Anda di halaman 1dari 1

Blog Siti Rogayah

!"#$%$&'("%)$*$'+#,-'!./$0

Promo 11.11 Terbaik


Menantimu
Sociolla

1,%" '2' 30*$&"-,45"/ '2' 6"0-.7.4$0'!7$#$'8$0


9"7057':0$#5/5/';$&$

Pengukuran Skala dan


Teknik Analisis Data

PENGUKURAN SKALA DAN TEKNIK ANALISIS


DATA

A. Prosedur Pengukuran

Pengukuran merupakan aturan-aturan pemberian angka


untuk berbagai objek sedemikian rupa sehingga angka ini
mewakili kualitas atribut[1]. Didalam melaksanaan riset
tidak jauh berbeda dengan proses dalam pemecahan
masalah. Proses ini menerapkan metode pemecahan
masalah yang diajukan oleh John Dewey berdasarkan
tulisan dalam bukunya yang berjudul How We Think
yang diterbitkan tahun 1910. Langkah-langkah
pemecahan masalah itu sebagai berikut:

1. Merasakan adanya kesulitan atau masalah yang


perlu dilakukan pemecahan, dan keadaan kesulitan atau
masalah adalah:

a. Tidak ada alat untuk menyelesaikan.

b. Mengalami kesulitan dalam mengenali karakteristik


persoalan yang menjadi objek untuk dipecahkan.

c. Tidak dapat menjelaskan suatu kejadian yang muncul


secara tidak terduga.

2. Meletakkan dan membatasi kesulitan. Untuk ini,


dilakukan observasi dalam upaya mengumpulkan fakta
yang memungkinkan ditentukannya atau didefenisikan
masalah secara tepat.

3. Mengajukan usulan pemecahan masalah atau


mengajukan hipotesis. Dari hasil pengkajian masalah dan
observasi untuk menentukan masalah secara tepat
diajukan usulan pemecahan masalah yang memungkinkan
( hipotesis). Hipotesis merupakan pernyataan yang
didasarkan pada suatu perkiraan untuk menjelaskan fakta
tentang penyebab kesulitan yang dihadapi.

4. Mengajukan alasan-alasan dan akibat-akibat dari


hipotesis yang dirumuskan secara deduktif, yakni jika
hipotesis itu benar maka akan muncul sesuati akibat
tertentu.

5. Menguji hipotesis dengan tindakan. Setiap hipotesis


diuji dengan cara mencari bukti yang dapat memverifikasi
atau menolak kebenaran hipotesis itu, serta akibat yang
akan terjadi dari pengujian tersebut[2]

+$*$'<.-$'='
+$*$'<.-$'='<5#)$)'>0/&$0'30&.7'65?5'9"%)"%
<5#)$)'>0/&$0'30&.7'65?5'9"%)"%

Pelaksanaan pengukuran itu membentuk suatu kebenaran


yang terjadi pada data. Pengumpulan data merupakan
salah satu kegiatan penting dalam penelitian, karena
kebenaran hasil penelitian sangat ditentukan oleh proses
pengumpulan datanya. Sebagian dari kegiatan
pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara mengukur
variabel penelitian. Mengukur berarti menetapkan
dimensi atau taraf sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk
bilangan.[3]

Sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu harus


merumuskan konsep dan variabel penelitiannya. Dalam
penelitian, yang diukur adalah variabel-variabel dan hasil
pengukuran yang menunjukkan realitas. Secara garis
besar, prosedur pengukuran terdiri dari beberapa langkah
sebagai berikut:

1. Menentukan Dimensi Variabel Penelitian

Menentukan dimensi variabel penelitian dapat diartikan


sebagai upaya memperinci atau menguraikan suatu
variabel sehingga dapat dirumuskan indikator-
indikatornya. Pada langkah pertama ini yang perlu
dilakukan adalah:

a. Penentuan variabel

b. Penentuan variabel menjadi sub variabel

c. Penentuan sub variabel menjadi indikator

d. Penentuan indikator menjadi deskriptor

2. Merumuskan Ukuran Masing-Masing Dimensi

Pada tahap pertama, setelah dirumuskan indikator-


indikator dari masing-masing dimensi atau sub variabel,
dirumuskan ukuran dari masing-masing dimensi. Ukuran
dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan indikator-indikator dari masing-masing dimensi
variabel penelitian[4].

