Anda di halaman 1dari 27

Pengertian Pivot Poin Dalam Forex

Trader profesional dan para pengguna pasar memanfaatkan pivot poin untuk

mengidentifikasi level support dan resistance yang potensial. Simpelnya, pivot


poin serta level support dan resistance adalah area di mana arah pergerakkan

harga dapat berubah kapan pun.

Alasan mengapa banyak trader memilih untuk menggunakan pivot poin

adalah sifat dasar indikator ini, yang cenderung objektif dalam mengamati

pergerakan grafik. Berbeda dengan beberapa indikator sebelumnya, yang


sama sekali tidak melibatkan kehati-hatian.

Secara umum, pivot poin sebenarnya serupa dengan level Fibonacci.


Perbedaannya adalah dalam Fibonacci masih terdapat pandangan subjektif,
terutama pada saat indikator ini mencomot pergerakan Swing Highs dan

Swing Lows. Sementara pivot poin dapat menggunakan metode yang sama
untuk menghitung pergerakan tersebut.

Banyak trader yang terus mengawasi pergerakan dua level ini dengan lekat.
Kita mesti melakukan hal yang sama.

Pivot poin sangat bermanfaat khususnya bagi trader jangka pendek yang
mengincar profit dari pergerakan kecil harga. Layaknya level support dan

resitance, kita dapat memilih untuk trade pada saat terjadi bounce atau saat

terjadi break pada kedua level tersebut.

Trader range-bound menggunakan pivot points untuk mengenali titik-

titik reversal. Trader tipe ini menilai pivot points sebagai area di mana
mereka bisa menempatkan order buy atau sell.

Sementara trader breakout memanfaatkan pivot poin untuk mengenali


level kunci yang perlu dijebol (broken) agar dapat mengenali gerakan yang
diklasifikasikan sebagai breakout nyata.

Berikut ini adalah contoh dari pivot poin yang terjadi pada grafik EUR/USD
dengan time frame 1-jam:

Seperti yang bisa kita lihat, level support dan resistance horizontal
ditempatkan pada grafik kita. Perhatikan bagaimana pivot poin memudahkan
kita untuk membaca grafik!

Berikut penjelasan singkat akronim yang tertera pada grafik:

PP: Pivot Poin

S : Support
R : Resistance

Untuk sementara, inilah yang perlu kita ingat. Jangan terlalu memusingkan

"S1 sudah pasti support" atau "R1 sudah pasti resistance". Kita akan

mempelajarinya nanti.
Cara Menghitung Pivot Poin
Pivot poin serta level support dan resistance dihitung dengan menggunakan

open, high, low, close dari sesi trading terakhir. Oleh karena forex adalah
pasar yang buka 24-jam, kebanyakan trader menggunakan waktu tutup sesi

New York yaitu pukul 3:00 GMT+7 sebagai penutupan sesi trading pada hari

sebelumnya.

Berikut adalah penghitungan pivot poin:

Pivot poin (PP) = (High + Low + Close) / 3

Kemudian kita akan menghitung level support dan resistance dari pivot poin
dengan rumus:

1. Level support dan resistance pertama:


Resistance pertama (R1) = (2 x PP) - Low
Support pertama (S1) = (2 x PP) - High

2. Level support dan resistance kedua:


Resistance kedua = PP + (High - Low)
Support kedua = PP - (High - Low)

3. Level support dan resistance ketiga:

Resistance ketiga = High + 2(PP - Low)

Support ketiga = Low - 2(High - PP)

Ingat, beberapa software grafik cenderung fokus pada level intermediate atau

mid-point. Pada dasarnya, kedua level tersebut adalah mini level antara pivot

poin utama serta level support dan resistance.


Bagi para pembenci aljabar jangan khawatir, karena kita tak perlu melakukan

penghitungan ini sendiri. Sebagian software akan secara otomatis


melakukannya. Pastikan bahwa kita telah memasang konfigurasi pada setting

sehingga software dapat menggunakan harga dan waktu closing dengan

tepat.

Untuk menghitung pivot poin, kita dapat menggunakan kalkulator pivot poin.

