Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“MAZHAB DAN PERKEMBANGANNYA”

Di Susun Oleh :
Dwijatami Nurtahnia Aufannida

MADRASAH ALIYAH NEGERI


TOLITOLI

TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul“MAZHAB DAN
PERKEMBANGANNYA”.Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Fiqih.
Selain itu, penyusunan Makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca
tentang Mazhab dan Perkembangannya.
Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak selaku Guru Fiqih.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan Saya berkaitan dengan topik
yang diberikan. Saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
banyak kesalahan. Oleh karena itu Saya memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Saya juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.

Tolitoli,11 November 2021

Dwijatami Nurtahnia Aufannida


DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

1.1 Pengertian Madzhab.............................................................................3


1.2 Latar Belakang Munculnya Madzhab...................................................4
1.3 Periode Pertumbuhan (Abad Ke 0-1 H)................................................4
1.4 Periode Pembentukan (Abad Ke 2-3 H)...............................................8
1.5 Periode Keemasan (Abad Ke 3-9 H)....................................................13
1.6 Periode Kemunduran (Abad Ke 10-13 H)............................................13
1.7 Periode Kebangkitan (Abad Ke 14-Sekarang).....................................13

BAB III PENUTUP..........................................................................................14

1.1 Kesimpulan...........................................................................................14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melaksanakan perintah agama, umat Islam tentu harus berlandaskan
pada aturan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ada begitu banyak ibadah, dan tata
caranya, yang mendasari lahirnya ilmu fiqih, yaitu ilmu tentang hukum dan tata
cara melakukan ibadah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hukum
mengatur halal dan haram, sunat dan makruh, tata cara sholat, cara bersuci dan
sebagainya. Dalam agama Islam terutama dalam hal fiqih mengenal adanya
Mazhab. Mazhab yaitu sesuatu yang menjadi pendapat imam atau ahli agama
tentang hukum suatu perkara baik dalam urusan agama, masalah ibadah ataupun
permasalahan lainnya. Ada banyak Mazhab dalam perkembangannya, namun ada
empat Mazhab yang paling masyhur, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan
Hambali. Mayoritas umat Islam Indonesia menganut Mazhab Syafi'i, hal tersebut
tidak lepas dari peran penyebar Islam pertama kali ke Indonesia yang juga
menganut Mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi’i memiliki pengaruh besar dalam tradisi
hukum Islam di Indonesia.

Mazhab Syafi'i didirikan oleh Imam Syafi’i. Nama Syafi’i dinisbatkan


kepada kakeknya yang ketiga, yaitu Syafi’i bin As-Saaib, yang kemudian dikenal di
masyarakat dengan nama Imam Syafi’i. Imam Syafi’i memiliki nama lengkap
Muhammad bin Idris As-Syafi'i. Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Gaza,
Palestina., Ibunya bernama Fathimah Al-Azdiyyah berasal dari suku Azdiyah dan
Ayahnya bernama Idris bin Al-'Abbas berasal dari suku Qurasyi dan keturunan
Muthalib. Imam Syafi’i dikenal sebagai Ulama yang cerdas. Kecerdasan Imam
Syafi’i terlihat sejak kecil. Imam Syafi’i sanggup menghafal Al-Quran ketika masih
diusia tujuh tahun, serta sanggup menghafal kitab Al-Muwatta’ karya Imam Malik
pada usia sepuluh tahun.

1.2 Rumusan Masalah


Dari identifikasi masalah yang sudah diuraikan, dihasilkan rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana merancang media informasi perjalanan hidup Imam Syafi’i
hingga menjadi ulama besar, yang dapat menginspirasi melalui
perjuangannya dalam mencari ilmu?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Membuat media informasi mengenai perjalanan hidup Imam Syafi’i pada
periode awal pendidikannya.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Masyarakat
 Menambah wawasan pada masyarakat tentang tokoh Imam Syafi’i,
sehingga menjadi inspirasi dan teladan dalam kehidupan sehari-hari.
 Meningkatkan minat masyarakat untuk lebih mengenal ulama
terdahulu.
2. Bagi Perancang
 Dapat mengetahui tentang proses perancangan informasi berupa
multimedia interaktif serta media pendukungnya dengan benar.
3. Bagi Keilmuan DKV
 Memperkaya referensi tentang media informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan dalam perancangan berikutnya.