Ada tiga tahapan dalam proses pengukuran yaitu


konseptualisasi, penentuan variabel dan indikator, dan
operasional. Konseptualisasi merupakan proses
pemberian definisi teoritis atau definisi konseptual pada
sebuah konsep. Definisi konseptual merupakan suatu
definisi dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada
ide-ide lain atau konsep lain yang bisa saja abstrak untuk
menjelaskan konsep pertama tersebut. Konseptualisasi
juga dikatakan sebagai proses yang digunakan untuk
menunjukkan secara tepat tentang apa yang kita
maksudkan bila kita menggunakan suatu istilah tertentu.
Dalam penelitian kuantitatif sebenarnya kita sudah
melakukan konseptualisasi pada bagian tinjauan
kepustakaan.

Sementara itu operasionalisasi merupakan tahapan


terakhir dalam proses pengukuran. Ini merupakan
penggambaran prosedur untuk memasukkan unit-unit ke
dalam kategori. Definisi operasional merupakan
gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk
memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategori-kategori
tertentu dari tiap-tiap variabel.[5]

Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang


dikembangkan dalam instrumen, maka dikenal berbagai
bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran
bidang pendidikan. Alat ukur untuk menilai penampilan
(karya tari) digunanakan instrumen nontes yang umum
digunakan yaitu participation charts, chek list, rating scale
dan attitude scale[6]

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan


pengukuran dengan tujuan menghasilkan daata kuantitatif
yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai
skala. Bermacam-macam skala pengukuran akan
dijelakan dihalaman berikut.

A. Macam-macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang


digunakan sebagai norma untuk menentukan panjang
pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran,
maka nilai variabel yang diukurdengan instrumen tertentu
dapat dinyatakan dalam bentuk angka , sehingga akan
lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Berbagai skala yang dapat digunakan dalam penelitianan


Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah:

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat,


dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel peneliti.

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur


dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataaan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala


Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat setuju a. Selalu

b. Setuju b. Sering

c. Ragu-ragu c. Kadang-kadang

d. Ttidak setuju d. Tidak pernah

e. Sangat tidak setuju

a. Sangat positif a. Sangat baik

b. Positif b. Baik

c. Negatif c. Tidak baik

d. Sangat negatif d. Sangat tidak baik

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu


dapat diberi skor, misalnya:[7]

1. Setuju/selalu/sangat positif diberi


skor 5

2. Setuju/sering/positif diberi
skor 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi
skor 3

4. Tiak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi


skor 2

5. Sanga tidak setuju/tidak pernah diberi


skor 1

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert


dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan
ganda.

a. Contoh Bentuk Checklist:

Berilah jawaban pertanyaan berikut sesuai dengan


pendapat anda, dengan cara memberi tanda checklist
padakolom yang tersedia.

No

Pertanyaan

Jawaban

SS

ST

RG

TS

STS

1.

2.

Prosedur kerja yang baru ini akan segera ditetapkan


diperusahaan anda.

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban


yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”, “benar-Salah, “Pernah-
Tidak pernah”, “Positif-Negatif” dan lain-lain. Data yang
diperoleh dapat berupadata interval atau rasio dua
alternatif. Jadi, kalau pada skala likert terdapat 3, 4, 5, 6,
7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai”sangat tidak
setuju” atau “tidak setuju”. Maka padadalam skala
Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “
tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang
tegasterhadap suatupermasalahan yang ditanyakan.

Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan


ganda juga dapt dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban
dapt dibuat skor tertinggi dan terendah.

