan ekspansi dan
kontraksi paru-paru. Hal ini, diperkirakan ±70% ekspansi dan
kontraksi paru-paru diselesaikan oleh perubahan ukuran
anterosposterior dan kurang lebih 30% dicapai melalui
perubahan panjang karena gerakan diafragma.
Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang
merupakan proses aktif dan pasif dimana otot-otot interkosta
interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke
arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot berkontraksi.
Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna yang
relaksasi akan membuat rongga dada menjadi kecil kembali
sehingga udara terdorong keluar.
2) Komplain
Bukti dari pembahasan sebelumnya bahwa paru-paru dan
toraks sendiri memiliki karakteristik elastis dan menunjukkan
kemampuan mengembang. Kemampuan ini disebut komplain
(compliance) dan merupakan ukuran dari elastisitas paru-paru,
untuk setiap unit peningkatan tekanan intra-alveolar.
7
Karena inspirasi memerlukan kontraksi otot, proses ini
merupakan proses aktif yang memerlukan energi. Energi juga
diperlukan untuk menghasilkan dua faktor lain yang cenderung
untuk mencegah ekspansi paru-paru yaitu tahanan jaringan tak
elastis dan tahanan jalan napas. Hal ini, berati energi tersebut
dibutuhkan untuk mengatur besar molekul jaringan liat paru-
paru itu sendiri sehingga saling bergesekan satu sama lain
selama gerakan ekspirasi. Pada kondisi normal ekshalasi adalah
proses pasif yang tidak memerlukan energi. Paru-paru dengan
dinding dada, rekoil sederhana keposisi semula. Orang normal
pada saat istirahat menggunakan kurang dari 6% dari oksigen
total tubuhnya pada waktu bernapas. Presentase ini meningkat
sesuai penurunan diameter jalan napas atau penurunan
komplain.
3) Perfusi
Fungsi utama dari sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan
dari dan ke paru-paru agar dapat terjadi pertukaran gas.
Sirkulasi pulmonal dianggap sistem tekanan rendah karena
tekanan darah sistolik dalam arteri pulmonalis adalah 20 sampai
30 mmHg, tekanan diastolik di bawah 12 mmHg dan tekanan
pulmonal rata-rata (mean pulmonary pressure) kurang dari 20
mmHg.
Kapiler pulmonal menerima kira-kira 75% darah yang
mengalir pada sirkulasi pulmonal selama sistolik. Tekanan yang
tepat dalam kapiler pulmonal masih belum dapat dipastikan,
sampai sekarang yang masih dipercaya adalah rentang tekanan
arteri dan pulmonalis yaitu sekitar 4 sampai 12 mmHg.
Perfusi juga dipengaruhi oleh tekanan alveolar. Kapiler
pulmonal tertumpuk di antara perbatasan alveoli. Jika tekanan
alveolar cukup tinggi, kapiler akan tergencet. Tergantung pada
8
besarnya tekanan, berapa kapiler dapat benar-benar kolaps,
sementara yang lainnya akan menyempit.
b. Difusi
Untuk memenuhi O2 dari jaringan, proses difusi gas pada sistem
respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan
CO2 atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi ke arah yang
bertekanan rendah.
Didalam alveoli, O2 melintasi membran alveoli kapiler dari
alveoli ke dalam darah karena adanya perbedaan tekanan PO 2 yang
tinggi di bawah alveolus (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler
lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan CO2 berdifusi dengan
arah berlawanan akibat adanya perbedaan tekanan PCO 2 darah 45
mmHg dan alveoli 40 mmHg.
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran, luar
permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan
CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam difusi
pernapasan ini komponen yang berperan penting adalah alveoli dan
darah.
Adanya perbedaan tekanan parsial dan difusi pada sistem
kapiler dan cairan interstisial menyebabkan pergerakan O2 dan CO2
yang kemudian akan masuk pada zona respirasi untuk melakukan
difusi respirasi.
c. Transportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan
dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah).
Masuknya O2 ke dalam sel darah yang bergabung dengan
hemoglobin kemudian akan membentuk oksihemoglobin sebanyak
97% dan sisa 3% yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma
dan sel (Riyadi S, 2012).
Agar O2 dapat disuplai ke sel-sel tubuh secara optimal,
diperlukan hemoglobin dalam jumlah dan fungsi yang optimal
9
untuk mengangkut dari sirkulasi yang efektif ke jaringan-jaringan.
