Trader profesional dan para pengguna pasar memanfaatkan pivot poin untuk
adalah sifat dasar indikator ini, yang cenderung objektif dalam mengamati
Swing Lows. Sementara pivot poin dapat menggunakan metode yang sama
untuk menghitung pergerakan tersebut.
Banyak trader yang terus mengawasi pergerakan dua level ini dengan lekat.
Kita mesti melakukan hal yang sama.
Pivot poin sangat bermanfaat khususnya bagi trader jangka pendek yang
mengincar profit dari pergerakan kecil harga. Layaknya level support dan
resitance, kita dapat memilih untuk trade pada saat terjadi bounce atau saat
titik reversal. Trader tipe ini menilai pivot points sebagai area di mana
mereka bisa menempatkan order buy atau sell.
Berikut ini adalah contoh dari pivot poin yang terjadi pada grafik EUR/USD
dengan time frame 1-jam:
Seperti yang bisa kita lihat, level support dan resistance horizontal
ditempatkan pada grafik kita. Perhatikan bagaimana pivot poin memudahkan
kita untuk membaca grafik!
S : Support
R : Resistance
Untuk sementara, inilah yang perlu kita ingat. Jangan terlalu memusingkan
"S1 sudah pasti support" atau "R1 sudah pasti resistance". Kita akan
mempelajarinya nanti.
Cara Menghitung Pivot Poin
Pivot poin serta level support dan resistance dihitung dengan menggunakan
open, high, low, close dari sesi trading terakhir. Oleh karena forex adalah
pasar yang buka 24-jam, kebanyakan trader menggunakan waktu tutup sesi
New York yaitu pukul 3:00 GMT+7 sebagai penutupan sesi trading pada hari
sebelumnya.
Kemudian kita akan menghitung level support dan resistance dari pivot poin
dengan rumus:
Ingat, beberapa software grafik cenderung fokus pada level intermediate atau
mid-point. Pada dasarnya, kedua level tersebut adalah mini level antara pivot
tepat.
Untuk menghitung pivot poin, kita dapat menggunakan kalkulator pivot poin.
Kalkulator pivot poin sangat membantu, terutama jika kita ingin melakukan
beberapa tes untuk melihat bagaimana kondisi pivot poin sebelumnya. Sekali
lagi, salah satu keunggulan indikator ini adalah sifat objektifnya,
sebab penggunaan indikator ini tak jauh berbeda seperti saat kita
memanfaatkan level support dan resistance. Layaknya level support dan
tersebut.
Semakin sering pair mata uang menyentuh level pivot kemudian berbalik,
maka semakin kuat level tersebut. Sejatinya, "pivoting" bisa kita pahami
secara sederhana sebagai "mencapai level support atau resistance dan
kemudian berbalik".
Jika level pivot bertahan di satu titik, hal tersebut bisa menjadi kesempatan
trading yang baik bagi kita. Misalnya, pada saat harga bergerak mendekati
level resistance teratas, kita bisa pasang "sell" dan menempatkan order "stop"
tepat di atas resistance.
Bila harga bergerak mendekati level support, yang perlu kita lakukan adalah
sebaliknya; memasang "buy" dan tempatkan order "stop" tepat di bawah level
support.
Gampang, kan? Cara kerja indikator ini tidak jauh berbeda dengan sistem
kerja level support dan resistance yang biasanya. Agar lebih mudah
memahami cara kerja indikator ini, mari kita perhatikan grafik GBP/USD
dengan time frame 15-menit di bawah ini:
Kita bisa lihat bahwa harga sedang bergerak di sekitar support level S1. Jika
yakin bahwa harga akan bertahan lama di sana, maka yang mesti kita
lakukan adalah pasang order "buy" di pasar kemudian tempatkan order "stop-
Tapi bagi trader dengan aliran konservatif, kita bisa memasang order "stop"
yang cukup luas. Jika harga bergerak melewati level support S2,
kemungkinan besar harga tidak akan bergerak kembali ke atas. Hal ini karena
level support S1 dan S2 akan berubah menjadi level resistance.
