BAB I
MASALAH DALAM PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA
1. PENGERTIAN MASALAH
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seoarng peneliti dalam melakukan penelitian
Administrasi Negara adalah menemukan masalah. Istilah yang tepat adalah “menemukan
masalah”, bukan “mencari masalah”, apalagi “mencarI-cari masalah”. Mengapa demikian ? Karena
masalah itu sudah banyak di lapangan, sehingga tidak perlu dicari lagi. Tugas peneliti adalah
menemukan masalah itu. Jadi, peneliti bukan “mecari masalah”, apalagi “mencari-cari masalah”
yang artinya mengada-adakan masalah yaitu sesuatu yang bukan masalah dijadikan masalah.
Apa yang dimaksud dengan masalah ? Masalahadalah kesenjangan (gap) atau perbedaan
antara das sollen dengan das sein.Das sollen adalah sesuatu yang bersifat normatif (yang
seharusnya atau berdasarkan norma/aturan), sedangkan das sein adalah sesuatu yang bersifat
empiris (yang senyatanya atau berdasarkan pengalaman praktis/empiris/kenyataan). Contoh das
sollen dan das sein yaitu :
Das Sollen Das Sein
Teori Praktik
Target/rencana Realisasi
Aturan Pelaksanaan
Harapan/cita-cita Kenyataan
Jika ada kesenjangan/perbedaan antara das sollen dengan das sein tersebut, maka dikatakan
ada masalah. Jadi, kesenjangan/perbedaan itulah yang harus ditemukan oleh peneliti.
1
2
adanya masalah yaitu “kurangnya efektivitas kerja pegawai” atau “efektivitas kerja
pegawai belum optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu hasil-hasil pekerjaan secara kuantitas dan
kualitas kurang baik. Indikasi atau gejala itu menunjukkan masalah yaitu “rendahnya
kinerja pegawai” atau “kinerja pegawai kurang optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu pimpinan jarang mengecek langsung
pekerjaan pegawai dan pimpinan tidak tegas dalam memberikan tindakan koreksi berupa
teguran atau sanksi kepada pegawai yang melakukan pelanggaran. Indikasi atau gejala
itu menunjukkan adanya masalah yaitu “lemahnya pengawasan” atau “pengawasan
belum optimal”.
• Peneliti menemukan indikasi atau gejala yaitu ada beberapa pekerjaan yang tumpang
tindih, antara pejabat belum sepenuhnya terwujud persamaan persepsi dan tindakan, dan
kurangnya forum-forum pertemuan bersama untuk membahas pelaksanaan pekerjaan
dan hasil-hasilnya. Indikasi atau gejala itu menunjukkan adanya masalah yaitu “lemahnya
koordinasi” atau “koordinasi yang kurang optimal”.
Untuk dapat menentukan indikasi atau gejala-gejalayang ditemukan itu termasuk ke
dalam masalah apa, maka peneliti harus menguasai teori-teori dalam Administrasi Negara.
Teori-teori ini sendiri sudah dipelajari oleh mahasiswa selama kuliah. Teori-teori itu juga
dapat dipelajari dari buku-buku yang ada.
4
BAB II
FOCUS DAN LOCUS PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA
Setelah peneliti menemukan masalah penelitian, maka peneliti dapat merumuskan judul untuk
penelitiannya. Judul penelitian ini diangkat dari masalah yang telah ditemukan peneliti. Di dalam
judul penelitian harus mengandung dua hal yang penting yaitu focus dan locus penelitian. Oleh
karena itu, sebelum merumuskan judul penelitian, peneliti harus menentukan dulu apa yang
menjadi focus dan locus penelitiannya.
4
5
• Kepuasan Masyarakat
• Partisipasi (Partisipasi Masyarakat, Partisipasi Pegawai)
• E-government (website pemda, pelayanan online dan pelayanan elektronik)
• Good governance
• Collaborative governance
dan variabel atau konsep lainnya yang ada teorinya di dalam Ilmu Administrasi Negara.
Focus-focus tersebut harus dituliskan secara eksplisit (disebutkan dengan jelas) di dalam judul
penelitian.
menentukan locus/lokasi penelitian adalah bukan karena “di kantor itu ada bapak atau kenalan
saya” dan alasan lain yang tidak ilmiah.
Locus penelitian berupa lembagaharus dituliskan secara eksplisit (muncul) di dalam judul
penelitian, misalnya :
• Judul “Kualitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas A Kabupaten B”. Di sini locusnya adalah di
Puskesmas A.
• Judul “Analisis Kepemimpinan Kepala Dinas di Dinas A Kota B”. Di sini locusnya adalah di
Dinas A Kota B.
Locus berupa lembaga juga dapat dituliskan secara implisit (tidak muncul) di dalam judul
penelitian, misalnya :
• Judul “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A. Di sini locusnya
adalahdi Satpol PP Kota A karena yang berwenang menertibkan PKL adalah Satpol PP,
tetapiSatpol PP tidak muncul dalam judul. Meskipun tidak muncul dalam judul, locusnya tetap
harus disebutkan pada Latar belakang Masalah di dalam di dalam Proposal Penelitian. Jika
locusnya ingin dimunculkan dalam judul, maka judulnya menjadi “Implementasi Kebijakan
Penertiban Pedagang Kaki Lima Oleh Satpol PP di Kota A”.
• Judul “Partisipasi Pemilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten A”. Di sini locusnya
adalah KPUD Kabupaten A karena urusan pilkada merupakan wewenang KPUD, tetapi KPUD
tidak muncul dalam judul. Meskipun tidak muncul dalam judul, locusnya tetap harus disebutkan
pada Latar belakang Masalah di dalam Proposal Penelitian.
Dalam penelitian Administrasi Negara, locus utama (locus primer)-nya tidak boleh di instansi
swasta atau perusahaan swasta. Oleh karena itu, peneliti tidak boleh mengambil judul misalnya
kepemimpinan manager di perusahaan swasta, kinerja karyawan di perusahaan swasta, kualitas
pelayanan di rumah sakit swasta, dan sejenisnya. Judul-judul itu adalah bukan judul penelitian Ilmu
Administrasi Negara tetapi judul penelitian Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi.
Dalam penelitian Administrasi Negara, instansi swasta atau perusahaan swasta hanya boleh
dijadikan sebagai locus penunjang (locus sekunder). Hal ini biasanya dalam judul-judul yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan atau variabel lain yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat/daerah. Misalnya :
• Dalam judul penelitian “Implementasi Kebijakan Upah Minimum Kota (UMK) di Kabupaten A”.