Jumlah O2 yang dikirim setiap menitnya sama dengan liter curah
jantung semenit dikalikan dengan jumlah mililiter O2 yang
terkandung dalam 1L darah arteri. Dalam keadaan istirahat sekitar
vena.
C. Nilai-Nilai Normal
Tingkat oksigen di dalam tubuh dapat diukur dengan bantuan berbagai
metode. Cara yang paling umum untuk menentukan apakah kadar oksigen yang
sehat adalah dengan bantuan tes darah. Cara lain yang mudah untuk memeriksa
tingkat oksigen dalam darah, adalah dengan menggunakan oksimeter pulsa. Ini
adalah sebuah perangkat kecil yang mengukur kadar oksigen dalam darah
dengan cara sensor cahaya (I Sudarta, 2016).
Tabel 2.1 Nilai Normal yang berhubungan dengan Oksigenasi
Parameter Nilai Normal
10
Kapasitas Residu Fungsional(KRF) 2400 ml
Kapasitas Vital 4800 ml
Kapasitas Total Paru 6000 ml
Keterangan:
Volume tidal (TV): jumlah udara yang digunakan pada tiap siklus
respirasi. 500 ml pada laki – laki dan 400 ml pada wanita.
Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve volume (IRV): jumlah
udara yang didapat pada inhalasi maksimal.
Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve volume (ERV): jumlah
udara yang dikeluarkan pada saat ekspirasi kuat.
Volume residu (RV) : jumlah udara yang tersisa setelah ekspirasi.
Kapasitas total paru (TLC) : jumlah udara maksimal dalma paru setelah
inspirasi maksimal : TLC = TV + IRV + ERV + RV
Kapasitas vital (VC): jumlah udara yang dapat diekspirasi setelah
inspirasi kuat : VC = TV + IRV + ERV (biasanya 80 % TLC).
Kecepatan pernapasan normal untuk berbagai kelompok usia
Tabel 2.2 Kecepatan Pernapasan Normal (Tarwoto dan Wartonah, 2014)
Usia Pernapasan (rpm)
Bayi 6 Bulan 30-60
2-6 Tahun 21-30
6-10 Tahun 21-26
12-14 Tahun 18-22
Dewasa 12-20
Lanjut Usia 12-20
D. Gangguan Berhubungan Dengan Oksigenasi
1. Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea
Takipnea merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24
kali permenit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam keadaan
atelektaksis atau terjadi emboli (Mubarak, dkk, 2015).
b. Bradipnea
11
Bradipnea merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal, ±10
kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intrakranial yang di sertai narkotik atau sedatif (Mubarak, dkk,
2015).
c. Hiperventilasi
Merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang
melampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam, sehingga
terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru. Proses ini di
tandai adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri
dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain (Mubarak, dkk, 2015).
d. Kussmaul
Merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik (Mubarak,
dkk, 2015).
e. Hipoventilasi
Merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida
dengan cukup pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya jumlah
udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan oksigen (Mubarak, dkk,
2015).
f. Dispnea
Merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis (Mubarak, dkk, 2015).
g. Ortopnea
Merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongesif paru-paru (Mubarak, dkk, 2015).
h. Cheyne stokes
Merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula nik
kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dari
12
siklus baru. Periode apnea berulang secara teratur (Mubarak, dkk,
2015).
i. Pernapasan paradoksial
Merupakan pernapasan dimana dinding paru-paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan
atelektasis (Mubarak, dkk, 2015).
j. Biot
Merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne
stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur (Mubarak, dkk, 2015).
k. Stridor
Merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan
pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditmukan pada kasus spasme
trakhea atau obstruksi laring (Mubarak, dkk, 2015).
2. Tidak Efektifnya Bersihan Jalan Napas
Merupakan suatu kondisi pada induvidu dengan pernapasan yang
mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Hal ini dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat
penyakit infeksi; immobilisasi; statis skreasi; serta batuk tidak efektif
karena penyakit persarafan seperti cerebro vascular accident (CVA),
akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain (Mubarak, dkk, 2015).
3. Gangguan Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu yang
mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida,
antar alveoli paru-paru dan sistem vaskular. Hal ini dapat disebabkan oleh
sekret yang kental atau immobilisasi akibat sistem saraf; depresi susunan
saraf pusat; atau penyakit radang pada paru-paru.