Untuk trader dengan darah agresif, jika kita yakin bahwa level support pada
S1 akan bertahan, maka kita bisa memasang order "stop" tepat di bawah
mari kita lihat apa yang terjadi jika kita memasang order "buy" pada pasar.
Dan... voila! S1 tampaknya memenuhi takdirnya sebagai level support! Jika
sedari awal kita telah mengincar PP sebagai titik untuk mengambil profit,
Hyahooo!
Tapi tentu saja, tidak semua pergerakan harga bisa sesederhana itu. Kita
tidak bisa bergantung pada level pivot poin. Kita harus memperhatikan,
apakah pivot poin sejajar dengan level support dan resistance sebelumnya.
Selain itu, pada sebagian besar kesempatan, secara umum trading terjadi di
antara level support dan resistance pertama. Harga terkadang akan bergerak
di sekitar level kedua. Dan sesekali dia akan menguji level ketiga.
Kita juga harus sepenuhnya paham bahwa terkadang harga akan menembus
semua level seperti bagaimana tendangan CR7 menembus gawang lawan di
pertandingan sepakbola.
Kalau hal itu terjadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa kita mesti
mempertahankan trade kita saat ini dan untuk beberapa saat menjadi
pecundang, yang hanya bisa melihat akun kita terus menyusut? Atau kita
bertahan lama.
Pivot poin memang dapat digunakan untuk range trading, tapi tidak
selamanya. Ada waktunya di mana level pivot poin gagal untuk bertahan dan
pada saat inilah kita harus siap sedia dengan beberapa peralatan trading,
Range Trading Dengan Pivot Poin, ada dua cara utama untuk trade breakout:
cara agresif atau cara aman.
Kedua cara tersebut akan bekerja dengan baik, sesuai dengan karakterisktik
kita sebagai trader. Hanya saja kita mesti ingat, jika memilih cara aman, yang
artinya kita menunggu harga menguji level support atau resistance, ada
kemungkinan kita akan melewatkan pergerakan awal.
Pair tersebut dibuka dengan sebuah celah di atas pivot poin. Harga
menciptakan pergerakan ke atas yang kuat, sebelum kemudian berhenti
sejenak di level R1. Tak lama, resistance tertembus dan pair mata uang
Jika tergolong trader agresif yang kita lakukan adalah menangkap pergerakan
awal dan merayakan kemenangan, layaknya anggota tim U19 yang berhasil
menjebol pertahanan lawan. Jebret!
dan menunggu retest dari pergerakan harga atas level resistance, kita akan
menjadi seorang trader awam yang menyedihkan. Sebab harga tidak
melakukan retest setelah menembus level R1. Dan hal serupa terjadi pada
level R2! Hiks... hiks...
Namun apa yang terjadi tak lama kemudian akan mengejutkan kita, ternyata
harga berhasil tembus level R3. Perhatikan bagaimana retest juga terjadi
pada garis resistance yang tertembus. Amati bagaimana pair ini lalu berbalik,
begerak menembus dan melewati R3. Pada saat itu juga tercipta kesempatan
untuk trading dengan short-position ketika terjadi retest pada level resistance-
yang-berubah-menjadi-support dan kembali-berubah-menjadi-resistance.
Bingung? Oke, kita bisa membaca penjelasan itu kembali, kok. Hehehe...
Nah, ingat, pada saat level support tertembus, biasanya level tersebut akan
Konsep "role reversal" atau pergantian peran ini juga terjadi pada level
resistance yang tertembus dan menjadi level support. Ini adalah saat di mana
kita bersikap bijak dan mengambil keputusan bermain aman.
range di mana kita mencari break atas pivot poin pada level support dan
resistance, yang kita cari adalah pergerakan harga yang kuat dan cepat.
bawah R1.