3. Semantic Defferensial

Skala penelitian yang berbentuk semantic defferensial


digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilah ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam garis
koetinum yang jawaban”sangat positifnya” terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif”
terletak dibagian kiri garis. Data yang diperoleh adalah
data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk
mengukur sikp/karakteristik tertentu yang dipercayai
seseorang.

4. Ratting Scale

Dari ketiga skala yang ada pengukuran seperti yang telah


dikemukakan, data yang diperoleh semuanya data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan
Ratting Scale data mentah yang telah diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
[8]

Yang terpenting bagi penyusun instrumen dengan skala


rating scale adalah harus dapat menggantikan setiap
angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap
item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angak 2,
tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama
maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban
dengan angka 2.

Contoh:

Seberapa baik data ruang kerja yang ada diperusahaan A?

Berilah jawaban dengan angka:

4.bila tata ruang itu sangat baik.

3.bila tata ruang itu cukup baik.

2.bila tata ruang itukurang baik.

1.bila tata ruang itu sangat tidak baik.

Jawaban dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia


sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.[9]

No.item

Pertanyaan tentang tata ruang kantor

Interval jawaban

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjai pendek.

Pencahayaan alam tiap ruangan.

Pencahayan buatan tiap ruangan sesuai dengan


kebutuhan.

Warna lantai sehingga tidak menimbulkan pantulan


cahaya yang dapat mengganggu pegawai.

Sirkulasi udara tiap ruangan.

Keserasian warna alat-alat kantor, perabot dengan


ruangan.

Penempatan lemari arsip.

Penempatan ruangan pimpinan.

Meningkatkan keakraban sesama pegawai. kebersihan


ruangan.

B. Teknik Penyusunan Skala

Teknik penyusunan skala yang paling mudah dan banyak


digunakan adalah skala Likert. Teknik Skala Likert
memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif
jawaban yang berjumlah lima kategori, yaitu: a. Sangat
setuju, b. Setuju , c. Ragu-ragu, d. Sangat tidak setuju.
Atau dengan: a. Selalu , b. Sering , c. Kadang-kadang, d.
Tidak pernah.

a. Skala Pengukuran

Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan


untuk mengkuantifikasi informasi yang diberikan oleh
konsumen jika mereka diharuskan menjawab pertanyaan
yang telah dirumuskan dalam suatu kuesioner. Ada empat
skala pengukuran, yaitu skala nominal, ordinal, interval,
dan rasio.

1. Skala Nominal

Skala pengukuran nominal digunakan untuk


mengklasifikasi objek, individual, atau kelompok.
Sebagai contoh, mengklasifikasi jenis kelamin, agama,
pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal
ini digunakan angka-angka sebagai simbol atau label.
Contohnya, kita mengklasifikasi variabel jenis kelamin
menjadi sebagai berikut : laki-laki kita beri simbol angka
1 dan wanita angka 0. Kita tidak dapat melakukan operasi
aritmetika dengan angka ini karena angka-angka tersebut
hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya
karakteristik tertentu. Contoh lain dalam aplikasi dalam
riset pemasaran, sebagai berikut.[10]

a. Apakah saudara setuju dengan memasarkan beras


impor di pasaran bebas saat ini ?

Jawab : a. Setuju b. Tidak setuju

b. Apakah saudara setuju dengan kenaikan tarif tol ?

Jawab : a. Ya b. Tidak

Jawaban “ya” diberi nilai 1 dan “tidak” nilai 2

2. Skala Ordinal

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang


jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh
objek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini
mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan
sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan
informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang
lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan
dan kelebihannya.

Contoh : Jawaban pertanyaan berupa peringkat, misalnya


sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat
setuju dapat diberi simbol angka 1, 2, 3, 4, dan 5. Angka-
angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak
mengekspresikan jumlah. Biasanya jawaban kuesioner
menggunakan skala Likert yang digunakan untuk
mengukur sikap, misalnya untuk menyatakan setuju atau
tidak setuju terhadap suatu pertanyaan atau pernyataan.
Bentuk jawabannya sebagai berikut :

a. Sangat tidak setuju

b. Tidak setuju

c. Netral

d. Setuju

e. Setuju sekali[11]

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai layanan


penjualan tiket pesawat terbang Garuda ?

