Anda di halaman 1dari 16

LATAR BELAKANG

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau Information Communication Technology


(ICT), khususnya internet, merevolusi cara hidup manusia pada abad ke21 ini. Pro-kontra,
dampak positif-negatif, tentu selalu ada. Tetapi, saat ini, tidak ada satupun aspek kehidupan
kita yang jauh dari TIK, terutama internet. P e m a n f a a t a n T I K d a l a m
penyelenggaraan pemerintahan termasuk salah satu fenomena penting pada abad ke-21 ini,
yang mampu mengubah 'wajah' pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
Saat ini banyak Negara termasuk Indonesia fokus menggunakan e-government sebagai salah
satu perangkat utama untuk melawan korupsi. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini membahas
konsep e-government serta studi perbandingan implementasi e-government yang diterapkan
di Indonesia dan Negara lainnya. Adapun penelitian ini dilakukan melalui penelitian hukum
normatif dan analisis kualitatif sehingga menghasilkan penelitian yang deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa banyak Negara termasuk Indonesia
menerapkan e-government dalam berbagai bentuk untuk meningkatkan prinsip-prinsip good
governance dalam rangka memberantas korupsi, diantaranya pengadaan barang dan jasa,
perpajakan, dan juga perizinan. Meskipun demikian, masih banyak hal yang perlu diperbaiki
oleh Indonesia dalam menerapkan e-government, antara lain percepatan pembuatan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan untuk mendukung e-government di daerah; pengadaan
sarana-prasarana pengembangan infrastruktur untuk menciptakan akses komunikasi data yang
handal; pemberdayaan sumber daya manusia; pengembangan perangkat lunak yang
diperlukan; dan pengembangan organisasi dan tata kerja yang mendukung e-government.
Oleh karena itu, mendiskusikan pemanfaatan E-Governmentdalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah tentu sejalan pula dengan semangat zaman. Berdasarkan pemahaman
tersebut maka penulis akan mengelaborasi aspek-aspek yuridis yang relevan dalam
pengembangan EGovernment dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Indonesia. Aspekaspek yuridis yang dibicarakan meliputi: landasan teoretisnya, dukungan
suprastruktur berupa pengaturan yang sudah ada pada tingkat nasional atau pusat serta saran
tindak b a g i d a e r a h d a l a m r a n g k a mengimplementasikan E-Government, terutama
pijakan awalnya berupa suatu kerangka hukum (legal framework). Sesuai dengan
pemahaman tersebut maka tulisan ini hendak berargumen mendukung supaya daerah
mengimplementasikan E-Government.
TUJUAN DAN SASARAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka ada tiga masalah yang hendak
dibahas oleh tulisan ini. yaitu:

 Apakah landasan teoretis untuk EGovernment dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah?

 A p a k a h E - G o v e r n m e n t dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

sudah didukung oleh kerangka hukum yang memadai?

 Apakah yang harus dilakukan daerah

dalam mengimplementasikan EGovernment dalam penyelenggaraan


pemerintahan daerah?

LANDASAN TEORI

Menurut Bank Dunia (Samodra Wibawa 2009:113), E-Government adalah


penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah seperti wide area Networks (WAN)
internet, moble competing, yang dapat digunakan untuk membangun hubungan dengan
masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah lainnya.
Menurut The Worid Bank Group (Falih Suaedi, Bintoro Wardianto 2010:54), E-
Government ialah sebagai upaya pemamfaatan informasi dan teknologi komunikasi untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transfaransidan akuntabilitas pemerintah dalam
memberikan pelayanan publik secara lebih baik.
Kemudian menurut Depkomenfo (Samodra Wibawa 2009:114), mendefinisikan E-
Government adalah pelayanan public yang diselenggarakan melalui situs pemerintah dimana
domain yang digunakan juga menunjukkan domain pemerintah Indonesia yakni (go.id).
Menurut Clay G. Weslatt (15 Agustus 2007) dalam website, E-Government adalah
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk mempromosikan pemerintah yang
lebih effisien dan penekanan biaya yang efektif, kemudian pasilitas layanan terhadap
masyarakat umum dan membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.
Sedangkan dalam buku E-Government In Action (2005:5) menguraikan E-
Government adalah suatu usaha menciptakan suasana penyelanggaraan pemerintah yang
sesuai dengan objektif bersama (Sharedgoals) dari sejumlah komunitas yang berkepentingan,
oleh karena itu visi yang dicanangkan juga harus mencerminkan visi bersama dari pada
stakholeder yang ada misalnya:
a. Memperbaiki produktifitas dan kinerja operasional pemerintah dalam melayani
masyarakatnya;
b. Mempromosikan pemerintah yang bersih dan transparans;
c. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat meluli kinerja pelayanan publik;
d. Menjamin terciptanya penyelengaaan negara yang demokratis;
Karena visi tersebut berasal “Dari, Oleh dan Untuk” masyarakat atau komunitas
dimana E-Government tersebut diimplementasikan, maka masanya akan sangat bergantung
pada stuasi dan kondisi masyarakat setempat. Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa E-
Government adalah upaya untuk penyelanggaraan pamerintah yang berbasis elektronik dalam
rangka mengingkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efesien.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa E-Government merupakan proses
pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu manjalankan sistem
pemerintah secara efesien.
Ada hal utama yang dapat kita tarik dari pengertian E-Government diatas, yaitu:
a. Penggunaan teknoligi informasi (internet) sebagai alat baru;
b. Tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintah dapat berjalan secara efektif, efesien dan
produktif dalam penggunaan teknologi internet, seluruh proses atau prosedur yang
berbelit-belit dapat dipangkas.