Locus utama (locus primer)-nya adalah di Dinas Tenaga Kerja karena masalah UMK
merupakan wewenang dinas tersebut. Tetapi peneliti juga harus meneliti di perusahaan-
perusahaan swasta untuk mengetahui pelaksanaan UMK tersebut.Dalam hal ini, perusahaan-
perusahaan swasta itu hanya menjadi locus penunjang (locus sekunder).
• Dalam judul penelitian “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota
A (Studi Kasus di Kecamatan B)”. Locus utama (locus primer)-nyaadalah di Satpol PP karena
urusan penertiban PKL adalah wewenang instansi tersebut. Tetapi peneliti juga harus meneliti
di lokasi PKL untuk mengetahui pendapat PKL tentang penertiban PKL tersebut. Dalam hal ini,
lokasi PKL itu hanya menjadi locus penunjang (locus sekunder).
• Dalam judul penelitian “Pengawasan Pengelolaan Limbah Perusahaan di Kabupaten A (Studi
Kasus di Kecamatan B)”. Locus utama (locus primer)-nyaadalah di Dinas Lingkungan Hidup
karena dinas itulah yang berwenang melakukan pengawasan pengelolaan limbah perusahaan.
Tetapi peneliti juga harus meneliti di perusahaan-perusahaan swasta untuk mengetahui
pengelolaan limbah tersebut. Dalam hal ini, perusahaan-perusahaan swasta itu hanya menjadi
locus penunjang (locus sekunder).
7
BAB III
MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN ADMINISTRASI NEGARA
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa judul penelitian itu diangkat dari suatu
masalah yang sudah ditemukan sebelumnya oleh peneliti. Dengan demikian, judul penelitian
itu dirumuskan setelah menemukan masalah, bukan sebaliknya, merumuskan judul dulu
baru menemukan masalah.Dengan kata lain, judul penelitian itu dirumuskan dari masalah
yang ditemukan, misalnya :
1. Jika peneliti menemukan masalah kurangnya pengawasan di Dinas A Kota B, maka
judulnya:
“Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B” (judul kualitatif)
atau
“Analisis Pengawasan di Dinas A Kota B” (judul kualitatif).
2. Jika peneliti menemukan masalah lemahnya koordinasi dalam pelaksanaan Program
Keluarga Berencana di Kecamatan A Kabupaten B, maka judulnya :
“Koordinasi Dalam Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kecamatan A
Kabupaten B” (judul kualitatif).
3. Jika peneliti menemukan masalah belum optimalnya implementasi kebijakan Ruang
Terbuka Hijau di Kota A, maka judulnya :
“Implementasi Kebijakan Ruang Terbuka Hijau di Kota A” (judul kualitatif)
4. Jika peneliti menemukan masalah kurangnya disiplin pegawai di Dinas A Kota B yang
diduga karena lemahnya kepemimpinan Kepala Dinas A Kota B, maka judulnya :
“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Dinas Terhadap Disiplin Pegawai di Dinas A Kota B”
(judul kuantitatif)
atau
“Pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Dinas Dalam Meningkatkan Disiplin Pegawai di
Dinas A Kota B” (judul kualitatif).
Di dalam judul penelitian kualitatifterdapat istilah konsep, sedangkan di dalam judul
penelitian kuantitatif terdapat istilah variabel. Variabel di dalam judul penelitian kuantitatif
pada umumnya terdiri dari variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab timbulnya
variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat dari adanya
variabel bebas.
Dalam judul kuantitatif, variabel bebas terletak di depan sedangkan variabel terikat
terletak di belakang, misalnya :
1. Dalam judul “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A Kota
B”, yang menjadi variabel bebasnya adalah Pengawasan, sedangkan variabel terikatnya
adalah Disiplin Kerja Pegawai.
2. Dalam judul “Hubungan KepemimpinanCamat dengan Semangat Kerja Pegawai di
Kantor Camat A Kabupaten B”, yang menjadi variabel bebasnya adalah kepemimpinan
Camat, sedangkan variabel terikatnya adalah semangat kerja pegawai.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam merumuskan judul penelitian
yaitu judul penelitian harus dirumuskan dalam kalimat yang netral. Judul penelitian tidak
boleh dirumuskan dalam kalimat negatif misalnya : “Kurangnya Pengawasan di Dinas A
7
8
Kota B”. Judul penelitian juga tidak boleh dirumuskan dalam kalimat positif misalnya
“Efektifnya Pengawasan di Dinas A Kota B”.
Hal penting lainnya yang harus diperhatikan yaitu judul penelitian harus mengandung
focus yaitu teori Ilmu Administrasi Negara. Peneliti jangan merumuskan judul yang tidak ada
teorinya dalam Ilmu Administrasi Negara, misalnya :
• Judul “Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”.
Judul itu salah karena di dalam Ilmu Administrasi Negara tidak ada teori tentang
penertiban Pedagang Kaki Lima.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara, maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Kinerja Satpol PP Dalam Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A“
atau
“Koordinasi dalam PenertibanPedagang Kaki Lima di Kota A”
atau
“Efektivitas Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”
atau
“Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A”.
(Kinerja, koordinasi, efektivitas, dan implementasi kebijakan ada teorinya dalam Ilmu
Administrasi Negara).
• Judul “Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”.
Judul itu salah karena di dalam IlmuAdministrasi Negara tidak ada teori tentang
pembinaan Pekerja Seks Komersial.
Supaya bisa menjadi judul penelitian Administrasi Negara,maka dalam judul harus
ditambahkan teorinya menjadi :
“Koordinasi Dalam Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”
atau
“Kinerja Dinas Sosial Dalam Pembinaan Pekerja Seks Komersial di Kota A”.
(Koordinasi dan kinerja ada teorinya dalam Ilmu Administrasi Negara)
atau
“Implementasi Kebijakan Penanggulangan Banjir di Kota A”.
(Kinerja, efektivitas, dan implementasi kebijakan ada teorinya dalam Ilmu Administrasi
Negara)
Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam judul penelitian yaitu :
1. Kata-kata dalam judul penelitian harus menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar, tidak lebih dari 20 kata, dan tidak boleh disingkat.
Misalnya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dalam judul harus
ditulis lengkap, tidak boleh disingkat menjadi DPMPTSP. Contoh lainnya Keluarga
Berencana (tidak boleh disingkat menjadi KB), Beras Untuk Keluarga Miskin (tidak boleh
disingkat menjadi Raskin), Rumah Tidak Layak Huni (tidak boleh disingkat menjadi
Rutilahu), Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (tidak boleh disingkat menjadi TJSL),
Pedagang Kaki Lima (tidak boleh disingkat menjadi PKL), dan lain-lain.
