PENDAHULUAN
Partisipasi publik merupaka n hal yang pen ting karen a tugas utama
pemerintah untuk melayani publik. Jenis dan ragam pelayanan beserta
kinerjany a akan efektif apab ila publik sebagai pelanggannya seca ra
ak tif dilibatkan dalam prose s pengambilan kepu tusan . Lihatlah
baga imana sering terjad i adany a demonstrasi melawan kepu tusa n
pemerintah karena ap a yang dilakuka n tidak sesuai dengan harapa n
dan suara hati rakyat atau masyaraka tnya. Melalui implem entasi e-
gove rnmen t, kolabo rasi an tara pemerintah denga n publiknya dapat
dilakukan dengan mudah , murah , dan cepat.
Ada pendapa t yan g mengataka n bahwa citizens are the e-
gove rnment experts yang ber arti kurang leb ih bahwa masyarakatlah
yan g paling tahu betul kebu tuhan merek a sehari-hari dan dalam
kerangk a bagaim ana pemerintah harus memban tu mereka dalam hal
memberikan sejumlah produk dan pelayana n. Tanpa berkonsultasi
denga n mereka , sering kali aspe k demand dari publik tidak sesuai
denga n aspek supply atau bahkan bertentangan dari yang diberika n
pemerintah.
Sebuah proses evo lusi dan penge mbangan e-governm ent dapa t
dikatakan berhasil apabila partisipasi publik dalam me nggunaka n
tekno logi ini semakin bertambah dari hari ke harinya . Spektrum
bentuk partisipasi dalam e- government sangat leba r variasinya, mulai
dari berperan sebagai use r ak tif dari aplikasi yan g ada, sampai denga n
turut meranca ng dan m engevaluasi proyek e- governm ent yang
dikembangkan.
B. PENERAPAN KONSEP BUSINESS PROCESS REENGINEERING PADA
PEMERINTAHAN
Ketika untuk pertama kalinya konse p Business Process Reeng ineering
(BPR) diperkena lkan oleh Michae l Hammer dan James Champy pad a awal
tahun 1990-an , beribu-ribu perusahaa n berlomba-lomba untuk
menerapkan para digma baru dalam memandan g bisnis tersebut.Hasilnya
cukup menge jutkan, dalam arti kata cuku p banyak perusahaa n yang pad a
akhirnya berhasil me ningkatkan kinerjany a seca ra signifikan dan
mentransformasikan dirinya menjad i sebua h korporasi kelas dunia.Dari
hasil yang didapatkan terlihat bahwa paradigma yang diperguna kan di
dalam BPR merupakan sebuah batu loncatan efektif dalam membantu
pem erintah meng implemen tasikan konsep “electronic government” (e-
Gove rnmen t), yan g merupakan perwujudan dari model pemerintahan di
masa menda tang. Artikel ini m emperlihatkan bagaim ana pene rapa n pola
pola pikir dalam teori BPR m emba ntu pemerintah dalam memahami dan
menjawab berbaga i tuntutan perubahan jam an dewasa ini, terutama
bagaiman a pene rapa n teknologi informasi dapa t membantu pemerintah
Indone sia dalam usahan ya untuk mered ifinisikan kembali dirinya dan
mencoba untuk menjad i salah satu agen perubaha n dalam menu ju sebuah
negara moderen .
