Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MERANGKUM

“PERBANDINGAN ADMINISTRASI NEGARA”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Administrasi
Negara
Dosen pengampu:  Dr. Agus Supriyadi, S.Pd, M.Si.

Disusun Oleh :

Siti Anastasya Nandini (119090062)

2 AN G
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan yang
meliputi: catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda, dan
sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan.
Administrasi dalam arti luas adalah seluruh proses kerja sama antara dua orang atau lebih
dalam mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana prasarana tertentu secara berdaya guna
dan berhasil guna

Administrasi Negara adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan aparatur


negara/pemerintah untuk mencapai tujuan negara secara efisien. Administrasi negara
merupakan suatu bahasaan ilmu sosial yang mempelajari tiga elemen penting kehidupan
bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif serta hal-hal yang
berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, tujuan negara dan etika yang
mengatur penyelenggara negara. Terdapat hubungan interaktif antara administrasi negara
dengan lingkungan sosialnya, diantara berbagai unsur lingkungan sosial, unsur budaya
merupakan unsur yang paling banyak mempengaruhi penampilan (performance) administrasi
negara.

Pengertian dan Ruang Lingkup Perbandingan AN


Perbandingan AN adl ilmu yg baru bila dibandingkan dg Ilmu Perbandingan Politik yg
merupakan ilmu yg ditemukan asalnya pd zaman Aristoteles. Pd masa awalnya, sebelum
permulaan abad ke-20 studi AN perbandingan itu terjalin di dlm studi Pemerintahan.
Kemudian setelah PD II dg pernyataan Robert E. Dahl (1947) ilmu ini mulai mendptkan
perhatian dan awal kelahiran Ilmu AN Perbandingan.
Konferensi Princeton (1952) membahas lebih lanjut masalah riset dan metode
pengajaran yg sistematik dari AN Perbandingan tsb. Setelah diselenggarakan konferensi tsb
th 1952, perhatian thd ANP semakin meningkat terbukti semakin banyaknya karya tulis dlm
bidang tsb dipelopori William J. Siffin (1957), dan sejak 1957 itulah hingga kini Ilmu
Perbandingan AN terus mengalami perkembangannya. Istilah Perbandingan dlm Ilmu AN
Perbandingan, terkandung pengertian mengajarkan serta menarik segi persamaan dan/atau
perbedaan dr gejala/fenomena/sasaran.
Sedang Adm dlm pengertian yg lazim khususnya ttg AN dan Ilmu Politik umumnya,
dimaksudkan sbg salah satu gejala kehidupan dlm masy yaitu sekelompok manusia/warga
negara beraktivitas utk mewujudkan tujuan ttt. Dlm hub dg kata perbandingan timbul
berbagai penafsiran , apa sebenarnya yg diperbandingkan tsb.

Pengertian dan Ruang Lingkup Perbandingan AP/AN


Dlm studi PAN terkandung aspek yg relevan, yakni AN?AN dg pengertian umum ttg
bgmn lembaga Negara tumbuh dan hidup dlm negara menjalankan fungsinya. AN bukan
merup bidang studi yg memiliki pengertian serta sifat umum dan berdiri sendiri, ttp merup
bidang studi yg tdk diterapkan dlm negara dg multidisipliner. Atau AN pd hakekatnya
merupakan salah satu aspek dr adm yg menekankan pembahasannya pd bidang
kenegaraan/publik.

Unsur-unsur Adm yg merupakan induk AN:


1. Proses penyelenggaraan;
2. Kerja sama yg dilakukan oleh lebih dari satu orang;
3. Pencapaian tujuan yg telah ditetapkan
4.
Unsur-unsur AN:
1. Proses penyelenggaraan dlm bidang ttt, yaitu negara;
2. Kerja sama antarberbagai lembaga negara yg tdp dlm negara sbg institusi;
3. Pencapaian tujuan negara, merup cita-cita dr seluruh warga negara ybs.

Jadi pengertian AN mengandung pengertian kolektif meliputi segenap proses


penyelenggaraan negara sbg org yg terdiri dr lembaga-lembaga beserta fungsi masing-
masing yg tumbuh dan hidup dlm negara dan semuanya diarahkan mencapai tujuan negara.
Setiap negara tdk menggunakan cara yg sama, juga yg menjadi tuntutan/cita-cita dari
warga negara, hal ini didasarkan kpd kebutuhan masing-masing negara sbg konsekuensi
logis adanya perbedaan kebutuhan tsb. Dg demikian terdapat perbedaan pula dlm
pengaturan adm masing-masing negara. Baik dlm mempersiapkan alat pelengkap sbg sarana
pencapaian tujuan.
Adanya perbedaan tsb yg menjadikan ruang lingkup yg menonjol dr disiplin cabang
ilmu penget perbandingan AN krn ruang lingkup pembahasannya tdk terlepas dari sistem
AN dgn berbagai hal berkenaan pemikiran, masalah serta segala institusi yg tdpt di dlmnya.
Adanya kecenderungan perbandingan tsb ditafsirkan:
1. Dr segi kronologisnya, yaitu ttg 2 sistem AN/lebih dlm negara/lingk
kebudayaan yg sama pd periode/dimensi waktu berbeda. Misal AN Ind pd zaman Hindia
Belanda dg zaman RI, zaman Jepang dg zaman RI;
2. Perbandingan adm dpt ditafsirkan sbg perbandingan institusional. Misal sistem
adm sipil dan militer di Ind.
3. Perbandingan silang kebudayaan, yaitu dibandingkan system AN Thailand dg
AN Ind; AN AS dg sistemAN Thailand dll

Timbul pertanyaan, apa sebenarnya tujuan mengembangkan Perbandingan Adm Publik ?


Tujuan bersifat praktis merup tujuan sekunder, dan yang bersifat teoritis merup tujuan
primer (utama). Kedua tujuan tsb saling menopang. Menurut Nimrod Raphaeli, setiap studi
yg bersifat komparatif/studi perbandingan selalu menghadapi masalah tujuan dan
metodologi.
Wiiliam J. Siffin mengemukakan bhw Studi APP perlu menjadi perhatian khusus dlm
masalah metodologi dan masalah data.

Perkembangan Perbandingan AN
Utk mengembangkan Ilmu Perbandingan AN (kebutuhan praktis), studi ini
dikembangkan terutama setelah PDII utk developing countries. Negara-negara Eropa dlm
PBB meluaskan bantuan teknisnya (ekonomis dan adm) ke negara sedang berkembang.
Bantuan bidang AN al dlm bentuk mengadakan latihan yg diselenggarakan PBB/negara
maju dg mengirimkan tenaga ahli ke negara berkembang. Berupa pengalaman praktis di
negara mrk masing-masing dr teori Adm yg tumbuh di Eropa. Dlm pelaks bantuan tsb
ternyata tdk dpt memberikan hasil yg sama pd penerapannya dinegara yg memiliki kondisi
yg beda.
Exs, penerapan asas-asas adm tradisional oleh Luthor Gullick berupa Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Budgeting, dan Reporting dpt berlaku dg
baik di Eropa, AS, belum tentu berfungsi baik di negara berkembang, shg perlu studi
perbandingan. Faktor apa yg mempengaruhi berfungsinya sistem Amn tsb ? Juga
pertumbuhan asas-asas, dalil, teori dlm ilmu lain misal Sosiologi, Ekonomi dll mendorong
perkembangan Ilmu AN  Perbandingan.

Perkembangan AN Perbandingan
Sebelum awal abad ke 20, AN belum memiliki identitas krn masih terjalin dlm Studi
Pemerintahan dg Structural Institutional Approach bersifat legalitas, formalitas dan statis,
yaitu mempelajari lembaga institusional yg ditetapkan scr formal sesuai ketentuan di bidang
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. AN erat terkait dg bidang eksekutif. Th 1947 AN
Perbandingan dikembangkan, namun masih menjadi bagian Ilmu Perbandingan
Pemerintahan yg terikat dg pendekatan struktural institusional, di samping individualistik
(lingk neg ttt) shg menghambat perkembangan ilmu AN Perbandingan.
Namun studi Sistem AN negara ttt sudah dpt memberikan manfaat, walaupun masih
sbg titik awal perkembangannya. Cara ini belum memberikan hasil guna memperkuat
kedudukan Ilmu AN Perbandingan dg azas universal/ilmu utuh/bersifat umum. Sistem AN
suatu negara ttt adl terikat pd prinsip-prinsip Culture Bound (terikat pd lingk kebudayaan
negara ttt) yg menunjukkan sifatnya yg masih indifidualistis.  Sondang P. Siagian dlm
bukunya Filsafat Adm, bhw th 1886 adl th lahirnya Scientific Management dipelopori
FrederickWinslow Taylor, kelahiran ini adl sbg mile pole (lahirnya ilmu Adm) dan anr th
1886-1950 adl tahap survival.
Roscoe C. Martin dlm karangannya Leonard D. White “Introduction the study of Public
Administration” menunjukkan sejak 1920 AN berkembang menjadi studi yg sangat luas.
Bintoro Tjokroamidjojo dlm buku standar pertama dlm AN ditulis th 1926 dan 1927.
Menurut pengamatan William Anderson dan John M. Gaus dlm buku Research in Public
Administration, sampai akhir th 1945 AN masih merupakan studi yg bersifat Amerika
(cultural bound), jadi studi AN masih bersifat negara barat.
Kesimp, selama 60 th (sejak 1886-1945) AN belum mencapai tk perkembangan yg dpt
menentukan persyaratan yg dituntut oleh disiplin ilmu.