Kalkulator pivot poin sangat membantu, terutama jika kita ingin melakukan
beberapa tes untuk melihat bagaimana kondisi pivot poin sebelumnya. Sekali
lagi, salah satu keunggulan indikator ini adalah sifat objektifnya,

sehingga kita dapat dengan mudah menguji bagaimana harga bereaksi


terhadap indikator ini.
Menentukan Range Trading Dengan Pivot Poin
Meski memiliki istilah lain tak perlu pusing saat menggunakan pivot poin,

sebab penggunaan indikator ini tak jauh berbeda seperti saat kita
memanfaatkan level support dan resistance. Layaknya level support dan

resistance umumnya, harga akan secara berulang menguji kedua level

tersebut.

Semakin sering pair mata uang menyentuh level pivot kemudian berbalik,

maka semakin kuat level tersebut. Sejatinya, "pivoting" bisa kita pahami
secara sederhana sebagai "mencapai level support atau resistance dan

kemudian berbalik".

Jika level pivot bertahan di satu titik, hal tersebut bisa menjadi kesempatan
trading yang baik bagi kita. Misalnya, pada saat harga bergerak mendekati

level resistance teratas, kita bisa pasang "sell" dan menempatkan order "stop"
tepat di atas resistance.

Bila harga bergerak mendekati level support, yang perlu kita lakukan adalah
sebaliknya; memasang "buy" dan tempatkan order "stop" tepat di bawah level
support.

Gampang, kan? Cara kerja indikator ini tidak jauh berbeda dengan sistem

kerja level support dan resistance yang biasanya. Agar lebih mudah

memahami cara kerja indikator ini, mari kita perhatikan grafik GBP/USD
dengan time frame 15-menit di bawah ini:
Kita bisa lihat bahwa harga sedang bergerak di sekitar support level S1. Jika
yakin bahwa harga akan bertahan lama di sana, maka yang mesti kita

lakukan adalah pasang order "buy" di pasar kemudian tempatkan order "stop-

loss" di bawah level support berikutnya.

Tapi bagi trader dengan aliran konservatif, kita bisa memasang order "stop"
yang cukup luas. Jika harga bergerak melewati level support S2,
kemungkinan besar harga tidak akan bergerak kembali ke atas. Hal ini karena
level support S1 dan S2 akan berubah menjadi level resistance.

Untuk trader dengan darah agresif, jika kita yakin bahwa level support pada
S1 akan bertahan, maka kita bisa memasang order "stop" tepat di bawah

level support S1.

Untuk bisa mendapatkan keuntungan, kita bisa memasang target pada PP


atau R1, yang juga dapat berperan sebagai level resistance. Nah, sekarang

mari kita lihat apa yang terjadi jika kita memasang order "buy" pada pasar.
Dan... voila! S1 tampaknya memenuhi takdirnya sebagai level support! Jika
sedari awal kita telah mengincar PP sebagai titik untuk mengambil profit,

maka dapat dipastikan bahwa harga akan segera menyambar TP kita.

Hyahooo!

Tapi tentu saja, tidak semua pergerakan harga bisa sesederhana itu. Kita
tidak bisa bergantung pada level pivot poin. Kita harus memperhatikan,
apakah pivot poin sejajar dengan level support dan resistance sebelumnya.

Supaya mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas, kita bisa menggunakan

pivot poin dengan bantuan analisis candlestick atau indikator lainnya.


Misalnya, jika kita melihat doji terbentuk di atas S1, atau indikator stochastic

mengisyaratkan kondisi oversold di pasar, maka kemungkinan besar S1 akan

bertahan sebagai support pergerakan harga.

Selain itu, pada sebagian besar kesempatan, secara umum trading terjadi di

antara level support dan resistance pertama. Harga terkadang akan bergerak
di sekitar level kedua. Dan sesekali dia akan menguji level ketiga.

Kita juga harus sepenuhnya paham bahwa terkadang harga akan menembus
semua level seperti bagaimana tendangan CR7 menembus gawang lawan di

pertandingan sepakbola.
Kalau hal itu terjadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa kita mesti

mempertahankan trade kita saat ini dan untuk beberapa saat menjadi
pecundang, yang hanya bisa melihat akun kita terus menyusut? Atau kita

harus mengambil kesempatan dan mencuri beberapa pip dari pasar?


Memainkan Break Dengan Pivot Poin
Layaknya sistem level support dan resistance, level pivot poin tidak akan

bertahan lama.