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Madzhab
Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫ ) مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy
(kata sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar
kata fiil madhy “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi.[3] Jadi, mazhab itu secara
bahasa artinya, “tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).Sedangkan menurut istilah
ada beberapa rumusan:
1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid
yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci
serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat
tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang
hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-
kaidah istinbathnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
mujtahid dalam memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini
bisa disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup;
1) Sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid;
2) Ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum-


hukum syariat (fiqh), yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum
Islam dari dalil-dalilnya yang rinci harus dipahami bahwa mazhab itu
sesungguhnya juga mencakup ushul fiqh yang menjadi metode penggalian (thariqah
al-istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita
mengatakan mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fiqh dan ushul fiqh menurut Imam
Syafi’i.
1.2 Latar Belakang Munculnya Madzhab
Lahirnya berbagai aliran atau madzhab dalam ilmu fiqih dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor antara lain disebabkan oleh :
1. Perbedaan Pemahaman (Pengertian) Tentang Lafadz Nash
2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan ( ta’rudl al-adillah)
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh.

1.3 Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)


1) Madzhab Pada Masa Rasulullah
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman
Rosulullah SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad
(pendapat) para sahabat dalam memahami agama, karena pada zaman itu sumber
hukum islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika para sahabat
terjadi perselisihan dan berijtihad masing-masing; maka mereka langsung
melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.

Pertama :

ُ‫الة‬TT‫ت الص‬
ِ ‫ر‬TT‫ فحض‬،‫ا ٌء‬TT‫ا م‬TT‫ وليس معهم‬،‫فر‬TT‫رج رجال ِن في س‬TT‫ خ‬:‫عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه قال‬
‫ ثم‬،‫ر‬TT‫د اآلخ‬TT‫ ولم يُ ِع‬،‫وء‬T‫ فأعاد أحدُهما الصالة والوض‬،‫ ثم وجدا الماء في الوقت‬،‫ فصلَّيا‬،‫صعيدًا طيِّبًا‬
َ ‫فتي َّمما‬
،))‫التك‬TT‫ك ص‬TT‫ وأجزأَ ْت‬،‫ ((أصبت السُّنة‬:‫ فقال للذي لم ي ُِعد‬،‫أتيا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فذكرا ذلك له‬
‫َّتين))؛ رواه أبو داود والنسائي‬
ِ ‫ ((لك األج ُر مر‬:‫وقال لآلخر‬
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Ada 2 Sahabat dalam perjalanan, ketika
waktu sholat tiba dan tidak menemukan air, maka beliau berdua melakukan
Tayammum. Keduanya pun shalat. Setelah itu mereka menemukan air saat
waktu shalat belum habis.” “Satu dari mereka mengulang shalat dengan
berwudhu’. Sahabat yang lain tidak mengulang shalatnya (cukup dengan
Tayammum tadi)” Setelah mereka datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam dan bercerita kejadian itu maka Nabi bersabda kepada Sahabat yang
shalat 1 kali saja: “Kamu sudah sesuai Sunnah. Cukup shalatmu itu”. Dan
kepada Sahabat yang shalat 2x (dengan Tayammum dan Wudhu’) Nabi
bersabda: “Kamu dapat 2 pahala”.

Kedua : Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

) ‫صلِّيَ َّن أَ َح ٌد ْال َعصْ َر إِاَّل فِي بَنِي قُ َر ْيظَةَ ( رواه البخاري‬
َ ُ‫ال ي‬

“Janganlah ada satupun yang shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani


Quraizhah”

Ketika mereka mendapati waktu shalat yang disebutkan oleh Rasûlullâh


Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut di tengah jalan, sebagian dari mereka
mengatakan, “Kita tidak shalat sampai kita tiba di perkampungan Bani
Quraizhah.” Sementara yang lain bersikukuh tetap melakukan shalat ‘Ashar
pada waktunya, karena mereka memandang bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak bermaksud menyuruh para shahabat Radhiyallahu anhum
menunda shalat ‘Ashar sampai lewat waktunya. Kemudian dua sikap yang
berbeda dalam menyikapi sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini
dilaporkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mencela salah salah satunya.
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para sahabat
dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rosul akan
kasus tersebut, sehingga Rosulullah SAW langsung memutuskan kasus tersebut
apakah salah satu yang benar atau keduanya benar.

Madzhab secara sistematis belum terbentuk, hanya berbentuk pendapat-pendapat


para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian disampaikan kepada
Rosulullah.