2. Dalam judul dapat menggunakan anak judul yang ditulis di dalam tanda kurung, dengan
tujuan untuk mempersempit masalah atau untuk lebih memfokuskan kajian. Misalnya :
• “Implementasi Kebijakan Penertiban Pedagang Kaki Lima di Kota A (Studi Kasus di
Jalan B)”.
• “Partisipasi Masyarakat Dalam Program Keluarga Berencana di Kecamatan A
Kabupaten B (Studi Kasus di Desa C)”.
• “Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum ABC Kabupaten A
(Studi Kasus di Ruang A Kelas III)”.
• “Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di
Desa Wisata A Kabupaten B)”.
• “Kualitas Pelayanan di Kantor Imigrasi Kota A (Studi Kasus Kualitas Pelayanan Paspor
Online)”
• “Budaya Organisasi di Dinas A Kota B (Studi Kasus Implementasi Budaya
Pelayanan)”.
10
BAB IV
TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
ADMINISTRASI NEGARA DI FISIP UNSWAGATI CIREBON
Teknis penyusunan proposal penelitian skripsi yang akan diuraikan di sini mengacu pada
sistematika yang ditetapkan dalam buku Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi FISIP
Unswagati tahun 2016.
Proposal penelitian skripsi dapat disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Perbedaan sistematika proposal penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu :
Berikut ini akan diuraikan satu per satu sistematika proposal penelitian skripsi, baik penelitian
kuantitatif maupun kualitatif :
meyakinkan pembaca (khususnya pembimbing) bahwa masalah yang akan diteliti oleh
peneliti itu menarik dan penting untuk dipecahkan.
Latar Belakang Masalah secara umum berisi uraian tentang :
• Situasi atau kondisi yang melatarbelakangi munculnya masalah.
10
• Masalah yaitu adanya kesenjangan antara teori dengan praktek, antara target dengan
realisasi, atau antara harapan dengan kenyataan.
• Gejala atau fenomena yang menunjukkan adanya masalah.
Misalnya masalah kurangnya disiplin kerja pegawai ditunjukkan oleh gejala-gejala yaitu
pegawai sering datang terlambat dan pulang kerja lebih awal, banyak pegawai yang tidak
mengikuti apel pagi, banyak pegawai yang melanggar aturan kedinasan, banyak pegawai
yang meninggalkan jam kerja untuk urusan pribadi, dan lain-lain.
• Dampak negatif dari masalah tersebut bagi organisasi, masyarakat, pemerintah, dan
pembangunan.
• Kedudukan masalah yang akan diteliti di dalam wilayah bidang ilmu yang ditekuni peneliti,
dalam hal ini Ilmu Administrasi Negara.
• Urgensi atau pentingnya masalah itu untuk diteliti.
Uraian dalam Latar Belakang Masalah harus disusun dengan menggunakan pola
piramida terbalikyaitu ▼. Piramida terbalik itu bentuknya di atas lebar tetapi makin ke bawah
makin mengerucut. Hal ini berarti uraian dalam Latar Belakang Masalah harus dimulai dari
uraian yang bersifat umum, kemudian mengkerucut (memfokus) pada pada obyek penelitian
dan masalah yang diteliti. Dengan kata lain, uraiannya bersifat deduktif yaitu menguraikan
hal-hal yang bersifat umum dulu, kemudian mengerucut pada hal-hal yang bersifat
khusus.Latar Belakang Masalah yang disusun dengan pola piramida terbalik itu akan
menghasilkan uraian yang sistematis, runtut, tidak ‘loncat-loncat’, dan tidak ‘berputar-putar’,
sehingga enak dibaca.
Menyusun Latar Belakang Masalah dengan pola piramida terbalik merupakan hal yang
sulit. Kesulitan yang banyak dialami mahasiswa yaitu dari apa dulu uraan akan dimulai ? Apa
yang akan diuraikan pada alinea pertama dalam Latar Belakang Masalah tersebut ?
Mahasiswa biasanya memulai uraian pada alinea pertama dengan menguraikan tentang
pembangunan nasional. Padahal uraian pada alinea pertama ini tidak harus dimulai dari
pembangunan nasional, tetapi bisa juga dari hal lain yang lebih sesuai dengan judul
peneltian, misalnya :
a. Jika meneliti tentang implementasi kebijakan Ruang Terbuka Hijau (RTH), maka bisa
diawali dengan uraian tentang lingkungan hidup atau pemanasan global karena RTH
merupakan bagian dari lingkungan hidup dan salah satu cara untuk mencegah
pemanasan global.
b. Jika meneliti tentang partisipasi pemilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Langsung, maka bisa diawali dengan uraian tentang demokrasi di Indonesia karena
Pilkada Langsung merupakan bagian dari demokrasi.
c. Jika meneliti tentang implementasi kebijakan Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin), maka
bisa diawai dengan uraian tentang kemiskinan karena Raskin merupakan salah satu
kebijakan untuk mengatasi kemiskinan.
d. Jika meneliti tentang kualitas pelayanan KTP, maka bisa dimulai dengan uraian tentang
masalah kependudukan karena KTP berkaitan dengan masalah kependudukan.
12
Untuk memudahkan menyusun Latar Belakang Masalah, makaharus dibuat dulu outline-
nya. Outline bersisi poin-poin yang akan diuraikan dalam Latar Belakang Masalah.
Pembuatan outline sangat penting agar peneliti dapat menyusun Latar Belakang Masalah
secara sistematis, runtut dan mengerucut sesuai dengan pola piramida terbalik.
Misalnya peneliti melakukan penelitian tentang implementasi kebijakan Raskin, maka
dibuat outline-nya sebagai berikut :
• Kemiskinan secara umum.
• Kemiskinan di Indonesia.
• Berbagai kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.
• Raskin sebagai salah satu kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia.
• Dasar hukum kebijakan Raskin di Indonesia.
• Implementasi kebijakan Raskin di Indonesia pada umumnya dan di lokasi penelitian pada
khususnya.
• Masalah yang ditemukan dalam implementasi kebijakan Raskin di lokasi penelitian.
• Gejala/fenomena atau indikasi yang menunjukkan adanya masalah.
• Dampak negatif dari masalah.
• Dugaan mengenai penyebab masalah (ini khusus untuk penelitian kuantitatif).
• Pentingnya masalah itu diteliti.
• Rumusan judul penelitian.
