Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
MASALAH DALAM PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA

1. PENGERTIAN MASALAH
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seoarng peneliti dalam melakukan penelitian
Administrasi Negara adalah menemukan masalah. Istilah yang tepat adalah “menemukan
masalah”, bukan “mencari masalah”, apalagi “mencarI-cari masalah”. Mengapa demikian ? Karena
masalah itu sudah banyak di lapangan, sehingga tidak perlu dicari lagi. Tugas peneliti adalah
menemukan masalah itu. Jadi, peneliti bukan “mecari masalah”, apalagi “mencari-cari masalah”
yang artinya mengada-adakan masalah yaitu sesuatu yang bukan masalah dijadikan masalah.
Apa yang dimaksud dengan masalah ? Masalahadalah kesenjangan (gap) atau perbedaan
antara das sollen dengan das sein.Das sollen adalah sesuatu yang bersifat normatif (yang
seharusnya atau berdasarkan norma/aturan), sedangkan das sein adalah sesuatu yang bersifat
empiris (yang senyatanya atau berdasarkan pengalaman praktis/empiris/kenyataan). Contoh das
sollen dan das sein yaitu :
Das Sollen Das Sein
Teori Praktik
Target/rencana Realisasi
Aturan Pelaksanaan
Harapan/cita-cita Kenyataan
Jika ada kesenjangan/perbedaan antara das sollen dengan das sein tersebut, maka dikatakan
ada masalah. Jadi, kesenjangan/perbedaan itulah yang harus ditemukan oleh peneliti.

2. MASALAH PENELITIAN (RESEARCH GAP) DALAM ADMINISTRASI NEGARA


Masalahyang dapat diangkat ke dalam penelitian Administrasi Negara adalah kesenjangan/
perbedaan yang bersifat negatif dalam penyelenggaraan Administrasi Negara, misalnya :
• Menurut teori, pimpinan harus tegas kepada bawahan yang melakukan pelanggaran.
Tetapi dalam praktiknya di Dinas A, pimpinan tidak mampu bertindak tegas.
Di sini ada masalah yaitu ada kesenjangan/perbedaan antara teori dengan praktik.
• Target PBB di Kecamatan A tahun 2016 adalah sebesar Rp 500 Juta.
Tetapi realisasinya ternyata hanya Rp 300 Juta atau 60 %.
Di sini ada masalah yaitu ada kesenjangan/perbedaan antara target dengan realisasi.
• Pada tahun 2015,di Dinas A direncanakan akan dibangun sistem pengelolaan arsip berbasis
digital atau e-arsip.
Tetapi realisasinya sampai tahun 2017 ini belum berjalan.
Di sini ada masalah yaitu ada kesenjangan/perbedaan antara rencana dengan realisasi.
• Menurut aturan, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kota minimal harus 30 % dari luas
wilayah kota tersebut.
Tetapi dalam pelaksanaannya ternyata luas RTH hanya di Kota B hanya 12 %.
Di sini ada masalah yaitu ada kesenjangan/perbedaan antara aturan dengan pelaksanaan.
• Menurut aturan, pegawai harus datang ke tempat kerja jam 07.00 dan pulang kerja jam 15.30.
Tetapi kenyataannya banyak pegawai Dinas A yang datang terlambat dan pulang kerja lebih
awal.
Di sini ada masalah yaitu ada kesenjangan/perbedaan antara aturan dengan pelaksanaan.

1
2

Perhatikan bahwa dalam contoh-contoh di atas, kesenjangan/perbedaan itu bersifat negatif,


sehingga dapat dijadikan masalah penelitian (research gap) dalam bidang Administrasi Negara.
Jika kesenjangan/perbedaan itu bersifat positif, maka tidak dapat dijadikan masalah penelitian
(research gap). Kesenjangan atau perbedaan yang bersifat positif itu misalnya :
Target PBB di Kecamatan A tahun 2016 ditetapkan sebesar Rp 500 Juta
Tetapi realisasinya sebesar Rp 550 Juta.
Di sini juga ada kesenjangan/perbedaan antara target dengan realisasi, tetapi sifatnya positif
(sudah baik) yaitu realisasinya melebihi atau di atas target.Kesenjangan/perbedaan yang bersifat
positif (sudah baik) itu tidak dapat diangkat menjadi masalah penelitian(research gap)dalam
Administrasi Negara. Kesenjangan/perbedaan yang dapat diangkat menjadi masalah dalam
penelitian Administrasi Negara adalah yang bersifat negatif (kurang baik, kurang optimal) yaitu jika
realisasinya di bawah atau tidak mencapai target.

3. CARA MENEMUKAN MASALAH PENELITIAN


Seperti sudah dijelaskan di atas, masalah penelitian (research gap) itu tidak usah dicari
karena masalah itu sudah banyak di lapangan. Tugas peneliti adalah menemukan masalah
itu. Untuk dapat menemukan masalah, maka peneliti harus “membuka mata dan telinga”. Hal
ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan (observasi) ke lapangan, melakukan
wawancara, membaca surat kabar lokal, mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu, melihat
dan mendengarkan tayangan berita di televisi lokal,mendengarkan berita di radio lokal,
mendengarkan apa yang dikatakan informan dan pegawai (‘orang dalam’), mendengarkan
keluhan-keluhan masyarakat, dan browsing internet.
Berdasarkan hal tersebut, menemukan masalah penelitian (research gap) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Cara langsung; dengan cara survey langsung ke lapangan (melakukan observasi dan
wawancara dengan informan, mendengarkan keluhan-keluhan dari masyarakat).
b. Cara tidak langsung; dengan cara membaca surat kabar lokal, menyimak berita di televisi
dan radio lokal, informasi dari pegawai (‘orang dalam’), informasi dari masyarakat,
mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu, dan browsing internet.
Dengan cara-cara itu, maka seorang peneliti dapat menemukan research gap yaitu
masalah yang akan diangkat dalam penelitiannya. Meskipun demikian, masalah penelitian
itu tidak dapat secara langsung ditemukan oleh peneliti. Pada awalnya, peneliti hanya
mengenali masalah itu dari indikasi atau gejala-gejalanya. Hal ini sama seperti seorang
dokter yang menemukan suatu penyakit dari gejala-gejalanya. Misalnya gejala perut
kembung, perih dan mual itu sebenarnya bukan penyakit, tetapi hanya merupakan gejala-
gejala dari penyakit maag. Jadi, dengan mengenali gejala-gejalanya, dokter dapat
menemukan atau mendiagnosis apa yang menjadi penyakitnya.
Demikian juga halnya dengan peneliti. Seorang peneliti menemukan suatu masalah dari
indikasi atau gejala-gejalanya. Misalnya :
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu banyak pegawai yang datang terlambat ke
kantor,banyak pegawai yang pulang kerja lebih awal, dan banyak pegawai yang
meninggalkan jam kerja bukan untuk urusan dinas. Indikasi atau gejala itu menunjukkan
adanya masalah yaitu “rendahnya disiplin kerja pegawai” atau “disiplin pegawai kurang
optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu penyelesaian pekerjaan oleh pegawai
banyak yang terlambat dan target tidak tercapai. Indikasi atau gejala itu menunjukkan
3

adanya masalah yaitu “kurangnya efektivitas kerja pegawai” atau “efektivitas kerja
pegawai belum optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu hasil-hasil pekerjaan secara kuantitas dan
kualitas kurang baik. Indikasi atau gejala itu menunjukkan masalah yaitu “rendahnya
kinerja pegawai” atau “kinerja pegawai kurang optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu pimpinan jarang mengecek langsung
pekerjaan pegawai dan pimpinan tidak tegas dalam memberikan tindakan koreksi berupa
teguran atau sanksi kepada pegawai yang melakukan pelanggaran. Indikasi atau gejala
itu menunjukkan adanya masalah yaitu “lemahnya pengawasan” atau “pengawasan
belum optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu ada beberapa pekerjaan yang tumpang
tindih, antara pejabat belum sepenuhnya terwujud persamaan persepsi dan tindakan, dan
kurangnya forum-forum pertemuan bersama untuk membahas pelaksanaan pekerjaan
dan hasil-hasilnya. Indikasi atau gejala itu menunjukkan adanya masalah yaitu “lemahnya
koordinasi” atau “koordinasi yang kurang optimal”.
Untuk dapat menentukan indikasi atau gejala-gejalayang ditemukan itu termasuk ke
dalam masalah apa, maka peneliti harus menguasai teori-teori dalam Administrasi Negara.
Teori-teori ini sendiri sudah dipelajari oleh mahasiswa selama kuliah. Teori-teori itu juga
dapat dipelajari dari buku-buku yang ada.
4

BAB II
FOCUS DAN LOCUS PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA

Setelah peneliti menemukan masalah penelitian, maka peneliti dapat merumuskan judul untuk
penelitiannya. Judul penelitian ini diangkat dari masalah yang telah ditemukan peneliti. Di dalam
judul penelitian harus mengandung dua hal yang penting yaitu focus dan locus penelitian. Oleh
karena itu, sebelum merumuskan judul penelitian, peneliti harus menentukan dulu apa yang
menjadi focus dan locus penelitiannya.

1. Focus penelitian Administrasi Negara


Focus penelitian adalah apa yang menjadi kajian dalam suatu penelitian. Focus penelitian
merupakan variabel atau konsep yang diteliti oleh seorang peneliti dalam penelitiannya. Focus
penelitian ini berkaitan dengan teori-teori dalam Administrasi Negara.
Focus penelitian Administrasi Negara berupa variabel atau konsep, antara lain :
• Perencanaan
• Pengorganisasian
• Penggerakan
• Pengawasan
• Pengendalian
• Motivasi (Pemotivasian atau Pemberian Motivasi)
• Kepemimpinan atau Gaya Kepemimpinan
• Koordinasi
• Perumusan Kebijakan
• Implementasi Kebijakan
• Evaluasi Kebijakan
• Kinerja(Kinerja Pegawai, Kinerja Organisasi, Kinerja Pelaksanaan Program)
• Disiplin KerjaPegawai
• Efektivitas (Efektivitas KerjaPegawai, Efektivitas Organisasi, Efektivitas Pelaksanaan Program)
• Produktivitas KerjaPegawai
• Semangat Kerja Pegawai
• Pengelolaan Kearsipan
• Pendidikan dan Latihan
• Pengembangan Pegawai
• Pembinaan Pegawai
• Pembinaan Organisasi
• Perilaku Organisasi
• Budaya Organisasi atau Budaya Kerja
• Pengembangan Organisasi
• Pendelegasian Wewenang
• Tata Tuang Kantor
• Komunikasi
• Kompetensi Pegawai
• Pelayanan Publik
• Kualitas PelayananPublik

4
5

• Kepuasan Masyarakat
• Partisipasi (Partisipasi Masyarakat, Partisipasi Pegawai)
• E-government (website pemda, pelayanan online dan pelayanan elektronik)
• Good governance
• Collaborative governance
dan variabel atau konsep lainnya yang ada teorinya di dalam Ilmu Administrasi Negara.
Focus-focus tersebut harus dituliskan secara eksplisit (disebutkan dengan jelas) di dalam judul
penelitian.

2. Locus penelitian Administrasi Negara


Locus penelitian merupakan lembaga yang menjadi tempat/lokasi penelitianAdministrasi
Negara yaitu :
• Instansi pemerintah pusatyaituLembaga Tinggi Negara (MPR, DPR, DPD, MA, BPK,
Kejaksaan Agung) dan Kementerian.
• Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) seperti badan-badan, lembaga-lembaga, dan
komisi-komisi di tingkat pusat dan perwakilannya di provinsi atau kabupaten/kota. Misalnya
BPN, BKN, BPS, Komnas HAM, KPU, dan lain-lain.
• Instansi vertikal yaitu instansi pemerintah pusat yang ada di daerah seperti Kantor Wilayah
(Kanwil) Kementerian di Provinsi, Kantor Kementerian di Kabupaten/Kota, Kantor Pertanahan,
dan lain-lain.
• DPRD, baik DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota.
• Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi berupa Badan,
Dinas atau Kantor.
• SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota berupa Badan, Dinas, Kantor, Kantor
Kecamatan, dan Kantor Lurah.
• Komisi atau badan yang dibentuk oleh pemerintah daerah, misalnya Komisi Informasi, KPUD,
dan lain-lain.
• Badan Usaha Milik Negara (BUMN), misalnya PT. Pertamina, PT. PLN, PT. Kereta Api
Indonesia, PT. Telkom, bank-bank pemerintah, dan lain-lain.
• Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), misalnya PDAM, PD Pasar, dan lain-lain.
• Rumah sakit pemerintah seperti Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) dan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD).
• Puskesmas.
• Sekolah dan Perguruan Tinggi Negeri.
• Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
• Lembaga-lembaga lain yang dibentuk oleh Pemerintah Pusat dan Daerah atau melaksanakan
tugas-tugas pemerintah pusat/daerah.
Locus penelitian Administrasi Negara juga dapat berupa :
• Masyarakat, sepanjang menyangkutimplementasi kebijakan/program, partisipasi masyarakat,
dan kepuasan masyarakat.
• Wilayah kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan dan desa, sepanjang menyangkut
implementasi kebijakan pemerintah pusat/daerah.
Dalam menentukan locus/lokasi penelitian harus didasarkan oleh alasan yang ilmiah yaitu
adanya masalah, data mudah diperoleh, dan lokasi penelitian terjangkau. Jadi alasan dalam
6