Terjadinya gangguan dalam pertukaran gas ini menunjukkan bahwa
penurunan kapasitas difusi dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paru ke
13
jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan
CO2, dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitas difusi tersebut
antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi,
menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasio ventilasi perfusi yang tidak
baik (Mubarak, dkk, 2015).
4. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat memunculkan
tanda seperti kulit kebiruan. Kondisi ini ditandai dengan kelelahan,
kecemasan, pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan konsentrasi,
kelemahan, peningkatan tanda-tanda vital, disritmia, pucat, sianosis,
clubbing, dan dispnea. (Mubarak, dkk, 2015).
E. Patofisiologi
14
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila
ventilasi alveolar menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia
adalah oksigenasi jaringan yang tidak kuat pada tingkat jaringan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi impuls dan posisi listrik jantung.
2. Pemeriksaan stress latihan
5. Oksimetri
15
7. Bronkoskopi
8. Fluoroskopi
9. CT-SCAN
11. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat Keperawatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk
Bunyi napas mengi
Faktor resiko penyakit paru (misal
perokok aktif/ pasif)
Frekuensi infeksi pernapasan
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Penyakit yang sama sebelumnya
Pengobatan yang lalu dan riwayat
alergi
Pemeriksaan Fisik a. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
b. Jantung
Inspeksi
16
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
c. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
17
menghambat Pernapasan cuping
ekspansi paru hidung
Sindrom Perubahan ekskursi
hipoventilasi dada
Pola napas abnormal
Takipnea
Ketidakefektifan Adanya jalan napas Batuk yang tidak
bersihan jalan buatan efektif
nafas Benda asing dalam Dispnea
jalan napas Gelisah
Eksudat dalam Kesulitan verbalisasi
alveoli Mata terbuka lebar
Hiperplasia pada Ortopnea
dinding bronkus Penurunan bunyi
Mukus berlebihan napas
Penyakit paru Perubahan frekuensi
obstrukti kronis napas
Sekresi yang Perubahan pola napas
bertahan Sianosis
Spasme jalan napas Sputum dalam jumlah
yang berlebihan
Suara napas tambahan
Tidak ada batuk
Gangguan Ketidakseimbangan Diaforesis
pertukaran gas ventilasi- perfusi Dispnea
Perubahan membran Gangguan penglihatan
alveolar-kapiler Gas darah arteri
abnormal
Gelisah
Hiperkapnia
Hipoksemia
Hipoksia
Iritabilitas
Konfusi
Napas cuping hidung
Penurunan
karbondioksida
pH arteri abnormal
Pola pernapasan
abnormal
Sakit kepala saat
bangun
Sianosis
Somnolen
Takikardia
Warna kulit abnormal
18
Ketidakefektifan Diabetes mellitus Bruit vemoral
perfusi jaringan Gaya hidup kurang Enema
perifer gerak Indeks ankle-brakhial
Hipertensi <0.90
Kurang pengetahuan Kelambatan
tentang faktor penyembuhan luka
pemberat perifer
Kurang pengetahuan Klaudikasi intermitten
tentang proses Nyeri ekstremitas
penyakit Parestesia
Merokok Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
Pemendekan jarak
bebas nyeri yang
ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit (400-
700m pada orang
dewasa)
Penurunan nadi perifer
Perubahan fungsi
motorik
Perubahan
karakteristik kulit
Perubahan tekanan
darah di ekstremitas
Tidak ada nadi perifer
Waktu pengisian
kapiler>3detik
Warna kulit pucat saat
elavasi
Warna tidak kembali
ke tungkai 1 menit
setelah tungkai
diturunkan
Intoleransi Gaya hidup kurang Dispnea setelah
Aktifitas gerak berativitas
Imobilitas Keletihan
Ketidakseimbangan Ketidaknyamanan
antara suplai dan setelah beraktifitas
kebutuhan oksigen Perubahan Elektro
Tirah baring Kardiogram (EKG)
Respon frekuensi
jantung abnormal
terhadap aktivitas
19
Respon tekanan darah
abnormal terhadap
aktivitas
3. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakefektifan pola NOC NIC
napas berhubungan Setelah dilakukan Pemberian obat
dengan faktor yang asuhan keperawatan 1 Monitor Tanda
mempengaruhi ventilasi X 24 jam pasien pola Tanda Vital
DS: Pasien mengeluh napas kembali Terapi oksigen
tentang napasnya yang normal. Dengan Stabilisasi dan
pendek kriteria hasil: membuka jalan
DO: Pernapasan tidak napas
Pemeriksaan TTV terganggu
Pernapasan cuping Kepatenan jalan
hidung napas
Peningkatan TTV batas
diameter anterior- normal
posterior
Gangguan pertukaran NOC NIC
gas berhubunganSetelah dilakukan Manajemen asam
dengan perubahan
asuhan keperawatan 1 basa
membran X 24 jam pasien Manajemen jalan
kapiler
alveolar mampu napas buatan
DS: Pasien
mempertahankan
mengeluhkan sakit
konsentrasi gas darah.