Setelah outlinedibuat, selanjutnya tiap-tiap poindalam outlinetersebut dituangkan ke
dalam beberapa alinea. Setiap alinea harus memuat beberapa kalimat, jangan hanya satu
kalimat. Uraian dalam satu alinea jangan terlalu panjang karena akan melelahkan pembaca
dalam membacanya. Setiap kalimat harus dibuat sesuai dengan kaidah atau aturan dalam
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Kesulitan lain yang dihadapi mahasiswa dalam menyusun Latar Belakang Masalah yaitu
menyambungkan satu alinea dengan alinea lainnya agar uraian bersifat sistematis dan runut.
Sesungguhnya tidak ada teori khusus mengenai cara menyambungkan antar alinea tersebut
karena hal ini merupakan seni tersendiri dari seseorang yang menulis karya ilmiah. Kuncinya
adalah sering berlatih. Selama ini mahasiswa juga sering membuat karya tulis berupa
makalah untuk memenuhi tugas dari dosen. Itu merupakan bekal bagi mahasiswa dalam
menyusun skripsi.
masalah harus dikaitkan dengan penyebab masalah. Contoh judul penelitian dan Rumusan
Masalahnyayaitu :
Penelitian kualitatif :
• Judul penelitian : “Pelaksanaan Pengawasan di Dinas A Kota B”.
• Rumusan Masalah :“Pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B belum optimal” atau
“Belum optimalnya pelaksanaan pengawasan di Dinas A Kota B”.
Penelitian kuantitatif :
• Judul penelitian : “Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai di Dinas A
Kota B”.
• Rumusan Masalah :“Disiplin kerja pegawai di Dinas A Kota B belum optimal, hal itu
diduga karena belum optimalnya pengawasan”.
Catatan :
Kata “diduga”digunakan karena peneliti belum melakukan penelitian (menyebarkan
angket)dan belum menguji hipotesis, sehingga masih bersifat dugaan.
Namun,teori tentang pengawasan itu banyak, sedangkan peneliti harus memilih satu teori
saja. Teori mana yang akan dipilih oleh peneliti ?
Sebagai contoh, di dalam literatur terdapat beberapa teori tentang pengawasan, antara
lain :
1. Teori tentang teknik-teknik pengawasan menurut Sondang P.Siagian :
a. Teknik pengawasan langsung :
- Inspeksi langsung
- On-the-spot observation (observasi di lapangan)
- On-the-spot report (permintaan dan pemberian laporan di lapangan)
b. Teknik pengawasan tidak langsung :
- Laporan tertulis
- Laporan lisan
INPUT
Pengawasan di Dinas A Kota B belum optimal
Langkah-langkah pengawasan :
FEEDBACK
Perhatikan bahwa dalam bagan Kerangka Pemikiran tidak hanya memuat teori, tetapi
juga memuat masalah yang ditemukan (fakta-fakta empiris di lapangan), output (keluaran)
dan outcome (hasil) dari pengawasan itu, serta solusi yang ditawarkan berupa
strategi/upayauntuk meningkatkan pengawasan.Arah tanda panah dalam bagan Kerangka
Pemikiran menunjukkan alur berpikir dari peneliti dalam memahami masalah, teori, dan
solusi dari masalah tersebut. Pada penelitian kuantitatif yang mengandung dua variabel,
maka kedua variabel itu juga harus dijelaskan dalam uraian kemudian digambarkan dalam
bagan.
Bagan di atas hanyalah salah satu contoh saja dari bagan Kerangka Pemikiran yang
relatif sederhana. Seorang peneliti dapat membuat bagan Kerangka Pemikiran yang lebih
kompleks dan rumit.Semuanya tergantung pada peneliti karena Kerangka Pemikiran adalah
alur pikir peneliti sendiri, bukan alur pikir orang lain.Meskipun demikian, peneliti harus selalu
berkonsultasi dengan pembimbing agar bagan Kerangka Pemikiran yang dibuatnya benar.
Dalam Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian dikemukakan secara singkat
beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian dan/atau
hipotesis. Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian adalah bukan definisi teori.
Definisi teori adalah definisi dari para pakar, sedangkan Definisi Operasional atau Definisi
Konsep Penelitian adalah definisi dari peneliti sendiri berdasarkan teori-teori dari para pakar.
Dalam Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian ini, peneliti juga dapat
mengemukakan pembatasan-pembatasan dari penelitiannya, sehingga penelitian itu tidak
melebar.
Definisi Operasional atau Definisi Konsep Penelitian dibuat untuk menyamakan persepsi
antara peneliti dengan penguji atau pembaca. Definisi Operasional atau Definisi Konsep
Penelitian juga dibuat untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dengan penguji
atau pembaca mengenai istilah yang terdapat dalam judul penelitian dan/atau hipotesis.
b. Dimensi berisi pokok-pokok yang tercantum dalam teori. Banyaknya dimensi dalam tabel
adalah sama dengan banyaknya pokok-pokok dalam teori.
Sebagai contoh teori tentang langkah-langkah pengawasan menurut Dann Sugandha
terdiri dari empat langkah yaitu :
1) Menetapkan standar/tolok ukur.
2) Mengukur hasil kerja.
3) Menerima informasi untuk melihat ada tidaknya penyimpangan.
4) Mengadakan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
Dengan demikian, banyaknya dimensi dalam tabel juga harus sama yaitu empat.
c. Indikator didasarkan pada teori, tetapi jika indikator tidak disebutkan dalam teori, maka
indikator bisa dibuat sendiri oleh peneliti. Banyaknya indikator dari tiap-tiap dimensi ini
tidak dibatasi tetapi minimal harus dua.
d. Nomor item yaitu nomor pertanyaan/pernyataan dalam angket. Banyaknya item adalah
sama dengan banyaknya indikator.Dalam contoh di atas banyaknya item dalam angket
adalah 24 buah yang terdiri dari variabel bebas sebanyak 14 item dan variabel terikat
sebanyak 10 item.
Semua dimensi dan indikator yang tercantum dalam tabel Operasionalisasi Variabel
tersebut harus dibahas atau dianalisis dalam pembahasan di Bab IV. Jadi, Oparsionalisasi
variabel menjadi pedoman bagi peneliti dalam pembahasan di Bab IV.
Jika tabel Operasionalisasi Variabel sudah dibuat, juga akan memudahkan peneliti
dalam menyusun angket karena pertanyaan/pernyataan dalam angket adalah menanyakan
indikator-indikator yang tercantum dalam tabel tersebut. Selain itu, tabel Operasionalisasi
Variabel juga akan memudahkan peneliti dalam membuat pedoman wawancara karena
pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman wawancara adalah menanyakan indikator-indikator
yang tercantum dalam tabel tersebut.
penelitian.Konsep dalam penelitian kualitatif bisa hanya satu. Misalnya dalam penelitian
kualitatif yang berjudul “Analisis Pengawasan di Dinas A Kota B”. Dalam judul penelitian
itu hanya ada satu konsep yaitu pengawasan.