menentukan locus/lokasi penelitian adalah bukan karena “di kantor itu ada bapak atau kenalan
saya” dan alasan lain yang tidak ilmiah.
Locus penelitian berupa lembagaharus dituliskan secara eksplisit (muncul) di dalam judul
penelitian, misalnya :
• Judul “Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas A Kabupaten B”. Di sini locusnya adalah di
Puskesmas A.
• Judul “Analisis Kepemimpinan Kepala Dinas di Dinas A Kota B”. Di sini locusnya adalah di
Dinas A Kota B.
Locus berupa lembaga juga dapat dituliskan secara implisit (tidak muncul) di dalam judul
penelitian, misalnya :
• Judul “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A. Di sini locusnya
adalahdi Satpol PP Kota A karena yang berwenang menertibkan PKL adalah Satpol PP,
tetapiSatpol PP tidak muncul dalam judul. Meskipun tidak muncul dalam judul, locusnya tetap
harus disebutkan pada Latar belakang Masalah di dalam di dalam Proposal Penelitian. Jika
locusnya ingin dimunculkan dalam judul, maka judulnya menjadi “Implementasi Kebijakan
Penertiban Pedagang Kaki Lima Oleh Satpol PP di Kota A”.
• Judul “Partisipasi Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten A”. Di sini locusnya
adalah KPUD Kabupaten A karena urusan pilkada merupakan wewenang KPUD, tetapi KPUD
tidak muncul dalam judul. Meskipun tidak muncul dalam judul, locusnya tetap harus disebutkan
pada Latar belakang Masalah di dalam Proposal Penelitian.
Dalam penelitian Administrasi Negara, locus utama (locus primer)-nya tidak boleh di instansi
swasta atau perusahaan swasta. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mengambil judul misalnya
kepemimpinan manager di perusahaan swasta, kinerja karyawan di perusahaan swasta, kualitas
pelayanan di rumah sakit swasta, dan sejenisnya. Judul-judul itu adalah bukan judul penelitian Ilmu
Administrasi Negara tetapi judul penelitian Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi.
Dalam penelitian Administrasi Negara, instansi swasta atau perusahaan swasta hanya boleh
dijadikan sebagai locus penunjang (locus sekunder). Hal ini biasanya dalam judul-judul yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan atau variabel lain yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat/daerah. Misalnya :
• Dalam judul penelitian “Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kabupaten A”.
Locus utama (locus primer)-nya adalah di Dinas Tenaga Kerja karena masalah UMK
merupakan wewenang dinas tersebut. Tetapi peneliti juga harus meneliti di perusahaan-
perusahaan swasta untuk mengetahui pelaksanaan UMK tersebut.Dalam hal ini, perusahaan-
perusahaan swasta itu hanya menjadi locus penunjang (locus sekunder).
• Dalam judul penelitian “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
A (Studi Kasus di Kecamatan B)”. Locus utama (locus primer)-nyaadalah di Satpol PP karena
urusan penertiban PKL adalah wewenang instansi tersebut. Tetapi peneliti juga harus meneliti
di lokasi PKL untuk mengetahui pendapat PKL tentang penertiban PKL tersebut. Dalam hal ini,
lokasi PKL itu hanya menjadi locus penunjang (locus sekunder).
• Dalam judul penelitian “Pengawasan Pengelolaan Limbah Perusahaan di Kabupaten A (Studi
Kasus di Kecamatan B)”. Locus utama (locus primer)-nyaadalah di Dinas Lingkungan Hidup
karena dinas itulah yang berwenang melakukan pengawasan pengelolaan limbah perusahaan.
Tetapi peneliti juga harus meneliti di perusahaan-perusahaan swasta untuk mengetahui
pengelolaan limbah tersebut. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan swasta itu hanya menjadi
locus penunjang (locus sekunder).
7

BAB III
MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa judul penelitian itu diangkat dari suatu
masalah yang sudah ditemukan sebelumnya oleh peneliti. Dengan demikian, judul penelitian
itu dirumuskan setelah menemukan masalah, bukan sebaliknya, merumuskan judul dulu
baru menemukan masalah.Dengan kata lain, judul penelitian itu dirumuskan dari masalah
yang ditemukan, misalnya :
1. Jika peneliti menemukan masalah kurangnya pengawasan di Dinas A Kota B, maka
judulnya:
“Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B” (judul kualitatif)
atau
“Analisis Pengawasan di Dinas A Kota B” (judul kualitatif).
2. Jika peneliti menemukan masalah lemahnya koordinasi dalam pelaksanaan Program
Keluarga Berencana di Kecamatan A Kabupaten B, maka judulnya :
“Koordinasi Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan A
Kabupaten B” (judul kualitatif).
3. Jika peneliti menemukan masalah belum optimalnya implementasi kebijakan Ruang
Terbuka Hijau di Kota A, maka judulnya :
“Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Kota A” (judul kualitatif)
4. Jika peneliti menemukan masalah kurangnya disiplin pegawai di Dinas A Kota B yang
diduga karena lemahnya kepemimpinan Kepala Dinas A Kota B, maka judulnya :
“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Dinas Terhadap Disiplin Pegawai di Dinas A Kota B”
(judul kuantitatif)
atau
“Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai di
Dinas A Kota B” (judul kualitatif).
Di dalam judul penelitian kualitatifterdapat istilah konsep, sedangkan di dalam judul
penelitian kuantitatif terdapat istilah variabel. Variabel di dalam judul penelitian kuantitatif
pada umumnya terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab timbulnya
variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat dari adanya
variabel bebas.
Dalam judul kuantitatif, variabel bebas terletak di depan sedangkan variabel terikat
terletak di belakang, misalnya :
1. Dalam judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A Kota
B”, yang menjadi variabel bebasnya adalah Pengawasan, sedangkan variabel terikatnya
adalah Disiplin Kerja Pegawai.
2. Dalam judul “Hubungan KepemimpinanCamat dengan Semangat Kerja Pegawai di
Kantor Camat A Kabupaten B”, yang menjadi variabel bebasnya adalah kepemimpinan
Camat, sedangkan variabel terikatnya adalah semangat kerja pegawai.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam merumuskan judul penelitian
yaitu judul penelitian harus dirumuskan dalam kalimat yang netral. Judul penelitian tidak
boleh dirumuskan dalam kalimat negatif misalnya : “Kurangnya Pengawasan di Dinas A

7
8

Kota B”. Judul penelitian juga tidak boleh dirumuskan dalam kalimat positif misalnya
“Efektifnya Pengawasan di Dinas A Kota B”.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan yaitu judul penelitian harus mengandung
focus yaitu teori Ilmu Administrasi Negara. Peneliti jangan merumuskan judul yang tidak ada
teorinya dalam Ilmu Administrasi Negara, misalnya :
• Judul “Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”.
Judul itu salah karena di dalam Ilmu Administrasi Negara tidak ada teori tentang
penertiban Pedagang Kaki Lima.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara, maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Kinerja Satpol PP Dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A“
atau
“Koordinasi dalam PenertibanPedagang Kaki Lima di Kota A”
atau
“Efektivitas Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”
atau
“Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”.
(Kinerja, koordinasi, efektivitas, dan implementasi kebijakan ada teorinya dalam Ilmu
Administrasi Negara).
• Judul “Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”.
Judul itu salah karena di dalam IlmuAdministrasi Negara tidak ada teori tentang
pembinaan Pekerja Seks Komersial.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara,maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Koordinasi Dalam Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”
atau
“Kinerja Dinas Sosial Dalam Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”.
(Koordinasi dan kinerja ada teorinya dalam Ilmu Administrasi Negara)

• Judul “Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan A Kabupaten B”.


Judul itu salah karena di dalam IlmuAdministrasi Negara tidak ada teori tentang
penanggulangan kemiskinan.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara, maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Perencanaan Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan A Kabupaten B”
atau
“Koordinasi Dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan A Kabupaten B”.
(Perencanaan dan koordinasi ada teorinya dalam Ilmu Administrasi Negara)

• Judul “Penanggulangan Banjir di Kota A”.


Judul itu salah karena di dalam IlmuAdministrasi Negara tidak ada teori tentang
penanggulangan banjir.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara, maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Dalam Penanggulangan Banjir di Kota A”
atau
“Efektivitas Penanggulangan Banjir di Kota A”
9

atau
“Implementasi Kebijakan Penanggulangan Banjir di Kota A”.
(Kinerja, efektivitas, dan implementasi kebijakan ada teorinya dalam Ilmu Administrasi
Negara)
Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam judul penelitian yaitu :
1. Kata-kata dalam judul penelitian harus menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar, tidak lebih dari 20 kata, dan tidak boleh disingkat.
Misalnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dalam judul harus
ditulis lengkap, tidak boleh disingkat menjadi DPMPTSP. Contoh lainnya Keluarga
Berencana (tidak boleh disingkat menjadi KB), Beras Untuk Keluarga Miskin (tidak boleh
disingkat menjadi Raskin), Rumah Tidak Layak Huni (tidak boleh disingkat menjadi
Rutilahu), Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (tidak boleh disingkat menjadi TJSL),
Pedagang Kaki Lima (tidak boleh disingkat menjadi PKL), dan lain-lain.
2. Dalam judul dapat menggunakan anak judul yang ditulis di dalam tanda kurung, dengan
tujuan untuk mempersempit masalah atau untuk lebih memfokuskan kajian. Misalnya :
• “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A (Studi Kasus di
Jalan B)”.
• “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan A
Kabupaten B (Studi Kasus di Desa C)”.
• “Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum ABC Kabupaten A
(Studi Kasus di Ruang A Kelas III)”.
• “Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di
Desa Wisata A Kabupaten B)”.
• “Kualitas Pelayanan di Kantor Imigrasi Kota A (Studi Kasus Kualitas Pelayanan Paspor
Online)”
• “Budaya Organisasi di Dinas A Kota B (Studi Kasus Implementasi Budaya
Pelayanan)”.
10

BAB IV
TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
ADMINISTRASI NEGARA DI FISIP UNSWAGATI CIREBON

Teknis penyusunan proposal penelitian skripsi yang akan diuraikan di sini mengacu pada
sistematika yang ditetapkan dalam buku Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi FISIP
Unswagati tahun 2016.
Proposal penelitian skripsi dapat disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Perbedaan sistematika proposal penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu :

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF


1. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah 2. Rumusan Masalah
3. Identifikasi Masalah 3. Identifikasi Masalah
4. Tujuan Penelitian 4. Tujuan Penelitian
5. Kegunaan Penelitian 5. Kegunaan Penelitian
6. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 6. Kerangka Pemikiran
. 6.1. Kerangka Pemikiran
6.2. Hipotesis
7. Definisi Operasional dan Operasionalisasi 7. Definisi dan Operasionalisasi Konsep
Variabel Penelitian
7.1. Definisi Operasional 7.1. Definisi Konsep Penelitian
7.2. Operasionalisasi Variabel 7.2. Operasionalisasi Konsep Penelitian
8. Metode Penelitian 8. Metode Penelitian
8.1. Metode Penelitian yang Digunakan 8.1. Metode Penelitian yang Digunakan
8.2. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 8.2. Informan dan Teknik Pemilihan
Informan
8.3. Teknik Pengumpulan Data 8.3. Teknik Pengumpulan Data
8.4. Uji Instrumen Penelitian 8.4. Teknik Pengujian Keabsahan Data
8.5. Teknik Analisis Data 8.5. Teknik Analisis Data
9. Lokasi dan Jadwal Penelitian 9. Lokasi dan Jadwal Penelitian
9.1. Lokasi Penelitian 9.1. Lokasi Penelitian
9.2. Jadwal Penelitian 9.2. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (berisi Angket dan Pedoman LAMPIRAN (berisi Pedoman Wawancara)
Wawancara)

Berikut ini akan diuraikan satu per satu sistematika proposal penelitian skripsi, baik penelitian
kuantitatif maupun kualitatif :

1. LATAR BELAKANG MASALAH(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Latar Belakang Masalah memegang peranan yang sangat pentingdalam proposal
penelitian karena berisi uraian tentang alasan yang mendorong peneliti dalam mengambil
suatu masalah dan judul penelitian.Uraian dalam Latar Belakang Masalah harus mampu
11

meyakinkan pembaca (khususnya pembimbing) bahwa masalah yang akan diteliti oleh
peneliti itu menarik dan penting untuk dipecahkan.
Latar Belakang Masalah secara umum berisi uraian tentang :
• Situasi atau kondisi yang melatarbelakangi munculnya masalah.
10
• Masalah yaitu adanya kesenjangan antara teori dengan praktek, antara target dengan
realisasi, atau antara harapan dengan kenyataan.
• Gejala atau fenomena yang menunjukkan adanya masalah.
Misalnya masalah kurangnya disiplin kerja pegawai ditunjukkan oleh gejala-gejala yaitu
pegawai sering datang terlambat dan pulang kerja lebih awal, banyak pegawai yang tidak
mengikuti apel pagi, banyak pegawai yang melanggar aturan kedinasan, banyak pegawai
yang meninggalkan jam kerja untuk urusan pribadi, dan lain-lain.
• Dampak negatif dari masalah tersebut bagi organisasi, masyarakat, pemerintah, dan
pembangunan.
• Kedudukan masalah yang akan diteliti di dalam wilayah bidang ilmu yang ditekuni peneliti,
dalam hal ini Ilmu Administrasi Negara.
• Urgensi atau pentingnya masalah itu untuk diteliti.
Uraian dalam Latar Belakang Masalah harus disusun dengan menggunakan pola
piramida terbalikyaitu ▼. Piramida terbalik itu bentuknya di atas lebar tetapi makin ke bawah
makin mengerucut. Hal ini berarti uraian dalam Latar Belakang Masalah harus dimulai dari
uraian yang bersifat umum, kemudian mengkerucut (memfokus) pada pada obyek penelitian
dan masalah yang diteliti. Dengan kata lain, uraiannya bersifat deduktif yaitu menguraikan
hal-hal yang bersifat umum dulu, kemudian mengerucut pada hal-hal yang bersifat
khusus.Latar Belakang Masalah yang disusun dengan pola piramida terbalik itu akan
menghasilkan uraian yang sistematis, runtut, tidak ‘loncat-loncat’, dan tidak ‘berputar-putar’,
sehingga enak dibaca.
Menyusun Latar Belakang Masalah dengan pola piramida terbalik merupakan hal yang
sulit. Kesulitan yang banyak dialami mahasiswa yaitu dari apa dulu uraan akan dimulai ? Apa
yang akan diuraikan pada alinea pertama dalam Latar Belakang Masalah tersebut ?
Mahasiswa biasanya memulai uraian pada alinea pertama dengan menguraikan tentang
pembangunan nasional. Padahal uraian pada alinea pertama ini tidak harus dimulai dari
pembangunan nasional, tetapi bisa juga dari hal lain yang lebih sesuai dengan judul
peneltian, misalnya :
a. Jika meneliti tentang implementasi kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH), maka bisa
diawali dengan uraian tentang lingkungan hidup atau pemanasan global karena RTH
merupakan bagian dari lingkungan hidup dan salah satu cara untuk mencegah
pemanasan global.
b. Jika meneliti tentang partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Langsung, maka bisa diawali dengan uraian tentang demokrasi di Indonesia karena
Pilkada Langsung merupakan bagian dari demokrasi.
c. Jika meneliti tentang implementasi kebijakan Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), maka
bisa diawai dengan uraian tentang kemiskinan karena Raskin merupakan salah satu
kebijakan untuk mengatasi kemiskinan.
d. Jika meneliti tentang kualitas pelayanan KTP, maka bisa dimulai dengan uraian tentang
masalah kependudukan karena KTP berkaitan dengan masalah kependudukan.
12