Menurut Bert F. Hoslits, proses pertumbuhan dan perkembangan


ilmu meliputi:
1. Adanya kelompok masalah dan adanya kesadaran para cendekiawan ttg
kelompok masalah tsb yg selanjutnya berusaha menelitinya;
2. Dg mengumpulkan data, selanjutnya dirumuskan generalisasi ruang
lingkupnya shg dpt menjelaskan ciri umum dr kelompok masalah tsb.
Generalisasi adl proses penalaran yg bertolak dr sejumlah fenomena/gejala individual
utk menurunkan suatu informal bersifat umum mencakup semua fenomena tsb. Ilmu terkait
dg penalaran, yaitu bgmn dpt merumuskan pendapat yg benar sbg hasil dari suatu proses
berfikir utk merangkaikan fakta-fakta menuju kesimpulan yg dpt diterima akal sehat.
Penalaran bukan saja dpt dilakukan dg menggunakan fakta polos, ttp dpt dilakukan
dgmenggunakan fakta yg telah dirumuskan dlm kalimat berbentuk pendapat /kesimpulan.
Kalimat semacam ini dlm hub dg proses berfikir tadi disebut proporsional.
Proposisi adl pernyataan yg dpt dibuktikan kebenarannya atau ditolak krn kesalahan yg
terkandung di dlmnya, proposisi selalu berbentuk kalimat. Ttp tdk semua kalimat adl
proposisi, ttp hanya kalimat deklaratif, krn kalimat ini dpt disangkal dan dibuktikan
kebenarannya. Utk membuktikan kebenaran yg terkandung dlm kesip, mk kesimp hrs dicari
dan diuji fakta yg dijadikan landasan utk menyusun kesimp tsb. Fakta adl apa yg dijadikan
landasan utk menyusun kesimp.
Fakta adl apa saja yg ada, baik perbuatan yg dilakukan maupun peristiwa yg terjadi atau
sesuatu yg ada di alam ini. Oleh sebab itu setiap ucapan yg bersifat faktual/sesuatu
pernyataan yg didasarkan fakta hrs selalu dpt dibuktikan sbg sesuatu yg benar atau mustahil.
Mendapatkan pengakuan institusional ttg ilmu yg baru itu. Dlm buku yg berjudul Tahu
dan Pengtahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, Poedjowijadna memberikan ciri tsb sbb:
1. Objektivitas;
2. Memiliki metode, dlm penelitian thd ilmu tsb;
3. Bersifat universal (tdk terikat dg ruang dan waktu);
4. Sistematik
Th 1947 dg pernyataan Robert E. Hahl, dinyatakan sbg th lahirnya AN Perbandingan.
Dr th itu merupakan titiuk mula usaha utk membuka mata pikiran dan memantapkan
keyakinan ttg perlunya studi AN Perbandingan.. Th 1952 usaha pengembangan studi tsb
berlanjut dg diselenggarakannya konferensi Princeton sbg usaha utk mendudukkan AN
Perbandingan sbg suatu disiplin ilmu. Dg karya tulis William J. Siffin Th 1957, usaha
pengembangan studi ini semakin meluas, terbukti dg makin meningkatnya karya tulis ttg
karya ini. Selanjutnya dilakukan klasifikasi sesuai kebutuhannya guna mantabnya identitas
ilmu ini yg dipelopori FredW. Riggs dan Ferrel Heady.

Tujuan dan Masalah Perbandingan AN


Tujuan dan masalah AN dilatarbelakangi oleh kebutuhan yg mendorong lahirnya studi
AN
Perbandingan, yaitu:
1. Kebutuhan praktis yaitu program-program bantuan teknis dari negara yg
sedang berkembang dpt mencapai hasilnya;
2. Kebutuhan teoritis, yaitu mendudukkan studi AN Perbandingan sbg disiplin
ilmu.
Dlm hal ini studi AN Perbandingan dlm mencapai tujuannya menghadapi masalah
yaitu:
1. Tujuan (apa perlunya diadakan studi AN Perbandingan);
2. Metodologi (apa yg hendak diperbandingkan);
3. Data (apa yg diperlukan atau dikumpulkan)
Masalah yg paling membutuhkan pemikiran adl masalah metodologi, krn merupakan
masalah inti dr studi AN Perbandingan. Dg metodologi akan ditentukan data apa yg
diperlukan, tujuan apa yg dikehendaki, teori-teori apa yg dipergunakan. Oleh krn itu,
metodologi yg digunakan hrs bersifat analisis ilmiah sebagaimana dikemukakan Nimrod
Raphaeli.  Scientific method of analysis adl sbb:
1. Memusatkan perhatian kpd hubungan/korelasi;
2. Mempergunakan konsep-konsep yg abstrak (menyamaratakan meliputi dan
mencakup);
3. Mengembangkan definisi-definisi operasional ;
Hal pokok dlm metode ilmiah adl :
1. Menggunakan teknik-teknik pokok;
2. Pernyataan yg tepat mengenai hubungan gejala/ fenomena dlm kondisi ttt.

Hubungan Administrasi Negara dengan Perbandingan Sistem Politik


Selama berabad-abad utk memahami dan menjelaskan perbedaan prosedur serta
bekerjanya berbagai macam system politik, para teoritisi telah membandingkan:
1. negara dg negara monarki atau oligarki dengan demokrasi;
2. pemerintahan konstitusional dg tirani;
3. demokrasi kapitalis borjuis dg kediktatoran proletariat;
4. rezim tradisional dg rezim modern.
Ahli ilmu politik berusaha menemukan kondisi-kondisi ajeg yg ada dlm masing-masing
negara yg menjadi objek risetnya utk menjelaskan faktor yg menyebabkan perbedaan. Dlm
membandingkan lembaga dan proses itu biasanya dilalui tahap ttt:
1. Merupakan kegiatan deskriptif, yaitu ahli ilmu politik dlm tahap ini
mengarahkan perhatiannya pd keseluruhan sistem politik atau bagian sistem itu, yaitu badan
legislatif, birokrasi, sistem kepartaian dan lembaga politik lain yg ada di berbagai negara
dan berbagai kurun waktu.
2. Dg telah didapatkannya banyak kasus, selanjutnya melangkah ketahap kedua,
yaitu memilih temuan dg mengklasifikasikan fenomena yg ditemukan itu berdasarkan tipe
dg mengelompokkannya.
Dlm hal sistem politik, sistem diartikan sbg konsep ekologis yg menunjukkan adanya
suatu org, yg berinteraksi dg lingkungan, yg mempengaruhinya maupun dipengaruhi.
Sistem politik merup org melalui mana masy merumuskan dan berusaha mencapai tujuan yg
disepakati bersama.  Krn SPAN tdk terlepas dari jalinan hubungan dg ilmu politik juga dg
ilmu sejarah mk bgmn hub atr ilmu pol dg ilmu sejarah, baru kemudian hub SPAN dg ilmu
pol terutama perbandingan pol.
Juga diuraikan studi PAN, yakni struktur birokrasi krn struktur birokrasi dg struktur
berkaitan dan dg adanya variasi dari suatu sistem ke sistem yg mengangkat masalah adanya
perbedaan fungsional. Sedang birokrasi merupakan sebuah model org normative yg
menekankan struktur dlm org.

Hubungan Studi Perbandingan AN (SPAN) dg Ilmu Politik


(Comparative Politik)
Masalah yg sering dihadapi studi perbandingan termasuk Ilmu PAN (Gunnar Heckser),
adl:
1. Validitas evidence (hasil riset empirik);
2. Perlunya penyusunan hipotesis;
3. Dan masalah lainnya menyangkut aspek ilmu yg dihadapi.
Comparative politics dan SPAN mencurahkan perhatiannya pada:
1. Teori;
2. Penyusunan konsep (conceptualization);
3. Metodologi, shg dipahami permasalahan yg dihadapi .

Keterkaitan antara PAN dg Perbandingan Ilmu Politik, ditelusuri melalui relevansinya


Ilmu Sejarah. Bgmn hub Ilmu Sejarah bagi Perbandingan Politik digambarkan oleh D.A
Rustow, bhw setiap model politik adl suatu model yg dinamik. Shg, akan tampak interaksi
dan kekuatan politik tdk hanya terlihat yg ada pd waktu itu saja, ttp juga diketahui evolusi
kekuatan politik tsb dr waktu kewaktu.
Keterkaitan Ilmu Sejarah dg AN, orang kemudian melakukan pendekatan melalui
matriks historik, krn adanya kecenderungan memainkan peranan dlm menerapkan prinsip
adm, misal dlm POSDCORB dan prinsip hierarki di negara sedang berkembang, spt hub
antara Costa Ricca dan Thailand. Hal lain adanya penerapan dimensi history cultural
terhadap masalah adm baik teori maupun praktik (laporan Sutton). Sistem birokrasi dlm
tinjauan historik telah memberikan temuan yg berguna bagi kepentingan SPAN (hasil Riset
S.N Eisenstadt).
Mnt Robert T. Halt batas antara sistem politik dan system Adm adl batas antara sistem
makro dan sistem mikro. Atau sistem politik adl sistem makronya dan sistem adm adl
sistem mikronya.
Dgn demikian berdasar konsep sistem dari F. Riggs, system politik dipandang lebih
luas dan melingkupi sistem adm.  Sementara jika diperbandingkan seberapa pengaruh
system politik thd sistem adm adl lebih besar pengaruhnya drpd sistem ekonomi yg
berlanjut pada sistem sosial. Shg model yg ada pada perbandingan politik sangat
mempengaruhi perkembangan studi PAN. Alfred diamant serta Nimrod Rahaeli bhw antara
studi politik dan AN sama-sama memperhatikan sistem politik, sistem adm scr individual
dan struktur dan cara operasinya.

Kesimpulan:
Hubungan ilmu politik dg ilmu sejarah, semula ilmu politik tumbuh di dalam tubuh
ilmu sejarah, kemudian meninggalkan induknya untuk mencari kejelasan di dalam studinya.
Relevansi ilmu sejarah dan perbandingan adm thd perbandingan politik, dr ilmu sejarah
dipelajari caranya mendekati evidence, dr ilmu adm, mempelajari caranya menentukan
ruang lingkup studi. Penjelasan historik dari suatu sistem sosial tdk bertentangan dg
penjelasan khusus hukum psikologis sosial dan mekanisme sosial.