RUANG LINGKUP E-GOVERNMENT

Ruang lingkup dari penggunaan E-Government secara menyeluruh mencakup pada:

1.      Government to Citizens (Pemerintah ke Masyarakat)

Pemerintah membangun dan menerapkan berbagai aplikasi teknologi informasi untuk


memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Contoh : E-KTP

2.      Government to Business (Pemerintah ke Pelaku Usaha)

Contohnya pada proses perizinan pendirian usaha dan investasi, pengadaan lelang oleh
pemerintah, dan kegiatan lain yang membutuhkan informasi secara online bagi pelaku usaha.

3.      Government to Government (Pemerintah ke Pemerintah)

Memperlancar kerjasama antar negara dengan dimudahkannya komunikasi, seperti


kepentingan diplomasi, atau berbagai informasi yang dianggap penting oleh negara yang satu
dan lainnya.

4.      Government to Employees (Pemerintah ke Aparatnya)


keadaan internal juga menjadi tempat diterapkannya E-Gov dalam upaya kemudahan
informasi atau akses berbagai tugas/hasil kerja dan lainnya. Contohnya bisa diumpamakan
seperti system KRS online yang diberlakukan di Universitas dimana Rektorat menjadi
Pemerintah dan Dosen serta mahasiswa/i menjadi aparat yang berada dalam suatu organisasi.

STAKEHOLDER

Indonesia pada tahun 2016 menempati peringkat ke delapan dari negara-negara di dunia
terkait dengan jumlah pengguna internet yang mencapai 82 juta orang (laman resmi
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia). Kondisi faktual ini
merupakan kekuatan pendorong untuk mengimplementasikan E-Government dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dikaitkan dengan fakta tersebut maka kebutuhan
untuk penyelenggaraan EGovernment, dan perlunya pengaturan mengenai penyelenggaraan
E-Government sebagai dasar hukumnya, merupakan kebutuhan yang rasional, yang memiliki
koherensi dengan keberlakuan asas legalitas sebagai salah satu asas dari asas negara hukum.

Oleh karena itu, menjawab isu tentang p r a - k o n d isi b a g i imp l eme n t a si


EGovernment dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, diperlukan suatu kerangka
hukum a priori pada daerah yang h e n d a k me n g imp l eme n t a si k a n E -Gov e rnment
di da e r ahnya . Dengan pengertian lain, kerangka hukum tersebut secara lebih spesifik
adalah pengaturan pada daerah, dalam hal ini melalui Peraturan Daerah. Keberadaan
Peraturan Daerah tersebut koheren dengan isu perlunya legalitas implementasi E-
Government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.Asas atau prinsip legalitas
merupakan titik anjak untuk asas atau prinsip negara hukum. Dalam pengertian sebaliknya,
berdasarkan asas atau prinsip negara hukum, pemerintah harus membentuk skema legislasi
terlebih dahulu sebagai dasar tindakan (reason for action) bagi tindak-tindak pemerintahan
yang hendak dilakukannya. Minimal hal itu memiliki fungsi informatoris bahwa warga
negara dapat mengetahui secara jelas apa yang dapat dilakukan atau tidak oleh pemerintahnya
dan bagaimana seyogianya pemerintah melakukan hal itu.

Dalam pengertian demikian maka asas atau prinsip legalitas bermakna sebagai pembatasan
terhadap pemerintah. Dengan keberlakuan asas legalitas maka tindak pemerintahan pada
hakikatnya dikehendaki supaya bersifat reguler dan mengandung uniformitas atau
keseragaman. Pada poin tersebut asas atau prinsip legalitas dari asas atau prinsip negara
hukum menuntut supaya tindakan pemerintah bersifat sama dan menetap dengan secara
konsisten mengikuti preskripsi dari legislasi yang berlaku umum, ketimbang mengikuti
preferensi individual pejabatnya (A. Scalia, 1989).