Konsep dalam penelitian kualitatif juga bisa dua atau lebih. Misalnya dalam penelitian
kualitatif yang berjudul “Peranan Pengawasan Dalam Meningkatkan Disiplin Kerja
Pegawai di Dinas A Kota B”. Dalam judul penelitian tersebut ada dua konsep yaitu
pengawasan dan disiplin kerja pegawai. Jika konsepnya ada dua, maka dalam tabel
tersebut juga harus terdiri dari dua konsep.
b. Dimensi berisi pokok-pokok yang tercantum dalam teori. Banyaknya dimensi dalam tabel
adalah sama dengan banyaknya dimensi dalam teori.
c. Parameterdalam penelitian kualitatif adalah sama maknanya dengan indikator dalam
penelitian kuantitatif. Paramater didasarkan pada teori tetapi jika parameter tidak
disebutkan dalam teori, maka parameter bisa dibuat sendiri oleh peneliti. Banyaknya
parameter dari tiap-tiap dimensi ini tidak dibatasi tetapi minimal harus dua.
d. Dalam tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian tidak ada kolom nomor item (nomor
pertanyaan dalam angket) karena penelitian kualitatif tidak menggunakan angket.
Semua dimensi dan indikator yang tercantum dalam tabel Operasionalisasi Variabel
tersebut harus dibahas atau dianalisis dalam pembahasan pada Bab IV. Jadi,
Oparsionalisasi variabel menjadi pedoman bagi peneliti dalam pembahasan di Bab IV.
Jika tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian sudah dibuat, juga akan memudahkan
peneliti dalam menyusun pedoman wawancara karena pertanyaan-pertanyaan dalam
pedoman wawancara adalah menanyakan parameter-parameter yang tercantum dalam tabel
tersebut.
Format tabel Operasionalisasi Konsep Penelitian dalam penelitian kualitatif
sesungguhnya bervariasi. Di beberapa program studi lain, ada yang mengharuskan
menambahkan kolom sumber data dalam tabel. Sumber data ini dapat bersumber dari hasil
wawancara, observasi atau studi literatur.
Istilah judul tabel yang digunakan juga bervariasi. Dalam contoh di atas digunakan istilah
Operasionalisasi Konsep Penelitian. Namun, di beberapa program studi lain ada yang
menggunakan istilah Operasionalisasi Parameter atau istilah lain.
8. METODE PENELITIAN
8.1. Metode Penelitian yang Digunakan (dalam penelitian kuantitatif)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah metode survey.
Metode survey adalah penelitian yang menganalisis data sampel, bukan data populasi.
Dengan demikian, jika peneliti menarik sampel maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey.
Kebalikan dari metode survey adalah metode sensus atau total sampling. Dalam metode
sensus ini peneliti tidak melakukan penarikan sampel tetapi mengambil semua anggota
populasi sebagai sampel dalam penelitiannya.
N
n = -------------
(N.d2)+ 1
131
= ----------------------
(131 x 0,12) + 1
131
= ----------------------
24
(131 x 0,01) + 1
131
= --------------
1,31 + 1
131
= --------
2,31
= 56,70995671→dibulatkan = 57
Jadi sampel (n) yang diambil dari populasi (N) sebanyak 131 orang adalah 57 orang.
Langkah selanjutnya yaitu menarik sampel dari tiap-tiap tingkat pendidikan pegawai dengan
rumus proportionate stratified random sampling.
Diketahui : NS2 = 18, NS1 = 27, NDIP = 35, NSLTA = 51, N = 131, n = 57
Ditanyakan : nS2, nS1, nDIP, nSLTA
Ni
ni = ----- x n
N
18
nS2 = ------ x 57 = 7,83 = 8
131
27
nS1 = ------ x 57 = 11,74 = 12
131
35
nDIP = ------ x 57 = 15,22 = 15
131
51
nSLTA = ------ x 57 = 22,19 = 22
131
Tabel ringkasan hasil perhitungan sampel :
NS2 = 18
25
nS2 = 8
NS1 = 27 nS1 = 12
nDIP = 15
NDIP = 35
nSLTA = 22
NSLTA = 51
n = 57
N = 131
Jumlahdari semua nilai ni (yaitu nS2 + nS1 + nDIP + nSLTA) harus sama dengan n yaitu 57.
Jika penjumlahan tidak sama, maka harus ada salah satu ni yang dibulatkan ke atas atau ke
bawah agar jumlahnya sama.
seterusnya, sehingga makin lama jumlah informan akan makin banyak. Hal ini sama
seperti bola salju yang jatuh menggelinding dari atas bukit di mana makin ke bawah bola
salju itu akan makin besar. Teknik bola salju ini juga mirip dengan perekrutan anggota-
anggota dalam bisnis multilevel marketing.
Angket yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah angket tertutup karena
mudah diolah. Item-item (butir-butir) dalam angket tertutup ini dapat berupa
pertanyaan atau pernyataan.
Contoh item yang berupa pertanyaan yaitu :
“Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara tentang ketegasan Kepala Dinas dalam
memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin ?”.
Alternatif jawaban dan skor untuk item yang berupa pertanyaan tersebut yaitu :
No. Alternatif Jawaban Skor
1 Sangat Baik 5
2 Baik 4
3 Cukup Baik*) 3
4 Tidak Baik 2
5 Sangat Tidak Baik 1
*)
disebut juga Antara Baik dan Tidak Baik
Selain berupa pertanyaan, item dalam angket juga bisa berupa pernyataan. Ada dua
macam pernyataan yaitu :
• Pernyataan positif, yaitu pernyataan dengan menggunakan kalimat positif,
misalnya :
“Kepala Dinas tegas dalam memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak
disiplin”.
• Pernyataan negatif, yaitu pernyataan dengan menggunakan kalimat negatif,
misalnya :
“Kepala Dinas tidak tegas dalam memberikan sanksi kepada pegawai yang tidak
disiplin”.
Alternatif jawaban dan skor untuk item yang berupa pernyataan yaitu :
Skor
No. Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu*) 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
*)
disebut juga Cukup Setuju atau Antara Setuju dan Tidak Setuju
akan diperoleh data atau informasi yang benar-benar lengkap, sehingga peneliti dapat
melakukan analisis dengan tajam dan mendalam.