2) Madzhab Pada Masa Sahabat


Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring dengan
meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para Sahabat
menemukan sebuah masalah, akan tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para
sahabat masing-masing memiliki pendapatnya. Misalnya pendapat Aisyah ra,
pendapat Ibn Mas’ud ra, pendapat Ibn Umar. Masing-masing memiliki kaidah
tersendiri dalam memahami nash Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga
terkadang pendapat Ibn Umar tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud
atau Ibn Abbas. Tapi semua itu tetap tidak bisa disalahkan karena masing-
masing sudah melakukan ijtihad.

Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu tindakan, sebagian


sahabat menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah), sedangkan sebagian
yang lain menyimpulkannya sebagai tindakan mubah (biasa). Contohnya, para
sahabat melihat Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam melakukan lari-lari kecil saat
thawaf. Oleh karena itu, mayoritas mereka berpendapat hal tersebut adalah
sunnah dalam tawaf. Sedangkan Ibnu Abbas, mengintepretasikan tindakan
beliau sebagai kebetulan karena ada motivasi yang muncul.
Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang
menyaksikannya. Sebagian sahabat berpendapat bahwa beliau mengerjakan
ibadah haji secara tamattu’, sementara sebagian sahabat yang lain
menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran. Sebagian sahabat lain
menyangka beliau mengerjakan ibadah haji secara ifrad.
3) Madzhab Pada Masa Tabiin
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh
orang yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad,
Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk
juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada Al-
Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim An-Nakha’i guru al-Imam Abu Hanifah. Sedangkan
di kota Bashrah ada al-Hasan Al-Bashri dan Imam Sufyan as sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula
Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn
Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by,
Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani.
Dalam kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di kalangan
Tabiin berbeda pendapat :
a) Imam Sufyan as Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak ada
iddah bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk menjaga nasab,
sedangkan Pezina tidak menjaga nasab.
b) Imam Hasan basri, Ibrahim An Nakho’i dan sebagian tabiin lainnya
berpendapat bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya, karena
iddah itu karena Istibro’ (membersihkan Rahim) .
1.4 Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H )
1. Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai
nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. lahir di
Irak pada tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani
Umayyah Abdul Malik bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah
yang berarti suci dan lurus, karena sejak kecil beliau dikenal dengan
kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak mulia, serta menjauhi perbuatan-
perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya dinamakan Mazhab Hanafi.
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : (Hammad bin Abu
Sulaiman Al-Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’ bin Abi
Rabah (W. : (114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W104 H/ 723 M)
maula serta pewaris ilmu Abdullah bin Abbas, Nafi’ (W. : [117 H/ 735 M])
maula dan pewaris ilmu Abdullah bin Umar serta yang lain-lain. Beliau juga
pernah belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait” seperti missal : Zaid bin Ali Zainal
‘Abidin (79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir ([57-114 H/ 676-732 M]),
Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta Abdullah bin Al-
Hasan. Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti missal :
Anas bin Malik (10 SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/
704 M]) di kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di
kota Madinah serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110
H/729 M) di kota Makkah.
Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-
Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya itu,
pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam,
bahkan menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.
2. Madzhab Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al
Munawwaroh. sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat
perbedaaan riwayat. al-Yafii dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan
bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H. ibn Khalikan dan yang lain
berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H. sedangkan. imam al-
Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun kitab Al
Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun,
selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.
Imam Malik menerima hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan
Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia meriwayatkan hadits bersumber dari
Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik bin Abdullah, az Zuhry, Abi
az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil, muridnya yang paling akhir
adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada
yang lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya
seperti al Auza’i, Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij
dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu
Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi Ishaq.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri,
Na’imul Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir,
Abdullah bin Dinar, dan lain-lain. Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak,
Al Qoththon, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin
Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir,
Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah,
Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Aubairi, dan lain-lain.
3. Mazhab Imam Syafii
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-
syafi’i. Ia wafat pada 767 masehi 158 H. Selamahidup Beliau pernah tinggal di
Baghdad, Madinah, dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah
konvergensi atau pertemuan antara rasionalis dan tradisionalis. Imam Syafi`i
mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi’i. Yang pertama namanya
Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin
Khalid Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih
berusia 15 tahun. Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah
dan hidayah-Nya, dia mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh
dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim ini belajar fiqih dari para
Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang
waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia juga belajar dari
Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama
Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-
Mulaiki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang
lainnya. Dia pun semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa
tahun saja duduk di berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana
tersebut di atas.
Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia
mengaji kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9
malam. Imam Syafi’i meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin
Iyadl dan pamannya, Muhamad bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau
yang paling terkenal antara lain adalah Imam ahmad bin hanbal.
4. Mazhab Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
asy-Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di
Baghdad, Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat
peradaban dunia dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul
untuk belajar ataupun mengajarkan ilmu. Dengan lingkungan keluarga yang
memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban
dunia, tentu saja menjadikan Imam Ahmad memiliki lingkungan yang sangat
kondusif dan kesempatan yang besar untuk menjadi seorang yang besar pula.
Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin
Abbad Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim
bin Dinar As-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah,
Sufyan bin `Uyainah, Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.
Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal Abdullah bin
Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin Ishaq.
5. Mazhab lainnya
Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2 sampai
dengan 3 hijriyyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu sirin, Madzhab
Zhohiriyyah yang di pelopori Imam Daud az zhohiri, Madzhab As ya’bi,
Mazhab Imam an-Nakho’i; akan tetapi madzhab-madzhab tersebut tidak begitu
berkembang seiring berjalannya zaman dari masa ke masa.
Contoh :
1) Para ulama berbeda pendapat tentang wanita hamil atau wanita menyusui
apakah wajib puasa atau tidak ? Jika tidak wajib, apakah mengqodho
puasanya atau membayar fidyah.
a) Imam Syafii berpendapat bahwa Wanita Hamil dan Menyusui boleh
tidak berpuasa akan tetapi keduanya wajib membayar qodho dan
membayar fidyah
b) Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Wanita hamil dan Menyusui
boleh tidak berpuasa, akan tetapi keduanya hanya wajib membayar
qodho saja
c) Imam Malik berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh tdak
berpuasa, akan tetapi keduanya hanya membayar fidyah
d) Imam Ahmad berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh
tidak berpuasa, akan tetapi wanita hamil wajib mengqodho puasa
sedangkan wanita menyusui wajib membayar Fidyah
e) Sebagian ulama lain seperti Imam Daud dari kalangan mazhab
zhohiriyyah berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui wajib
berpuasa.Para ulama berbeda pendapat karena tidak ada Nash yang
shorih yang menjelaskan hal tersebut, sehingga mereka mengqiyaskan
dengan orang yang sakit atau orang yang tidak mampu sama sekali
berpuasa.
1.5 Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H )
Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke
madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An
Nawawi, Imam a-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan
lain-lain. Dari Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani,
Imam al Maruzi dan lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim,
Ibnu taimiyyah, Ibnu Rojab dan lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam
Ibnu Qosim, Imam Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.
Mengenai perbedaan pendapat di kalangan ulama abad ke 3 -9 telah banyak
kitab yang membahasnya, masing masing menguatkan prndapat Imam mazhabnya,
walau tak jarang ada sebagian ulama yang berbeda dengan imam mazhabnya.