Untuk memudahkan menyusun Latar Belakang Masalah, makaharus dibuat dulu outline-
nya. Outline bersisi poin-poin yang akan diuraikan dalam Latar Belakang Masalah.
Pembuatan outline sangat penting agar peneliti dapat menyusun Latar Belakang Masalah
secara sistematis, runtut dan mengerucut sesuai dengan pola piramida terbalik.
Misalnya peneliti melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan Raskin, maka
dibuat outline-nya sebagai berikut :
• Kemiskinan secara umum.
• Kemiskinan di Indonesia.
• Berbagai kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.
• Raskin sebagai salah satu kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.
• Dasar hukum kebijakan Raskin di Indonesia.
• Implementasi kebijakan Raskin di Indonesia pada umumnya dan di lokasi penelitian pada
khususnya.
• Masalah yang ditemukan dalam implementasi kebijakan Raskin di lokasi penelitian.
• Gejala/fenomena atau indikasi yang menunjukkan adanya masalah.
• Dampak negatif dari masalah.
• Dugaan mengenai penyebab masalah (ini khusus untuk penelitian kuantitatif).
• Pentingnya masalah itu diteliti.
• Rumusan judul penelitian.
Setelah outlinedibuat, selanjutnya tiap-tiap poindalam outlinetersebut dituangkan ke
dalam beberapa alinea. Setiap alinea harus memuat beberapa kalimat, jangan hanya satu
kalimat. Uraian dalam satu alinea jangan terlalu panjang karena akan melelahkan pembaca
dalam membacanya. Setiap kalimat harus dibuat sesuai dengan kaidah atau aturan dalam
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Kesulitan lain yang dihadapi mahasiswa dalam menyusun Latar Belakang Masalah yaitu
menyambungkan satu alinea dengan alinea lainnya agar uraian bersifat sistematis dan runut.
Sesungguhnya tidak ada teori khusus mengenai cara menyambungkan antar alinea tersebut
karena hal ini merupakan seni tersendiri dari seseorang yang menulis karya ilmiah. Kuncinya
adalah sering berlatih. Selama ini mahasiswa juga sering membuat karya tulis berupa
makalah untuk memenuhi tugas dari dosen. Itu merupakan bekal bagi mahasiswa dalam
menyusun skripsi.

2. RUMUSAN MASALAH(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Rumusan Masalah berisi rumusan singkat mengenai masalah. Rumusan Masalah dibuat
dalam kalimat pernyataan yang mengandung masalah, sehingga Rumusan Masalah
berfungsi juga sebagai pernyataan masalah (problem statement).
Rumusan Masalah dinyatakan dengan menggunakan kalimat negatif, misalnya
“kurangnya”, “belum optimalnya”, “belum optimal”, “kurang efektif”, dan sejenisnya. Dalam
Rumusan Masalah, hendaknya dihindari kata-kata seperti “tidak baik”, “buruk”, “tidak
optimal”, dan sejenisnya. Kata-kata “tidak optimal” sebaiknya diganti dengan “kurang
optimal” atau “belum optimal”.
Rumusan Masalah dirumuskan dengan mengacu pada judul penelitian dan masalah
yang telah diuraikan dalam Latar Belakang Masalah. Khusus dalam penelitian kuantitatif,
13

masalah harus dikaitkan dengan penyebab masalah. Contoh judul penelitian dan Rumusan
Masalahnyayaitu :
Penelitian kualitatif :
• Judul penelitian : “Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B”.
• Rumusan Masalah :“Pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B belum optimal” atau
“Belum optimalnya pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B”.
Penelitian kuantitatif :
• Judul penelitian : “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A
Kota B”.
• Rumusan Masalah :“Disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B belum optimal, hal itu
diduga karena belum optimalnya pengawasan”.
Catatan :
Kata “diduga”digunakan karena peneliti belum melakukan penelitian (menyebarkan
angket)dan belum menguji hipotesis, sehingga masih bersifat dugaan.

3. IDENTIFIKASI MASALAH(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Identifikasi Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, sehingga disebut juga
pertanyaan-pertanyaan masalah (problem questions). Identifikasi Masalah berisi pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti dalam penelitiannya. Contoh Identifikasi
Masalah yaitu :
Penelitian kuantitatif :
• Judul Penelitian : “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A
Kota B”.
• Identifikasi Masalahnya :
a. Bagaimana pengawasan di Dinas A Kota B ?
b. Bagaimana disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B ?
c. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B ?
d. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pengawasan di Dinas A Kota B ?
Apapun judul penelitian dan variabelnya, Identifikasi Masalah dalam penelitian kuantitatif
selalu mengikuti pola yang sudah baku, yaitu :
a. Menanyakan variabel bebas.
b. Menanyakan variabel terikat.
c. Menanyakan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat .
d. Menanyakan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan variabel bebas.
Penelitian kualitatif :
Contoh 1 :
• Judul penelitian : “Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B”.
• Identifikasi Masalahnya :
a. Bagaimana pengawasan di Dinas A Kota B ?
b. Faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
c. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
Contoh 2 :
14

• Judul penelitian : “Pelaksanaan Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai di


Dinas A Kota B”.
• Identifikasi Masalahnya :
a. Bagaimana pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
b. Bagaimana disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B ?
c. Faktor-faktor apa yang menghambat pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
d. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
Identifikasi Masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh peneliti
dalam penelitiannya. Pertanyaan-pertanyaan dalam Identifikasi Masalah ini kemudian dibahas
dalam Bab IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan). Selanjutnya pembahasan dalam Bab IV itu
disimpulkan dalam Bab V (Kesimpulan dan Saran).
Berdasarkan uraian di atas, antara Identifikasi Masalah, Pembahasan, dan Kesimpulan itu
membentuk “benang merah” atau konsistensi. Benang merahnya yaitu apa-apa yang ditanyakan
dalam Identifikasi Masalah harus dibahas dalam Pembahasan, kemudian disimpulkan dalam
Kesimpulan. Oleh karena itu, jika pertanyaan dalam Identifikasi Masalah adalah sebanyak 4
pertanyaan, maka 4 pertanyaan ini harus dibahas dalam Pembahasan, selanjutnya 4 pertanyaan
yang telah dibahas dalam Pembahasan itu disimpulkan dalam Kesimpulan. Dengan demikian,
banyaknya butir (nomor) dalam Kesimpulan adalah sama dengan banyaknya pertanyaan dalam
Identifikasi Masalah.

4. TUJUAN PENELITIAN(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Tujuan Penelitian berisi tujuan atau output(keluaran) yang akan dicapai dalam
penelitian. Substansi Tujuan Penelitian adalah sama dengan substansi pertanyaan-
pertanyaan dalam Identifikasi Masalah.Bedanya, dalam Identifikasi Masalah menggunakan
kalimat tanya, sedangkan dalam Tujuan Penelitian menggunakan kalimatpernyataan (bukan
kalimat tanya) tetapi substansinya sama dengan Identifikasi Masalah.
Misalnya dalam dalam penelitian kuantitatif yang berjudul “Pengaruh Pengawasan
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A Kota B”. Identifikasi Masalahnya yaitu :
a. Bagaimana pengawasan di Dinas A Kota B ?
b. Bagaimana disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B ?
c. Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B ?
d. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam pengawasan di Dinas A Kota B ?
Berdasarkan Identifikasi Masalah tersebut, maka Tujuan Penelitiannya yaitu :
a. Untuk mengetahui pengawasan di Dinas A Kota B.
b. Untuk mengetahui disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B.
c. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B.
d. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pengawasan di Dinas A Kota B.
Contoh lainnya misalnya dalam penelitian kualitatif yang berjudul “Pengawasan di Dinas
A Kota B”. Identifikasi Masalahnya yaitu :
a. Bagaimana pengawasan di Dinas A Kota B ?
b. Faktor-faktor apa yang menghambat dalam pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
c. Upaya-upaya apa yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B ?
Berdasarkan Identifikasi Masalah tersebut, maka Tujuan Penelitiannya yaitu :
15

a. Untuk mengetahui pengawasan di Dinas A Kota B.


b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pengawasan di Dinas A
Kota B.
c. Untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B
Perhatikan baik-baik bahwa substansi Identifikasi Masalah dalam contoh-contoh di atas
adalah sama dengan substansi Tujuan Penelitian. Bedanya, dalam Identifikasi Masalah
menggunakan kalimat tanya (“bagaimana”, “apa”, dan sejenisnya) dan menggunakan tanda tanya
(?), sedangkan dalam Rumusan Masalah tidak menggunakan kalmat tanya dan tanda tanya.
Perbedaan lainnya yaitu dalam Tujuan Penelitian ditambahkan di depannya kata-kata “Untuk
mengetahui” atau “untuk menganalisis”.

5. KEGUNAAN PENELITIAN(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Kegunaan Penelitian berisi manfaat yang akandiperoleh setelah penelitian dilakukan.
Kegunaan Penelitian pada dasarnya terdiri dari :
a. Kegunaan teoritis, yaitu kegunaan penelitian untuk memperkaya literatur dan untuk
pengembangan ilmu yang ditekuni peneliti (dalam hal ini Ilmu Administrasi Negara),
khususnya dalam bidang kajian (focus) yang diteliti.
b. Kegunaan praktis, yaitu kegunaan bagi institusi/lembaga yang menjadi lokasi penelitian
serta bagi pihak-pihak lain yang terkait dengan masalah yang diteliti.

6. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS (dalam penelitian kuantitatif)


KERANGKA PEMIKIRAN (dalam penelitian kualitatif)
Kerangka Pemikiran memiliki peranan yang sangat penting karena mencerminkan alur
pikir dan logika peneliti terhadap masalah yang ditemukan (fakta empiris atau das sein),
teori yang digunakan (asumsi teoritis atau das sollen), dan pemecahan masalah (problem
solving). Membuat Kerangka Pemikiran merupakan pekerjaan yang sulit karena peneliti
harus menggunakan logika yang benar untuk mengaitkan masalah (fakta empiris) dengan
teori (asumsi teoritis) dan pemecahan masalah.
Kerangka Pemikiran antara lain berisi teori, sama seperti Tinjauan Pustaka (Bab II) yang
juga berisi teori. Meskipun demikian, teori di dalam Kerangka Pemikiran berbeda dengan
teori di dalam Tinjauan Pustaka. Perbedaannya yaitu :
• Di dalam Tinjauan Pustaka dikemukakan semua teori yang relevan, sedangkan di dalam
Kerangka Pemikiran hanya dikemukakan satu teori saja. Misalnya jika judul penelitian
adalah tentang pengawasan, maka di dalam Tinjauan Pustaka dikemukakan semua atau
sebanyak-banyaknya teori tentang pengawasan, tetapi di dalam Kerangka Pemikiran
hanya dikemukakan satu teori pengawasan saja yang dianggap tepat oleh peneliti.
• Teori di dalam Tinjauan Pustaka ditulis apa adanya, tidak dikaitkan dengan masalah dan
solusi terhadap masalah itu. Sedangkan teori di dalam Kerangka Pemikiran harus
dikaitkan dengan masalah yang ditemukan dalam penelitian dan solusi terhadap masalah
tersebut.
Pertanyaan yang sering dilontarkanadalah bagaimana cara memilih satu teori yang tepat
di dalam Kerangka Pemikiran ?
Misalnya dalam judul penelitian: “Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B”. Dalam
judul tersebut, teori yang digunakan sudah tentu adalah teori tentang pengawasan.
16

Namun,teori tentang pengawasan itu banyak, sedangkan peneliti harus memilih satu teori
saja. Teori mana yang akan dipilih oleh peneliti ?
Sebagai contoh, di dalam literatur terdapat beberapa teori tentang pengawasan, antara
lain :
1. Teori tentang teknik-teknik pengawasan menurut Sondang P.Siagian :
a. Teknik pengawasan langsung :
- Inspeksi langsung
- On-the-spot observation (observasi di lapangan)
- On-the-spot report (permintaan dan pemberian laporan di lapangan)
b. Teknik pengawasan tidak langsung :
- Laporan tertulis
- Laporan lisan