Teknik Pengumpulan Data lainnya yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu :
1) Studi Dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa foto, film, dan rekaman.
2) Focus Group Discussion (FGD) yaitu pengumpulan data dari hasil diskusi terbuka
antara peneliti dengan para informan dalam satu ruangan yang dihadiri oleh semua
informan. FGD berbeda dengan wawancara karena wawancara hanya mewawancarai
informan satu per satu atau sendiri-sendiri.
a. Uji Validitas
Data yang valid adalah data yang akurat/tepat. Sebagai contoh, penggaris atau meteran
adalah alat ukur yang valid untuk mengukur panjang benda, timbangan adalah alat ukur
yang valid untuk mengukur berat benda, speedometer adalah alat ukur yang valid untuk
mengukur laju kecepatan kendaraan. Selama alat-alat ukur itu tidak rusak, maka alat-alat
ukur itu valid dalam mengukur. Sebaliknya jika alat ukur itu rusak, maka alat ukur itu tidak
akan valid dalam mengukur. Angket juga merupakan alat ukur karena dari hasil angket
berupa jawaban responden dapat diukurbobot variabel-variabel yang diteliti.
Selain meteran terdapat juga ‘alat ukur’ lain untuk mengukur panjang benda, misalnya
jengkal tangan. Namun jengkal tangan bukan alat ukur yang valid karena panjang jengkal
tangan orang itu berbeda-beda. Misalnya benda sepanjang 20 cm jika diukur dengan jengkal
tangan orang dewasa, maka panjangnya 1 jengkal tangan. Namun, benda sepanjang 20 cm
itu jika diukur dengan jengkal tangan anak balita, maka panjangnya bisa 2 jengkal tangan
atau lebih. Jadi, jengkal tangan bukan ‘alat ukur’ yang valid untuk mengukur panjang benda.
Alat ukur yang valid untuk mengukur panjang benda adalah penggaris atau meteran.
Dalam penelitian kuantitatif, data yang valid artinya ada kesamaan antara fakta di
lapangan dengan data hasil angket. Misalnya :
• Fakta di lapangan adalah disiplin pegawai rendah. Jika hasil angket juga menunjukkan
disiplinpegawai rendah, maka angket itu valid.
• Sebaliknya, jika fakta di lapangan adalah disiplin pegawai rendah, tetapi hasil angket
menunjukkan disiplin pegawai tinggi, maka angket itu tidak valid.
Untuk menghasilkan angket yang valid, maka harus dilakukan uji validitas instrumen
penelitian. Caranya yaitu dengan mengadakan uji coba pengisian angket kepada beberapa
responden yang dipilih secara acak dari populasi. Dalam uji instrumen penelitian di FISIP
Unswagati digunakan responden minimal 10 orang.
Uji validitas instrumen penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Uji validitas internal, yaitu uji validitas dengan cara melakukan uji coba pengisian angket
kepada beberapa responden yang diambil secara acak dari dalam populasi yang akan
29
diteliti. Misalnya jika meneliti di Dinas A, maka angket diujicobakan kepada beberapa
responden dari Dinas A itu sendiri.
b. Uji validitas eksternal, yaitu uji validitas dengan cara melakukan uji coba pengisian
angket kepada responden yang dipilih secara acak dari luar populasi yang diteliti tetapi
populasi ini memiliki karakteristik yang sama dengan populasi yang diteliti. Misalnya jika
meneliti di Dinas A, maka angket diujicobakan kepada beberapa responden dari dinas lain
yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik Dinas A tersebut.
Dari kedua cara uji validitas tersebut, cara yang lazim digunakan dalam proposal
penelitian skripsi di FISIP Unswagati adalah uji validitas internal.
Hasil uji coba pengisian angket kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan
rumus statistik tertentu. Rumus statistik yang lazim digunakan dalam proposal penelitian
skripsi di FISIP Unswagati adalah rumus koefisien korelasi rank Spearman yaitu :
X2 + Y2 – di2
rs =
2 X2.Y2
Pengerjaan rumus itu dapat dilakukan dengan komputer (program SPSS). Hasil olah
data dengan SPSS itu akan diperoleh nilai r s hitung. Nilai rs hitung ini kemudian dibandingkan
dengan nilai rs tabel. Kriteria uji validitas yaitu :
• Jika rs hitung ≤ rs tabel maka item dalam instrumenpenelitian tidak valid.
• Jika rs hitung > rs tabel maka item dalam instrumen penelitian valid.
b. Uji Reliabilitas
Data yang reliabel adalah data yang konsisten/tetap. Angket yang baik harus
menghasilkan data yang reliabel yaitu data yang konsisten/tetapmeskipun dilakukan
pengukuran beberapa kali dalam waktu yang berbeda selama kondisi yang diukur itu tidak
berubah.
Sebagai contoh, panjang suatu benda adalah 20 cm. Hari ini benda itu diukur dengan
meteran dan panjangnya adalah 20 cm. Besok panjang benda itu diukur lagi dan panjangnya
tetap 20 cm. Minggu depan diukur lagi dan panjangnya tetap 20 cm. Bulan depan diukur lagi
dan panjangnya tetap 20 cm. Selama panjang benda itu tetap 20 cm, maka diukur beberapa
kali dalam waktu yang berbeda, panjangnya tetap 20 cm. Dengan demikian, meteran adalah
alat ukur yang reliabel karena menghasilkan data yang sama (konsisten/tetap) meskipun
diukur beberapa kali dalam waktu yang berbeda.
Reliabilitas dalam penelitian misalnya :
• Fakta di lapangan yaitu disiplin pegawai rendah.
• Pada hari ini disebarkan angket dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai rendah.
• Minggu depan disebarkan angket lagi dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai
rendah.
• Bulan depan disebarkan angket lagi dan hasil angket menunjukkan disiplin pegawai
rendah.
Selama fakta di lapangan tidak berubah (yaitu disiplin pegawai tetap rendah), maka
angket yang disebarkan beberapa kali dalam waktu yang berbeda akan menghasilkan data
yang sama yaitu disiplin pegawai rendah. Artinya angket sebagai instrumen penelitian itu
reliabel (konsisten/tetap).