Pusat Perhatian PAN


Struktur birokrasi merupakan pusat perhatian PAN, krn struktur berkaitan dg adanya
variasi dari suatu sistem ke sistem yg menyangkut masalah adanya perbedaan fungsional. Di
samping itu, birokrasi merupakan sebuah model  organisasi normatif yang menekankan
struktur dlm org dan juga unsur. Birokrasi masih banyak ditemukan dlm org perusahaan,
sekolah, pemerintah maupun org besar lainnya yg banyak menggunakan konsep teori
birokrasi.
Struktur/institusi birokrasi dipergunakan sbg subjek analisis PAN krn sbg struktur
politik yg scr khusus akan memberikan dasar utk mengatasinya dibandingkan dg pemilihan
satu atau beberapa kategori fungsi.  Struktur/institusi birokrasi sbg pusat perhatian PAN,
tujuannya adl utk membandingkan AN thd politik sbg bagian dari keseluruhan sistem
politik. Penekanan diletakkan pd struktur, krn struktur tsb mungkin bervariasi dr suatu
sistem ke sistem lain, spt struktur dlm sistem yg berlainan mungkin mempunyai perbedaan
fungsional yg nyata meskipun tak terlihat.
Richard Hill mengambil 6 dimensi birokrasi utk hal-hal yg bersifat khusus. Dimensi
nya adl:
1. Hierarki kekuasaan yg jelas definisinya;
2. Pembagian pekerjaan didasarkan pada spesialisasi fungsi;
3. Sistem pengaturan yg meliputi hak-hak dan pekerjaan anggotanya;
4. Sistem yg menghasilkan sistem prosedur utk penelitian
5. Impersonalitas hubungan interpersonal;
6. Pemilihan pekerjaan dan promosi yg didasarkan pada persaingan teknis.

Metodologi Perbandingan
Dalam PAN metodologi merupakan pokok perhatian krd terkait data yg
dikumpulkan.Hasil perbandingan diharapkan dpt diketemukan perbedaan/persamaan, hal-
hal khusus/unik yg dpt dirumuskan dg proses generalisasi serta universal.
Hasil rumusan adl utk kepentingan penyusunan teori dan pemanfaatan dlm praktik,
serta utk kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan. Sejak zaman Yunani Kuno,
metodologi perbandingan sebenarnya sudah dikenal sbg metode perbandingan di antara
negara kota(city state).
Dlm perkembangan, studi perbandingan sangat dipengaruhi oleh oleh perkembangan
Ilmu
Perbandingan Sistem Politik yg lebih dulu berkembang. Hanya saja pd saat
timbulnya kebutuhan akan studi perbandingan dalam AN, studi perbandingan dlm ilmu
politik telah mencapai tahap terasa adanya kebutuhan utk menciptakan metode yg baru.
Metode perbandingan yg lama disebut metode tradisional, yg dianggap sudah tdk
memadai lagi.

Kelemahan metode tradisional (Dwight Waldo) sbb:


1. That is was culture bound (terbatas pd suatu lingk ttt).Perbandingan Ilmu
Politik saat itu dilakukan pd orang-orang negara barat (Eropa Kontinen, Amerika& negara
yg sudah mendapat pengaruh langsung dari kebudayaan negara tsb, misal beberapa negara
British Commonwealth. Sedang di luar negara tsb misal negara-negara Asia, Amerika Latin
(dg penduduk 75% dr  penduduk dunia) belum terjangkau oleh studi perbandingan ini. Hasil
perbandingan dari sistem politik yg demikian, belum mampu memberikan asas yg universal.
2. That is was legalistic and formalistic (metode tradisional hanya memberikan
perhatian kpd lembaga politik dlm keadaan statis dan mengabaikan hubungan lembaga-
lembaga tsb dg kondisi sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan yg dominan).
3. That is was preponderantly descriptive rather problem solving,
explanatory or analytic (metode perband tradisional hanya menggambarkan saja, tdk
mengandung usaha pemecahan masalah, tdk menganalisis dan tdk menjelaskan, shg
masalah studi tsb tdk memberikan  penjelasan).
4. That is failed to probe for enough to discover functional euivalence
(penelitian tradisional belum cukup mendalam, shg tdk mampu menemukan equivalence
fungsionalnya dlm membandingkan sistem politik yg lama. Misal suatu institusi
dimungkinkan mempunyai nama yg sama, ttp berbeda fungsinya atau mungkin sebaliknya,
namanya berbeda, ttp fungsinya sama.
5. That is was not genuinely comparative (cara yg ditempuh adl melakukan
penelitian sistem demi sistem, mk seebenarnya blm membandingkan krn blm ditemukan
konsepsi/teknik yg dpt dipakai dlm usaha membandingkan, guna menemukan dan
menempatkan apa yg sama dan tdk sama).
Kelemahan lain metode membandingkan dlm Ilmu Politik saat itu adl masih
digunakannya cara mengurai sesuatu dg cara monografis, yaitu terbatas hanya
menggambarkan suatu sistem adm negara scr mendalam tanpa berusaha menarik dalil-dalil
umum darinya.
Ruang lingkup masih bercorak parochial, yaitu masih terbatas hanya pd suatu
daerah ttt, khususnya negara barat. Metode perbandingan dlm Ilmu Adm Negara spt
sekarang, baru lahir sesudah PD III.
Metode ini berkembang lambat sekali, krn objek dari Ilmu Perbandingan Adm Neg
pd waktu itu adl neg barat yg masing-masing memiliki kebudayaan, cara hidup, agama dan
segi kehidupan lainnya yg prinsipnya ada kesamaan.
Andaikata ada dua hal/lebih diperbandingkan, sedangkan sifat atau kondisi dari dua
hal itu/lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yg sama mk pengaruhnya dpt dianggap tdk ada,
shg yg diperbandingkan hanyalah dua hal itu saja. Dlm hal ini melihat yg diperbandingkan,
yakni melihat dr sisi Adm Negaranya, mk kemanfaatan yg diperoleh tdk besar.
Setelah PD II (negara barat dan PBB dlm studi memberikan bantuan yg bersifat teknis
kpd Negara berkembang tdk berhasil, mk pandangan perbandingan yg bercorak silang
budaya atau kebudayaan mulai berkembang. Kemudian berkembang studi/penelitian dlm
Ilmu Perband AN, terutama dlm usaha utk menemukan dan menentukan metode yg baru.
Metode tsb cenderung memandang AN sbg satu sistem dlm keseluruhan sistem
sosial yg saling
mempengaruhi dg sistem lainnya spt kebudayaan, ekonomi dan sistem komunikasi. Shg
sistem AN bukan sesuatu yg dipandang berdiri sendiri. Fred. W. Riggs mengemukakan,
perkembangan baru metode perbandingan sbg pergeseran kearah pola baru, yg meliputi:
1. Pergeseran dr pendekatan normativ menuju empiris.
2. Pergeseran dr pendekatan ideografis ke homothetic.
3. Pergeseran dr pendekatan nonekologis ke ekologis.

Pengertian dan Ruang Lingkup Perbandingan Administrasi Negara Dalam studi


Perbandingan Administrasi Negara terkandung aspek yang relevan, yakni Administrasi
Negara? Administrasi Negara dengan pengertian umum tentang bagaimana lembaga Negara
tumbuh dan hidup dalam negara menjalankan fungsinya. Administrasi Negara bukan
merupakan bidang studi yang memiliki pengertian serta sifat umum dan berdiri sendiri,
tetapi merupakan bidang studi yg tidak diterapkan dalam negara dengan multidisipliner.
Atau Administrasi Negara pada hakekatnya merupakan salah satu aspek dari Administrasi
yg menekankan pembahasannya pada bidang kenegaraan atau publik.
Unsur-unsur Administrasi yg merupakan induk Administrasi Negara: Proses
penyelenggaraan Kerja sama yang dilakukan oleh lebih dari satu orang Pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur Administrasi Negara: Proses penyelenggaraan dalam bidang tertentu, yaitu
negara Kerja sama antarberbagai lembaga negara yang terdapat dalam negara sebagai
institusi Pencapaian tujuan negara, merupakan cita-cita dari seluruh warga negara .
Jadi pengertian Administrasi Negara mengandung pengertian kolektif meliputi segenap
proses penyelenggaraan negara sebagai orang yang terdiri dari lembaga-lembaga beserta
fungsi masing-masing yang tumbuh dan hidup dalam negara dan semuanya diarahkan
mencapai tujuan negara. Setiap negara tidak menggunakan cara yang sama, juga yang
menjadi tuntutan/cita-cita dari warga negara, hal ini didasarkan kepada kebutuhan masing-
masing negara sebagai konsekuensi logis adanya perbedaan kebutuhan tersebut.
Dengan demikian terdapat perbedaan pula dalam pengaturan Administrasi Negara di
masing-masing Negara. Baik dalam mempersiapkan alat pelengkap sebagai sarana
pencapaian tujuan.