2. Teori tentang langkah-langkah pengawasan menurut Dann Sugandha :


a. Menetapkan standar/tolok ukur.
b. Mengukur hasil kerja.
c. Menerima informasi untuk melihat ada tidaknya penyimpangan.
d. Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
Meskipun kedua teori tersebut sama-sama tentang pengawasan tetapi isi atau
substansinya berbeda. Teori yang pertamaadalah teknik-teknik pengawasan, sedangkan
teori yang kedua adalah langkah-langkah pengawasan. Diantara kedua teori tersebut, teori
mana yang akan dipilih oleh peneliti di dalam Kerangka Pemikiran ?
Mengenai teori mana yang akan dipilih oleh peneliti, hal itu tidak bisa dilakukan secara
sembarangan, tetapi harus didasarkan pada alasan ilmiah. Teori mana yang akan dipilih, itu
tergantung dari indikasi atau fenomena/gejaladari masalah yang ditemukan peneliti di
lapangan. Misalnya :
• Jika peneliti menemukan indikasi yaitu kepala dinas jarang melakukan pengawasan
langsung (inspeksi ke lapangan), maka gunakanlah teori tentang teknik-teknik
pengawasan karena di dalam teori itu terdapat teknik pengawasan langsung.
• Jika peneliti menemukan indikasi yaitu kepala dinas tidak tegas dalam memberikan sanksi
kepada pegawai yang melakukan pelanggaran/penyimpangan, maka gunakanlah teori
tentang langkah-langkah pengawasan karena di dalam teori itu terdapat langkah tindakan
koreksi yang antara lain berupa sanksi.
Berdasarkan uraian di atas, teori yang dipilih itu harus sesuai dengan indikasi atau
fenomena/gejaladari masalah yang ditemukan di lapangan. Hal ini sama seperti dalam
memilih obat sakit kepala. Obat sakit kepala itu banyak. Bodrex sebagai obat sakit kepala
juga banyak macamnya. Bodrex mana yang akan dipilih ? Hal itu tergantung dari gejala sakit
kepala yang dideritanya. Jika menderita sakit kepala sebelah (migrain), maka gunakan
bodrex migra. Jangan gunakan bodrex biasa atau bodrek flu dan batuk karena kurang
mengena atau kurang manjur.
Setelah menentukan satu teori yang tepat, langkah selanjutnya adalah menyusun
Kerangka Pemikiran. Pada dasarnya Kerangka Pemikiran berisi :
a. Alur pikirpenelitisecara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan
teori, fakta yang ditemukan, dan hasil penelitian yang relevan.
17

b. Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukkan dan menjelaskan


masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori.
c. Model atau paradigma penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk
bagan yang menyatakan hubungan antar variabel atau antar konsep yang diteliti, atau
rangkuman dari kerangka pemikiran yang digambarkan dalam suatu model.
Kerangka Pemikiran terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Bentuk uraianyang berisi alur pikir peneliti yang merupakan perpaduan antara asumsi-
asumsi teoritis, asumsi-asumsi logika, dan fakta-fakta empiris yang ditemukan di
lapangan. Uraian disusun secara sistematis untuk menjelaskan variabel-variabel/konsep-
konsep yang diteliti serta kaitan antara variabel-variabel/konsep-konsep tersebut.
b. Bentuk bagan yang dibuat berdasarkan uraian yang sudah dibuat sebelumnya.Bagan
Kerangka Pemikiran ini tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didahului dengan uraian dulu,
kemudian uraian itu dituangkan dalam bentuk bagan.
Uraian dan bagan Kerangka Pemikiran harus disusun secara sistematis, runtut,rinci dan
jelas, sehingga mampu ‘bercerita’ tentang alur pikir peneliti dalam memahami masalah yang
diteliti.
Menyusun Kerangka Pemikiran memang bukan pekerjaan yang mudah.Menyusun
Kerangka Pemikiran ini tidak semudah menyusun Tinjauan Pustaka pada Bab II. Kerangka
Pemikiran berbeda dengan Tinjauan Pustaka meskipun keduanya sama-sama berisi teori.
Perbedaannnya yaitu Tinjauan Pustaka hanya berisi teori yang dikutip oleh peneliti dengan
apa adanya. Sedangkan Kerangka Pemikiran tidak hanya berisi teori tetapi menunjukkan
alur pikir peneliti dalam memahami masalah yang diteliti berdasarkan teori-teori yang
relevan. Dalam bagan Kerangka Pemikiran juga harus digambarkan pemecahan (solusi)
masalah yang akan dilakukan serta keluaran (output) dan hasil (outcome) yang diharapkan.
Bagan Kerangka Pemikiran sebaiknya dibuat dengan menggunakan pendekatan sistem
yang terdiri dari :
1) Input (masukan), bisa berupa masalah atau peraturan perundang-undangan.
2) Proses, menunjukkan teori yang digunakan.
3) Output (keluaran), menunjukkan hasil langsung dari proses.
4) Outcome (hasil), menunjukkan hasil dari output.
5) Feedback (umpan balik), dari output ke input.

Contoh Kerangka Pemikiran yang berupa uraian :


Misalnya dalam penelitian kualitatif yang berjudul : “Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A
Kota B”.
Dalam Kerangka Pemikiran diuraikan atau dijelaskan tentang :
• Pengertian pengawasan.
• Pentingnya pengawasan di dalam suatu organisasi.
• Tujuan pengawasan.
• Masalah yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu : pengawasan di Dinas A Kota B belum
optimal.
Indikasi-indikasi dari masalah tersebut yaitu :
1) Pimpinan dalam melakukan pengukuran hasil kerja pegawai lebih banyak dilakukan
‘dari belakang meja’ melalui laporan tertulis maupun lisan dari pegawai.
18

2) Informasi yang diterima oleh pimpinan mengenai pelaksanaan pekerjaan pegawai


kurang akurat. Informasi banyak yang bersifat ABS (Asal Bapak Senang) karena
pimpinan jarang melakukan pengawasan langsung ke lapangan.
3) Pimpinan kurang tegas dalam memberikan sanksi kepada pegawai yang melakukan
pelanggaran.
Dalam konteks pendekatan sistem, masalah ini merupakan input.
• Teori yang digunakan adalah teori tentang langkah-langkah pengawasan menurut Dann
Sugandha yang terdiri dari :
1) Menetapkan standar/tolok ukur.
2) Mengukur hasil kerja.
3) Menerima informasi untuk melihat ada tidaknya penyimpangan.
4) Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
Dalam konteks pendekatan sistem, keempat langkah tersebut merupakan proses.
Teori tersebut merupakan solusi untuk memecahkan masalah agar terwujud pengawasan
yang optimal.Teori inilah yang menjadi fokus penelitian.
• Keluaran (output), yaitu pegawai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar/aturan
yang ditetapkan, dan bisa juga sebaliknya.
• Hasil (outcome), yaitu pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) organisasi efektif,
dan bisa juga sebaliknya. Perlu strategi/upaya agar outcomedapat bersifat positif.
• Umpan balik (feedback) dari output ke input.

Contoh Kerangka Pemikiran yang berupa bagan :


Uraian di atas kemudian digambarkan ke dalam bagan Kerangka Pemikiran yaitu
sebagai berikut :

INPUT
Pengawasan di Dinas A Kota B belum optimal

Perlu pengawasan yang optimal

Langkah-langkah pengawasan :
FEEDBACK

1. Menetapkan standar/tolok ukur.


PROSES 2. Mengukur hasil kerja.
3. Menerima informasi untuk melihat ada tidaknya penyimpangan.
4. Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
(Sugandha, 2000 : 55)

Pegawai melaksanakan Pegawai kurang


OUTPUT pekerjaan sesuai dengan melaksanakan pekerjaan
aturan/standar yang sesuai dengan
ditetapkan aturan/standar yang
ditetapkan

Pelaksanaan Strategi/ Pelaksanaan tugas


OUTCOME tugas pokok dan upaya pokok dan fungsi
fungsi organisasi peningkatan organisasi kurang
efektif pengawasan efektif
19

Perhatikan bahwa dalam bagan Kerangka Pemikiran tidak hanya memuat teori, tetapi
juga memuat masalah yang ditemukan (fakta-fakta empiris di lapangan), output (keluaran)
dan outcome (hasil) dari pengawasan itu, serta solusi yang ditawarkan berupa
strategi/upayauntuk meningkatkan pengawasan.Arah tanda panah dalam bagan Kerangka
Pemikiran menunjukkan alur berpikir dari peneliti dalam memahami masalah, teori, dan
solusi dari masalah tersebut. Pada penelitian kuantitatif yang mengandung dua variabel,
maka kedua variabel itu juga harus dijelaskan dalam uraian kemudian digambarkan dalam
bagan.
Bagan di atas hanyalah salah satu contoh saja dari bagan Kerangka Pemikiran yang
relatif sederhana. Seorang peneliti dapat membuat bagan Kerangka Pemikiran yang lebih
kompleks dan rumit.Semuanya tergantung pada peneliti karena Kerangka Pemikiran adalah
alur pikir peneliti sendiri, bukan alur pikir orang lain.Meskipun demikian, peneliti harus selalu
berkonsultasi dengan pembimbing agar bagan Kerangka Pemikiran yang dibuatnya benar.

HIPOTESIS (dalam penelitian kuantitatif)


Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus merumuskan hipotesis. Hipotesis yaitu
dugaan atau jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian
kuantitatif terdiri dari hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Misalnya dalam dalam penelitian kuantitatif yang berjudul “Pengaruh Pengawasan
Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Badan A Kabupaten B”.

• Hipotesis penelitiannya yaitu :


“Ada pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B”.
atau
“Pengawasan berpengaruh terhadap disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B”.

• Hipotesis statistiknya yaitu :


H0 : “Ada pengaruh positif dan signifikan dari pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai di Dinas A Kota B”.
atau
“Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja pegawai
di Dinas A Kota B”.
H1 : “Tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari pengawasan terhadap disiplin
kerja pegawai di Dinas A Kota B”.
atau
“Pengawasan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerja
pegawai di Dinas A Kota B”.
H0 (dibacanya H nol) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh atau tidak
ada hubungan, sedangkan H1 (dibacanya H satu) atau disebut juga H a (hipotesis alternatif)
adalah hipotesis yang menyatakan ada pengaruh atau ada hubungan.

7. DEFINISI OPERASIONAL DAN OPERASIONALISASI VARIABEL (dalam penelitian


kuantitatif)
DEFINISI DAN OPERASIONALISASI KONSEP PENELITIAN (dalam penelitian kualitatif)
7.1. Definisi Operasional (dalam penelitian kuantitatif)
Definisi Konsep Penelitian (dalam penelitian kualitatif)
20

Dalam Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian dikemukakan secara singkat
beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian dan/atau
hipotesis. Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian adalah bukan definisi teori.
Definisi teori adalah definisi dari para pakar, sedangkan Definisi Operasional atau Definisi
Konsep Penelitian adalah definisi dari peneliti sendiri berdasarkan teori-teori dari para pakar.
Dalam Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian ini, peneliti juga dapat
mengemukakan pembatasan-pembatasan dari penelitiannya, sehingga penelitian itu tidak
melebar.
Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian dibuat untuk menyamakan persepsi
antara peneliti dengan penguji atau pembaca. Definisi Operasional atau Definisi Konsep
Penelitian juga dibuat untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dengan penguji
atau pembaca mengenai istilah yang terdapat dalam judul penelitian dan/atau hipotesis.

7.2. Operasionalisasi Variabel (dalam penelitian kuantitatif)


Operasionalisasi Variabel merupakan upaya peneliti untuk mengoperasionalkan atau
menjabarkan variabel-variabel penelitian ke dalam beberapa dimensi dan indikator, sehingga
variabel-variabel penelitian tersebut bersifat kongkrit dan dapat diukur.
Operasionalisasi Variabel dalam penelitian kuantitatif dibuat dalam bentuk tabel yaitu :

Variabel Dimensi Indikator No. Item


.............................. 1. ..................................... 1. .................................... 1
(variabel bebas) 2. .................................... 2
3. .................................... 3
4. .................................... 4
2. ..................................... 1. .................................... 5
2. .................................... 6
3. ..................................... 1. .................................... 7
2. .................................... 8
3. .................................... 9
4. ..................................... 1. .................................... 10
2. .................................... 11
3. .................................... 12
4. .................................... 13
5. .................................... 14
.............................. 1. ..................................... 1. .................................... 15
(variabel terikat) 2. .................................... 16
3. .................................... 17
4. .................................... 18
2. ..................................... 1. .................................... 19
2. .................................... 20
3. .................................... 21
3. ..................................... 1. .................................... 22
2. .................................... 23
3. .................................... 24

Penjelasan dari tabel di atas yaitu :


a. Variabel ditulis sesuai dengan nama variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti.
21

b. Dimensi berisi pokok-pokok yang tercantum dalam teori. Banyaknya dimensi dalam tabel
adalah sama dengan banyaknya pokok-pokok dalam teori.
Sebagai contoh teori tentang langkah-langkah pengawasan menurut Dann Sugandha
terdiri dari empat langkah yaitu :
1) Menetapkan standar/tolok ukur.
2) Mengukur hasil kerja.
3) Menerima informasi untuk melihat ada tidaknya penyimpangan.
4) Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
Dengan demikian, banyaknya dimensi dalam tabel juga harus sama yaitu empat.
c. Indikator didasarkan pada teori, tetapi jika indikator tidak disebutkan dalam teori, maka
indikator bisa dibuat sendiri oleh peneliti. Banyaknya indikator dari tiap-tiap dimensi ini
tidak dibatasi tetapi minimal harus dua.
d. Nomor item yaitu nomor pertanyaan/pernyataan dalam angket. Banyaknya item adalah
sama dengan banyaknya indikator.Dalam contoh di atas banyaknya item dalam angket
adalah 24 buah yang terdiri dari variabel bebas sebanyak 14 item dan variabel terikat
sebanyak 10 item.
Semua dimensi dan indikator yang tercantum dalam tabel Operasionalisasi Variabel
tersebut harus dibahas atau dianalisis dalam pembahasan di Bab IV. Jadi, Oparsionalisasi
variabel menjadi pedoman bagi peneliti dalam pembahasan di Bab IV.
Jika tabel Operasionalisasi Variabel sudah dibuat, juga akan memudahkan peneliti
dalam menyusun angket karena pertanyaan/pernyataan dalam angket adalah menanyakan
indikator-indikator yang tercantum dalam tabel tersebut. Selain itu, tabel Operasionalisasi
Variabel juga akan memudahkan peneliti dalam membuat pedoman wawancara karena
pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara adalah menanyakan indikator-indikator
yang tercantum dalam tabel tersebut.

Operasionalisasi Konsep Penelitian (dalam penelitian kualitatif)


Operasionalisasi Konsep Penelitian merupakan upaya peneliti untuk
mengoperasionalkan atau menjabarkan konsep-konsep penelitian ke dalam beberapa
dimensi dan parameter, sehingga konsep-konsep tersebut bersifat kongkrit dan dapat diukur.
Operasionalisasi Konsep Penelitian dalam penelitian kualitatif dibuat dalam bentuk
yaitu :

Konsep Dimensi Parameter


................................. 1. ............................................ 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
2. ............................................ 1. .................................................
2. .................................................
3. ............................................ 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. ............................................ 1. .................................................
2. .................................................
3. .................................................
4. .................................................
5. .................................................