Pivot poin memang dapat digunakan untuk range trading, tapi tidak

selamanya. Ada waktunya di mana level pivot poin gagal untuk bertahan dan
pada saat inilah kita harus siap sedia dengan beberapa peralatan trading,

yang akan mampu mengatasi masalah pada situasi semacam ini.

Seperti yang telah ditunjukkan pada pelajaran sebelumnya Menentukan

Range Trading Dengan Pivot Poin, ada dua cara utama untuk trade breakout:
cara agresif atau cara aman.

Kedua cara tersebut akan bekerja dengan baik, sesuai dengan karakterisktik

kita sebagai trader. Hanya saja kita mesti ingat, jika memilih cara aman, yang
artinya kita menunggu harga menguji level support atau resistance, ada
kemungkinan kita akan melewatkan pergerakan awal.

Mari perhatikan grafik EUR/USD dengan time-frame 15-menit berikut, untuk


mengamati trade breakout menggunakan pivot poin.
Pada grafik tersebut kita bisa melihat EUR/USD menciptakan reli yang kuat.

Pair tersebut dibuka dengan sebuah celah di atas pivot poin. Harga
menciptakan pergerakan ke atas yang kuat, sebelum kemudian berhenti

sejenak di level R1. Tak lama, resistance tertembus dan pair mata uang

tersebut melompat sejauh 50 pips!

Jika tergolong trader agresif yang kita lakukan adalah menangkap pergerakan

awal dan merayakan kemenangan, layaknya anggota tim U19 yang berhasil
menjebol pertahanan lawan. Jebret!

Sebaliknya, jika cenderung memiliki karakteristik trader yang mencari aman

dan menunggu retest dari pergerakan harga atas level resistance, kita akan
menjadi seorang trader awam yang menyedihkan. Sebab harga tidak

melakukan retest setelah menembus level R1. Dan hal serupa terjadi pada
level R2! Hiks... hiks...

Perhatikan bagaimana bulls EUR/USD juga berusaha bergerak menuju level


R3.

Meski menggiurkan, tapi jika menggunakan metode agresif, kita akan

terjebak. Hal ini karena harga gagal mempertahankan pergerakannya dan


menembus level R3. Jika order "stop" kita terlalu rapat, maka trading kita

akan diberhentikan pada saat itu juga.

Namun apa yang terjadi tak lama kemudian akan mengejutkan kita, ternyata

harga berhasil tembus level R3. Perhatikan bagaimana retest juga terjadi
pada garis resistance yang tertembus. Amati bagaimana pair ini lalu berbalik,

begerak menembus dan melewati R3. Pada saat itu juga tercipta kesempatan

untuk trading dengan short-position ketika terjadi retest pada level resistance-
yang-berubah-menjadi-support dan kembali-berubah-menjadi-resistance.

Bingung? Oke, kita bisa membaca penjelasan itu kembali, kok. Hehehe...
Nah, ingat, pada saat level support tertembus, biasanya level tersebut akan

berubah menjadi level resistance.

Konsep "role reversal" atau pergantian peran ini juga terjadi pada level

resistance yang tertembus dan menjadi level support. Ini adalah saat di mana
kita bersikap bijak dan mengambil keputusan bermain aman.

Menempatkan Order Stop dan Target dengan Breakout

Salah satu kesulitan menggunakan teknik trading breakout adalah


menentukan posisi untuk menempatkan order "stop". Tidak seperti trading

range di mana kita mencari break atas pivot poin pada level support dan
resistance, yang kita cari adalah pergerakan harga yang kuat dan cepat.

Begitu sebuah level tertembus, secara teori, kemungkinan besar level


tersebut menjadi support-yang-berubah-jadi-resistance. Jika mengambil long-
position dan harga menembus R1, kita bisa menempatkan stop tepat di

bawah R1.

Sekarang mari kembali pada grafik EUR/USD untuk melihat di mana kita bisa

menempatkan order stop dan meraup keuntungan.


Pada contoh kali ini, begitu melihat harga menembus level R1, kita harus

menempatkan stop tepat di bawah R1. Jika yakin harga akan terus bergerak
ke atas, kita terus berada di posisi kita dan menggerakkan stop secara

manual untuk melihat apakah ada kemungkinan pergerakkan harga terus

berlanjut. Kita mesti terus mengamati grafik dengan teliti dan terus
menempatkan stop sesuai dengan pergerakan harga. Kita akan mempelajari

hal ini lebih lanjut pada pelajaran berikutnya.