Perkembangan Perbandingan Administrasi Negara


Untuk mengembangkan Ilmu Perbandingan Administrasi Negara (kebutuhan praktis),
studi ini dikembangkan terutama setelah PDII untuk developing countries. Negara-negara
Eropa dalam PBB meluaskan bantuan teknisnya (ekonomis dan administrasi) ke negara
sedang berkembang. Bantuan bidang Administrasi Negara dalam bentuk mengadakan
latihan yang diselenggarakan PBB/negara maju dengan mengirimkan tenaga ahli ke negara
berkembang. Berupa pengalaman praktis di negara mereka masing-masing dari teori
Administrasi yg tumbuh di Eropa. Sebelum awal abad ke 20, Administrasi Negara belum
memiliki identitas karen masih terjalin dalam Studi Pemerintahan dengan Struktural
Institutional Approach bersifat legalitas, formalitas dan statis, yaitu mempelajari lembaga
institusional yang ditetapkan secara formal sesuai ketentuan di bidang legislatif, eksekutif,
dan yudikatif. Administrasi Negara erat terkait denan bidang eksekutif.
Tahun 1947 Administrasi Negara Perbandingan dikembangkan, namun masih
menjadi bagian Ilmu Perbandingan Pemerintahan yang terikat dengan pendekatan struktural
institusional, di samping individualistik sebagai menghambat perkembangan ilmu
Administrasi Negara Perbandingan. Namun studi Sistem Administrasi Negara sudah dapat
memberikan manfaat, walaupun masih sebagai titik awal perkembangannya. Cara ini belum
memberikan hasil guna memperkuat kedudukan Ilmu Administrasi Negara Perbandingan
dengan azas universal atau bersifat umum. Sistem Administrasi Negara suatu negara adalah
terikat pada prinsip-prinsip Culture Bound (terikat pada lingkungan kebudayaan negara
tersebut) yang menunjukkan sifatnya yang masih indifidualistis.
Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi, bahwa tahun 1886 adalah
tahun lahirnya Scientific Management dipelopori FrederickWinslow Taylor, kelahiran ini
adalah sebagai mile pole (lahirnya ilmu Administrasi) dan antara tahun 1886-1950 adalah
tahap survival.

Tujuan dan Masalah Perbandingan Administrasi Negara


Tujuan dan masalah Administrasi Negara dilatarbelakangi oleh kebutuhan yang
mendorong lahirnya studi Perbandingan Administrasi Negara, yaitu: Kebutuhan praktis
yaitu program-program bantuan teknis dari negara yang sedang berkembang dapat
mencapai hasilnya; Kebutuhan teoritis, yaitu mendudukkan studi Administrasi Negara
Perbandingan sebagai disiplin ilmu. Dalam hal ini studi Administrasi Negara Perbandingan
dalam mencapai tujuannya menghadapi masalah yaitu: Tujuan (apa perlunya diadakan studi
Perbandingan Administrasi Negara) Metodologi (apa yang hendak diperbandingkan) Data
(apa yang diperlukan atau dikumpulkan) Masalah yang paling membutuhkan pemikiran
adalah masalah metodologi, karena merupakan masalah inti dari studi Administrasi Negara
Perbandingan. Dengan metodologi akan ditentukan data apa yang diperlukan, tujuan apa
yang dikehendaki, teori-teori apa yang dipergunakan. Oleh karena itu, metodologi yang
digunakan harus bersifat analisis ilmiah sebagaimana dikemukakan Nimrod Raphaeli.
Scientific method of analysis adalah sbb: Memusatkan perhatian kepada hubungan/korelasi
Mempergunakan konsep-konsep yang abstrak (menyamaratakan meliputi dan mencakup)
Mengembangkan definisi-definisi operasional.

Hubungan Administrasi Negara dengan Perbandingan Sistem


Politik
Selama berabad-abad untuk memahami dan menjelaskan perbedaan prosedur serta
bekerjanya berbagai macam system politik, para teoritisi telah membandingkan: negara
dengan negara monarki atau oligarki dengan demokrasi pemerintahan konstitusional dengan
tirani demokrasi kapitalis borjuis dengan kediktatoran proletariat rezim tradisional dengan
rezim modern. Ahli ilmu politik berusaha menemukan kondisi-kondisi yang ada dalam
masing-masing negara yang menjadi objek risetnya untuk menjelaskan faktor yg
menyebabkan perbedaan. Dalam membandingkan lembaga dan proses itu biasanya dilalui
tahap tertentu: Merupakan kegiatan deskriptif, yaitu ahli ilmu politik dalam tahap ini
mengarahkan perhatiannya pada keseluruhan sistem politik atau bagian sistem itu, yaitu
badan legislatif, birokrasi, sistem kepartaian dan lembaga politik lain yg ada di berbagai
negara dan berbagai kurun waktu. Dengan telah didapatkannya banyak kasus, selanjutnya
melangkah ketahap kedua, yaitu memilih temuan dengan mengklasifikasikan fenomena
yang ditemukan itu berdasarkan tipe dengan mengelompokkannya.
Kesimpulan Perbandingan administrasi Negara yang merupakan pengembangan
studi dalam administrasi Negara pada awal pertumbuhannya dihadapkan pada tiga
pertanyaan/masalah, yaitu untuk apa dilakukan perbandingan, apa yang dicari dalam
perbandingan dan bagaimana membandingkan. Tujuan dan sasaran dari perbandingan
administrasi Negara merupakan permasalahan pertama yang harus diselesaikan yaitu untuk
apa studi perbandingan dilakukan. Tujuan dan sasaran dari studi perbandingan dalam
administrasi Negara adalah untuk memenuhi kebutuhan teoritik yang ada dalam
administrasi Negara dalam rangka memajukan dan mengembangkan bidang ilmunya untuk
memenuhi kebutuhan praktik yang sangat dibutuhkan oleh para praktisi administasi
Negara , serta untuk dapat mempelajari birokrasi dari negara lain sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan acuan/pembanding dalam rangka memperbaiki dan
menyempurnakan birokrasi. 3.2 Saran Menurut pendapat saya Indonesia harus
memperhatikan dan meneliti Ilmu Perbandingan Administrasi Negara dari berbagai segi ,
agar Administrasi Negara Indonesia bisa lebih baik dari sekarang

Sejarah dan Perkembangan Perbandingan Administrasi Negara


Perbandingan Administrasi Negara atau Publik adalah disiplin ilmu yang baru, masih
muda jika dibandingkan dengan Ilmu Perbandingan Politik yang  merupakan ilmu yang
ditemukan asalnya pada zaman Aristoteles. Pada masa awalnya, sebelum permulaan abad
XX Studi Perbandingan Administrasi Negara (SPAN) itu terjalin di dalam studi ilmu
Pemerintahan. Kemudian pasca PD II pernyataan Robert A. Dahl dalam bukunya "The
science of public administration: Three problems." Public administration review 7 (1)
(p: 1--11) menyatakan bahwa studi Perbandingan Administrasi Negara (Publik) mulai
menarik perhatian sejak awal kelahiran Perbandingan Administrasi Negara.
Konferensi Princeton (1952) adalah yang membahas lebih mendalam masalah
penelitian atau riset dengan metode pembelajaran yang sistematik dari Comparative Public
Administration (perbandingan administrasi negara). Setelah diselenggarakan konferensi
pada 1952 tersebut, perhatian terhadap SPAN semakin meningkat secara signifikan, terbukti
semakin banyaknya karya tulis dalam Perbandingan Administrasi Negara yang dipelopori
William J. Siffin (1957), dan sejak 1957 itulah hingga kini Ilmu Perbandingan Administrasi
Negara terus mengalami perkembangannya.

Istilah Perbandingan dalam Ilmu Administrasi Negara Perbandingan, terkandung


pengertian mengajarkan serta menarik segi persamaan dan atau perbedaan dari gejala atau
fenomenon atau sasarannya. Sedangkan Administrasi dalam pengertian yang sangat lazim,
khususnya tentang Administrasi Negara dan Ilmu Politik umumnya, dimaksudkan sebagai
suatu gejala kehidupan dalam masyarakat yaitu sekelompok manusia warga negara yang
beraktivitas guna mewujudkan tujuan tertentu.

Unsur-unsur Administrasi sebagai induk Administrasi Negara:


 Proses penyelenggaraan
 Kerja sama yang dilakukan oleh lebih dari satu orang (organisasi)
 Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
 Unsur-unsur Administrasi Negara:
 Proses penyelenggaraan dalam bidang tertentu, yaitu negara
 Kerja sama antarberbagai lembaga negara yang terdapat dalam negara sebagai suatu
institusi
 Pencapaian tujuan negara, merupakan cita-cita dari seluruh warga negara .

Jika demikian, maka pengertian Administrasi Negara mengandung pengertian kolektif


yang meliputi segenap proses penyelenggaraan negara sebagai orang yang terdiri dari
lembaga-lembaga beserta fungsinya masing-masing yang tumbuh dan hidup dalam negara
dan semuanya diarahkan untuk mencapai tujuan negara. Setiap negara tidak menggunakan
cara yang sama, juga yang menjadi tuntutan atau cita-cita dari warga negara, hal ini
didasarkan kepada kebutuhan masing-masing negara sebagai konsekuensi logis adanya
perbedaan kebutuhan. Dengan demikian terdapat perbedaan pula dalam pengaturan
Administrasi Negara di lain-lain negara, baik dalam menyiapkan alat-alat pelengkap sebagai
sarana pencapaian tujuan.

Perkembangan Perbandingan Administrasi Negara


Untuk mengembangkan Studi Perbandingan Administrasi Negara (untuk kebutuhan
pragmatis), studi ini dikembangkan terutama pasca PD II di negara-negara developing
countries (negara-negara berkembang) di benua Eropa dalam PBB meluaskan bantuan
teknisnya (ekonomis dan administrasi) ke negara sedang berkembang. Bantuan bidang
Administrasi Negara dalam bentuk mengadakan latihan yang diselenggarakan PBB/negara
maju dengan mengirimkan tenaga ahli ke negara berkembang. Berupa pengalaman praktis
di negara mereka masing-masing dari teori Administrasi yg tumbuh di Eropa.
Sebelum awal abad ke 20, Administrasi Negara belum memiliki identitas karena masih
terjalin dalam Studi Pemerintahan dengan Structural Institutional Approach bersifat
legalitas, formalitas dan statis, yaitu mempelajari lembaga institusional yang ditetapkan
secara formal sesuai ketentuan di bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Administrasi
Negara erat terkait denan bidang eksekutif. 

Tahun 1947 Administrasi Negara Perbandingan dikembangkan, namun masih


menjadi bagian Ilmu Perbandingan Pemerintahan yang terikat dengan pendekatan
struktural institusional, di samping individualistik sebagai menghambat
perkembangan ilmu Administrasi Negara Perbandingan.