Sebagai preskripsi untuk pengaturan ke dalam Peraturan Daerah yang hendak dilakukan, arah
pengaturan Peraturan Daerah hendaknya ditujukan pada pengaturan mengenai: kewajiban dan
tanggung jawab d a e r a h d a l am p e n y e l e n g g a r a a n EGovernment; pengelolaan
sistem elektronik atau teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan E-
Government; infrastruktur sistem elektronik atau teknologi i n f o r m a si d a n k o m u n i k a
si u n t u k menerjemahkan E-Government; sumber daya manusia (SDM) sebagai operator
atau pengelola dalam penyelenggaraan EGovernment dan perlindungan terhadap sistem
elektronik atau teknologi informasi d a n k o m u n i k a s i d a l a m r a n g k a
penyelenggaraan E-Government.Hal prinsip dalam pengaturan kewajiban dan tanggung
jawab pemerintah ada l ah supaya penye l engga r a an EGovernment mampu mencapai
tujuannya Sementara dalam pengaturan mengenai pengelolaan sistem elektronik atau
teknologi i n f o r m a si d a n k o m u n i k a si d a l a m penyelenggaraan E-Government
adalah supaya penyelenggaraan E-Government dilakukan secara terpadu atau terintegrasi
serta penyelenggaraan E-Government tersebut mampu 'dikendalikan' atau dikontrol.

Pengaturan mengenai infrastruktur sistem elektronik atau teknologi informasi dan


komunikasi adalah untuk, antara lain, menentukan jenis-jenis aplikasi yang tepat dan
dibutuhkan oleh daerah sehingga hasilnya akan dapat efisien dan efektif. Pengaturan
mengenai sumber daya manusia dimaksudkan supaya penyelenggaraan E-Government
ditangani oleh sumber daya manusia yang kompeten dan tepat. Terakhir adalah pengaturan
mengenai perlindungan terhadap sistem elektronik atau teknologi informasi dan komunikasi
dalam rangka penyelenggaraan E-Government yang dimaksudkan supaya sistem tersebut
aman dan tidak merugikan masyarakat maupun pemerintah sendiri.

A r a h p e n g a t u r a n t e n t a n g E -Gov e rnment da l am penye l engga r a an p e m e ri n


t a h a n d a e r a h s e b a g a i m a n a dikemukakan di atas pada hakikatnya sejalan, dan
tidak bertentangan, dengan preskripsi dari peraturan perundang-undangan yang ada,
khususnya UU No. 14 Tahun 2008 dan PP No. 82 Tahun 2012. Oleh karena itu, dengan
menggunakan cara berpikir sistemis dari sistem peraturan perundang-undangan, preskripsi
mengenai arah pengaturan tentang EGov e rnment da l am penye l engga r a an pemerintahan
daerah melalui Peraturan Daerah o l e h d a e r a h y a n g h e n d a k mengimplementasikan
E-Governmentmemiliki potensi yang kecil untuk dibatalkan karena bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.Sementara secara sosiologis, dengan tingkat
literasi terhadap TIK (khususnya internet) yang demikian tinggi, maka diharapkan tidak akan
terjadi kesenjangan yang besar antara ekspektasi masyarakat sebagai pengguna layanan
pemerintahan dengan penyelenggaraan E-Government dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Dengan pengertian lain, melihat tingkat literasi terhadap teknologi informasi yang
tinggi maka akan d ii k u ti p u l a o l e h e f e k ti v it a s d a l am penyelenggaraan E-
Government serta pengaturan mengenai penyelenggaraan EGovernment-nya itu sendiri.

Oleh karena itu, pengaturan demikian akan sejalan dengan asas dalam pembentukan
peraturan perundangundangan yang baik yaitu asas dapat dilaksanakan (yang artinya: setiap
pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan
perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat). serta asas kedayagunaan dan
kehasilgunaan (Yang artinya: setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang
benarbenar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara). Hal ini juga sejalan dengan teori pengaturan yang dikemukakan
oleh Bronwen Morgan dan Karen Yeung yang menyatakan bahwa instrumen regulasi
seyogianya memiliki daya persuasi yang bernalar sehingga mendorong penerimaan
masyarakat atas instrumen itu, tanpa perlu dipaksakan (B. Morgan & K. Yeung, 2007)

Pertama, penerapan e-government dapatmenjadi upaya untuk pencegahan terhadap korupsi


karena dapat memberikan pelayanan dengan prosedur yang sederhana, efektif, efisien, dan
mengurangi kontak langsung degan pejabat publik (yang dapat menyalahgunakan
wewenang). Meskipun demikian, perlu juga pendidikan kepada masyarakat untuk tidak
toleransi terhadap korupsi dan memperkuat nilai-nilai fundamental seperti kejujuran.

Kedua, penerapan e-government juga dapat berperan sebagai bentuk penegakan hukum dan
peraturan perundang-undangan untuk memastikan adanya akuntabilitas dan transparansi
melalui data yang dipublikasi, tindakan dan keputusan pemerintah yang dipublikasikan, dan
adanya mekanisme untuk pemberian saran dan masukan dari masyarakat.