Sementara itu, jika kita menggunakan metode atau indikator lainnya, faktor

yang mesti diperhatikan adalah risiko menggunakan trading breakout.

Pertama-tama, kita tidak akan pernah tahu apakah pergerakan harga akan
berlanjut atau tidak. Bisa saja kita berpikir harga akan terus naik, tapi yang

tertangkap adalah puncak (top) atau bagian bawah (bottom) dari pergerakan
harga, yang artinya kita telah tertipu.

Kedua, kita tidak pernah bisa yakin jika yang terjadi adalah breakout yang
sebenarnya, atau pergerakan liar yang terjadi akibat rilis berita penting.
Lonjakan pada gerakan volatil adalah peristiwa umum yang selalu terjadi

setiap kali berita dirilis, jadi pastikan untuk terus memperhatikan berita dan

waspada pada apa yang akan terjadi pada hari atau minggu ini
menurut kalender forex.

Terakhir, tak jauh berbeda dengan trading range, adalah keputusan yang bijak

untuk melompat pada level kunci support dan resistance yang lain. Kita

mungkin berpikir R1 tertembus, tapi gagal menyadari bahwa level resistance


yang kuat baru saja melewati R1. Harga bisa saja bergerak menembus dan

melewati R1, menguji level resistance kemudian anjlok.


Menggunakan Pivot Poin Untuk
Memperkirakan Sentimen Pasar
Ada satu cara lain untuk menggunakan pivot poin dalam strategi trading kita,

yakni dengan menaksir sentimen pasar.

Tujuan dari pelajaran ini adalah agar kita paham dan bisa membaca

kecenderungan para trader pada saat itu, apakah mereka cenderung


memasang order buy atau sell. Kita bisa menggunakan pivot poin seperti

garis pada lapangan sepak bola. Bergantung pada sisi mana bola, yang

dalam kasus Forex berarti harga, berada, kita bisa mengetahui siapa yang
saat ini memiliki kekuasaan. Apakah buyer atau seller?

Jika harga bergerak ke atas dan menembus level pivot poin, ini adalah isyarat

bila harga mengalami bullish dan kita harus segera memasang order buy atas
mata uang. Bayangkan saja kita sedang kelaparan dan ada tawaran makan

soto. Langsung sikat saja, cuy!

Berikut adalah grafik yang menjadi contoh apa yang terjadi jika harga tetap
berada di atas level pivot poin.

Pada contoh di atas kita melihat pair EUR/USD sempat terpecah dan dibuka
kembali di atas level pivot poin. Harga kemudian bergerak naik dan terus
melambung ke atas hingga menembus level resistance.

Sekarang bayangkan jika harga justru anjlok dan menembus level pivot poin
ke bawah, maka kau harus segera menjual pair seperti batu bara panas yang

bisa melubangi kantung uang kita. Keberadaan harga di bawah level pivot

poin akan memberi sinyal sentimen bearish dan seller memiliki kekuasaan
atas sesi trading pada saat itu.

Nah, mari kita lihat grafik GBP/USD berikut.

Pada grafik di atas kita bisa melihat harga sedang menguji ketahanan level

pivot poin, yang bertahan sebagai level resistance. Hal berikutnya yang kita

tahu harga melanjutkan penurunan dan terus merosot. Jika kita mampu

membaca petunjuk sebelumnya, bahwa harga akan terus berada di bawah


level pivot poin dan menjual pair tersebut, tak pelak kita akan meraup

keuntungan yang besar. Bagaimana tidak, GBP/USD anjlok 300 pips.


Tentu saja, kita tidak bisa selalu mendapatkan keuntungan sebab terkadang

apa yang terjadi di lapangan forex tidak sama seperti seperti dalam contoh

kasus. Kadang ketika kita mengira trader sedang berada di posisi bearish
atas pair, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Pair malah berbalik dan

membumbung ke atas!
Pada contoh berikutnya jika kita melihat harga anjlok, menembus level pivot

poin, dan terjual, maka kita akan menjadi pecundang besar yang
menyedihkan. Pada sesi perdagangan Eropa EUR/USD berbalik dan
melonjak lebih tinggi sebelum kemudian menembus pivot poin. Bukan hanya

itu, pair tersebut akhirnya bertahan di atas level pivot poin, menunjukkan
bagaimana buyer membubarkan diri.