Namun studi Sistem Administrasi Negara sudah dapat memberikan manfaat, walaupun
masih sebagai titik awal perkembangannya. Cara ini belum memberikan hasil guna
memperkuat kedudukan Ilmu Administrasi Negara Perbandingan dengan azas universal atau
bersifat umum. Sistem Administrasi Negara suatu negara adalah terikat pada prinsip-prinsip
Culture Bound (terikat pada lingkungan kebudayaan negara tersebut) yang menunjukkan
sifatnya yang masih indifidualistis.  Sondang P. Siagian dalam bukunya Filsafat
Administrasi, bahwa tahun 1886 adalah tahun lahirnya manajemen modern (ilmiah)
- Scientific Management - yang dipelopori Frederick Winslow Taylor, kelahiran
manajemen modern ini adalah sebagai mile pole (lahirnya ilmu Administrasi) dan antara
tahun 1886-1950 adalah tahap survive.

Latar Belakang Lahirnya Studi Perbandingan Administrasi Negara.


Menurut berbagai literatur yang membahas dan mengupas tentang lahir dan
perkembangan studi perbandingan dalam Ilmu Administrasi Negara secara umum dapat
dibedakan ke dalam dua sudut pandang, yaitu :
(1) Tinjauan dari sudut perkembangan ilmu  (dalam hal ini adalah telaah yang
dilakukan oleh para ilmuwan administrasi Negara atau Public Administrationist, sewaktu
melakukan berbagai aktivitas penelitian dan penelaahan akademis dalam memajukan
administrasi negara), dan
(2)  Tinjauan dari sudut perkembangan praktek (yakni apa yang dirasakan dan dialami
langsung oleh para praktisi administrasi negara atau Public Administrator, pada waktu harus
mengatus mengurus, menangani dan mengelola negara serta dalam rangka memberikan
pelayanan kepada publik sebagai wujut pertanggungjawaban terhadap publik yang
membutuhkan pemenuhan berbagai kebutuhan baik berupa barang atau jasa maupun
pemenuhan tuntutan dan atau kepentingannya).
1.  Tinjauan dari sudut Perkembangan Ilmu Administrasi Negara.
Tinjauan dengan menggunakan paradigma dalam ilmu administrasi negara seperti yang
dikemukakan oleh Nicholas Henry dapat dipakai untuk melihat latar belakang dari lahirnya
studi perbandingan administrasi negara. Henry menegaskan bahwa perkembangan
administrasi negara semenjak lahirnya pada tahun 1886, telah melalui beberapa paradigma
yaitu Paradigma Dikotomi Politik Administrasi, Paradigma Prinsip Prinsip Administrasi
yang dilanjutkan dengan situasi tidak menentu yang dikenal dengan Masa Tantangan/Krisis
Identitas. Dampak dari situasi ini adalah lahirnya dua paradigma berikutnya yang muncul
dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu Paradigma Administrasi Negara sebagai bagian
Ilmu Politik, dan Paradigma Administrasi Negara sebagai bagian Ilmu Administrasi.
Perkembangan selanjutnya diikuti dengan yang terakhir Paradigma  Administrasi Negara
Baru.
Paradigma Dikhotomi Politik dan Administrasi (1900 – 1926).
Menurut Frank J Goodnow dan Leonard D White ada dua fungsi pokok pemerintah
yang amat berbeda satu sama lain yaitu politik dan administrasi. Politik dimaksudkan
mengarah pada berbagai aktivitas kegiatan membuat kebijakan atau melahirkan keinginan-
keinginan, tujuan-tujuan yang ingin dicapai negara (termasuk cara bagaimana
mencapainya), sedangkan administrasi berhubungan dengan pelaksanaan dari kebijakan-
kebijakan atau pihak yang meneksekusinya. Dua kegiatan utama ini harus dilakukan oleh
lembaga atau institusi yang berbeda satui sama lain dan juga tidak saling mencampuri tugas
dan tanggungjawabnya.
Pada kondisi seperti ini (jika dikaitkan dengan pemikiran Montesquieu dalam konsep
Trias Politica), Badan legislatif dengan ditambah kemampuan penafsiran dari badan
yudikatif mengemukakan keinginan-keinginan negara dan kebijakan formal. Sedangkan
Badan eksekutif mengadministrasikan kebijakan-kebijakan secara adil dan tidak memihak
kepada salah satu kekuatan politik. Penekanan pada paradigma ini adalah pada locus,
mempermasalahkan dimana seharusnya administrasi berada yaitu berpusat pada birokrasi
pelaksana pemerintahan.

Dwight Waldo memberikan 4 dorongan munculnya administrasi, yaitu


(1) Politik seharusnya sudah tidak usah mengganggu lagi administrasi,
(2) Manajemen memberikan sumbangan analisisnya terhadap administrasi,
(3) Administrasi negara mampu menjadikan dirinya sebagai ilmu pengetahuan yang
value free , dan
(4) Misi dari ilmu administrasi adalah ekonomis dan efisiensi.
Paradigma Prinsip-prinsip Administrasi (1927 – 1937).
WF Willoughby menulis Principles of Public Administration sebagai buku teks kedua
yang membahas secara penuh bidang administrasi negara, berarti pada paradigma ini locus
berada pada esensi prinsip-prinsip administrasi yang merupakan prasyarat utama bagi
administrasi negara untuk dapat disebut sebagai ilmu yang berdiri sendiri.
Fase ini dapat disebut sebagai puncak reputasi administrasi negara, yaitu adanya suatu
kenyataan bahwa administrasi negara bisa terjadi pada semua tatanan administrasi tanpa
mempedulikan kebudayaan, lingkungan, fungsi, misi atau kerangka institusi yang bisa
berbeda satu sama lain antara negara bangsa di dunia. Selain itu prinsip administrasi dapat
diterapkan dan diikuti di bidang apapun tanpa terkecuali, serta dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan, memecahkan dan menjawab berbagai problema dan tantangan yang
dihadapi oleh negara beserta masyarakatnya.
Prinsip-prinsip administrasi dapat diterapkan dan dipakai oleh negara-negara yang
berbeda dalam hal kebudayaan, fungsi, lingkungan, misi dan atau kerangka institusi.
Sehingga bisa terjadi administrasi negara yang sama di barat atau di timur belahan dunia,
asalkan prinsip-prinsip administrasi digunakan akan menghasilkan sesuatu yamg relatif
sama. Ilmuwan yang lain yaitu Luther M Gullick dan Lynda L Urwick (seperti halnya
dengan pendapat ilmuwan yang lain) tetap mementingkan focus daripada locus  lewat
POSDCORB atau prinsip-prinsip Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting dan Budgeting (sebagai puncak dan akhir dari paradigma ini).
Selepas paradigma II Administrasi negara mengalami masa pancaroba tantangan dan
ketidakpercayaan dari berbagai pihak berkenaan dengan prinsip-prinsip yang
dikembangkannya. Periode ini oleh Nicholas Henry disebut  masa tantangan krisis identitas.
Masa Tantangan : Krisis Identitas.   (1937 – 1947)
Pada periode sekitar sepuluh tahun ini berbagai kritikan terhadap administrasi negara
mulai bermunculan, mengarah kepada keberatan terhadap pemisahan administrasi dengan
politik dan ketidak-konsistenan prinsip. Karya-karya antara lain dari Chester I Barnard :
The Functions of Excecutive, Herbert A Simon : Administrative Behavior : A Study of
Decision Making Process in Administration Organization, John M Gaus : A Theory of
Public Administration means in our time a theory of politics also, Dwight Waldo : The
Administrative State, A Study of the Political Theory of American Public Administration,
Robert A Dahl : The Science of Public Administration : Three Problems. Herbert A Simon
menegaskan bahwa pengembangan dua bidang Administrasi Negara (dikotomi politik—
administrasi negara dan prinsip-prinsip administrasi negara) tidak bisa berjalan
berdampingan. Dua bidang kajian ini mulai banyak ditinggalkan dan administrasi negara
harus berusaha mencari dan menemukan identitasnya yang baru.
Pertanyaan, kritik, ketidakpercayaan yang muncul terhadap prinsip-prinsip administrasi
yang berkembang pada waktu itu (prinsip dianggap tidak konsisten) yang arahnya
menyatakan bahwa Administrasi Negara tidak/belum bisa dipandang sebagai ilmu yang
berdiri sendiri
Tiga masalah dalam Administrasi Negara menurut Robert A Dahl dalam bukunya The
Science of Public Administration : Three Problems, yang merupakan upaya menyimpulkan
terhadap semua kritik yang telah dimajukan oleh ilmuwan administrasi maupun ilmu yang
lain, meliputi :
(1) Values/nilai-nilai yang dipakai dan berkembang bersama-sama berupa prinsip
admnistrasi ada yang bertentangan, (2)  Personality/kepribadian dari para pelaksanana
administrasi atau administrator berbeda satu sama lain, cukup besar pengaruhnya, dan (3) 
Social Environment (lingkungan sosial) dimana administrasi berada, juga berbeda satu sama
lain sehingga dapat dianggap tidak universal.