Ketiga, melalui e-government maka akan tercipta kemudahan dalam mengakses informasi
pemerintah oleh masyarakat. Dengan demikian akan tercipta transparansi dan meningkatkan
sikap akuntabilitas pemerintah kepada masyarakat atas segala informasi yang disampaikan.
Adanya kemudahan dalam mengakses informasi ini juga dapat menjadi kontrol sosial dari
masyarakat atas segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah.

Keempat, dalam menerapkan e-government maka harus didukung dengan kapasitas lembaga
dan masing-masing individu untuk dapat membangun dapat membangun sarana
telekomunikasi, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) untuk
mendukung aplikasi e-government. Selain daripada itu, dibutuhkan kemampuan sumber daya
manusia (dari sisi pemerintah dan masyarakat) yang handal dalam menggunakan teknologi
sehingga penerapan e-government dapat semakin efektif.

SUMBER DANA TATA KELOLA

Sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan Elektronik Pemerintahan (E-Government)


berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber dana lain yang sah.

Pembiayaan sebagaimana dimaksud digunakan untuk:

• penyusunan kebijakan atau regulasi;

• pengadaan dan instalasi;

• pengelolaan operasional;

• pemeliharaan sistem;

• pengembangan sumber daya manusia TIK Elektronik Pemerintahan (E-Government);

• sosialisasi dan koordinasi;


• sistem manajemen keamanan informasi;

• fasilitasi peran serta masyarakat untuk mendukung pengembangan TIK Elektronik


Pemerintahan (FOGovernment) Pemerintah Daerah;

• dan kebutuhan lain terkait pengembangan Elektronik Pemerintahan (E-Government)


Daerah.

PAYUNG HUKUM

Secara yuridis, dalam konteks Indonesia, restatement asas-asas atau prinsipp ri n si p g o o d


g o v e r n a n c e s e b a g a i bestursnormen (norma-norma atau kaidahkaidah pemerintahan)
telah dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (UU No. 30 Tahun 2014). Hal itu tercermin dari, pertama, maksud
diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2014 sebagai dasar hukum bagi badan dan/atau pejabat
pemerintahan, warga masyarakat, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan administrasi
pemerintahan dalam u p a y a m e n i n g k a t k a n k u a l i t a s penyelenggaraan
pemerintahan (Pasal 2 UU No. 30 Tahun 2014). Kedua, tujuan diberlakukannya UU No. 30
Tahun 2014, yaitu: menciptakan tertib penyelenggaraan administrasi pemerintahan;
menciptakan kepastian h u k u m ; m e n c e g a h t e r j a d i n y a penyalahgunaan
wewenang; menjamin akuntabilitas badan dan/atau pejabat pemerintahan; memberikan
perlindungan hukum kepada warga masyarakat dan aparatur pemerintahan; melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan d a n me n e r a p k a n a s a s- a s a s umum
pemerintahan yang baik; memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga
masyarakat (Pasal 3 UU No. 30 Tahun 2014).

Hubungan antara instrumentalisasi EGovernment dalam penyelenggaraan pemerintahan


dengan asas-asas atau prinsipprinsip good governance sebagai tolok ukur yuridis dalam
penyelenggaraan pemerintahan menjadi jelas, yaitu untuk memperbaiki kualitas kinerja
pemerintah. Secara lebih spesifik, dalam konteks asas-asas dan prinsipprinsip good
governance, perbaikan kualitas kinerja pemerintah harus didorong salah satunya dalam
bentuk kepatuhan terhadap asas keterbukaan/transparansi pemerintahan dan asas efisiensi-
efektivitas pemerintahan. Berdasarkan pemahaman demikian maka instrumentalisasi sistem
elektronik dalam penyelenggaraan pemerintahan diharapkan dapat mendorong atau
meningkatkan keterbukaan dan efisiensi-efektivitas pemerintahan supaya tuntutan asas-asas
atau prinsip-prinsip good governance dapat diwujudkan.Keterbukaan dalam akses informasi
publik hanya salah satu aspek saja dalam menjawab persoalan keterbukaan atau transparansi
pemerintahan secara umum. Akan tetapi dapat juga dipahami di sini bahwa keterbukaan atas
akses informasi publik dapat bermakna sebagai starting point untuk keterbukaan atau
transparansi pemerintahan secara umum. Dalam pengertian demikian maka keterbukaan
informasi publik menjadi sangat penting sebagai bagian dari keterbukaan atau transparansi
pemerintahan secara umum (R. Douglas,1998).
Keterbukaan atau transparansi pemerintahan dapat mendorong akuntabilitas pemerintahan
merupakan isu sangat penting dalam demokrasi, terutama gagasan peme rint ahan untuk r
akya t. Pros e s pengawasan terhadap jalannya pemerintahan supaya hasil-hasil dari
pemerintahan benarbenar dapat dinikmati rakyat hanya dapat dikondisikan oleh keterbukaan
atau transparansi pemerintahan. Dengan pengertian ini maka keterbukaan atau t r a n s p a r a
n si p e m e r i n t a h a n a k a n memudahkan pengawasan oleh rakyat terhadap
pemerintahnya sehingga dapat m e n d o r o n g p r o s e s a k u n t a b i l i t a s pemerintahan
semakin lebih baik. Instrumentalisasi sistem elektronik untuk penyelenggaraan pemerintahan
(EGovernment) diharapkan mampu menjawab isu akuntabilitas pemerintahan sehingga
kepatuhan pemerintah terhadap asas efisiensi dan efektivitas pemerintahan dapat terjadi.