6. PERUBAHAN PARADIGM A
Dalam kerangk a perubahan, paradigma yan g selama ini efektif
dipergunakan harus mulai digantikan denga n paradigma e-
Government. Setidak - tidakny a ad a 8 (delapan ) aspek yang
membedaka n antara kedua buah paradigma tersebut, yaitu (Haedler
2001 dan Pellici 2001):
1. Orientation;
2. Process Organiz ation;
3. Manage ment Principle;
4. Lea dership Style;
5. Internal C ommunication;
6. External C ommunication;
7. Mode of Service Delivery; dan
8. Principles of Service Delivery.
7. ORIENTATION
Orientasi dari parad igma birokrat ada lah menghasilkan produk
atau pelayana n yan g hemat biay a (cost-efficien t) kepad a masyaraka t
dan merek a yan g berkepentingan (stakeho lders). Orientasinya pada
efisiensi karena bukan merupaka n rahasia umum bahwa biaya
pem erintahan diam bil langsung dari angga ran belanja nega ra/daerah
yang terkadan g sanga t kecil dibandingka n dengan volume dan
frekuensi produk/pelayana n yan g harus diberikan kepad a masyarakat.
Karen a selalu menggunaka n ukuran biaya sebaga i fokus, mak a
dimaklumi jika banyak produk atau pelayana n yan g diberikan kalangan
birokrat memiliki kualitas yan g renda h dan cende rung terkesa n asal-
asa lan.
Di dalam e-Government, pemberian produk dan pelayana n harus
berorientasi pad a kepuasa n kustomer (customer satisfac tion oriented ).
Ukuran kebe rhasilan pemberian produk dan pelayana n dari pihak
pemerintah kepada masyaraka t adalah jumlah keluhan pelangga n
terha dap kualit as produk dan pelayanan yang diberikan.
Hal yang lain yang harus diperhatikan, produk maupun pelayana n
yang diberikan pun harus dapa t fleksibel (di sisi ekstrim, setiap produk
atau pelayanan harus dapa t disesuaikan /tailor-mad e denga n kebutuha n
unik masing-m a sing individu). Di da lam pendekatan konvensional
masyaraka t harus datan g ke birokrat, di dalam e-Government
pemerintah harus dapat m enjawab kebu tuhan masyaraka t 24 jam sehari
dan 7 hari seminggu, dari man a saja dan kapan saja.
KESIMPULAN
Jika dipandan g seca ra sungguh-sungguh, penggabunga n teori BPR dan e-
Gove rnmen t memiliki kesamaan denga n tuntutan reformasi total yang
disua raka n masyarakat Indone sia. Keseluruhan inisiatif program
perubahan tidak a da artinya tanpa diawali perubahan paradigma atau ca ra
pandang akan peranan pemerintah di era reformasi, terutama terkait
dengan relasinya dengan para kustom er utam anya. Indonesia aka n dapat
terwujud jika pemerintah berani untuk melakukan rede finisi ulang
terhadap peranannya, dan mengambil langkah-langkah yan g cukup
funda mental dan rad ikal dalam memperbaiki kinerja aktivitas
organ isasinya seha ri-hari.
C. PENGAPLIKASIAN ALAT UKUR BALANCED-SCORECARD PADA
ELECTRONIC GOVERNMENT
Jika dalam manajemen perusahaa n dikenal balance d scoreca rd
sebagai alat pengukuran performa perusahaan , mak a dalam e-Gove rnmen t
disebut sebagai balance d e-Government sc orecard sebagai alat ukur
performa pemerintaha n yan g menerapkan e-Government. Terdapat lima
dimensi dalam balance d e-Gove rnmen t scoreca rd yang masing-masing
dijaba rkan dalam berbaga i kriteria secara lebih detil. Kelima dimensi itu
adalah : man faat, efisiensi, partisipasi, transparansi, dan manajemen
perubahan (Stift ung, 2001).
Dim e n s i p e r t a m a , man f a a t . Dimensi man faa t berhubunga n
dengan kualitas dan kuantitas layana n yang diberikan dan baga imana
masya rakat mendapa tkan manfaat dari layana n tersebut. Termasuk dalam
kriteria ini adalah:
• Cakupa n layanan yang sudah diimplem entasikan
• Baga imana layana n tersebut bisa diakses dalam “one stop shop” dari
satu portal menuju berbaga i layanan
• Kemudaha n penggunaa n dalam mendapa tkan layana n terse bu t