1.6 Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )


Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor penjajahan di
dunia islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat itu di bawah
kepemimpinan daulah usmaniyyah pada periode akhir

1.7 Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )


Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai dengan
munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti Syekh Wahbah
Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi,
Syekh Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih mengukuti dan selaras dengan
metodologi para Imam madzhab yang empat, adapula yang mulai berusaha keluar
dari metodologi para ulama terdahulu karena pertimbangan zaman.
BAB III PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
1. Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum
Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah
(qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling
terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
2. Latar belakang timbulnya madzhab karena Perbedaan Pemahaman (Pengertian)
Tentang Lafadz Nash, Perbedaan Dalam Masalah Hadits serta Perbedaan dalam
Pemahaman dan Penggunaan Qaidah Lughawiyah Nash dan lain-lain
3. Periode perkembangan Madzhab :
a) Periode Pertumbuhan ( abad ke 0 – 1 H )
b) Periode Pembentukan ( abad ke 1-2 H )
c) Periode Keemasan ( abad ke 3-9 H
d) Periode Kemunduran ( abad ke 10-13 H )
e) Periode kebangkitan ( abad ke 14 – sekarang )
4. Dalam sunah al jamaah terdapat 4 Mazhab yang diikuti yaitu Hanafi, Maliki,
Syafi’i,Hanbali. khusus di Indonesia mengikuti Mazhab Syafi’i, keempat
Mazhab hanya berkaitan dengan Fikih Islam.

Anda mungkin juga menyukai