2. Tinjauan dari Pengalaman Praktisi / Administrator


Pada sekitar tahun 1942-1945 terjadi perang yang melibatkan beberapa Negara yang
disebut dengan Perang Dunia II. Pasca PD II (1945 dst) dampak yang muncul dan
ditemukan di berbagai belahan dunia adalah lahir/timbul negara–negara baru merdeka yang
melepaskan diri dari Negara penjajah dengan berbagai cara masing-masing yang berbeda 
satui sama lain. Negara-negara baru ini terutama posisinya terletak di belahan Timur dunia
(benua Asia - Afrika) dan juga di bagian selatan benua Amerika.
Terkait dengan fenomena munculnya negara-negara yang baru merdeka, PBB sebagai
organisasi internasional yang anggotanya terdiri dari berbagai negara di dunia, menghimbau
kelompok negara maju (terutama yang menang perang) agar bersedia membantu
perkembangan negara baru untuk mengejar ketinggalannya dari negara-negara yang sudah
lebih awal maju.
AS yang merupakan kelompok Negara yang menang perang menanggapi positif
himbauan PBB tersebut dan memunculkan program bantuan teknis (technical aids) yang
selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Marshall Plan, karena pada waktu itu diajukan
dan dikemukakan oleh George Marshall yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat.
Program yang diusulkan ini meliputi hampir seluruh aspek kehidupan sebuah Negara,
antara lain berupa bantuan pisik, non pisik, teknik, ilmu pengetahuan, ekonomi keuangan
dan lain sebagainya.
Para ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dari Negara-negara Barat dikirim ke
Negara-negara baru merdeka di belahan Timur dunia dan memberikan pembelajaran
terhadap para penyelenggara Negara-negara yang baru merdeka agar mereka memiliki
kemampuan yang tidak terlalu jauh berbeda dengan sejawatnya di Negara-negara yang lebih
maju. Ajaran tentang administrasi Negara juga disebarluaskan untuk dimanfaatkan oleh
berbagai pihak yang membutuhkan.
Diharapkan dengan adanya program bantuan teknis ini negara-negara yang baru
merdeka dapat segera mengejar ketinggalannya, dapat memajukan masyarakatnya untuk
dapat berkembang sebagai layaknya Negara-negara yang telah lama merdeka. Dengan
perkataan lain diharapkan Timur akan sama dengan Barat tetapi kenyataan membuktikan
ternyata yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, perkembangan negara-negara di belahan
Timur dunia tidak sama sepenuhnya dengan yang dibelahan Barat. Berarti selain prinsip-
prinsip yang berlaku umum dalam administrasi Negara masih ada faktor-faktor lain yang
ikut menentukan keberhasilan administrasi Negara, sehingga  program bantuan teknis
(technical aid programs) khususnya yanmg berhubungan dengan administrasi negara dalam
batas-batas tertentu dianggap berhasil tapi di sisi yang lain lebih banyak gagal.

Dampak dari Dua Tinjauan Teoritik dan Praktik.


Dampak dari pengalaman ilmuwan maupun praktisi yang dialami di negara-negara baru
merdeka yang menunjukkan kondisi yang tidak sepenuhnya sama dengan negara-negara
maju memberikan kesadaran bahwa prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam administrasi
negara tidak berlaku umum. Ada berbagai kondisi keadaan yang bersifat lokal yang ikut
menentukan keberhasilan dari masing-masing Negara. Dengan perkataan lain meskipun
berbagai Negara menggunakan dan mengetrapkan prinsip administrasi Negara yang sama,
dampak atau hasil yang didapat akan menjadi tidak sama karena adanya faktor-faktor lain
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi masing-masing masyarakat Negara
yang bersangkutan.
Kenyataan seperti itu selanjutnya ditegaskan oleh Robert A Dahl bahwa para ilmuwan
administrasi Negara agar tidak ketinggalan dengan bidang ilmu pengetahuan yang lain harus
mengembangkan/mengadakan  studi Perbandingan Administrasi Negara. Studi yang
menggunakan metoda dan bersifat perbandingan ini dimaksudkan untuk dapat mengatasi
persoalan-persoalan baik yang bersifat keilmuan maupun teknis administratif.
Pernyataan yang lain adalah seperti yang dikemukakan oleh Dwight Waldo bahwa studi
yang bersifat membandingkan ini akan dapat melintasi berbagai karakter sosial budaya yang
berbeda dan agar dapat ditemukan aspek administrasi yang sungguh-sungguh bebas dari
lingkungan nasional dan sosial di masing-masing Negara bangsa. Selanjutnya studi
administrasi Negara akan tidak hanya terkungkung pada studi mengenai aktifitas yang
bersifat teknik dan proses belaka.
Rangkuman
Perbandingan administrasi Negara merupakan pengembangan studi dalam administrasi
Negara yang baru muncul pada pertengahan abad XX. Studi ini masih relatif baru/muda
sejalan dengan administrasi Negara yang muncul dan mulai berkembang pada akhir abad
XIX atau awal abad XX.
Tuntutan tentang pemahaman administrasi Negara, baik untuk kebutuhan praktisi
maupun ilmuwan memunculkan pemikiran agar segera dilakukan pendalaman dengan
menggunakan metoda perbandingan. Dengan demikian lahirnya studi perbandingan dalam
administrasi Negara didorong oleh kebutuhan para ilmuwan maupun praktisi administrasi
Negara yang ada di berbagai Negara di dunia.

BENTUK NEGARA & SISTEM PEMERINTAHAN

A. Pengertian Negara dan bentuk Negara


Negara adalah suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan mengakui suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia tadi.
Sedangkan bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap unsur-unsurnya, yaitu daerah,
bangsa dan pemerintahannya.
B. Bentuk Negara
Republic Dikatakan Negara berbentuk Republik, apabila mekanisme penentuan
kepala negaranya dilakukan melaluhi pemilihan (langsung atau melalui majelis) dengan
periodisasi masa jabatan yanga telah ditentukan. Sedangkan mengenai pengambilan
keputusan di dalam negara dilakukan dalam sebuah forum majelis yang mencerminkan
representasi rakyat.
Monarchie Negara itu dikatakan berbentuk kerajaan (monarkhi) apabila penentuan
kepala negara  berdasarkan prinsip pewarisan alias turun temurun, dan pengambilan
keputusannya dilakukan tidak melalui forum majelis yang merepresentasikan kepentingan
rakyat.

B.Sistem Adminsitrasi Negara Republik Indonesia


Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam arti
sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
secara simultan berinteraksi dengan faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam,
idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
Singapura adalah sebuah negara kecil yang lokasinya berdekatan dengan Indonesia
Bentuk pemerintahan  Singapura adalah Republik dimana kekuasaan pemerintahan
dijalankan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri. Pemilihan Umum di Singapura
dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Letak negara Singapura yang sangat strategis  membuat
Singapura termasuk salah satu negara termakmur di wilayah Asia. Hal ini juga yang membuat
tingkat kesejahteraan masyarakatnya jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-
negara tetangga termasuk Indonesia.
 
Singapura menganut sistem pemerintahan parlementer dimana perdana menteri
bersama para menteri baik secara bersama - sama ataupun sendiri - sendiri bertanggung
jawab kepada parlemen. Selama ini yang terjadi di Singapura, kabinet dibentuk berdasarkan
pada kekuatan yang ada di dalam parlemen. Sehingga para anggota kabinet secara
keseluruhan mencerminkan kekuatan yang ada di dalam parlemen.

BENTUK PEMERINTAHAN MONARKI/KERAJAAN


A. Bentuk Pemerintahan Kerajaan atau Monarki
Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu, dan archein yang
berarti  pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana Raja menjadi Kepala
Negara. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia.Garner
menyatakan; setiap pemerintahan yang didalamnya menerapkan kekuasaan yang akhir atau
tertinggi pada personel atau seseorang, tampa melihat pada sumber sifat-sifat dasar pemilihan
dan batas waktu jabatannya maka itulah monarki. Pendapat lain menegaskan, monarki
merupakan kehendak atau keputusan seseorang yang akhirnya berlaku dalam segala perkara
didalam pemerintahan.
Jellinek menegaskan;
monarki adalah pemerintahan kehendak satu fisik dan menekankan bahwa karakteristik sifat–
sifat dasar monarki adalah kompetensi, untuk memperlihatkan kekuasaan tertinggi Negara.
Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 buah tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun
menjadi 240 buah dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade kelapan abad ke-20, hanya 40
takhta saja yang masih ada.
Dari jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai raja atau monarki yang mutlak
dan selebihnya terbatas kepada sistem konstitusi. Perbedaan diantara raja dengan presiden
sebagai kepala negara adalah raja menjadi kepala negara sepanjang hayatnya, sedangkan
presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka waktu tertentu. Namun dalam negara-
negara federasi seperti Malaysia, raja atau agong hanya  berkuasa selama 5 tahun dan akan
digantikan dengan raja dari negeri lain dalam persekutuan. Dalam zaman sekarang, konsep
monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki konstitusional,
yaitu raja yang terbatas kekuasaannya oleh konstitusi. Monarki  juga merujuk kepada orang
atau institusi yang berkaitan dengan Raja atau kerajaan di mana raja  berfungsi sebagai kepala
eksekutif.
Monarki demokratis atau dalam bahasa Inggris Elective Monarchy, berbeda dengan
konsep raja yang sebenarnya. Pada kebiasaannya raja itu akan mewarisi tahtanya (hereditary
monarchies). Tetapi dalam sistem monarki demokratis, takhta raja akan bergilir-gilir di
kalangan  beberapa sultan. Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan
konstitusional serta monarki demokratis. Bagi kebanyakan negara, raja merupakan simbol
kesinambungan serta kedaulatan negara tersebut. Selain itu, raja biasanya ketua agama serta
panglima besar angkatan bersenjata sebuah negara. Contohnya di Malaysia, Yang di-Pertuan
Agong merupakan ketua agama Islam, sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah
naungannya, Ratu Elizabeth II adalah ketua agama Kristen Anglikan. Meskipun demikian,
pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis
saja. Selain raja, terdapat beberapa jenis kepala pemerintahan yang mempunyai bidang
kekuasaan yang lebih luas seperti Maharaja dan Khalifah.