Sekarang mari kembali pada grafik EUR/USD untuk melihat di mana kita bisa
menempatkan stop tepat di bawah R1. Jika yakin harga akan terus bergerak
ke atas, kita terus berada di posisi kita dan menggerakkan stop secara
berlanjut. Kita mesti terus mengamati grafik dengan teliti dan terus
menempatkan stop sesuai dengan pergerakan harga. Kita akan mempelajari
Sementara itu, jika kita menggunakan metode atau indikator lainnya, faktor
Pertama-tama, kita tidak akan pernah tahu apakah pergerakan harga akan
berlanjut atau tidak. Bisa saja kita berpikir harga akan terus naik, tapi yang
tertangkap adalah puncak (top) atau bagian bawah (bottom) dari pergerakan
harga, yang artinya kita telah tertipu.
Kedua, kita tidak pernah bisa yakin jika yang terjadi adalah breakout yang
sebenarnya, atau pergerakan liar yang terjadi akibat rilis berita penting.
Lonjakan pada gerakan volatil adalah peristiwa umum yang selalu terjadi
setiap kali berita dirilis, jadi pastikan untuk terus memperhatikan berita dan
waspada pada apa yang akan terjadi pada hari atau minggu ini
menurut kalender forex.
Terakhir, tak jauh berbeda dengan trading range, adalah keputusan yang bijak
untuk melompat pada level kunci support dan resistance yang lain. Kita
Tujuan dari pelajaran ini adalah agar kita paham dan bisa membaca
garis pada lapangan sepak bola. Bergantung pada sisi mana bola, yang
dalam kasus Forex berarti harga, berada, kita bisa mengetahui siapa yang
saat ini memiliki kekuasaan. Apakah buyer atau seller?
Jika harga bergerak ke atas dan menembus level pivot poin, ini adalah isyarat
bila harga mengalami bullish dan kita harus segera memasang order buy atas
mata uang. Bayangkan saja kita sedang kelaparan dan ada tawaran makan
Berikut adalah grafik yang menjadi contoh apa yang terjadi jika harga tetap
berada di atas level pivot poin.
Pada contoh di atas kita melihat pair EUR/USD sempat terpecah dan dibuka
kembali di atas level pivot poin. Harga kemudian bergerak naik dan terus
melambung ke atas hingga menembus level resistance.
Sekarang bayangkan jika harga justru anjlok dan menembus level pivot poin
ke bawah, maka kau harus segera menjual pair seperti batu bara panas yang
bisa melubangi kantung uang kita. Keberadaan harga di bawah level pivot
poin akan memberi sinyal sentimen bearish dan seller memiliki kekuasaan
atas sesi trading pada saat itu.
Pada grafik di atas kita bisa melihat harga sedang menguji ketahanan level
pivot poin, yang bertahan sebagai level resistance. Hal berikutnya yang kita
tahu harga melanjutkan penurunan dan terus merosot. Jika kita mampu
apa yang terjadi di lapangan forex tidak sama seperti seperti dalam contoh
kasus. Kadang ketika kita mengira trader sedang berada di posisi bearish
atas pair, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Pair malah berbalik dan
membumbung ke atas!
Pada contoh berikutnya jika kita melihat harga anjlok, menembus level pivot
poin, dan terjual, maka kita akan menjadi pecundang besar yang
menyedihkan. Pada sesi perdagangan Eropa EUR/USD berbalik dan
melonjak lebih tinggi sebelum kemudian menembus pivot poin. Bukan hanya
itu, pair tersebut akhirnya bertahan di atas level pivot poin, menunjukkan
bagaimana buyer membubarkan diri.
Sekarang kita tahu bahwa ternyata trader adalah sekumpulan manusia labil.