Untuk menghasilkan angket yang reliabel, maka harus dilakukan uji reliabilitas. Uji
reliabilitas ini merupakan kelanjutan dari uji validiitas. Pengujian reliabilitas dalam proposal
penelitian skripsi di FISIP Unswagati biasanya menggunakan teknik split-half (belah dua)
dengan rumus koefisien reliabilitas yaitu :
2 rb
ri =
1 + rb
30
Pengerjaan rumus itu dapat dilakukan dengan komputer (program SPSS). Hasil olah
data dengan SPSS itu akan diperoleh nilai r i hitung. Nilai ri hitung ini kemudian dibandingkan
dengan nilai rs tabel. Kriteria uji reliabilitas yaitu :
• Jika ri hitung ≤ rs tabel maka instrumen penelitian tidak reliabel.
• Jika ri hitung > rs tabel maka instrumen penelitian reliabel.
Dalam judul penelitian kuantitatif yang menggunakan kata “Hubungan”, maka teknik
analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Analisis Variabel Bebas, yaitu menghitung persentase variabel bebas dan dimensi-
dimensinya.
b. Analisis Variabel Terikat, yaitu menghitung persentase variabel terikat dan dimensi-
dimensinya.
c. Analisis Korelasi, yaitu menghitung koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel
terikat dengan menggunakan rumus koefisien korelasi rank Spearman seperti yang telah
disebutkan di muka. Dari hasil perhitungan ini akan diketahui apakah hipotesis statistik
yang telah diajukan itu ditolak atau diterima.
d. Uji Signifikansi Korelasi, dilakukan dengan uji t. Uji t ini hanya dilakukan jika peneliti
melakukan penarikan sampel (menggunakan metode survey). Jika peneliti tidak
melakukan penarikan sampel (menggunakan metode sensus), maka tidak perlu
melakukan uji t.
Jika dalam judul penelitian menggunakan kata “Pengaruh”, maka setelah uji signifikansi
korelasi harus dilanjutkan dengan Uji Pengaruh untuk menghitung pengaruh dari satu
variabel terhadap varabel lainnya. Menghitung pengaruh secara sederhana dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Koefisien Determinan (KD) yaitu : r s2 x 100 %.
Perlu diingat bahwa penelitian yang menggunakan kata “Pengaruh” akan lebih akurat
jika dianalisis dengan menggunakan analisis regresi. Namun, olah data dengan analisis
regresi ini jauh lebih rumit karena ada beberapa uji prasyarat analisis yang harus dipenuhi.
meyakinkan bahwa disiplin kerja pegawai rendah. Dalam penelitian kualitatif, peneliti jugaharus
pandai berargumentasi untuk meyakinkan penguji atau pembaca bahwa disiplin kerja pegawai
rendah.
2016
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penelitian awal
2. Penyusunan proposal
penelitian
3. Bimbingan proposal
penelitian
4. Seminar proposal
penelitian
5. Penelitian lapangan
6. Olah data penelitian
7. Penyusunan draft skripsi
Bimbingan draft skripsi
9. Seminar draft skripsi
10. Revisi draft skripsi
11. Ujian sidang skripsi
Catatan :
Mulai tahun 2016 ini, wisuda akan dilakukan 3 kali dalam setahun yaitu pada bulan April,
Agustus, dan Desember. Oleh karena itu, mahasiswa harus menyesuaikan jadwal
penelitiannya dengan jadwal wisuda tersebut.
33
BAB III
PERBEDAAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF DENGAN KUALITATIF
Berdasarkan uraian pada Bab II, maka ada beberapa perbedaan penting antara
penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Beberapa perbedaan penting itu dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
BAB IV
METODE PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS RESEARCH)
Penelitian mixed methods dapat dilakukan dengan menggunakan empat strategi yaitu :
1. Strategi Eksploratoris Sekuensial
Dalam strategi eksploratoris sekuensial, dua metode dilakukan secara berurutan
(sekuensial) dalam waktu yang tidak bersamaan, di mana metode yang pertama dilakukan
adalah metode kualitatif sebagai metode yang dominan (dominant) yang disingkat KUAL,
kemudian dilanjutkan dengan metode kuantitatif sebagai metode yang kurang dominan (less
dominant) yang disingkat kuan.
Langkah-langkah dalam Strategi Eksploratoris Sekuensial menurut Creswell (2014:314)
yaitu sebagai berikut :
KUAL kuan
Gambar 4.1.
Langkah-langkah Strategi Eksploratoris Sekuensial
KUAN kual
Gambar 4.2.
Langkah-langkah Strategi Eksplanatoris Sekuensial
KUAN KUAL
KUAN KUAL
Pengumpulan Pengumpulan
Data Data
KUAN KUAL
Analisis Hasil-hasil yang dikomparasikan Analisis
Data Data
Gambar 4.3.
Langkah-langkah Strategi Triangulasi Konkuren
Dalam strategi embedded konkuren, pencampuran (mixing) dua data itu terjadi ketika
peneliti mengkomparasikan (membandingkan) satu sumber data dengan sumber data yang
lain. Pencampuran ini biasanya banyak muncul dalam pembahasan penelitian. Meskipun
demikian, dua data tersebut bisa saja tidak dikomparasikan tetapi dideskripsikan secara
berdampingan sebagai dua gambaran berbeda yang mencerminkan penilaian gabungan
terhadap suatu masalah. Hal ini akan terjadi jika peneliti menggunakan strategi ini untuk
mengevaluasi dua rumusan masalah yang berbeda atau meneliti level-level yang berbeda di
dalam suatu organisasi.
Gambar strategi embedded konkuren yaitu sebagai berikut :
kual kuan
KUAN KUAL
Gambar 4.4.
Langkah-langkah Strategi Embedded Konkuren
Ketarangan :
• Kata “KUAN/kual” berarti metode kualitatif (kual) yang kurang dominan ditancapkan
(embedded) ke dalam metode kuantitatif (KUAN) yang dominan.
• Kata “KUAL/kuan” berarti metode kuantitatif (kuan) yang kurang dominan ditancapkan
(embedded) ke dalam metode kualitatif (KUAL) yang dominan.
Strategi embedded konkuren ini berguna ketika peneliti memilih menggunakan metode-
metode yang berbeda untuk meneliti kelompok-kelompok atau level-level yang berbeda pula.
Misalnya jika peneliti melakukan penelitian di suatu organisasi, maka peneliti :
• Meneliti para pegawai secara kuantitatif dengan cara menetapkan populasi, melakukan
penarikan sampel, menyebarkan angket, dan mengolah data hasil angket secara
kuantitatif dengan analisis statistik.
• Melakukan wawancara secara kualitatif yaitu wawancara mendalam (depth interview)
dengan para unsur pimpinan.
• Menganalisis seluruh unit di dalam organisasi berdasarkan data kuantitatif.