Perihal kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan E-Government di daerah dapat


diperhatikan dalam Pasal 12 ayat (2) huruf j Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 23 Tahun 2014), yang di dalamnya mengatur tentang salah
satu urusan (baca: kewenangan) pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan
dasar yaitu komunikasi dan informatika. Selanjutnya dalam Lampiran huruf P UU No. 23
Tahun 2014 yang mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota, penyelenggaran E-Government diletakkan sebagai SubUrusan
dari Urusan Komunikasi dan Informatika, yaitu sub-urusan Aplikasi Informatika. Dalam sub-
urusan aplikasi informatika tersebut, ranah kewenangan kabupaten/kota berkenaan atau
mencakup:
(1) pengelolaan nama domain yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan sub domain di
lingkup Pemerintah Daerah kabupaten/kota; dan
(2) Pengelolaan EGovernment di lingkup Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
Ketentuan lain dalam UU No. 23 Ta h u n 2 0 1 4 y a n g t e r k a i t d e n g a n
penyelenggaraan E-Government diatur dalam Pasal 345 dan Pasal 391-394. Pasal 345 UU
No. 23 Tahun 2014 mengatur tentang manajemen pelayanan publik, di mana pada ayat (1)
ditegaskan bahwa Pemerintah Daerah wajib membangun manajemen pelayanan publik
dengan mengacu pada asas-asas pelayanan publik. Manajemen pelayanan publik meliputi:
pelaksanaan pelayanan; pengelolaan pengaduan masyarakat; pengelolaan informasi;
pengawasan internal; penyuluhan kepada masyarakat; pelayanan konsultasi; dan pelayanan
publik lainnya s e sua i dengan ke t entuan pe r a tur an perundang-undangan.

Selanjutnya dalam Pasal 391-394 UU No. 23 Tahun 2014 diatur tentang Informasi
Pemerintahan Daerah. Pasal 391 UU No. 23 Tahun 2014 mengatur bahwa Pemerintah Daerah
wajib menyediakan informasi Pemerintahan Daerah yang terdiri atas: informasi
pembangunan Daerah; dan informasi keuangan Daerah. Informasi Pemerintahan Daerah
dikelola dalam suatu sistem informasi Pemerintahan Daerah. I n f o r m a si p e m b a n g u n
a n D a e r a h sebagaimana diatur dalam Pasal 391 memuat informasi perencanaan
pembangunan Daerah yang mencakup: kondisi geografis Daerah; demografi; potensi sumber
daya Daerah; ekonomi dan keuangan Daerah; aspek kesejahteraan masyarakat; aspek
pelayanan umum; dan aspek daya saing Daerah (Pasal 392 UU No. 23 Tahun 2014).
Lebih lanjut dalam Pasal 4 UU No. 14 Tahun 2008 ditegaskan bahwa pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;
b. mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka m e n i n g k a t k
a n k e s e j a h t e r a a n masyarakat;
c. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
d. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran
dan kemampuan di bidang p e n g g u n a a n d a n p ema n f a a t a n Teknologi Informa si s
eoptima l mungkin dan bertanggung jawab; dan
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi.
Mengacu pada tujuan penyelenggaraan informasi dan transaksi elektronik, Pemerintah dan
Masyarakat mempunyai peran sebagaimana diatur dalam Pasal 40 UU No. 14 Tahun 2008.
Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa Pemerintah (Pusat) memfasilitasi pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundangu n d a n g a n . Peme ri n t a h me li n d u n g i kepentingan umum dari segala
jenis gangguan sebagai akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi
Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai dengan ketentuan Peraturan P e r u n d
a n g - u n d a n g a n . P eme ri n t a h menetapkan instansi atau institusi yang memiliki data
elektronik strategis yang wajib dilindungi. Instansi atau institusi tersebut harus membuat
Dokumen Elektronik dan r e k am c a d a n g e l e k tr o n i k n y a s e rt a
menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk kepentingan pengamanan data. Instansi atau
institusi lain membuat Dokumen Elektronik dan rekam cadang elektroniknya sesuai dengan
keperluan perlindungan data yang dimilikinya.