Penjelasan dari tabel di atas yaitu :


a. Konsep dalam penelitian kualitatif adalah sama maknanya dengan variabel dalam
penelitian kuantitatif. Konsep ditulis sesuai dengan nama konsep dalam judul
22

penelitian.Konsep dalam penelitian kualitatif bisa hanya satu. Misalnya dalam penelitian
kualitatif yang berjudul “Analisis Pengawasan di Dinas A Kota B”. Dalam judul penelitian
itu hanya ada satu konsep yaitu pengawasan.
Konsep dalam penelitian kualitatif juga bisa dua atau lebih. Misalnya dalam penelitian
kualitatif yang berjudul “Peranan Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Pegawai di Dinas A Kota B”. Dalam judul penelitian tersebut ada dua konsep yaitu
pengawasan dan disiplin kerja pegawai. Jika konsepnya ada dua, maka dalam tabel
tersebut juga harus terdiri dari dua konsep.
b. Dimensi berisi pokok-pokok yang tercantum dalam teori. Banyaknya dimensi dalam tabel
adalah sama dengan banyaknya dimensi dalam teori.
c. Parameterdalam penelitian kualitatif adalah sama maknanya dengan indikator dalam
penelitian kuantitatif. Paramater didasarkan pada teori tetapi jika parameter tidak
disebutkan dalam teori, maka parameter bisa dibuat sendiri oleh peneliti. Banyaknya
parameter dari tiap-tiap dimensi ini tidak dibatasi tetapi minimal harus dua.
d. Dalam tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian tidak ada kolom nomor item (nomor
pertanyaan dalam angket) karena penelitian kualitatif tidak menggunakan angket.
Semua dimensi dan indikator yang tercantum dalam tabel Operasionalisasi Variabel
tersebut harus dibahas atau dianalisis dalam pembahasan pada Bab IV. Jadi,
Oparsionalisasi variabel menjadi pedoman bagi peneliti dalam pembahasan di Bab IV.
Jika tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian sudah dibuat, juga akan memudahkan
peneliti dalam menyusun pedoman wawancara karena pertanyaan-pertanyaan dalam
pedoman wawancara adalah menanyakan parameter-parameter yang tercantum dalam tabel
tersebut.
Format tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian dalam penelitian kualitatif
sesungguhnya bervariasi. Di beberapa program studi lain, ada yang mengharuskan
menambahkan kolom sumber data dalam tabel. Sumber data ini dapat bersumber dari hasil
wawancara, observasi atau studi literatur.
Istilah judul tabel yang digunakan juga bervariasi. Dalam contoh di atas digunakan istilah
Operasionalisasi Konsep Penelitian. Namun, di beberapa program studi lain ada yang
menggunakan istilah Operasionalisasi Parameter atau istilah lain.

8. METODE PENELITIAN
8.1. Metode Penelitian yang Digunakan (dalam penelitian kuantitatif)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah metode survey.
Metode survey adalah penelitian yang menganalisis data sampel, bukan data populasi.
Dengan demikian, jika peneliti menarik sampel maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey.
Kebalikan dari metode survey adalah metode sensus atau total sampling. Dalam metode
sensus ini peneliti tidak melakukan penarikan sampel tetapi mengambil semua anggota
populasi sebagai sampel dalam penelitiannya.

Metode Penelitian yang Digunakan (dalam penelitian kualitatif)


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode naturalistik.
Metode naturalistik ini merupakan ciri khas metode penelitian kualitatif. Metode naturalistik
adalah penelitian yang dilakukan pada latar alamiah yaitu pada suatu situasi sosial yang
sedang berlangsung. Pendekatan yang digunakan dalam metode naturalistik adalah
pendekatan deskriptif yaitu menggambarkan fenomena yang sedang diteliti kemudian
menganalisisnya secara mendalam. Beberapa strategi dalam penelitian naturalistik antara
lain studi kasus, fenomenologi, dan etnografi.
23

8.2. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel (dalam penelitian kuantitatif)


Informan dan Teknik Pemilihan informan (dalam penelitian kualitatif)
Populasi dan Teknik Penarikan Sampel (dalam penelitian kuantitatif)
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus menetapkan populasi. Populasi pada
dasarnya adalah keseluruhan obyek yang diteliti. Populasi yang ditetapkan oleh peneliti
harus jelas siapa dan berapa jumlahnya.
Berkaitan dengan jumlah anggota populasi, dikenal istilah populasi besar dan populasi
kecil.
a. Populasi besar yaitu populasi yang jumlah anggota-anggota populasinya relatif banyak.
Populasi besar menurut Sudjana yaitu jika jumlahnya ≥ 30 orang, sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto jika jumlahnya ≥ 100 orang.
b. Populasi kecil yaitu populasi yang jumlah anggota-anggota populasinya relatif sedikit.
Populasi kecil menurut Sudjana jika jumlahnya < 30 orang, sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto jika jumlahnya < 100 orang.
Berkaitan dengan populasi besar dan kecil tersebut, ketentuan yang diterapkan di FISIP
Unswagati adalah pendapat Sudjana.
Jika populasi penelitian termasuk populasi besar, maka peneliti dapat menarik sampel.
Namun, jika populasi penelitian termasuk populasi kecil, maka peneliti tidak perlu menarik
sampel tetapi mengambil semua anggota populasi sebagai sampel (disebut teknik sensus
atau total sampling).
Penarikan sampel dilakukan untuk menentukan responden yang akan mengisi angket.
Responden sebagai sampel inilah yang menjadi sumber data utama dalam penelitian
kuantitatif.
Jika peneliti melakukan penarikan sampel, maka perlu diperhatikan teknik penarikan
sampel (teknik sampling). Teknik sampling yang lazim digunakan yaitu teknik simple random
sampling dan stratified proportionate random sampling.
Contoh teknik sampling yaitu sebagai berikut :
Misalnya populasi penelitian adalah sebanyak 131 pegawai (tidak termasuk Kepala Dinas)
yang terdiri dari 4 strata/tingkatan berdasarkan tingkat pendidikan yaitu :
• S2 (Magister) : 18 orang
• S1 (Sarjana) : 27 orang
• Diploma : 35 orang
• SLTA : 51 orang
Langkah pertama adalah menarik sampel dari populasi (131 orang) dengan rumus simple
random sampling menggunakan presisi sebesar 0,1 (10 %) :
Diketahui : N = 131, d = 0,1Ditanyakan : n

N
n = -------------
(N.d2)+ 1
131
= ----------------------
(131 x 0,12) + 1

131
= ----------------------
24

(131 x 0,01) + 1

131
= --------------
1,31 + 1

131
= --------
2,31
= 56,70995671→dibulatkan = 57
Jadi sampel (n) yang diambil dari populasi (N) sebanyak 131 orang adalah 57 orang.

Langkah selanjutnya yaitu menarik sampel dari tiap-tiap tingkat pendidikan pegawai dengan
rumus proportionate stratified random sampling.
Diketahui : NS2 = 18, NS1 = 27, NDIP = 35, NSLTA = 51, N = 131, n = 57
Ditanyakan : nS2, nS1, nDIP, nSLTA
Ni
ni = ----- x n
N

18
nS2 = ------ x 57 = 7,83 = 8
131

27
nS1 = ------ x 57 = 11,74 = 12
131

35
nDIP = ------ x 57 = 15,22 = 15
131

51
nSLTA = ------ x 57 = 22,19 = 22
131
Tabel ringkasan hasil perhitungan sampel :

No. Strata Populasi Ukuran Populasi Ukuran Sampel


1 S2 18 8
2 S1 27 12
3 Diploma 35 15
4 SLTA 51 22
Jumlah 131 57

Hasil perhitungan sampel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

NS2 = 18
25

nS2 = 8
NS1 = 27 nS1 = 12

nDIP = 15
NDIP = 35
nSLTA = 22

NSLTA = 51
n = 57

N = 131
Jumlahdari semua nilai ni (yaitu nS2 + nS1 + nDIP + nSLTA) harus sama dengan n yaitu 57.
Jika penjumlahan tidak sama, maka harus ada salah satu ni yang dibulatkan ke atas atau ke
bawah agar jumlahnya sama.

Informan dan Teknik Pemilihan Informan (penelitian kualitatif)


Dalam penelitian kualitatif sebenarnya tidak dikenal istilah populasi. Oleh karena itu,
dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak menetapkan populasi tetapi menetapkan informan.
Informan yaitu orang-orang yang memberikan informasi, keterangan atau data yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Informan inilah yang menjadi sumber data
utama dalam penelitian kualitatif.
Jumlah informan dalam penelitian kualitatif tergantung dari kebutuhan dan kedalaman
penelitian itu sendiri. Namun, jumlah informan tidak boleh satu orang agar bisa dilakukan
check, recheck dan cross check data antar informan.
Informan dalam penelitian kualitatif terdiri dari dua macam yaitu :
a. Informan kunci (key informan) yaitu orang-orang yang paling banyak mengetahui
tentang masalah yang diteliti, sehingga dapat memberikan informasi yang akurat tentang
masalah yang diteliti tersebut.
b. Informan pendukung(supported informan) yaituorang-orang di luar informan kunci
yang dapat memberikan informasi pelengkap atau tambahan yang diperlukan dalam
penelitian.
Informan kunci dipilih dari orang-orang yang berkompeten yaitu orang-orang banyak
mengetahui tentang masalah yang diteliti. Informan kunci ini bisa kepala dinas tetapi bisa
juga pihak lain, sepanjang pihak lain itu banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti.
Jadi informan kunci tidak harus selalu kepala dinas.
Misalnya dalam penelitian tentang kualitas pelayanan di suatu dinas, maka yang
menjadi informan kuncinya adalah masyarakat yang dilayani, bukan kepala dinas. Hal ini
karena masyarakatlah yang paling banyak mengetahui dan merasakan kualitas pelayanan
yang diberikan oleh dinas tersebut. Jika informan kuncinya adalah kepala dinas atau
pegawai, maka data atau jawabannya akan bias dan tidak akurat karena pasti mereka akan
mengatakanbahwa kualitas pelayanannya sudah baik.
Pemilihan informan dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu :
a. Teknik purposif (purposive sampling). Dalam teknik ini peneliti memilih dan
menetapkan secara sengaja beberapa informan yang dinilai berkompeten yaitu yang
benar-benar memahami masalah yang diteliti.
b. Teknik bola salju (snowball sampling). Dalam teknik ini pertama-tama peneliti
mewawancarai satu orang informan. Kemudian informan ini merekomendasikan agar
peneliti mewawancarai informan-informan lain. Informan-informan lain ini kemudian juga
merekomendasikan agar peneliti mewawancarai informan-informan lain lagi. Demikian
26

seterusnya, sehingga makin lama jumlah informan akan makin banyak. Hal ini sama
seperti bola salju yang jatuh menggelinding dari atas bukit di mana makin ke bawah bola
salju itu akan makin besar. Teknik bola salju ini juga mirip dengan perekrutan anggota-
anggota dalam bisnis multilevel marketing.

8.3. Teknik Pengumpulan Data(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Teknik Pengumpulan Data (dalam penelitian kuantitatif)
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif terdiri dari :
1) Studi kepustakaan/literatur, yaitu teknik pengumpulan data dari sumber-sumber
tertulis yaitu dari buku-buku literatur, arsip, laporan dinas, monografi, surat kabar,
internet, dan sumber-sumber tertulis lain.
2) Studi Lapangan, terdiri dari :
a. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung di lokasi penelitian.
Ada dua bentuk observasi yaitu :
• Observasi partisipatif, yaitu peneliti tidak hanya melakukan pengamatan tetapi
juga terlibat dalam aktivitas/kegiatan di lokasi penelitian. Jadi di sini peneliti
bertindak seolah-olah seperti ‘orang dalam’ yang mengamati.
Contoh observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara
magang kerja seperti dalam Ristik. Contoh lainnya adalah observasi yang
dilakukan oleh mahasiswa kelas karyawan yang melakukan penelitian di
instansinya sendiri.
• Observasi nonpartisipatif, yaitu peneliti hanya melakukan pengamatan tetapi
tidak terlibat dalam aktivitas/kegiatan di lokasi penelitian. Jadi di sini peneliti hanya
bertindak sebagai orang luar yang mengamati. Observasi nonpartisipatif ini banyak
digunakan oleh mahasiswa dalam melakukan penelitian skripsi.
b. Wawancara/Interview, yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
dengan pimpinan instansi dan pejabat lain di lokasi penelitian dan/atau pihak-pihak
lain yang terkait dengan masalah yang diteliti.
Pada dasarnya ada dua macam bentuk wawancara yaitu :
• Wawancara terpimpin/terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan
berpedoman pada pedoman wawancara (interview guide) yang telah disiapkan
sebelumnya oleh peneliti. Dengan berpedoman pada pedoman wawancara, maka
jalannya wawancara akan terfokus dan tidak akan keluar dari konteks masalah
yang diteliti. Wawancara terpimpin/terstruktur inilah yang digunakan dalam
proposal penelitian skripsi.
• Wawanacara tidak terpimpin/tidak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan
dengan tidak berpedoman pada pedoman wawancara. Wawancara ini disebut juga
wawancara bebas. Karena wawancara tidak berpedoman pada pedoman
wawancara, maka jalannya wawancara dapat melebar, tidak terfokus, bahkan
dapat keluar dari konteks masalah yang diteliti.
c. Angket, yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar isian tertulis
kepada responden. Angket berisi beberapa butir (item) yang berupa pertanyaan atau
pernyataan.
Pada dasarnya ada dua macam bentuk angket yaitu :
• Angket terbuka, yaitu angket yang tidak disertai dengan alternatif jawabannya.
Karena tidak ada alternatif jawabannya, maka terbukakesempatan bagi responden
untuk memberikan jawaban sekehendak hatinya.
• Angket tertutup, yaitu angket yang disertai dengan alternatif jawabannya. Karena
sudah ada alternatif jawabannya, maka tertutupkesempatan bagi responden untuk
memberikan jawaban di luar alternatif jawaban yang telah disediakan.
27

Angket yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah angket tertutup karena
mudah diolah. Item-item (butir-butir) dalam angket tertutup ini dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.
Contoh item yang berupa pertanyaan yaitu :
“Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang ketegasan Kepala Dinas dalam
memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin ?”.
Alternatif jawaban dan skor untuk item yang berupa pertanyaan tersebut yaitu :
No. Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik*) 3
4 Tidak Baik 2
5 Sangat Tidak Baik 1
*)
disebut juga Antara Baik dan Tidak Baik
Selain berupa pertanyaan, item dalam angket juga bisa berupa pernyataan. Ada dua
macam pernyataan yaitu :
• Pernyataan positif, yaitu pernyataan dengan menggunakan kalimat positif,
misalnya :
“Kepala Dinas tegas dalam memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak
disiplin”.
• Pernyataan negatif, yaitu pernyataan dengan menggunakan kalimat negatif,
misalnya :
“Kepala Dinas tidak tegas dalam memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak
disiplin”.