Pandangan seorang trader atas sebuah mata uang bisa berubah-ubah dari
hari ke hari, bahkan dari sesi ke sesi. Inilah sebabnya kita tidak bisa begitu
saja pasang order buy ketika harga berada di atas pivot poin atau menjual
Akan tetapi bila kita menggunakan indikator pivot poin untuk sistem trading
sederhana seperti demikian, ada baiknya jika kita mengombinasikannya
keseluruhan.
Metode Lain Perhitungan Pivot Poin
Tan g g a l : F e b 2 0 1 4 Share This
poin, tetapi kita wajib tahu bahwa ada beberapa cara lainnya untuk
menghitung pivot poin. Pada pelajaran kali ini kita akan membicarakan
tentang metode-metode tersebut sekaligus formula perhitungannya.
C: Closing Price
H: High
L: Low
Pada formula di atas kita bisa memerhatikan perhitungan pivot poin sangatlah
berbeda dari metode standar. Selain itu, agar perhitungan sesuai dengan
level support dan resistance, kita mesti menggunakan perbedaan antara level
tinggi dengan level rendah pada sehari sebelumnya, atau yang dikenal
sebagai range.
Berikut adalah contoh perhitungan pivot poin Woodie yang diaplikasikan pada
pair EUR/USD. Pivot poin Woodie, level support, dan level resistance adalah
garis yang solid, sedangkan garis berbentuk titik-titik mewakili level yang
dihitung dari metode standar.
Karena memiliki formula yang berbeda level yang didapatkan dari perhitungan
kita mesti memerhatikan kedua level tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya
Formula:
R4 = C + ((H-L) x 1.5000)
R3 = C + ((H-L) x 1.2500)
R2 = C + ((H-L) x 1.1666)
R1 = C + ((H-L) x 1.0833)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = C - ((H-L) x 1.0833)
S2 = C - ((H-L) x 1.1666)
S3 C - ((H-L) x 1.2500)
S4 = C - ((H-L) x 1.5000)
C: Closing Price
H: High
L: Low
menghitung delapan level utama (empat level support dan empat level
resistance). Selain itu, setiap level tersebut harus dikalikan dengan m ultiplier-
nya (kelipatannya).
Konsep utama dari pivot poin Camarilla adalah perhitungan ini berdasarkan
gagasan bahwa harga memiliki kecenderungan natural untuk kembali ke rata-
rata, atau dalam hal ini, harga penutupan di hari sebelumnya. Pernah
mendengar hal ini?
Gagasan utama dari formula Camarilla adalah kita harus membeli atau
menjual saat harga mencapai level support atau resistance ketiga. Akan tetapi
juka harga melesat dan menembus level S4 atau R4, ini berarti tren intraday
penutupan sebagai kebalikan dari pivot poin. Karena fakta ini, ada
kemungkinan level resistance berada di bawah pivot poin atau level support
berada di atasnya.
Formula:
R3 = PP + ((High - Low) x 1.000)
R2 = PP + ((High - Low) x .618)
R1 = PP + ((High - Low) x .382)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = PP - ((High - Low) x .382)
S2 = PP - ((High - Low) x .618)
S3 = PP - ((High - Low) x 1.000)
C: Closing Price
H: High
L: Low
Level pivot poin Fibonacci ditentukan dengan menghitung pivot poin seperti
pada metode standar. Berikutnya kalikan range pada hari sebelumnya dengan
level Fibonacci yang sesuai. Kebanyakan trader menggunakan retracement
38.2%, 61.8%, dan 100%. Terakhir, tambah atau kurangi yang didapatkan
terhadap pivot poin dan...hoopla! Kita sudah mendapatkan level pivot poin
Fibonacci.
dengan metode Fibonacci (garis solid) berbeda dengan level yang dihitung
dengan metode standard (garis dalam bentuk titik).
pivot poin.
tersebut, Fibonacci dan pivot poin dapat menjadi indikator andalan kita.