Sekarang kita tahu bahwa ternyata trader adalah sekumpulan manusia labil.

Pandangan seorang trader atas sebuah mata uang bisa berubah-ubah dari

hari ke hari, bahkan dari sesi ke sesi. Inilah sebabnya kita tidak bisa begitu

saja pasang order buy ketika harga berada di atas pivot poin atau menjual

saat harga ada di bawah.

Akan tetapi bila kita menggunakan indikator pivot poin untuk sistem trading
sederhana seperti demikian, ada baiknya jika kita mengombinasikannya

dengan indikator lainnya agar dapat membaca sentimen pasar secara

keseluruhan.
Metode Lain Perhitungan Pivot Poin
Tan g g a l : F e b 2 0 1 4 Share This

Meski disarankan untuk menggunakan metode standar perhitungan pivot

poin, tetapi kita wajib tahu bahwa ada beberapa cara lainnya untuk

menghitung pivot poin. Pada pelajaran kali ini kita akan membicarakan
tentang metode-metode tersebut sekaligus formula perhitungannya.

Pivot Poin Woodie


Formula:
R2 = PP + High - Low
R1 = (2 X PP) - Low
PP = (H + L + 2C) / 4
S1 = (2 X PP) - High
S2 = PP - High + Low

C: Closing Price

H: High
L: Low

Pada formula di atas kita bisa memerhatikan perhitungan pivot poin sangatlah

berbeda dari metode standar. Selain itu, agar perhitungan sesuai dengan
level support dan resistance, kita mesti menggunakan perbedaan antara level
tinggi dengan level rendah pada sehari sebelumnya, atau yang dikenal

sebagai range.

Berikut adalah contoh perhitungan pivot poin Woodie yang diaplikasikan pada
pair EUR/USD. Pivot poin Woodie, level support, dan level resistance adalah

garis yang solid, sedangkan garis berbentuk titik-titik mewakili level yang
dihitung dari metode standar.
Karena memiliki formula yang berbeda level yang didapatkan dari perhitungan

Woodie berbeda dari level yang diperoleh dari metode standar.

Beberapa trader memilih untuk menggunakan formula Woodie karena lebih


terfokus dan mempertimbangkan harga penutupan (closing price) dari periode
sebelumnya. Sementara beberapa trader lainnya memilih formula standar
karena banyak trader yang menggunakannya, yang membuat formula ini
cukup menjanjikan.

Pada beberapa peristiwa, karena resistance dapat berubah menjadi support


(begitu pula sebaliknya), jika memilih untuk menggunakan formula Woodie,

kita mesti memerhatikan kedua level tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya

dapat menjadi area incaran trader.

Pivot Poin Camarilla

Formula:
R4 = C + ((H-L) x 1.5000)
R3 = C + ((H-L) x 1.2500)
R2 = C + ((H-L) x 1.1666)
R1 = C + ((H-L) x 1.0833)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = C - ((H-L) x 1.0833)
S2 = C - ((H-L) x 1.1666)
S3 C - ((H-L) x 1.2500)
S4 = C - ((H-L) x 1.5000)
C: Closing Price

H: High
L: Low

Formula Camarilla serupa dengan formula Woodie. Dia juga meggunakan


harga penutupan dan range pada hari sebelumnya untuk menghitung level

support dan resistance. Satu-satunya perbedaan adalah kita harus

menghitung delapan level utama (empat level support dan empat level
resistance). Selain itu, setiap level tersebut harus dikalikan dengan m ultiplier-

nya (kelipatannya).

Konsep utama dari pivot poin Camarilla adalah perhitungan ini berdasarkan
gagasan bahwa harga memiliki kecenderungan natural untuk kembali ke rata-

rata, atau dalam hal ini, harga penutupan di hari sebelumnya. Pernah
mendengar hal ini?

Gagasan utama dari formula Camarilla adalah kita harus membeli atau
menjual saat harga mencapai level support atau resistance ketiga. Akan tetapi
juka harga melesat dan menembus level S4 atau R4, ini berarti tren intraday

kuat dan saatnya untuk melompat ke dalam kereta formula Camarilla!

Perhatikan bagaimana perhitungan memberikan level-level yang berbeda

(garis solid) dibanding level metode standar (garis berbentuk titik).