Alternatif jawaban dan skor untuk item yang berupa pernyataan yaitu :
Skor
No. Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu*) 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
*)
disebut juga Cukup Setuju atau Antara Setuju dan Tidak Setuju

Teknik Pengumpulan Data (dalam penelitian kualitatif)


Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari :
1) Studi kepustakaan/literatur, yaitu teknik pengumpulan data dari sumber-sumber tertulis
yaitu dari buku-buku, arsip, laporan dinas, monografi, surat kabar, internet, dan sumber-
sumber tertulis lain.
2) Studi lapangan, terdiri dari :
• Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung
di lokasi penelitian. Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
pengamatan secara mendalam.
• Wawancara/Interview, yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab dengan para informan. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif
adalah wawancara terpimpin/terstruktur yang dilakukan secara mendalam (depth
interview). Kedalaman wawancara ini sangat penting dalam penelitian kualitatif karena
28

akan diperoleh data atau informasi yang benar-benar lengkap, sehingga peneliti dapat
melakukan analisis dengan tajam dan mendalam.
Teknik Pengumpulan Data lainnya yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu :
1) Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa foto, film, dan rekaman.
2) Focus Group Discussion (FGD) yaitu pengumpulan data dari hasil diskusi terbuka
antara peneliti dengan para informan dalam satu ruangan yang dihadiri oleh semua
informan. FGD berbeda dengan wawancara karena wawancara hanya mewawancarai
informan satu per satu atau sendiri-sendiri.

8.4. Uji Instrumen Penelitian (dalam penelitian kuantitatif)


Teknik Pengujian Keabsahan Data(dalam penelitian kualitatif)
Pengujian Instrumen Penelitian (dalam penelitian kuantitatif)
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data utama dalam peneltian. Dalam
penelitian kuantitatif, instrumen penelitiannya adalah angket. Angket juga berfungsi sebagai
alat ukur karena angket dapat mengukur bobot variabel-variabel penelitian.
Angket sebagai instrumen penelitian harus memiliki dua syarat utama yaitu harus
mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk dapat menghasilkan data yang
valid dan reliabel, maka sebelum angket (instrumen penelitian) itu disebarkan kepada
responden, terlebih dahulu harus dilakukan uji instrumen penelitian. Uji instrumen penelitian
ini terdiri dari uji validitas dan uji relabilitas.

a. Uji Validitas
Data yang valid adalah data yang akurat/tepat. Sebagai contoh, penggaris atau meteran
adalah alat ukur yang valid untuk mengukur panjang benda, timbangan adalah alat ukur
yang valid untuk mengukur berat benda, speedometer adalah alat ukur yang valid untuk
mengukur laju kecepatan kendaraan. Selama alat-alat ukur itu tidak rusak, maka alat-alat
ukur itu valid dalam mengukur. Sebaliknya jika alat ukur itu rusak, maka alat ukur itu tidak
akan valid dalam mengukur. Angket juga merupakan alat ukur karena dari hasil angket
berupa jawaban responden dapat diukurbobot variabel-variabel yang diteliti.
Selain meteran terdapat juga ‘alat ukur’ lain untuk mengukur panjang benda, misalnya
jengkal tangan. Namun jengkal tangan bukan alat ukur yang valid karena panjang jengkal
tangan orang itu berbeda-beda. Misalnya benda sepanjang 20 cm jika diukur dengan jengkal
tangan orang dewasa, maka panjangnya 1 jengkal tangan. Namun, benda sepanjang 20 cm
itu jika diukur dengan jengkal tangan anak balita, maka panjangnya bisa 2 jengkal tangan
atau lebih. Jadi, jengkal tangan bukan ‘alat ukur’ yang valid untuk mengukur panjang benda.
Alat ukur yang valid untuk mengukur panjang benda adalah penggaris atau meteran.
Dalam penelitian kuantitatif, data yang valid artinya ada kesamaan antara fakta di
lapangan dengan data hasil angket. Misalnya :
• Fakta di lapangan adalah disiplin pegawai rendah. Jika hasil angket juga menunjukkan
disiplinpegawai rendah, maka angket itu valid.
• Sebaliknya, jika fakta di lapangan adalah disiplin pegawai rendah, tetapi hasil angket
menunjukkan disiplin pegawai tinggi, maka angket itu tidak valid.
Untuk menghasilkan angket yang valid, maka harus dilakukan uji validitas instrumen
penelitian. Caranya yaitu dengan mengadakan uji coba pengisian angket kepada beberapa
responden yang dipilih secara acak dari populasi. Dalam uji instrumen penelitian di FISIP
Unswagati digunakan responden minimal 10 orang.
Uji validitas instrumen penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Uji validitas internal, yaitu uji validitas dengan cara melakukan uji coba pengisian angket
kepada beberapa responden yang diambil secara acak dari dalam populasi yang akan
29

diteliti. Misalnya jika meneliti di Dinas A, maka angket diujicobakan kepada beberapa
responden dari Dinas A itu sendiri.
b. Uji validitas eksternal, yaitu uji validitas dengan cara melakukan uji coba pengisian
angket kepada responden yang dipilih secara acak dari luar populasi yang diteliti tetapi
populasi ini memiliki karakteristik yang sama dengan populasi yang diteliti. Misalnya jika
meneliti di Dinas A, maka angket diujicobakan kepada beberapa responden dari dinas lain
yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik Dinas A tersebut.
Dari kedua cara uji validitas tersebut, cara yang lazim digunakan dalam proposal
penelitian skripsi di FISIP Unswagati adalah uji validitas internal.
Hasil uji coba pengisian angket kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
rumus statistik tertentu. Rumus statistik yang lazim digunakan dalam proposal penelitian
skripsi di FISIP Unswagati adalah rumus koefisien korelasi rank Spearman yaitu :
X2 + Y2 – di2
rs =
2 X2.Y2
Pengerjaan rumus itu dapat dilakukan dengan komputer (program SPSS). Hasil olah
data dengan SPSS itu akan diperoleh nilai r s hitung. Nilai rs hitung ini kemudian dibandingkan
dengan nilai rs tabel. Kriteria uji validitas yaitu :
• Jika rs hitung ≤ rs tabel maka item dalam instrumenpenelitian tidak valid.
• Jika rs hitung > rs tabel maka item dalam instrumen penelitian valid.

b. Uji Reliabilitas
Data yang reliabel adalah data yang konsisten/tetap. Angket yang baik harus
menghasilkan data yang reliabel yaitu data yang konsisten/tetapmeskipun dilakukan
pengukuran beberapa kali dalam waktu yang berbeda selama kondisi yang diukur itu tidak
berubah.
Sebagai contoh, panjang suatu benda adalah 20 cm. Hari ini benda itu diukur dengan
meteran dan panjangnya adalah 20 cm. Besok panjang benda itu diukur lagi dan panjangnya
tetap 20 cm. Minggu depan diukur lagi dan panjangnya tetap 20 cm. Bulan depan diukur lagi
dan panjangnya tetap 20 cm. Selama panjang benda itu tetap 20 cm, maka diukur beberapa
kali dalam waktu yang berbeda, panjangnya tetap 20 cm. Dengan demikian, meteran adalah
alat ukur yang reliabel karena menghasilkan data yang sama (konsisten/tetap) meskipun
diukur beberapa kali dalam waktu yang berbeda.
Reliabilitas dalam penelitian misalnya :
• Fakta di lapangan yaitu disiplin pegawai rendah.
• Pada hari ini disebarkan angket dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai rendah.
• Minggu depan disebarkan angket lagi dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai
rendah.
• Bulan depan disebarkan angket lagi dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai
rendah.
Selama fakta di lapangan tidak berubah (yaitu disiplin pegawai tetap rendah), maka
angket yang disebarkan beberapa kali dalam waktu yang berbeda akan menghasilkan data
yang sama yaitu disiplin pegawai rendah. Artinya angket sebagai instrumen penelitian itu
reliabel (konsisten/tetap).
Untuk menghasilkan angket yang reliabel, maka harus dilakukan uji reliabilitas. Uji
reliabilitas ini merupakan kelanjutan dari uji validiitas. Pengujian reliabilitas dalam proposal
penelitian skripsi di FISIP Unswagati biasanya menggunakan teknik split-half (belah dua)
dengan rumus koefisien reliabilitas yaitu :
2 rb
ri =
1 + rb
30

Pengerjaan rumus itu dapat dilakukan dengan komputer (program SPSS). Hasil olah
data dengan SPSS itu akan diperoleh nilai r i hitung. Nilai ri hitung ini kemudian dibandingkan
dengan nilai rs tabel. Kriteria uji reliabilitas yaitu :
• Jika ri hitung ≤ rs tabel maka instrumen penelitian tidak reliabel.
• Jika ri hitung > rs tabel maka instrumen penelitian reliabel.

Teknik Pengujian Keabsahan Data (dalam penelitian kualitatif)


Teknik pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini sama maknanya dengan
uji validitas dalam penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian atau alat pengumpul data utama
dalam penelitian kualitatif adalah bukan angket seperti dalam penelitian kuantitatif. Instrumen
penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri yang dibantu oleh instrumen
lain seperti buku catatan lapangan, kamera, alat perekam (tape recorder), dan lain-lain.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi harus diuji keabsahan atau
keakuratannya. Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini tidak menggunakan
analisis statistik seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi menggunakan beberapa teknik
pengujian keabsahan data.
Dari sekian banyak teknik pengujian keabsahan data, yang banyak digunakan adalah
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengujian keabsahan data dengan cara
membandingkan (check, recheck, crosscheck) berbagai data yang diperoleh dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Oleh kerena itu, terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik (cara pengumpulan data), dan triangulasi waktu.
Triangulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
a. Membandingkan data hasil pengamatan di lapangan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan orang
secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan yang
dikatakan sepanjang waktu.
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang saling berkaitan.
Dalam penelitian kualitatif, suatu data dikatakan absah/akurat jika memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1. Ada kesamaan data dari hasil wawancara dengan para informan. Data dinyatakan
absah/akurat jika untuk pertanyaan yang sama diperoleh data atau jawaban yang sama
dari para informan. Jika terhadap pertanyaan yang sama tetapi jawaban para informan
berbeda-beda, maka data itu belum absah/akurat.
2. Ada kesamaan data antara hasil wawancara dengan hasil pengamatan. Jika data dari
hasil wawancara dengan hasil pengamatan itu sama, maka data itu absah/akurat.
Sebaliknya jika data dari hasil wawancara dengan hasil pengamatan itu berbeda, maka
data itu belum absah/akurat dan peneliti harus melakukan triangulasi lagi.
Jika data belum absah/akurat, maka peneliti perlu melakukan pengujian keabsahan data
lagi sampai diperoleh data yang absah/akurat. Namun, kurun waktu pengujian keabsahan
data ini jangan berlarut-larut atau terlalu lama karena dibatasi oleh waktu penelitian. Selain
itu, data yang berupa pendapat atau perasaan orang selamanya akan tetap berbeda. Jika
terjadi demikian maka peneliti membuat kategorisasi, misalnya kategori pendapat yang pro
dan yang kontra.

8.5. Teknik Analisis Data(dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Teknik Analisis Data (dalam penelitian kuantitatif)
31

Dalam judul penelitian kuantitatif yang menggunakan kata “Hubungan”, maka teknik
analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisis Variabel Bebas, yaitu menghitung persentase variabel bebas dan dimensi-
dimensinya.
b. Analisis Variabel Terikat, yaitu menghitung persentase variabel terikat dan dimensi-
dimensinya.
c. Analisis Korelasi, yaitu menghitung koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel
terikat dengan menggunakan rumus koefisien korelasi rank Spearman seperti yang telah
disebutkan di muka. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui apakah hipotesis statistik
yang telah diajukan itu ditolak atau diterima.
d. Uji Signifikansi Korelasi, dilakukan dengan uji t. Uji t ini hanya dilakukan jika peneliti
melakukan penarikan sampel (menggunakan metode survey). Jika peneliti tidak
melakukan penarikan sampel (menggunakan metode sensus), maka tidak perlu
melakukan uji t.
Jika dalam judul penelitian menggunakan kata “Pengaruh”, maka setelah uji signifikansi
korelasi harus dilanjutkan dengan Uji Pengaruh untuk menghitung pengaruh dari satu
variabel terhadap varabel lainnya. Menghitung pengaruh secara sederhana dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Koefisien Determinan (KD) yaitu : r s2 x 100 %.
Perlu diingat bahwa penelitian yang menggunakan kata “Pengaruh” akan lebih akurat
jika dianalisis dengan menggunakan analisis regresi. Namun, olah data dengan analisis
regresi ini jauh lebih rumit karena ada beberapa uji prasyarat analisis yang harus dipenuhi.