Metode Terbaik Seperti semua variasi indikator lainnya yang telah kita
pelajari sejauh ini, tidak ada metode yang terbaik. Semuanya tergantung pada
bagaimana kita mengombinasikan pengetahuan pivot poin dengan tool
sendiri, kita bisa mencoba masing-masing metode dan melihat mana yang
poin, tetapi kita wajib tahu bahwa ada beberapa cara lainnya untuk
menghitung pivot poin. Pada pelajaran kali ini kita akan membicarakan
Formula:
R2 = PP + High - Low
R1 = (2 X PP) - Low
PP = (H + L + 2C) / 4
S1 = (2 X PP) - High
S2 = PP - High + Low
C: Closing Price
H: High
L: Low
Pada formula di atas kita bisa memerhatikan perhitungan pivot poin sangatlah
berbeda dari metode standar. Selain itu, agar perhitungan sesuai dengan
level support dan resistance, kita mesti menggunakan perbedaan antara level
tinggi dengan level rendah pada sehari sebelumnya, atau yang dikenal
sebagai range.
Berikut adalah contoh perhitungan pivot poin Woodie yang diaplikasikan pada
pair EUR/USD. Pivot poin Woodie, level support, dan level resistance adalah
garis yang solid, sedangkan garis berbentuk titik-titik mewakili level yang
kita mesti memerhatikan kedua level tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya
Formula:
R4 = C + ((H-L) x 1.5000)
R3 = C + ((H-L) x 1.2500)
R2 = C + ((H-L) x 1.1666)
R1 = C + ((H-L) x 1.0833)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = C - ((H-L) x 1.0833)
S2 = C - ((H-L) x 1.1666)
S3 C - ((H-L) x 1.2500)
S4 = C - ((H-L) x 1.5000)
C: Closing Price
H: High
L: Low
menghitung delapan level utama (empat level support dan empat level
resistance). Selain itu, setiap level tersebut harus dikalikan dengan m ultiplier-
nya (kelipatannya).
Konsep utama dari pivot poin Camarilla adalah perhitungan ini berdasarkan
gagasan bahwa harga memiliki kecenderungan natural untuk kembali ke rata-
rata, atau dalam hal ini, harga penutupan di hari sebelumnya. Pernah
mendengar hal ini?
Gagasan utama dari formula Camarilla adalah kita harus membeli atau
menjual saat harga mencapai level support atau resistance ketiga. Akan tetapi
juka harga melesat dan menembus level S4 atau R4, ini berarti tren intraday
penutupan sebagai kebalikan dari pivot poin. Karena fakta ini, ada
kemungkinan level resistance berada di bawah pivot poin atau level support
berada di atasnya.
Formula:
R3 = PP + ((High - Low) x 1.000)
R2 = PP + ((High - Low) x .618)
R1 = PP + ((High - Low) x .382)
PP = (H + L + C) / 3
S1 = PP - ((High - Low) x .382)
S2 = PP - ((High - Low) x .618)
S3 = PP - ((High - Low) x 1.000)
C: Closing Price
H: High
L: Low
Level pivot poin Fibonacci ditentukan dengan menghitung pivot poin seperti
pada metode standar. Berikutnya kalikan range pada hari sebelumnya dengan
level Fibonacci yang sesuai. Kebanyakan trader menggunakan retracement
38.2%, 61.8%, dan 100%. Terakhir, tambah atau kurangi yang didapatkan
terhadap pivot poin dan...hoopla! Kita sudah mendapatkan level pivot poin
Fibonacci.
dengan metode Fibonacci (garis solid) berbeda dengan level yang dihitung
dengan metode standard (garis dalam bentuk titik).
pivot poin.
tersebut, Fibonacci dan pivot poin dapat menjadi indikator andalan kita.
Metode Terbaik Seperti semua variasi indikator lainnya yang telah kita
pelajari sejauh ini, tidak ada metode yang terbaik. Semuanya tergantung pada
bagaimana kita mengombinasikan pengetahuan pivot poin dengan tool
sendiri, kita bisa mencoba masing-masing metode dan melihat mana yang