B. Jenis – Jenis Monarki
1. Turun temurun dan Elektif.
Monarki mungkin saja diklasifikasikan sebagai tahta turun – temurun dan elektif.
Monarki secara turun – menurun adalah tipe yang normal. Kebanyakan monarki dahulunya
dikenal dengan istilah turun – temurun. Dan kehidupan dari monarki turun – temurun ini
memiliki banyak karakter. Monarki ala turun– menurun mewarisi tahta sesuai dengan
peraturan rangkaian  pergantian tertentu. Ahli waris laki- laki yang tertua biasanya menjadi
raja, menggantikan posisi raja atau ayahnya sendiri. Rangkaian pergantian bisa juga
ditentukan dengan konstitusi atau melalui sebuah aksi legislature. Peraturan tersebut memiliki
bermacam rupa diberbagai Negara seluruh dunia. Awalnya kerajaan Roman merupakan
monarki elektif. Masa kerajaan Roman dahulunya menganut pemilih dari kampus. Semenjak
abad pertengahan konstitusi monarki elektif telah berubah dan bukan merupakan hal yang
luar biasa. Bagaimanapun, perjalanan masa ke masa monarki ala elektif mengalami
perubahan menuju monarki ala turun- temurun. Garner menganggap inggris sebagai monarki
elektif, karena parlement menuntut dan menggunakan hukum mengatur mutlak rangkaian
pergantian.
2. monarki mutlak dan terbatas.
Monarki juga bisa diklasifikasikan sebagai mutlak dan terbatas. Garner menyatakan
monarki mutlak adalah monarki yang benar– benar raja. Kehendaknya adalah hukum dalam
merespek segala perkara yang ada. Dia tidak dijilid atau dibatasi oleh apapun kecuali
kemauannya sendiri. Dibawah sistem ini Negara dan pemerintahan tampak identik. Louis
XIV raja Negara francis menyatakan dengan sombongnya bahwa” aku adalah Negara. Ini
merupakan deskripsi yang tepat dari posisi monarki yang mutlak. Tsart dari Russia, Raja
Prussia dan kaisar Ottoman merupakan contoh monarki yang mutlak.

Monarki terbatas memiliki kekuatan yang dibatasi oleh konstitusi yang tertulis atau
dengan  prinsip fundamental yang tak tertulis, seperti monarkinya Negara inggris. Monarki
dinegara England hanya sebatas nama saja dalam pemerintahan; raja adalah pemerintahan
namun tidak memerintah. Kekuatan atau kekuasaan merupakan teori saja, namun
pemerintahan dipimpin oleh yang lainnya. Monarki dinegara jepang juga terbatas. Disana
kaisar tidak memiliki kekuasaan apapun dipemerintahan. jadi, jelasnya raja adalah simbol
Negara dan kesatuan rakyat’’ didalam pengertian yang nyata, monarki yang terbatas hanyalah
bentuk pemerintahan yang demokrasi.

Aristokrasi (oligarki) adalah


negara dengan pemerintahaan yang pimpinan tertingginya terletak ditangan beberapa
orang,  biasanya terletak pada golongan foedal, golongan yang berkuasa (aligo artinya
beberapa).
 
Demokrasi
ialah suatu negara dengan pemerintahan yang pimpinan tertinggi terletak di tangan
rakyat.Meliputi:
1.Demokrasi langsung.
 2.Demokrasi tidak langsung
 
Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis
A. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan ciri-ciri
tambahan:
 konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan kepentingan
rakyat diatur dan ditetapkan dalam konstitusi;
 perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada beberapa
orang;
 pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota parlemen;
 kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam praktik
pelaksanaan demokrasi
B. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/ pemisahan
kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.
C. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.

Macam-macam demokrasi
a. Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota ( polis, city state) pada zaman Yunani Kuno. Pada masa
itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan aspirasi dan pandangannya secara langsung. Dengan
demikian, pemerintah dapat mengetahui secara langsung pula aspirasi dan persoalan-
persoalan yang sebenarnya dihadapi masyarakat. Tetapi dalam zaman modern, demokrasi
langsung sulit dilaksanakan karena:
1). sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat sekaligus dalam
membicarakan suatu urusan;
2). tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang semakin rumit dan
kompleks;
3). musyawarah tidak akan efektif, sehingga sulit menghasilkan keputusan yang baik.  
b). Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam menyalurkan
kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi
rakyat disampaikan melalui wakil-wakil mereka dalam parlemen. Tipe demokrasi
perwakilan berlainan menurut konstitusi negara masing-masing.

Autokrasi
Adalah suatu negara yang dipimpin oleh kekuasaan negara, yang berdasarkan atas
pandangan autoriteir negara. Di mana pengangkatan atau penunjukan kepala negara tidak
menggunakan sistem pewarisan (sebagaimana negara monarkhi dengan asas ketidaksamaan
walaupun tidak sama persis) tetapi setiap orang berhak menduduki jabatan kepala negara
(sebagaimana negara republik dengan asas kesamaan walaupun tidak sama persis).

C. Susunan Pemerintahan

a. Negara kesatuan
Negara kesatuan disebut juga dengan unisterisme atau eenbeisaat, ialah suatu negara yang
berbeda dan berdaulat, dimana diseluruh negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintahan
(pusat) yang mengatur seluruh daerah.
b. Negara serikat (federasi)
Federasi berasal dari bahasa latin Foedus, yang berarti perjanjian atau persetujuan.
Federasi adalah bentuk tengah, suatu bentuk kompromistis antara konfederasi yang
hubunganya tidak erat dengan Negara kesatuan yang sangat kukuh ikatannya.
Menurut C.F. Strong dalam bukunya, diperlukan dua syarat untuk mewujudkan Negara
federasi, antara lain: Harus ada semacam perasaan nasional diantara anggota kesatuan-
kesatuan  politik yang hendak berfederasi tersebut. Dan harus ada keinginan dari anggota-
anggota kesatuan-kesatuan politik itu akan kesatuan dan persatuan karena apabila anggota-
anggota itu menginginkan kesatuan, maka bukan federasi yang dibentuk, melainkan Negara
kesatuan.

Adapun ciri-ciri Negara federasi yaitu:


1. Adanya supremasi konstitusi federasi.
2. Adanya pemencaran kekuasaan antara Negara federal denagan Negara bagian.
3. Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas menyelesaikan sengketa-sengketa
yang mungkin timbul antara Negara federal dengan Negara bagian.

a. N e g a r a K e s a t u a n ( U n i t a r i s )  
Negara Kesatuan adalah negara bersusunan tunggal, yakni kekuasaan untuk mengatur
seluruh daerahnya ada di tangan pemerintah pusat. Pemerintah pusat memegang kedaulatan
sepenuhnya,  baik ke dalam maupun ke luar. Hubungan antara pemerintah pusat dengan
rakyat dan daerahnya dapat dijalankan secara langsung. Dalam negara kesatuan hanya ada
satu konstitusi, satu kepala negara, satu dewan menteri (kabinet), dan satu parlemen.
Demikian pula dengan pemerintahan, yaitu pemerintah pusatlah yang memegang wewenang
tertinggi dalam segala aspek  pemerintahan. Ciri utama negara kesatuan adalah supremasi
parlemen pusat dan tiadanya badan- badan lain yang berdaulat. Negara kesatuan dapat
dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu:
1.Sentralisasi, dan
2.Desentralisasi.
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-
peraturan dari pemerintah  pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan
sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri.

Keuntungan sistem sentralisasi:


1. adanya keseragaman (uniformitas) peraturan di seluruh wilayah negara;
2. adanya kesederhanaan hukum, karena hanya ada satu lembaga yang berwenang
membuatnya;
3.penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah negara
Kerugian sistem sentralisasi: 
1. bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga sering menghambat kelancaran
jalannya pemerintahan;
2.peraturan/ kebijakan dari pusat sering tidak sesuai dengan keadaan/ kebutuhan daerah;
3.daerah-daerah lebih bersifat pasif, menunggu perintah dari pusat sehingga melemahkan
sendi-sendi pemerintahan demokratis karena kurangnya inisiatif dari rakyat;
4.rakyat di daerah kurang mendapatkan kesempatan untuk memikirkan dan bertanggung
jawab tentang daerahnya;
5.keputusan-keputusan pemerintah pusat sering terlambat.
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri ( otonomi swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat
di daerah, terdapat  parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang
kekuasaan tertinggi.

Keuntungan sistem desentralisasi:

1. pembangunan daerah akan berkembang sesuai dengan ciri khas daerah itu sendiri;
2.peraturan dan kebijakan di daerah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah itu sendiri;
3.tidak bertumpuknya pekerjaan pemerintah pusat, sehingga pemerintahan dapat berjalan
lancar;
4.partisipasi dan tanggung jawab masyarakat terhadap daerahnya akan meningkat;
5.penghematan biaya, karena sebagian ditanggung sendiri oleh daerah. Sedangkan kerugian
sistem desentralisasi adalah ketidakseragaman peraturan dan kebijakan serta kemajuan
pembangunan.

b. N e g a r a S e r i k a t ( F e d e r a s i )  
  Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi
sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam
negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap
negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi
federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah federal.

Ciri-ciri negara serikat/ federal: 


1.tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi
kepentingan negara bagian;
2.tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan
dengan konstitusi negara serikat;
3.hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian,
kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada
pemerintah federal.
 
Dalam praktik kenegaraan, jarang dijumpai sebutan jabatan kepala negara bagian
(lazimnya disebut gubernur negara bagian). Pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dengan negara  bagian ditentukan oleh negara bagian, sehingga kegiatan pemerintah federal
adalah hal ikhwal kenegaraan selebihnya (residuary power).

Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah


federal meliputi: 
1.hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional,
misalnya: masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
2.hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional,
perang dan damai;
3.hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum
maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya:
mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
4.hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal,
misalnya: hal pajak, bea cukai, monopoli, matauang (moneter);
5.hal-hal tentang kepentingan bersama antarnegara bagian, misalnya: masalah pos,
telekomunikasi, statistik.

Menurut C.F. Strong. yang membedakan negara serikat yang satu dengan yang lain:
1.cara pembagian kekuasaan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian;
2.badan yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul antara pemerintah
federal dengan pemerintah negara bagian.