Seperti yang terlihat pada grafik di atas, penekanan diberikan pada harga

penutupan sebagai kebalikan dari pivot poin. Karena fakta ini, ada

kemungkinan level resistance berada di bawah pivot poin atau level support
berada di atasnya.

Perhatikan bagaimana semua level support dan resistance berada di atas


pivot poin Camarillo.

Pivot Poin Fibonacci

Formula:
R3 = PP + ((High - Low) x 1.000)
R2 = PP + ((High - Low) x .618)
R1 = PP + ((High - Low) x .382)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = PP - ((High - Low) x .382)
S2 = PP - ((High - Low) x .618)
S3 = PP - ((High - Low) x 1.000)

C: Closing Price
H: High

L: Low

Level pivot poin Fibonacci ditentukan dengan menghitung pivot poin seperti

pada metode standar. Berikutnya kalikan range pada hari sebelumnya dengan
level Fibonacci yang sesuai. Kebanyakan trader menggunakan retracement
38.2%, 61.8%, dan 100%. Terakhir, tambah atau kurangi yang didapatkan

terhadap pivot poin dan...hoopla! Kita sudah mendapatkan level pivot poin

Fibonacci.

Perhatikan grafik di bawah untuk melihat bagaimana level tersebut dihitung

dengan metode Fibonacci (garis solid) berbeda dengan level yang dihitung
dengan metode standard (garis dalam bentuk titik).

Logika dibelakang perhitungan ini adalah banyak trader yang menggunakan

rasio Fibonacci. Orang-orang menggunakan level retracement, moving


average, dan lain-lain. Maka timbul gagasan untuk menggunakannya pada

pivot poin.

Bukankah level Fibonacci dan pivot poin digunakan untuk menemukan


support dan resistance. Dengan begitu banyak trader yang mencari level-level

tersebut, Fibonacci dan pivot poin dapat menjadi indikator andalan kita.

Metode Terbaik Seperti semua variasi indikator lainnya yang telah kita

pelajari sejauh ini, tidak ada metode yang terbaik. Semuanya tergantung pada
bagaimana kita mengombinasikan pengetahuan pivot poin dengan tool

lainnya di dalam kotak trading tool kita.


Perlu kita ketahui kebanyakan software yang melakukan perhitungan otomatis

secara normal menggunakan metode standar dalam menghitung level pivot


poin. Tapi dengan mengetahui bagaimana menghitung semua level tersebut

sendiri, kita bisa mencoba masing-masing metode dan melihat mana yang

sesuai dengan kta. Yuk, cetak poin dengan pivot!


Metode Lain Perhitungan Pivot Poin
Meski disarankan untuk menggunakan metode standar perhitungan pivot

poin, tetapi kita wajib tahu bahwa ada beberapa cara lainnya untuk
menghitung pivot poin. Pada pelajaran kali ini kita akan membicarakan

tentang metode-metode tersebut sekaligus formula perhitungannya.

Pivot Poin Woodie

Formula:
R2 = PP + High - Low
R1 = (2 X PP) - Low
PP = (H + L + 2C) / 4
S1 = (2 X PP) - High
S2 = PP - High + Low

C: Closing Price
H: High
L: Low

Pada formula di atas kita bisa memerhatikan perhitungan pivot poin sangatlah
berbeda dari metode standar. Selain itu, agar perhitungan sesuai dengan
level support dan resistance, kita mesti menggunakan perbedaan antara level

tinggi dengan level rendah pada sehari sebelumnya, atau yang dikenal

sebagai range.

Berikut adalah contoh perhitungan pivot poin Woodie yang diaplikasikan pada
pair EUR/USD. Pivot poin Woodie, level support, dan level resistance adalah

garis yang solid, sedangkan garis berbentuk titik-titik mewakili level yang

dihitung dari metode standar.


Karena memiliki formula yang berbeda level yang didapatkan dari perhitungan

Woodie berbeda dari level yang diperoleh dari metode standar.

Beberapa trader memilih untuk menggunakan formula Woodie karena lebih


terfokus dan mempertimbangkan harga penutupan (closing price) dari periode
sebelumnya. Sementara beberapa trader lainnya memilih formula standar
karena banyak trader yang menggunakannya, yang membuat formula ini
cukup menjanjikan.

Pada beberapa peristiwa, karena resistance dapat berubah menjadi support


(begitu pula sebaliknya), jika memilih untuk menggunakan formula Woodie,

kita mesti memerhatikan kedua level tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya

dapat menjadi area incaran trader.