PERENCANAAN PENGEMBANGAN

Ada Beberapa Ide Penerapan E-Government dalam Pemerintahan Daerah secara umum di
Indonesia untuk Upaya penerapan e-government dalam pemerintahan telah banyak dilakukan
di banyak tempat.

 Pengembangan E-Government perlu mempunyai visi/tujuan dan strategi

jelas dan terkait dengan pembangunan daerah


Belum seluruh bagian masyarakat kita mampu memanfaatkan teknologikomunikasi dan
informasi, tapi dengan tantangan global (seperti misalnya: Pasar Bebas Asean 2003) dan
kebutuhan untuk menarik investor dan wisatawan makapemerintah daerah perlu
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk pengembangane-government di daerahnya
masing-masing. Pengembangan tersebut perlu disesuaikandengan visi, misi, strategi dan
program pembangunan wilayahnya, atau dengan katalain pengembangan e-government perlu
mempunyai tujuan dan agenda yang jelas.
Sebagai contoh: Visi e-government Singapura: “To be a leading eGovernment to
better serve the nation in the Digital Economy”, dengan program strateginya meliputi:
“(1) knowledge-based workplace, (2) electronic service delivery, (3) technology
experimentation, (4) operational efficiency improvement, (5) adaptive and robust
infocomm infrastructure, and (6) infocomm education” (Swee & Virginia, 2002).

Tanpa masuk ke teknologi e-government, pemerintahan daerah kita akan


terisolasi dan tertinggal dalam dunia dengan pembedaan digital (digital divide). Selain
itu, revolusi informasi yang didukung dengan pesatnya perkembangan ICT juga telah
terjadi di luar bidang pemerintahan, yaitu antara lain dalam bentuk: e-banking, ecommerce,
distance education, dan sebagainya.

 Kiat-kiat menuju E-Government yang unggul

Agar kita dapat berhasil dan unggul dalam penerapan e-government, maka
perlu kita simak nasehat dalam publikasi the Harvard Policy Group (2000). Menurut
nasehat tersebut, kita perlu melakukan delapan hal, yaitu:
1) Fokuskan pada cara teknologi informasi dapat mengarahkan bentuk kegiatan
dan strategi dalam sektor publik.
2) Gunakan teknologi informasi bagi inovasi strategis, bukan hanya otomasi
kegiatan taktis.
3) Manfaatkan pengalaman-pengalaman terbaik (best practices) dalam
menerapkan inisiatif pemanfaatan teknologi informasi. Contoh best practices
antara lain: di Australia <www1.maxi.com.au>, di Singapura
<www.ecitizen.gov.sg>, di AS yang ditangani swasta <www.ezgov.com> dan
<www.govworks.com>.
4) Tingkatkan anggaran dan pendanaan bagi inisiatif pemanfaatan teknologi
informasi yang menjanjikan (mempunyai harapan keberhasilan).
5) Lindungi privasi dan sekuriti.
6) Bentuk dan kembangkan kerjasama berkaitan dengan teknologi informasi
untuk mendorong pembangunan ekonomi.
7) Gunakan teknologi informasi untuk mempromosikan keadilan dalam peluang
kerja dan kesejahteraan masyarakat.
8) Persiapkan diri terhadap berkembangnya demokrasi digital (demokrasi dalam
era digital).

Tindakan ke 1 sampai 4 mendukung transisi ke layanan elektronis, sedangkan


tindakan ke 5 sampai 8 akan menjawab tantangan yang sedang timbul dalam
kepemerintahan.

Melengkapi kiat-kiat di atas, menurut Accenture (2001: 8-9), ada lima


karaktaristik e-government yang unggul, yaitu:
(1) Visi dan Implementasi: mempunyai visi sejak awal dan mekanisme
implementasi yang baik/tepat.
(2) Berorientasi ke Pengguna/Warga masyarakat: pada umumnya, di awal
pengembangan e-government, informasi yang dipublikasikan disusun dan
diorganisasikan dengan mempertimbangkan cara pemerintah bekerja dan
memberikan layanan secara fisik. Pada e-government yang unggul, layanan
kepada publik atau warga masyarakat dirancang dengan mempertimbangkan
kemauan dan cara berpikir masyarakat umum, bukan berdasar cara kerja
lembaga-lembaga pemerintah. Dalam berkomunikasi dengan Pemerintah lewat
e-government, masyarakat tidak perlu tahu struktur organisasi dan tata laksana
pemerintah. Misal: untuk aplikasi IMB, cukup diklik tombol aplikasi, yang
juga untuk layanan aplikasi-aplikasi lainnya (tidak perlu tahu instansi yang
mengurusinya lalu mengklik tombol instansi tersebut).
(3) Menggunakan Manajemen Hubungan Masyarakat (Customer Relationship
Management/ CRM): Humas pemerintahan bergeser fungsinya bagaikan
humas dalam perusahaan jasa, dengan menggunakan teknik-teknik manajemen
informasi pengguna jasa, pemasaran, meminimalkan duplikasi pengumpulan
informasi dan pembuatan profil perilaku pengguna jasa dalam rangka
memprediksi kebutuhan di masa depan.
(4) Volume dan Kompleksitas/kerumitan: mampu menangani volume informasi
yang besar dengan kompleksitas tinggi (tapi masih nyaman dan nampak
sederhana atau tidak rumit bagi pengguna)
(5) Penggunaan Portal sebagai satu pintu masuk: memudahkan bagi
pengguna/warga masyarakat dengan tidak perlu mengunjungi situs tiap
instansi, cukup satu situs sebagai pintu masuk (portal) untuik mendapatkan
semua layanan yang diperlukan. Contoh: eCitizen Portal layanan dari
Pemerintah Singapura untuk warganya (www.ecitizen.gov.sg)