Berdasarkan kedua hal tersebut, lahirlah bermacam-macam negara serikat, antara lain:
1.negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah federal, dan
kekuaasaan yang tidak terinci diserahkan kepada pemerintah negara bagian. Contoh negara
serikat semacam itu antara lain: Amerika Serikat, Australia, RIS (1949);
2.negara serikat yang konstitusinya merinci satu persatu kekuasaan pemerintah negara
bagian, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah federal. Contoh: Kanada dan India;
3.negara serikat yang memberikan wewenang kepada mahkamah agung federal dalam
menyelesaikan perselisihan di antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Contoh: Amerika Serikat dan Australia;
4.negara serikat yang memberikan kewenangan kepada parlemen federal dalam
menyelesaikan perselisihan antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian.
Contoh: Swiss.
Persamaan antara negara serikat dan negara kesatuan bersistem desentralisasi:
1) Pemerintah  pusat sebagai pemegang kedaulatan ke luar;
2) Sama-sama memiliki hak mengatur daerah sendiri (otonomi).

Sedangkan perbedaannya adalah: mengenai asal-asul hak mengurus rumah tangga


sendiri itu. Pada negara bagian, hak otonomi itu merupakan hak aslinya, sedangkan pada
daerah otonom, hak itu diperoleh dari pemerintah pusat.
 
Perbedaan Negara Kesatuan dan Negara Federasi
1. Negara Kesatuan  
Negara ini juga disebut negara Unitaris. Ditinjau dari segi susunannya, negara kesatuan
adalah negara yang tidak tersusun dari pada beberapa negara, seperti halnya dalam negara
federasi, melainkan negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu negara, tidak ada
negara di dalam negara. jadi dengan demikian di dalam negara kesatuan itu juga hanya ada
satu  pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang
tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan pusat inilah yang pada tingkat
terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu di dalam negara tersebut. Sistem
Desentralisasi
Tetapi kadang-kadang di dalam negara kesatuan ini diadakan pembagian daerah, di
mana dalam tiap-tiap daerah itu terdapat organisasi kenegaraan yang tegak sendiri.
Pembagian daerah tersebut misalnya pembagian dalam daerah-daerah : Tingkat I, Tingkat II,
Tingkat III, yang  berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dan yang pada
tiap-tiap daerah tersebut mempunyai pemerintahan sendiri, yang di sebut pemerintah daerah.
Tetapi kita harus ingat bahwa pemerintahan daerah ini tidak mempunyai kekuasaan atau
wewenang yang tertinggi mengenai apapun dalam lapangan pemerintahan. karena dalam
tingkat terakhir dan tertinggi  putusan-putusan dalam lapangan pemerintahan itu yang
wewenang mengadakan adalah  pemerintahan pusat.  Negara kesatuan yang
menyelenggarakan pembagian daerah seperti tersebut di atas disebut negara kesatuan yang
didesentralisasikan. Sedangkan sebaliknya negara kesatuan yang tidak meyelenggarakan
pembagian daerah disebut negara kesatuan yang disentralisasikan, tetapi negara biasanya juga
mengadakan pembagian daerah dalam daerah-daerah administrasi.
2, Negara Federasi  
Negara federasi adalah negara yang tersusun dari pada beberapa negara yang semula
berdiri sendiri-sendiri, yang kemudian negara-negara itu mengadakan ikatan kerjasama yang
efektif, tetapi di samping itu, negara-negara tersebut masing ingin memiliki wewenang-
wewenang yang dapat di urus sendiri. Jadi di sini tidaklah semua urusan itu diserahkan
kepada  pemerintahan gabungannya, atau pemerintah federal, tetapi masih ada beberapa
urusan tertentu yang tetap di urus sendiri. Biasanya yang diserahkanitu yaitu
urusan-urusan yang diserahkan oleh pemerintah negara-negara bagian kepada pemerintahan
federal, adalah urusan-urusan yang menyangkut kepentingan-kepentingan bersama dari pada
semua negara-negara bagian tersebut, misalnya urusan keuangan, urusan angkutan bersenjata,
urusan pertahanan dan sebagai semacam itu.
Hal ini di maksudkan untuk menjaga sampai terjadi kesimpang-siuran, serta supaya ada
kesatuan, karena itu adalah menentukan hidup-matinya negara tersebut. Maka tepatlah
kiranya kalau Dicy menggambarkan negara federasi itu sebagai suatu  perakalan untuk
mengadakan suatu peraduan antara kesatuan dan kekuatan nasional dengan  pengertian
bahwa negar-negara bagian itu masih tetap memiliki hak-haknya. Seperti telah dikatakan di
atas, bahwa negara federasi itu addalah negara yang terdiri atas  penggabungan dari pada
beberapa negara yang semula berdirisendiri.
Oleh karena itu di dalam negara federasi tersebut kita dapat adanya dua macam
pemerintahan yaitu,
1.Pemerintahan federal. Ini adalah yang merupakan pemerintahan gabungan-gabungannya,
atau pemerintahan ikatannya, atau pemerintahan pusatnya.
2.Pemerintah negara bagian Jadi negara-negar itu yang semula berdiri sendiri, di dalam
negara federasi tersebut  bergabung menjadi satu ikatan, dengan maksud untuk mengadakan
kerjasama antar negar-negara tersebut demi kepentingan mereka bersama, dan di samping itu
masih ada kebebasan hak-hak kenegaraan dari pada negara-negara bagian itu sendiri.

Ikatan kerjasama itu dapat bersifat erat, tetapi dapat juga bersifat agak renggang, yang hampir
menyerupai perjanjian multilateral. dan memang pada hakekatnya hubungan negara-negara di
dalam negara federasi itu berdasarkan perjanjian saja, yang ada suatu waktu mungkin dapat
diputuskan. Dan berdasarkan sifat hubungan ini, tegasnya sifat hubungan antara pemerintah
negara federal dengan negara-negara bagian, maka negara federasi itu dapat di bedakan
menjadi dua jenis, yaitu : a. Negara Serikat  b. Perserikatan Negara.

Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah yaitu system dan
pemerintahan Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari
beberapa  bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun
hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan itu menimbulkan suatu
ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik memengaruhi keseluruhan itu.
Adapun pemerintahan dalam arti luas adalah segala unsur yang dilakukan oleh negara
dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Sedangkan menurut doktrin Hukum Tata Negara yang biasanya tertuang di dalam
konstitusi, sistem pemerintahan negara dapat dibagi menjadi 3 pengertian, yaitu:
 1.Sistem pemerintahan negara dalam arti paling luas, yakni tatanan yang berupa struktur dari
satu negara dengan menitikberatkan pada hubungan antar negara dengan rakyat.
2.Sistem pemerintahan negara dalam arti luas, yakni suatu tatanan atau struktur pemerintahan
negara yang bertitik tolak dari hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan
antara pemerintahan pusat (Central Governmeent) dengan bagian-bagian yang terdapat di
dalam negara di tingkat lokal (Local Government).

Sistem pemerintahan ini meliputi:


 
1. Bangunan negara kesatuan, yaitu pemerintahan pusat memegang otoritas penuh
(berkedudukan lebih tinggi) ketimbang pemerintahan lokal.
2. Bangunan negara serikat (federal), yakni pemerintahan pusat dan negara bagian
mempunyai kedudukan yang sama.
3. Bagian negara konfederasi, yakni pemerintahan lokal (kantor wilayah)
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pemerintahan pusat.
Sistem pemerintahan negara dalam arti sempit, yakni suatu tatanan atau setruktur
pemerintahan yang bertitik tolak dari hubungan sebagian orang negara ditingkat pusat,
khususnya hubungan antara eksekutif dan legislatif.
Macam-macam Sistem Pemerintahan
Ada 3 macam sistem pemerintahan
 a. Sistem pemerintahan parlementer 
Sistem pemerintahan parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan
antara eksekutif dan badan perwakilan (legislatif) sangat erat.
 Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer, antara lain:
 1.Kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan dan
atau kekuatan-kekuatan yang menguasai parlemen.
 2.Para anggota kabinet mungkin seluruhnya atau para anggota kabinet mungkin seluruh
anggota parlemen, atau tidak seluruhnya dan mungkin seluruhnya bukan anggota  parlemen.
 3.Kabinet dengan ketuanya (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen (legislatif).
 4.Sebagai imbangan dapat dijatuhkannya kabinet, maka kepala negara (presiden: raja atau
ratu) dengan saran atau nasehat perdana menteri dapat membubarkan parlemen.
 5.Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak digantungkan kepada lembaga eksekutif dan
legislatif, hal ini untuk mencegah intimidasi dan intervensi lembaga lain.
 
 b. Sistem presidensiil
Sistem pemerintahan presidensiil adalah suatu pemerintahan di mana kedudukan
eksekutif tidak  bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat, dengan kata lain
kekuasaan eksekutif  berada di luar pengawasan (langsung) parlemen.
 
Karakteristik sistem pemerintahan presidensiil, yaitu:
 1.Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semua diangkat olehnya
dan bertanggung jawab olehnya.
 2.Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilh oleh sejumlah pemilih.
 3.Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak dapat dijatuhkan oleh
badan legislatif.
 4.Sebagai imbangannya, presiden tidak dapat membubarkan badan legislatif.
 
c. Sistem pemerintahan quasi
Sistem pemerintahan quasi pada hakikatnya merupakan bentuk variasi dari sistem
pemerintahan  parlemen dan sistem pemerintahan presidensiil. Hal ini disebabkan situasi dan
kondisi yang  berbeda sehingga melahirkan bentuk-bentuk semuanya.
 
d. Sistem pemerintahan referendum
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi (quasi presidensiil)
dan sistem  presidensiil murni. Tugas membuat undang-undang berada dibawah pengawasan
rakyat yang mempunyai hak pilih, pengawsan itu dilakukan dalam bentuk referendum.
 
Sistem pemerintahan referendum dibagi menjadi dua, yaitu:
 
1). Referendum oblikator, yaitu jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
pembuatan suatu peraturan UU yang mengikat rakyat seluruhnya, karena sangat penting.
 
2). Referendum fakultatif, yaitu jika persetujuan dari rakyat dilakukan terhadap UU biasa,
karena kurang pentingnya, setelah UU itu diumumkan dalam jangka waktu yang ditentukan

Anda mungkin juga menyukai