kepala saat bangun tidur
Dengan kriteria hasil:
DO: Tidak
Gas darah arteri terganggunya
yang tidak normal keseimbangan
Ketidaknormalan elektrolit dan asam
frekuensi irama basa
dan kedalaman Tidak ada
pernapasan gangguan status
pernapasan
Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Penghisapan lendir
berhubungan dengan asuhan keperawatan 1 pada jalan napas
lingkungan: merokok, X 24 jam pasien Manajemen jalan
menghisap asap rokok mampu bernapas napas buatan
DS: - dengan normal. Terapi oksigen
20
DO: Dengan kriteria hasil:
Suara napas Ventilasi tidak
tambahan terganggu
Sputum berlebih Bersihan jalan
napas efektif
Status kepatenan
pernapasan
Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan Setelah dilakukan Mengkaji sirkulasi
perifer berhubungan asuhan keperawatan 1 perifer
dengan X 24 jam pasien Melakukan
DS: - mampu meningkatkan pengkajian nadi dan
DO: keefektifan perfusi arteri
Perubahan tekanan jaringan perifer.
darah Dengan kriteria hasil:
Nadi arteri melemah Nadi arteri normal
Nadi lemah Tekanan darah
Kulit pucat normal
Intoleransi Aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan Mengkaji
DS: - asuhan keperawatan 1 kemampuan
DO: X 24 jam pasien berpindah
Perubahan EKG mampu melakukan Pantau respon
yang menunjukan aktifitas dengan oksigen pasien
aritmia normal. Dengan terhadap aktivitas
Frekuensi jantung kriteria hasil: Pantau respon
dan tekanan darah Menunjukkan kardiorespiratori
tidak normal toleransi aktifitas terhadap aktivitas
Respon gerakan
normal
Melakukan
aktifitas normal
Ekstremitas bebas
dari lesi
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigenasi (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 antara sel tubuh dengan lingkungan sebagai sisa
dari oksidasi. Adapun organ yang berperan dalam sistem respirasi antara
lain bronkus, bronkiolus pulmonalis, bronkiolus pulmonaris dan alveoli,
pleura.
Banyak sekali gangguan yang bisa menyerang sistem respirasi kita,
diantaranya hipoksia, perubahan pola pernapasan, obstruksi jalan napas,
pertukaran gas. Gangguan tersebut bisa menyerang dari banyak faktor,
seperti diferensiasi oksigen, tidak efektifnya bersihan jalan nafas, alveolus
menyempit. Dan juga diagnosis yang harus ditegakkan dalam asuhan
keperawatan oksigennasi mulai ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,
gangguan pertukaran gas oksigen, dan inkonteransi aktifitas. Dan
implementasi dari asuhan keperawatan oksigenasi adalah diharapkan
pasien dapat bernafas sesuai dengan karakteristik normal. Dan dapat
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa adanya gangguan dalam proses
respirasi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah adalah:
1. Institusi pendidikan telah banyak memberikan informasi tentang
kesehatan khususnya tentang masalah Oksigenasi. Tuntutan zaman
yang terus berkembang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan
informasi kesehatan harus terus ditingkatkan yaitu dengan memberikan
lebih banyak materi pada para mahasiswanya, selain itu sebagai bahan
bacaan di perpustakaan
2. Kepada tim kesehatan, terutam perawat diharpakan untuk lebih
mencermati keadaan pasien sebeluh dan sesudah melakukan tindakan.
22
Kesalahan kecil, dapat berimbas kepada kesalahan-kesalahan yang
lain.
3. Memperluas wawasan mengenai konsep asuhan keperawatan yang
tepat terhadap berbagai penyakit, dalam hal ini penyakit yang
menyerang sistem respirasi, menjadi hal yang wajib untuk diketahui
dan dilakukan oleh perawat professional.
23
DAFTAR PUSTAKA
24