 Pengembangan lebih lanjut e-government menjadi e -governance

Dalam pengembangan e-government, kita perlu mempertimbangkan bahwa egovernment


dapat dikembangkan lebih lanjut dan lebih luas ke e-governance.
Menurut Heeks (2001a: 2), e-governance diartikan sebagai pemanfaatan ICT untuk
mendukung pemerintahan yang baik (good governance). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa e-governance mencakup:
(1) e-Administration: untuk memperbaiki proses pemerintahan dengan
menghemat beaya, dengan mengelola kinerja, dengan membangun koneksi
strategis dalam pemerintah sendiri, dan dengan menciptakan pemberdayaan.
(2) e-Citizen & e-Services: menghubungkan warga masyarakat dengan
Pemerintah dengan cara berbicara dengan warga dan mendukung
akuntabilitas, dengan mendengarkan masyarakat dan mendukung demokrasi,
dan dengan meningkatkan layanan publik.
(3) e-Society: membangun interaksi di luar pemerintah dengan bekerja secara
lebih baik dengan pihak bisnis, dengan mengembangkan masyarakat, dengan
membangun kerjasama dengan pemerintah, dan dengan membangun
masyarakat madani.

Dalam hal ini, menurut Heeks (2001b: 3), terdapat tiga cara potensial bagi pemerintah
untuk berkembang, yaitu:
(1) Otomasi: mengganti proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan,
penyampaian hasil atau informasi yang dilakukan oleh tenaga manusia dengan
proses dengan teknologi komunikasi dan informasi. Misal: otomasi fungsi
klerikal (tata usaha) yang ada.
(2) Informatisasi: mendukung proses yang kini dilakukan dengan tenaga manusia.
Misal: pengambilan keputusan beserta pengkomunikasian dan
implementasinya.
(3) Transformasi: menciptakan proses baru pengolahan informasi yang
dijalankan dengan ICT atau mendukung proses baru pengolahan informasi
yang dijalankan oleh tenaga manusia. E-government dalam jangka panjang
akan merubah cara kerja pemerintah, menggeser cara kerja tradisional dengan
cara kerja elektronis yang lebih efisien dan efektif.

Dengan ketiga cara tersebut diharapkan pemerintahan dapat lebih efisien, dalam arti
dapat lebih murah, dapat berbuat lebih banyak, dan dapat bekerja lebih cepat. Selain
itu, pemerintahan diharapkan dapat lebih efektif, dalam arti: dapat bekerja lebih baik
dan inovatif. Untuk mewujudkan e-Governance, Heeks (2001b: 17-19) menjelaskan tentang
enam persyaratan kesiapan. Kesiapan tersebut berkaitan dengan: (i) infrastruktur
sistem data, (ii) infrastruktur legal/hukum, (iii) infrastruktur kelembagaan, (iv)
infrastruktur SDM, (v) infrastruktur teknologi, dan (vi) kepemimpinan dan pemikiran
strategis.
KETERBATASAN/KELEMAHAN

 Minimnya Peraturan Daerah yang Mengatur Mengenai penerapan E-Government

Dalam rangka menerapkan e-government di setiap daerah maka pemerintah daerah harus
menerbitkan peraturan daerah yang mengatur mengenai kewajiban penerapan e-governmentdi
daerahnya. Meskipun demikian, masih banyak pemerintah daerah yang belum menerbitkan
peraturan daerah tersebut.

 Belum Ada Tradisi Saling Berbagi

Informasi (No Culture of Sharing) Dalam penerapan e-government maka pemerintah dituntut
untuk mempublikasikan seluruh informasi yang dimiliki melalui internet kepada masyarakat.
Meskipun demikian, mempublikasikan informasi masih belum menjadi hal yang lazim di
kalangan masyarakat Indonesia sehingga banyak oknum pejabat publik yang justru
mempersulit masyarakat untuk mendapatkan akses untuk memperoleh informasi tersebut.