Pivot Poin Camarilla

Formula:
R4 = C + ((H-L) x 1.5000)
R3 = C + ((H-L) x 1.2500)
R2 = C + ((H-L) x 1.1666)
R1 = C + ((H-L) x 1.0833)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = C - ((H-L) x 1.0833)
S2 = C - ((H-L) x 1.1666)
S3 C - ((H-L) x 1.2500)
S4 = C - ((H-L) x 1.5000)
C: Closing Price

H: High
L: Low

Formula Camarilla serupa dengan formula Woodie. Dia juga meggunakan


harga penutupan dan range pada hari sebelumnya untuk menghitung level

support dan resistance. Satu-satunya perbedaan adalah kita harus

menghitung delapan level utama (empat level support dan empat level
resistance). Selain itu, setiap level tersebut harus dikalikan dengan m ultiplier-

nya (kelipatannya).

Konsep utama dari pivot poin Camarilla adalah perhitungan ini berdasarkan
gagasan bahwa harga memiliki kecenderungan natural untuk kembali ke rata-

rata, atau dalam hal ini, harga penutupan di hari sebelumnya. Pernah
mendengar hal ini?

Gagasan utama dari formula Camarilla adalah kita harus membeli atau
menjual saat harga mencapai level support atau resistance ketiga. Akan tetapi
juka harga melesat dan menembus level S4 atau R4, ini berarti tren intraday

kuat dan saatnya untuk melompat ke dalam kereta formula Camarilla!

Perhatikan bagaimana perhitungan memberikan level-level yang berbeda

(garis solid) dibanding level metode standar (garis berbentuk titik).


Seperti yang terlihat pada grafik di atas, penekanan diberikan pada harga

penutupan sebagai kebalikan dari pivot poin. Karena fakta ini, ada

kemungkinan level resistance berada di bawah pivot poin atau level support
berada di atasnya.

Perhatikan bagaimana semua level support dan resistance berada di atas


pivot poin Camarillo.

Pivot Poin Fibonacci

Formula:
R3 = PP + ((High - Low) x 1.000)
R2 = PP + ((High - Low) x .618)
R1 = PP + ((High - Low) x .382)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = PP - ((High - Low) x .382)
S2 = PP - ((High - Low) x .618)
S3 = PP - ((High - Low) x 1.000)

C: Closing Price
H: High

L: Low

Level pivot poin Fibonacci ditentukan dengan menghitung pivot poin seperti

pada metode standar. Berikutnya kalikan range pada hari sebelumnya dengan
level Fibonacci yang sesuai. Kebanyakan trader menggunakan retracement
38.2%, 61.8%, dan 100%. Terakhir, tambah atau kurangi yang didapatkan

terhadap pivot poin dan...hoopla! Kita sudah mendapatkan level pivot poin

Fibonacci.

Perhatikan grafik di bawah untuk melihat bagaimana level tersebut dihitung

dengan metode Fibonacci (garis solid) berbeda dengan level yang dihitung
dengan metode standard (garis dalam bentuk titik).

Logika dibelakang perhitungan ini adalah banyak trader yang menggunakan

rasio Fibonacci. Orang-orang menggunakan level retracement, moving


average, dan lain-lain. Maka timbul gagasan untuk menggunakannya pada

pivot poin.

Bukankah level Fibonacci dan pivot poin digunakan untuk menemukan


support dan resistance. Dengan begitu banyak trader yang mencari level-level

tersebut, Fibonacci dan pivot poin dapat menjadi indikator andalan kita.

Metode Terbaik Seperti semua variasi indikator lainnya yang telah kita

pelajari sejauh ini, tidak ada metode yang terbaik. Semuanya tergantung pada
bagaimana kita mengombinasikan pengetahuan pivot poin dengan tool

lainnya di dalam kotak trading tool kita.


Perlu kita ketahui kebanyakan software yang melakukan perhitungan otomatis

secara normal menggunakan metode standar dalam menghitung level pivot


poin. Tapi dengan mengetahui bagaimana menghitung semua level tersebut

sendiri, kita bisa mencoba masing-masing metode dan melihat mana yang

sesuai dengan kta. Yuk, cetak poin dengan pivot!

Anda mungkin juga menyukai