Teknik Analisis Data (dalam penelitian kualitatif)


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis secara
mendalam data deskriptif yang diperoleh berupa informasi lisan dan tertulis dari para
informan serta hasil observasi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti juga dapat menggunakan
data kuantitatif (data berupa angka dalam tabel atau grafik) untukmempertajam dan
memperkaya analisis kualitatif itu sendiri.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif, dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Reduksi data, yaitu data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan, dirinci secara
sistematis, kemudian memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus dan masalah
penelitian. Dengan kata lain, reduksi data adalah memilih dan memilah data yang telah
diperoleh. Reduksi data dilakukan karena data yang diperoleh dalam penelitian itu sangat
banyak tetapi tidak semua data itu akan digunakan. Oleh karena itu, data itu harus
direduksi (dipilih dan dipilah). Data yang dipilih adalah data yang relevan dengan masalah
penelitian, sedangkan data yang tidak relevan dibuang (di drop out).
b. Display data, yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian, gambar, tabel, dan
sebagainya. Dalam display data ini hanya data yang relevan dengan fokus dan masalah
penelitian yang disajikan.
c. Verifikasi data, yaitu peneliti berusaha memperoleh makna dari berbagai data yang
dikumpulkan, kemudian dibuat pola, model, tema, hubungan, dan persamaan terhadap
hal-hal yang sering muncul.
d. Penarikan kesimpulan, yaitu menyimpulkan secara logis berdasarkan reduksi dan
display data serta verifikasi di atas.
Analisis dalam penelitian kualitatif sebenarnya jauh lebih sulit daripada penelitian kuantitatif.
Pada penelitian kuantitatif, untuk membuktikan bahwa disiplin kerja pegawai rendah, maka peneliti
cukupdengan menunjukkan persentase disiplin kerja pegawai dari hasil angket. Peneliti tidak perlu
banyak berargumentasi untuk meyakinkan bahwa disiplin kerja pegawai rendah karena cukup
dilihat dari persentase hasil angket itu saja.
Namun tidak demikian dalam penelitian kualitatif. Untuk menunjukkan bahwa disiplin kerja
pegawai rendah, peneliti harus melakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam.
Penelitijuga harus menuangkan hasil pengamatan dan wawancaranyaitu secara lengkap untuk
32

meyakinkan bahwa disiplin kerja pegawai rendah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti jugaharus
pandai berargumentasi untuk meyakinkan penguji atau pembaca bahwa disiplin kerja pegawai
rendah.

9. Lokasi dan Jadwal Penelitian (dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif)


Lokasi penelitian merupakan locus penelitian. Jika lokasi penelitian adalah di suatu
instansi, maka dikemukakan juga alamat lengkap dari instansi tersebut. Selain itu,
dikemukakan juga alasan-alasan ilmiah mengapa peneliti melakukan penelitian di lokasi itu,
yaitu karena :
a. Ada masalah di lokasi penelitian yang harus dipecahkan atau dicari solusinya.
b. Data yang dibutuhkan dalam penelitian mudah diperoleh.
c. Lokasi penelitian terjangkau.
Setelah mengemukakan lokasi penelitian, peneliti kemudian mengemukakan lamanya
penelitian dari mulai penelitian awal sampai ujian sidang sarjana. Lamanya penelitian dari
mulai penelitian awal sampai ujian sidang sarjana ini berkisar antara 4 - 5 bulan.
Setelah menguraikan lamanya penelitian, peneliti kemudian membuat tabel jadwal
penelitian. Tabel jadwal penelitian terdiri dari tahap-tahap kegiatan penelitian serta tahun,
bulan dan minggunya.
Contoh tabel jadwal penelitian yaitu :

2016
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penelitian awal
2. Penyusunan proposal
penelitian
3. Bimbingan proposal
penelitian
4. Seminar proposal
penelitian
5. Penelitian lapangan
6. Olah data penelitian
7. Penyusunan draft skripsi
Bimbingan draft skripsi
9. Seminar draft skripsi
10. Revisi draft skripsi
11. Ujian sidang skripsi

Catatan :
Mulai tahun 2016 ini, wisuda akan dilakukan 3 kali dalam setahun yaitu pada bulan April,
Agustus, dan Desember. Oleh karena itu, mahasiswa harus menyesuaikan jadwal
penelitiannya dengan jadwal wisuda tersebut.
33

BAB III
PERBEDAAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF DENGAN KUALITATIF

Berdasarkan uraian pada Bab II, maka ada beberapa perbedaan penting antara
penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Beberapa perbedaan penting itu dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

No. Aspek Metode Penelitian Kuantitatif Metode Penelitian Kualitatif


1. Hipotesis Ada hipotesis, yang terdiri dari Tidak ada hipotesis
hipotesis penelitian dan hipotesis
statistik (H0 dan H1 atau Ha).
2. Metode penelitian • Metode survey (jika peneliti Metode naturalistik dengan
yang digunakan menarik sampel). pendekatan deskriptif.
• Metode sensus (jika peneliti
tidak menarik sampel)
3. Sumber data utama • Sumber data utama diperoleh • Sumber data utama
dari responden. diperoleh dari informan, yang
• Peneliti menarik sampel jika terdiri dari informan kunci dan
populasinya besar (≥ 100). informan pendukung.
• Peneliti tidak menarik sampel • Orang-orang yang dipilih
jika populasinya kecil (< 100). sebagai informan kunci
• Penarikan sampel dilakukan adalah orang-orang yang
dengan menggunakan teknik banyak mengetahui tentang
dan rumus statistik tertentu. masalah yang diteliti.
• Jumlah informan tidak
ditentukan, tergantung dari
kebutuhan dan kedalaman
penelitian.
4. Teknik pengumpu- Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data
lan data dilakukan dengan cara : dilakukan dengan cara :
1. Studi kepustakaan/literatur. 1. Studi kepustakaan
2. Studi lapangan, yang terdiri 2. Studi lapangan, terdiri dari :
dari : a. Observasi partisipatif.
a. Observasi nonpartisipatif b. Wawancara mendalam.
b. Wawancara terpimpin / Teknik pengumpulan data
terstruktur lainnya yaitu :
c. Angket tertutup. 1. Studi Dokumentasi.
2. Focus Group Discussion
(FGD).
5. Instrumen penelitian • Instrumen penelitian adalah Instrumen penelitian adalah
angket sebagai alat utama peneliti itu sendiri sebagai alat
pengumpul data. utama pengumpul data, yang
• Angket juga berfungsi sebagai dibantu oleh instrumen lain
alat ukur untuk mengukur seperti buku catatan lapangan,
bobot variabel-variabel kamera, alat perekam (tape
penelitian. recorder ), dan lain-lain.
34

No. Aspek Metode Penelitian Kuantitatif Metode Penelitian Kualitatif


6. Cara memperoleh Untuk memperoleh data yang • Untuk memperoleh data
data yang valid valid dan reliabel, maka 34
yang akurat (absah), maka
(akurat/absah) dan dilakukan uji instrumen penelitian dilakukan pengujian keabsa-
reliabel (konsisten) yang terdiri dari : han data.
1. Uji validitas. • Teknik pengujian keabsahan
2. Uji reliabilitas. data yang banyak dilakukan
yaitu teknik triangulasi.
7. Kriteria data yang Data dinyatakan valid dan Data dinyatakan akurat/absah
valid (akurat/absah) reliabel jika memenuhi kriteria jika :
dan reliabel (konsis- nilai statistik tertentu. 1. Ada kesamaan data atau
ten) jawaban dari para informan.
2. Ada kesamaan data dari
hasil wawancara dengan
hasil pengamatan.
8. Analisis data • Analisis data dilakukan dengan Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik. analisis deskriptif yang terdiri
• Dalam judul penelitian yang dari tahap-tahap yaitu :
menggunakan kata 1. Reduksi data.
“Hubungan”, dianalisis dengan 2. Display data.
analisis korelasi yang terdiri 3. Verifikasi data.
dari : 4. Penarikan kesimpulan.
1. Analisis variabel bebas.
2. Analisis variabel terikat.
3. Analisis korelasi.
4. Uji signifikansi korelasi.
• Dalam judul penelitian yang
menggunakan kata
“Pengaruh”, analisis dilanjut-
kan dengan analisis pengaruh
dengan menggunakan rumus
Koefisien Determinan (KD).
• Judul penelitian yang
menggunakan kata
“Pengaruh” lebih tepat jika
dianalisis dengan mengguna-
kan analisis regresi.
35

BAB IV
METODE PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS RESEARCH)

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa jenis campuran yaitu :


1. Campuran dari dua obyek atau lebih yang menghasilkan obyek yang baru di mana dalam
obyek yang baru ini ciri dari obyek-obyek yang bercampur tersebut sudah tidak kelihatan lagi.
Contohnya adalah campuran berbagai macam buah dalam jus buah. Dalam jus buah ini semua
buah bercampur dan melebur menjadi satu, sehingga tidak kelihatan dan tidak dapat dibedakan
lagi mana buah apel, buah naga, buah jeruk dan buah-buah lainnya. Campuran buah dalam jus
buah juga menimbulkan rasa yang baru.
2. Campuran dari dua obyek atau lebih yang menghasilkan obyek yang baru tetapi dalam obyek
yang baru ini ciri dari obyek-obyek yang bercampur tersebut masih kelihatan dengan jelas.
Contohnya adalah campuran berbagai macam buah dalam sop buah. Dalam sop buah ini
semua buah bercampur menjadi satu tetapi tidak melebur, sehingga masih kelihatan dan masih
bisa dibedakan mana buah naga, buah apel, dan buah-buah lain yang bercampur tersebut.
Campuran ternyata tidak hanya terdapat dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam
metode penelitian. Dalam metode penelitian terdapat metode campuran (mixed methods) yaitu
campuranantara metode kuantitatif dengan metode kualitatif. Campuran dua metode dalam mixed
methodsitu tidak menghasilkan metode yang baru yang menghilangkan ciri-ciri dari dua metode
yang bercampur tersebut. Dalam mixed methods, ciri-ciri dari dua metode yang bercampur itu
masih kelihatan dengan jelas meskipun bobotnya berbeda. Dalam mixed methods, kadar atau
bobot dua metode yang bercampur itu tidak berarti sama besar (fifty-fifty) karena ada salah satu
metode yang lebih dominan. Jadi, campuran dalam mixed methodsadalah campuran seperti
campuran berbagai macam buah dalam sop buah.
Metode campuran (mixed methods) disebut juga metode kombinasi atau metode gabungan.
Secara garis besar, ciri-ciri penelitian mixed methods serta perbedaannya dengan penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif dapat dijelaskan secara ringkas dalam tabel di bawah ini :

No. Aspek Penjelasan


1. Judul Penelitian • Tidak ada ciri khusus dalam judul penelitian mixed methods.
• Ciri khusus penelitian mixed methods ini terlihat dalam metode
penelitian dan analisis datanya.
2. Hipotesis • Dalam penelitian kuantitatif ada hipotesis.
• Dalam penelitian kualitatif tidak ada hipotesis.
• Judul penelitian mixed methods bisa berupa judul penelitian
kualitatif tetapi di dalamnya ada hipotesis.
3. Metode Penelitian Penelitianmixed methods menggunakan metode campuran yaitu
yang Digunakan metode kuantitatif (metode survey atau sensus) dan metode
kualitatif (metode naturalistik).
4. Populasi dan Teknik • Dalam penelitian kuantitatif, peneliti harus menetapkan populasi
Penarikan Sampel dan melakukan penarikan sampel (teknik sampling).
36

• Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak menetapkan populasi


dan tidakmelakukan penarikan sampel.
• Dalam penelitian mixed methods, peneliti harus menetapkan
populasi, kemudian melakukan penarikan sampel seperti dalam
penelitian kuantitatif.
5. Teknik Pengumpu- • Data utama dalam penelitian kuantitatif adalah data hasil angket.
lan Data • Dalam penelitian kualitatif, data yang utama adalah dari hasil
wawancara.
• Dalam penelitian mixed methods, data yang utama adalah dari
hasil angket dan juga hasil wawancara.

No. Aspek Penjelasan


6. Instrumen Penelitian • Instrumen penelitian kuantitatif adalah angket sebagai alat 36
pengumpul data utama.
• Instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai
pengumpul data utama.
• Instrumen penelitian mixed methods adalah peneliti itu sendiri
dan juga angket.
7. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian mixed methods menggunakan
analisis kuantitatif (analisis statistik) dan analisis kualitatif (analisis
deskriptif) secara bersamaan.
Analisis data dalam penelitian mixed methods dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu :
1. Quantitative dominantanalysis yaitu yang dominan (dominant)
adalah analisis kuantitatif, sedangkan analisis kualitatifnya
kurang dominan (less dominant).
2. Qualitative dominantanalysis yaituyang dominan (dominant)
adalah analisis kualitatif, sedangkan analisis kuantitatifnya
kurang dominan (less dominant).
8. Pembahasan Hasil Pembahasan hasil penelitian mixed methods (dalam Bab IV)
Penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Pembahasan di mana yang dominan (dominant) adalah
pembahasan secara kuantitatif, sedangkan pembahasan
secara kualitatifnya kurang dominan (less dominant).
2. Pembahasan di mana yang dominan (dominant) adalah
pembahasan secara kualitatif, sedangkan pembahasan secara
kuantitatifnya kurang dominan (less dominant).