-----
40
BAB V
ETIKA PENELITIAN
Etika penelitian membahas mengenai hal yang patut dan tidak patut, yang boleh dan tidak
boleh dilakukan dalam penelitian. Etika penelitian yaitu :
1. Peneliti tidak boleh melakukan plagiarisme.
Plagiarisme yaitu melakukan tindakan plagiat (menjiplak) tulisan oranglain tanpa menyebutkan
nama penulis dan sumber pustakanya. Oleh karena itu, jika peneliti mengutip tulisan orang lain
harus selalu disebutkan nama penulis dan sumber pustakanya. Nama penulis dan pustakanya
ini juga harus dituliskan dalam Daftar Pustaka.
Plagiarisme merupakan ‘dosa besar’ bagi seorang peneliti. Sanksi plagiarisme tidak main-main
yaitu gelar akademik yang telah diperoleh akan dicabut jika ketahuan melakukan plagiarisme.
Sekarang ada software khusus untuk mendeteksi plagiarisme. Beberapa program studi di
Unswagati sudah menerapkan software ini dan hal yang sama akan diterapkan di FISIP
Unswagati pada tahun 2018 ini.
2. Peneliti tidak boleh menganalisis yang mengandung kebencian dan sentimen SARA (Suku,
Agama, Ras, Antar Golongan)
Dalam melakukan penelitian, peneliti boleh saja mengangkat masalah SARA. Misalnya
penelitian di bidang sosiologi, antropologi, dan perbandingan agama banyak mengangkat
masalah yang berkaitan dengan SARA. Meskipun demikian, peneliti tidak boleh menganalisis
yang mengandung kebencian dan sentimen SARA. Misalnya dalam meneliti kepemimpinan,
peneliti dalam analisisinya tidak boleh menyangkut-pautkan individu pemimpin tersebut dengan
agama yang dianut atau asal sukunya.
3. Peneliti harus jujur dan tidak boleh memanipulasi data
Ada anekdot mengenai perbedaan peneliti dengan politikus. Katanya “peneliti itu boleh salah
tetapi tidak boleh bohong”, sedangkan “politikus itu boleh bohong tetapi tidak boleh salah”.
Makna dari hal ini yaitu peneliti harus jujur terhadap data yaitu tidak boleh memanipulasi data.
Manipulasi data ini juga merupakan salah satu ‘dosa besar’ bagi peneliti selain plagiarisme.
4. Penelitian dibatasi oleh rahasia negara, rahasia organisasi dan rahasia jabatan
41
Seringkali peneliti kesulitan mencari data karena data tersebut merupakan rahasia negara,
rahasia organisasi atau rahasia jabatan, sehingga dilarang diteliti. Jika dihadapkan pada data
seperti itu, peneliti tidak boleh memaksakan diri melanjutkan penelitiannya. Ingat, peneliti
bukanlah penyidik. Meskipun demikian, ada kalanya pejabat di lokasi penelitian tidak mau
memberikan data dengan alasan data itu merupakan rahasia negara, rahasia organisasi atau
rahasia jabatan. Misalnya data yang menyangkut APBN atau APBD. Padahal data yang
menyangkut APBN atau APBD ini bukan termasuk rahasia negara, rahasia organisasi atau
rahasia jabatan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah justru wajib mengupload data
tentang APBN dan APBD itu dalam website yang menunjukkan transparansi pengelolaan
keuangan karena uang dalam APBN dan APBD itu adalah uang rakyat, sehingga rakyat harus
tahu untuk apa uangnya itu digunakan.
5. Peneliti harus menggunakan kata-kata yang sehalus mungkin
Dalam menuliskan hasil penelitiannya, peneliti harus menggunakan kata-kata yang sehalus
mungkin. Hindari kata-kata seperti “buruk”, “tidak baik”, dan sejenisnya. Gunakan kata-kata
yang lebih halus misalnya “belum optimal”.
6. Peneliti harus menjunjung tinggi sikap dan perilaku yang terpuji
Selama melakukan penelitian, peneliti berinteraksi dengan orang lain di lokasi penelitian. Dalam
hal ini, peneliti harus menjunjung tinggi sikap dan perilaku yang terpuji. Peneliti juga harus
berprinsip “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, artinya menghormati tradisi, adat-
istiadat, dan budaya di lokasi penelitian.
BAB VI
PENUTUP
Menyusun skripsi (termasuk di dalamnya menyusun proposal penelitian skripsi) bagi yang
tidak terbiasa merupakan pekerjaan yang sulit. Adanya kesulitan ini menyebabkan banyak
mahasiswa yang menempuh jalan pintas dengan cara melakukan plagiarisme (plagiat/menjiplak
skripsi orang lain). Tindakan plagiarisme di lingkungan akademik seperti di perguruan tinggi ini
merupakan tindakan yang sangat tercela dan sangat tidak terpuji. Orang yang melakukan
plagiarisme ini akan dicap sebagai orang yang melakukan pelacuran akademik.
Sulitnya menyusun skripsi (termasuk di dalamnya menyusun proposal penelitian skripsi), juga
menyebabkan banyak oknum yang menawarkan jasa pembuatan skripsi. Beberapa oknum
tersebut bahkan berani ‘menjual nama’ dosen-dosen tertentu agar ‘dagangannya’ itu laku.
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa jangan sampai terpancing oleh bujukan oknum-oknum
tersebut. Cobalah berusaha membuat skripsi sendiri karena hasil karya sendiri akan memberikan
kebanggaan tersendiri. Orang yang karya ilmiahnya (termasuk skripsinya) dibuatkan oleh orang
lain juga akan dicap sebagai orang yang melakukan pelacuran akademik.
Demikian materi kuliah MPA ini, semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam membuat
tugas proposal penelitian skripsi. Materi MPA ini juga akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam
membuat proposal penelitian skripsinya. Juga akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam
42
menghadapi ujian sidang karena sebagian pertanyaan dalam ujian sidang itu menyangkut MPA
yang dibahas dalam materi kuliah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
43
Creswell, John. W. 2014. Research Design. Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Lain-lain :
FISIP Unswagati. 2016. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Cirebon: FISIP
Unswagati
Hidayat, Moh.Taufik. 2014. Diktat Kuliah Metode Penelitian Administrasi. Cirebon: tanpa
penerbit
-------------. 2014.Modul Kuliah Statistik Sosial. Cirebon: tanpa penerbit
-------------. 2014.Metode Penelitian Administrasi(Powerpoint materi kuliah pada Program Studi
Ilmu Administrasi Negara FISIP Unswagati). Cirebon: tanpa penerbit
43
44