Jawab : a. Sangat lambat b. Lambat c. Cepat d. Sangat


cepat. Untuk jawaban “sangat lambat” diberi nilai 1,
“lambat” diberi nilai 2, “cepat” nilai 3, dan “sangat cepat”
diberi nilai 4.

3. Skala Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang


dimiliki oleh skala nominal da ordinal dengan ditambah
karakteristik lain, yaitu berupa interval yang tetap.
Dengan demikian, peneliti dapat melihat besarnya
perbedaan karakteristik antara satu individu atau objek
dan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar
merupakan angka yang digunakan untuk melakukan
operasi aritmetika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan.
Untuk melakukan analisis, skala pengukuran ini
menggunakan statistik parametrik.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam


pertanyaan :

Berapa kali anda membeli produk sampo Pantene dalam


satu bulan ?

Jawaban : a. 1 kali, b. 3 kali, dan c. 5 kali. Maka angka-


angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan
menggunakan interval 2.

Berapa persen kenaikan harga bahan pokok makanan


sehari-hari ?

Jawaban : a. 5% b. 10% c. 15% d. 20%

Jawaban berupa penilian skala antara 1-10

Nilailah layanan kami dengan menggunakan skala


sebagai berikut :

Kurang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 baik

4. Skala Rasio

Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik


yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal, dan interval
dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol)
empiris absolut. Nilai absolut nol ini terjadi pada saat
suatu karakteristik yang sedang diukur tidak ada.
Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan
antara suatu individu atau objek tertentu dan lainnya.

Contoh aplikasi dalam riset pemasaran :

Harga kopi kapal api satu kilo Rp 15.000,- harga kopi


luwak satu kilo Rp 75.000,- maka harga kopi kapal api
dibandingkan dengan harga kopi luwak sama dengan 1
dibanding 5. Tarif kereta api naik sebesar 10% sedang
tarif pesawat udara naik sebsear 20%. Pengunjung
berbelanja di supermarket dua kali dalam satu bulan,
sedang di pasar tradisional mereka berbelanja 14 kali
dalam satu bulan.[12]

C. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif disebut juga dengan data keras diperoleh


melalui riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Bentuk data keras adalah bilangan atau angka-angka, baik
diperoleh dari jumlah suatu penggabungan agah pun
pengukuran. Data kuantitatif yang diperoleh dari jumlah
suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah.
Contoh data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus,
angka-angka hasil tabulasi terhadap jawaban terhadap
kueioner atau wawancara terstruktur. Selain itu, data
bermuatan kuantitatif hasil pengukiran adalah skor-skor
yang diperoleh melalui pengukuran seperti angka hasil
mengukur atau menimbang, skor skala rating dan skor
jenis-jenis skala lainnya. Dan skor tes.[13]

Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti


(tentunya dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data), langkah selanjutnya yang dapat
dilakukan oleh peneliti adalah bagaimana menganalisis
data yang telah diperoleh. Langkah ini diperlukan karena
tujuan dari analisis data adalah untuk menyusun dan
menginterpretasikan data (kuantitatif) yang sudah
diperoleh.

A. Langkah-langkah Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan


data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya
yang bertugas mengolah data. Di dalam buku-buku lain
sering disebut pengolahan data. Ada yang menyebut data
preparation, ada pula data analysis.

Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi


tiga langkah yaitu :

1. Persiapan

2. Tabulasi

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan


penelitian

B. Persiapan

Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :

1. Mengecek nama dan kelengkapan identitas


pengisi. Apalagi, instrumennya anonim, perlu sekali dicek
sejauh mana atau identitas apa saja yang sangat
diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut.

2. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa


isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula
kelengkapan lembaran instrumen barangkali ada yang
terlepas atau sobek).

Apabila ternyata ada kekurangan isi atau halaman, maka

Anda mungkin juga menyukai