Penelitian mixed methods dapat dilakukan dengan menggunakan empat strategi yaitu :
1. Strategi Eksploratoris Sekuensial
Dalam strategi eksploratoris sekuensial, dua metode dilakukan secara berurutan
(sekuensial) dalam waktu yang tidak bersamaan, di mana metode yang pertama dilakukan
adalah metode kualitatif sebagai metode yang dominan (dominant) yang disingkat KUAL,
kemudian dilanjutkan dengan metode kuantitatif sebagai metode yang kurang dominan (less
dominant) yang disingkat kuan.
Langkah-langkah dalam Strategi Eksploratoris Sekuensial menurut Creswell (2014:314)
yaitu sebagai berikut :

KUAL kuan

KUAL KUAL kuan kuan Interpretasi


37

Pengumpulan Analisis Pengumpulan Analisis Keseluruhan


Data Data Data Data Analisis

Gambar 4.1.
Langkah-langkah Strategi Eksploratoris Sekuensial

Langkah-langkah Strategi Eksploratoris Sekuensial yaitu :


a. Metode kualitatif :
• Pengumpulan data secara kualitatif yang dilakukan melalui wawancara mendalam
(indepth interview), observasi, dan Focus Group Discussion (FGD).
• Analisis data secara kualitatif yang meliputi reduksi data, display data, verifikasi dan
penarikan kesimpulan.
b. Metode kuantitatif :
• Pengumpulan data secara kuantitatif melalui angket, yang didahului dengan penarikan
sampel dari populasi untuk menentukan sampel/responden.
• Analisis data secara kuantitatif berupa analisis statistik, analisis SWOT, dan lain-lain.
c. Interpretasi keseluruhan analisis yang merupakan interpretasi gabungan dari analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menonjolkan interpretasi analisis kualitatif.

2. Strategi Eksplanatoris Sekuensial


Dalam strategi eksplanatoris sekuensial, dua metode dilakukan secara berurutan
(sekuensial) dalam waktu yang tidak bersamaan, di mana metode yang pertama dilakukan
adalah metode kuantitatif sebagai metode yang dominan (dominant) yang disingkat KUAN,
kemudian dilanjutkan dengan metode kualitatif sebagai metode yang kurang dominan (less
dominant) yang disingkat kual.
Langkah-langkah dalam Strategi Eksplanatoris Sekuensial menurut Creswell (2014:314)
yaitu sebagai berikut :

KUAN kual

KUAN KUAN kual kual Interpretasi


Pengumpulan Analisis Pengumpulan Analisis Keseluruhan
Data Data Data Data Analisis

Gambar 4.2.
Langkah-langkah Strategi Eksplanatoris Sekuensial

Langkah-langkah Strategi Eksploratoris Sekuensial yaitu :


a. Metode kuantitatif :
• Pengumpulan data secara kuantitatif melalui angket, yang didahului dengan penarikan
sampel dari populasi untuk menentukan sampel/ responden.
• Analisis data secara kuantitatif berupa analisis statistik, analisis SWOT, dan lain-lain.
b. Metode kualitatif :
• Pengumpulan data secara kualitatif yang dilakukan melalui wawancara mendalam
(indepth interview), observasi, dan Focus Group Discussion (FGD).
• Analisis data secara kualitatif yang meliputi reduksi data, display data, verifikasi dan
penarikan kesimpulan.
c. Interpretasi keseluruhan analisis yang merupakan interpretasi gabungan dari analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif dengan menonjolkan interpretasi analisis kuantitatif.
38

3. Strategi Triangulasi Konkuren


Strategi triangulasi konkuren dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan
kualitatif secara konkuren (dalam satu waktu secara bersamaan), kemudian membandingkan
hasil kedua pengumpulan data tersebut. Strategi triangulasi konkuren pada umumnya
menerapkan metode kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi atau
menyeimbangkan kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan-kekuatan metode
yang lain. Selain itu, strategi triangulasi konkuren juga dilakukan agar kekuatan satu metode
dapat menambah kekuatan metode yang lain.
Dalam strategi triangulasi konkuren, pencampuran (mixing) terjadi pada tahap analisis
data (interpretasi data dan pembahasan). Pencampuran tersebut dilakukan dengan cara :
a. Melebur data kuantitatif dan data kualitatif menjadi satu.
b. Mengintegrasikan data kuantitatif dan data kualitatif.
c. Mengkomparasikan (membandingkan) hasil-hasil dari data kuantitatif dan data kualitatif
secara berdampingan dalam pembahasan.
Gambar strategi triangulasi konkuren yaitu sebagai berikut :

KUAN KUAL

KUAN KUAL
Pengumpulan Pengumpulan
Data Data

KUAN KUAL
Analisis Hasil-hasil yang dikomparasikan Analisis
Data Data

Gambar 4.3.
Langkah-langkah Strategi Triangulasi Konkuren

4. Strategi Embedded Konkuren


Strategi embedded konkuren dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan
kualitatif secara konkuren (dalam satu waktu secara bersamaan), tetapi kedua metode
penelitian itu (kuantitatif atau kualitatif) masing-masing memiliki metode primer dan sekunder
yang berbeda dalam prioritas atau dominannya.
• Jika peneliti menetapkan metode primernya adalah metode kuantitatif, maka metode
sekundernya adalah metode kualitatif. Dengan kata lain, metode yang diprioritaskan atau
yang dominan (dominant) adalah metode kuantitatif, sedangkan metode kualitatifnya
kurang diprioritaskan atau kurang dominan (less dominant).
• Jika peneliti menetapkan metode primernya adalah metode kualitatif, maka metode
sekundernya adalah metode kuantitatif. Dengan kata lain, metode yang diprioritaskan
atau yang dominan (dominant) adalah metode kualitatif, sedangkan metode kuantitatifnya
kurang diprioritaskan atau kurang dominan (less dominant).
Dalam strategi embedded konkuren, metode yang kurang diprioritaskan atau yang
kurang dominan itu ditancapkan (embedded) ke dalam metode primer yang dominan.
Penancapan (embedding) ini berarti metode sekunder menjabarkan rumusan masalah yang
berbeda dari metode primer atau mencari informasi dalam tingkatan analisis yang berbeda.
39

Dalam strategi embedded konkuren, pencampuran (mixing) dua data itu terjadi ketika
peneliti mengkomparasikan (membandingkan) satu sumber data dengan sumber data yang
lain. Pencampuran ini biasanya banyak muncul dalam pembahasan penelitian. Meskipun
demikian, dua data tersebut bisa saja tidak dikomparasikan tetapi dideskripsikan secara
berdampingan sebagai dua gambaran berbeda yang mencerminkan penilaian gabungan
terhadap suatu masalah. Hal ini akan terjadi jika peneliti menggunakan strategi ini untuk
mengevaluasi dua rumusan masalah yang berbeda atau meneliti level-level yang berbeda di
dalam suatu organisasi.
Gambar strategi embedded konkuren yaitu sebagai berikut :

kual kuan

KUAN KUAL

Analisis Penemuan Analisis Penemuan

Gambar 4.4.
Langkah-langkah Strategi Embedded Konkuren

Ketarangan :
• Kata “KUAN/kual” berarti metode kualitatif (kual) yang kurang dominan ditancapkan
(embedded) ke dalam metode kuantitatif (KUAN) yang dominan.
• Kata “KUAL/kuan” berarti metode kuantitatif (kuan) yang kurang dominan ditancapkan
(embedded) ke dalam metode kualitatif (KUAL) yang dominan.

Strategi embedded konkuren ini berguna ketika peneliti memilih menggunakan metode-
metode yang berbeda untuk meneliti kelompok-kelompok atau level-level yang berbeda pula.
Misalnya jika peneliti melakukan penelitian di suatu organisasi, maka peneliti :
• Meneliti para pegawai secara kuantitatif dengan cara menetapkan populasi, melakukan
penarikan sampel, menyebarkan angket, dan mengolah data hasil angket secara
kuantitatif dengan analisis statistik.
• Melakukan wawancara secara kualitatif yaitu wawancara mendalam (depth interview)
dengan para unsur pimpinan.
• Menganalisis seluruh unit di dalam organisasi berdasarkan data kuantitatif.

-----
40

BAB V
ETIKA PENELITIAN

Etika penelitian membahas mengenai hal yang patut dan tidak patut, yang boleh dan tidak
boleh dilakukan dalam penelitian. Etika penelitian yaitu :
1. Peneliti tidak boleh melakukan plagiarisme.
Plagiarisme yaitu melakukan tindakan plagiat (menjiplak) tulisan oranglain tanpa menyebutkan
nama penulis dan sumber pustakanya. Oleh karena itu, jika peneliti mengutip tulisan orang lain
harus selalu disebutkan nama penulis dan sumber pustakanya. Nama penulis dan pustakanya
ini juga harus dituliskan dalam Daftar Pustaka.
Plagiarisme merupakan ‘dosa besar’ bagi seorang peneliti. Sanksi plagiarisme tidak main-main
yaitu gelar akademik yang telah diperoleh akan dicabut jika ketahuan melakukan plagiarisme.
Sekarang ada software khusus untuk mendeteksi plagiarisme. Beberapa program studi di
Unswagati sudah menerapkan software ini dan hal yang sama akan diterapkan di FISIP
Unswagati pada tahun 2018 ini.
2. Peneliti tidak boleh menganalisis yang mengandung kebencian dan sentimen SARA (Suku,
Agama, Ras, Antar Golongan)
Dalam melakukan penelitian, peneliti boleh saja mengangkat masalah SARA. Misalnya
penelitian di bidang sosiologi, antropologi, dan perbandingan agama banyak mengangkat
masalah yang berkaitan dengan SARA. Meskipun demikian, peneliti tidak boleh menganalisis
yang mengandung kebencian dan sentimen SARA. Misalnya dalam meneliti kepemimpinan,
peneliti dalam analisisinya tidak boleh menyangkut-pautkan individu pemimpin tersebut dengan
agama yang dianut atau asal sukunya.
3. Peneliti harus jujur dan tidak boleh memanipulasi data
Ada anekdot mengenai perbedaan peneliti dengan politikus. Katanya “peneliti itu boleh salah
tetapi tidak boleh bohong”, sedangkan “politikus itu boleh bohong tetapi tidak boleh salah”.
Makna dari hal ini yaitu peneliti harus jujur terhadap data yaitu tidak boleh memanipulasi data.
Manipulasi data ini juga merupakan salah satu ‘dosa besar’ bagi peneliti selain plagiarisme.
4. Penelitian dibatasi oleh rahasia negara, rahasia organisasi dan rahasia jabatan
41

Seringkali peneliti kesulitan mencari data karena data tersebut merupakan rahasia negara,
rahasia organisasi atau rahasia jabatan, sehingga dilarang diteliti. Jika dihadapkan pada data
seperti itu, peneliti tidak boleh memaksakan diri melanjutkan penelitiannya. Ingat, peneliti
bukanlah penyidik. Meskipun demikian, ada kalanya pejabat di lokasi penelitian tidak mau
memberikan data dengan alasan data itu merupakan rahasia negara, rahasia organisasi atau
rahasia jabatan. Misalnya data yang menyangkut APBN atau APBD. Padahal data yang
menyangkut APBN atau APBD ini bukan termasuk rahasia negara, rahasia organisasi atau
rahasia jabatan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah justru wajib mengupload data
tentang APBN dan APBD itu dalam website yang menunjukkan transparansi pengelolaan
keuangan karena uang dalam APBN dan APBD itu adalah uang rakyat, sehingga rakyat harus
tahu untuk apa uangnya itu digunakan.
5. Peneliti harus menggunakan kata-kata yang sehalus mungkin
Dalam menuliskan hasil penelitiannya, peneliti harus menggunakan kata-kata yang sehalus
mungkin. Hindari kata-kata seperti “buruk”, “tidak baik”, dan sejenisnya. Gunakan kata-kata
yang lebih halus misalnya “belum optimal”.
6. Peneliti harus menjunjung tinggi sikap dan perilaku yang terpuji
Selama melakukan penelitian, peneliti berinteraksi dengan orang lain di lokasi penelitian. Dalam
hal ini, peneliti harus menjunjung tinggi sikap dan perilaku yang terpuji. Peneliti juga harus
berprinsip “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, artinya menghormati tradisi, adat-
istiadat, dan budaya di lokasi penelitian.

BAB VI
PENUTUP

Menyusun skripsi (termasuk di dalamnya menyusun proposal penelitian skripsi) bagi yang
tidak terbiasa merupakan pekerjaan yang sulit. Adanya kesulitan ini menyebabkan banyak
mahasiswa yang menempuh jalan pintas dengan cara melakukan plagiarisme (plagiat/menjiplak
skripsi orang lain). Tindakan plagiarisme di lingkungan akademik seperti di perguruan tinggi ini
merupakan tindakan yang sangat tercela dan sangat tidak terpuji. Orang yang melakukan
plagiarisme ini akan dicap sebagai orang yang melakukan pelacuran akademik.
Sulitnya menyusun skripsi (termasuk di dalamnya menyusun proposal penelitian skripsi), juga
menyebabkan banyak oknum yang menawarkan jasa pembuatan skripsi. Beberapa oknum
tersebut bahkan berani ‘menjual nama’ dosen-dosen tertentu agar ‘dagangannya’ itu laku.
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa jangan sampai terpancing oleh bujukan oknum-oknum
tersebut. Cobalah berusaha membuat skripsi sendiri karena hasil karya sendiri akan memberikan
kebanggaan tersendiri. Orang yang karya ilmiahnya (termasuk skripsinya) dibuatkan oleh orang
lain juga akan dicap sebagai orang yang melakukan pelacuran akademik.
Demikian materi kuliah MPA ini, semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam membuat
tugas proposal penelitian skripsi. Materi MPA ini juga akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam
membuat proposal penelitian skripsinya. Juga akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam
42

menghadapi ujian sidang karena sebagian pertanyaan dalam ujian sidang itu menyangkut MPA
yang dibahas dalam materi kuliah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
43

Creswell, John. W. 2014. Research Design. Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogjakarta: Pustaka Pelajar

Kartono, Kartini. 1993. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung: Alumni


Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sudjana. 1997. Statistika I. Bandung: Tarsito

-------------. 1997. Statistika II. Bandung: Tarsito


Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta


-------------. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
-------------. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
-------------. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta
Suhartono, Irawan. 1999. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Lain-lain :
FISIP Unswagati. 2016. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Cirebon: FISIP
Unswagati
Hidayat, Moh.Taufik. 2014. Diktat Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Cirebon: tanpa
penerbit
-------------. 2014.Modul Kuliah Statistik Sosial. Cirebon: tanpa penerbit
-------------. 2014.Metode Penelitian Administrasi(Powerpoint materi kuliah pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara FISIP Unswagati). Cirebon: tanpa penerbit

43
44

Anda mungkin juga menyukai