 Belum Ada Tradisi Untuk Mendokumentasi (No Culture of Documenting)

Selain belum ada tradisi untuk berbagi informasi, Indonesia juga menghadapi tantangan
dimana para pejabat publik belum terbiasa untuk mendokumentasi segala informasi. Hal ini
tentu menghambat penerapan e-government dimana semua informasi harus
didokumentasikan dan dipublikasikan.

 Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Handal dan Kemampuan Masyarakat dalam
Menggunakan Teknologi.
Dalam menerapkan e-government maka dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang handal
di bidang teknologi informasi. Meskipun demikian, saat ini masih banyak pejabat publik yang
tidak memiliki kemampuan yang memadai di bidang teknologi informasi yang
mengakibatkan terhambatnya penerapan e-government. Selain itu, tantangan yang dihadapi
dari sisi masyarakat ialah masih banyak masyarakat yang belum memahami mengenai
penggunaan teknologi.

 Infrastruktur yang Mahal dan Belum Memadai

Di Indonesia, infrastruktur telekomunikasi masih belum tersebar secara merata bahkan masih
banyak warga Negara yang belum dialiri sarana listrik. Hal tersebut tentu membutuhkan
banyak investasi dari pemerintah untuk membangun infrastruktur listrik dan telekomunikasi.
Meskipun demikian, biaya yang tinggi menghambat pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur listrik dan telekomunikasi. Dengan demikian, infrastruktur yang belum memadai
dan biaya yang mahal menghambat penerapan e-government khususnya di daerah.

 Akses yang Terbatas


Dengan minimnya infrastruktur yang memadai membuat akses terhadap e-
governmentmenjadi terbatas pada tempat-tempat tertentu saja.

KEUNTUNGAN

Terdapat beberapa keuntungan dengan diterapkannya e-government. Beberapa di antaranya


adalah:

 Meningkatkan Efektifitas, Efisiensi, dan Mengurangi Biaya

Dengan menerapkan e-government dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam


pelayanan publik melalui layanan yang tepat waktu, cepat, dan pelayanan yang merata
kepada seluruh pengguna layanan tanpa diskriminasi. Hal ini dikarenakan e-government
menggunakan aplikasi berbasis internet yang dapat melakukan pengumpulan, transmisi,
penyediaan data dan komunikasi dengan pengguna secara cepat. Dengan adanya pelayanan
publik yang efektif dan efisien maka akan mengurangi biaya operasional pemerintah.

 Meningkatkan Pelayanan

Layanan publik yang fokus pada pengguna layanan merupakan inti dari reformasi pelayanan
publik saat ini. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada pengguna layanan maka harus
dilakukan integrasi e-government antar lembaga pemerintahan baik di tingkat pusat ataupun
daerah. Dengan adanya integrasi maka pengguna layanan dapat mengakses satu website
untuk seluruh jenis layanan yang dibutuhkan oleh pengguna layanan.

 Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Semua warga masyarakat mempunyai hak untuk berpendapat dan dengan menerapkan e-
government maka masyarakat dapat berpartisipasi dalam memberikan saran dan masukan
dalam rangka peningkatan pelayanan pemerintah. Selain daripada itu, partisipasi masyarakat
dalam e-government juga dapat berkembang menjadi e-democracy dimana masyarakat dapat
berpartisipasi secara langsung melalui media online untuk memilih para pejabat yang duduk
di pemerintahan.

 Meningkatkan Transparansi dan Mengurangi Korupsi

Dengan menerapkan e-government maka masyarakat dapat mengakses segala informasi


tentang pemerintah yang dipublikasikan melalui website seperti publikasi rapat, anggaran dan
pengeluaran, dan lainnya. Dengan demikian, e-government turut meningkatkan transparansi
dalam pemerintahan sehingga dapat memberantas korupsi serta masyarakat dapat turut
melakukan kontrol atas kegiatan di pemerintahan

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pembahasan di atas
dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara teoretis, E-Government dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah didukung
oleh konsepsi Hukum Administr a si Ba ru yang l ebih menekankan aspek keterbukaan atau
transparansi dan efisiensi dalam pemerintahan.
2. Secara yuridis, meskipun belum terdapat Undang-Undang yang secara khusus mengatur
tentang E-Government, sudah terdapat kerangka hukum berupa peraturan perundang-
undangan pada tingkat nasional atau pusat sebagai d a s a r b a g i d a e r a h u n t u k
mengimplementasikan E-Governmentdalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
3. Preskripsi sebagai saran tindak bagi d a e r a h d a l a m r a n g k a mengimplementasikan
E-Governmentdalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, perlunya daerah untuk
mempersiapkan kerangka hukum guna keterpenuhan asas legalitas bagi kebijakannya
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai