Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“RADANG PADA VULVA (VULVA DIABETIKA) DAN RADANG PADA VAGINA (TRICHOMONIASIS)”

Disusun Oleh:

1. FADLIYA NURLIZA (32101900038)


2. KURNIA RAHAYU (32101900043)
3. LINDA NURAINY (32101900044)
4. PRAMITA INDRA P (32101900050)
5. REFI MULYASIH (32101900051)
6. SUTINAH (32101900057)
7. VIRA NORRY (32101900059)
8. SISCA ANGGUN C (32101900065)
9. ANDI DEVINA Y W (32101900066)
10. LENI AULIA SAFITRI (32101900068)

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahansehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhiratnanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas praktikum dengan materi “Radang Pada Vulva (Vulva Diabetika) Dan Radang Pada Vagina
(Trichomoniasis)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Kebidanan
Unissula kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terimakasih.

Semarang, 16 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................................ii

A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................1

C. TUJUAN PEMBAHASAN......................................................................................................................2

BAB II................................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.................................................................................................................................................3

A. VULVA DIABETIKA..............................................................................................................................3

B. TRICHOMONIASIS VAGINALIS..........................................................................................................8

BAB III.............................................................................................................................................................13

TELAAH JURNAL...........................................................................................................................................13

A. TELAAH JURNAL VULVITIS..............................................................................................................13

B. TELAAH JURNAL TRICHOMONIASIS..............................................................................................14

BAB IV.............................................................................................................................................................15

KESIMPULAN.................................................................................................................................................15

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Candidiasis vulvovaginalis adalah infeksi mukosa pada vagina maupun vulva yang
disebabkan oleh jamur Candida. Infeksi terjadi secara akut, subakut, dan kronis, baik endogen maupun
eksogen yang menimbulkan keluhan pada vagina. Umumnya infeksi pertama di vagina disebut vulvitis.
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa pada traktus urogenitalis dan salah satu
penyebab penyakit menular seksual. Dengan mengetahui beberapa teknik laboratorium dalam
diagnosis trikomoniasis, mulai dari pemeriksaan sederhana sampai pemeriksaan molekuler, termasuk
kelebihan dan kekurangannya diharapkan dapat membantu menegakkan diagnosis, pengobatan,
maupun kontrol penyakit ini secara lebih akurat, sehingga dapat mengurangi kejadian trikomoniasis
sebagai penyakit menular seksual.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian dari vulva diabetika?
2. Bagaimanakah penyebab dari vulva diabetika?
3. Bagaimanakah faktor resiko dari dari vulva diabetika?
4. Bagaimanakah gejala dari dari vulva diabetika?
5. Bagaimanakah cara mendiagnosis dari dari vulva diabetika?
6. Bagaimanakah pengobatan dari dari vulva diabetika?
7. Bagaimanakah pengobatan yang dilakukan dirumah untuk vulva diabetika?
8. Bagaimanakah komplikasi dari vulva diabetika?
9. Bagaimanakah pencegahan dari vulva diabetika?
10. Bagaimanakah pengertian dari trichomoniasis vaginalis?
11. Bagaimanakah penyebab dari dari trichomoniasis vaginalis?
12. Bagaimanakah patofisiologi dari trichomoniasis vaginalis?
13. Bagaimanakah gejala dari trichomoniasis vaginalis?
14. Bagaimanakah dapak dari trichomoniasis vaginalis?
15. Bagaimanakah pemeriksaan dari trichomoniasis vaginalis?
16. Bagaimanakah pengobatan dari trichomoniasis vaginalis?
17. Bagaimanakah prognosis dari trichomoniasis vaginalis?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari vulva diabetika?
2. Untuk mengetahui penyebab dari vulva diabetika?
3. Untuk mengetahui faktor resiko dari dari vulva diabetika?
4. Untuk mengetahui gejala dari dari vulva diabetika?
5. Untuk mengetahui cara mendiagnosis dari dari vulva diabetika?
6. Untuk mengetahui pengobatan dari dari vulva diabetika?
7. Untuk mengetahui pengobatan yang dilakukan dirumah untuk vulva diabetika?
8. Untuk mengetahui komplikasi dari vulva diabetika?
9. Untuk mengetahui pencegahan dari vulva diabetika?
10. Untuk mengetahui pengertian dari trichomoniasis vaginalis?
11. Untuk mengetahui penyebab dari dari trichomoniasis vaginalis?
12. Untuk mengetahui patofisiologi dari trichomoniasis vaginalis?
13. Untuk mengetahui gejala dari trichomoniasis vaginalis?
14. Untuk mengetahui dapak dari trichomoniasis vaginalis?
15. Untuk mengetahui pemeriksaan dari trichomoniasis vaginalis?
16. Untuk mengetahui pengobatan dari trichomoniasis vaginalis?
17. Untuk mengetahui prognosis dari trichomoniasis vaginalis?
BAB II

PEMBAHASAN

A. VULVA DIABETIKA

1. PENGERTIAN

Vulvitis adalah radang pada vulva yang ditandai dengan rasa gatal dan perih di area
kemaluan wanita. Vulva merupakan lipatan kulit yang terletak di bagian paling luar dari organ intim
wanita, namun sering kali disalahartikan orang awam sebagai vagina. Vulvitis umumnya bukan
suatu kondisi yang serius dan dapat dialami oleh wanita dalam semua rentang usia. Kondisi ini
juga dapat terjadi sebagai gejala yang menandakan penyakit atau kondisi medis lain, seperti
infeksi dan iritasi.

2. PENYEBAB
a. Infeksi
Setiap bagian di kelamin bisa terkena infeksi, termasuk vulva. Vulva dapat terinfeksi bakteri,
virus, atau jamur. Beberapa contoh penyakit infeksi yang bisa terjadi di vulva adalah herpes
genital, kutil kelamin, candidiasis vulvovaginal, kudis, dan infeksi kutu kemaluan.
b. Iritasi
Beberapa produk yang digunakan di area kelamin, seperti tisu toilet, sabun mandi yang
mengandung parfum, spermisida, atau semprotan organ intim, juga dapat menyebabkan iritasi
dan menyebabkan radang vulva.
Iritasi juga dapat terjadi akibat penggunaan pakaian dalam yang bukan berbahan katun,
atau setelah melakukan aktivitas tertentu, seperti berenang di fasilitas umum yang
mengandung klorin, bersepeda, serta menunggang kuda.
c. Penyakit kulit
Penyakit kulit juga bisa menyerang vulva dan menyebabkan vulvitis. Contoh penyakit kulit
tersebut adalah psoriasis, lichen sclerosus, dan lichen planus.
d. Estrogen rendah
Vulvitis dapat terjadi akibat kadar estrogen yang rendah. Kondisi ini umumnya dialami oleh
anak perempuan yang belum mengalami pubertas dan wanita postmenopause. Dalam usia
tersebut, perempuan cenderung memiliki kadar hormon estrogen yang rendah, sehingga
jaringan vulva menjadi lebih kering dan lebih tipis.
e. Vulvodynia
Wanita yang menderita vulvodynia akan mengalami rasa tidak nyaman atau nyeri, seperti
tersengat atau terbakar, di area vagina dan vulva. Keluhan ini bersifat jangka panjang (kronis)
dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas
f. Kanker vulva
Kanker vulva adalah kondisi yang cukup jarang terjadi. Umumnya kanker vulva menyerang
wanita berusia di atas 60 tahun. Kanker vulva bisa diawali dengan benjolan, luka, dan radang
pada vulva.
g. Penggunaan obat-obatan
Beberapa jenis obat-obatan, seperti suplemen hormon dan obat-obatan antiansietas, dapat
menyebabkan kekeringan pada vagina yang bisa memicu vulvitis. Sementara itu, penggunaan
obat antibiotik dalam jangka waktu yang panjang dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada vagina atau vulva.
h. Vulva tidak bersih
Adanya kebiasaan kurang menjaga kebersihan kulit di daerah vulva dan sekitarnya, seperti
dengan tidak mengganti pembalut atau pakaian dalam secara rutin, serta membiarkan vulva
dalam kondisi lembap terlalu lama tanpa mengeringkan atau menyekanya, juga dapat
menyebabkan terjadinya vulvitis.

3. FAKTOR RESIKO

Vulvitis dapat terjadi pada setiap wanita di segala usia. Namun, risiko terjadinya vulvitis lebih tinggi
pada wanita yang memiliki kondisi berikut:
a. Bergonta-ganti pasangan seksual.
b. Menderita diabetes yang tidak terkontrol.
c. Melakukan vaginal douching atau membersihkan bagian dalam vagina.
d. Sering mengenakan celana yang lembab atau ketat.
e. Menggunakan KB spiral atau spermisida.
f. Menggunakan produk pembersih kewanitaan.
g. Efek samping obat-obatan, seperti antibiotik atau kortikosteroid.
h. Perubahan hormon akibat kehamilan atau konsumsi pil KB.

4. GEJALA

Gejala vulvitis sangat bervariasi. Perlu diingat bahwa vulvitis bisa menjadi gejala atau keluhan dari
kondisi medis lainnya. Gejala-gejala yang bisa muncul saat seseorang mengalami vulvitis adalah:
a. Rasa sangat gatal di alat kelamin
b. Keputihan berbau busuk
c. Rasa seperti terbakar dan kulit pecah-pecah di sekitar vulva
d. Kulit vulva bersisik dan menebal
e. Bengkak dan merah di labia dan vulva
f. Benjolan berisi cairan (blister) pada vulva.

5. DIAGNOSIS
Untuk memastikan vaginitis, dokter akan terlebih dulu menanyakan gejala yang dialami pasien dan
apakah pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Kemudian, dokter akan
melakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan kadar asam dan basa vagina, atau disebut juga pH vagina.
b. Pemeriksaan bagian dalam vagina, untuk melihat tanda peradangan.
c. Pemeriksaan sampel cairan vagina di laboratorium, untuk mengetahui penyebab vaginitis.
d. Pemeriksaan sampel jaringan.

6. PENGOBATAN

Hingga Pengobatan vaginitis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Secara umum,
pengobatan tersebut meliputi:
a. Pemberian obat antibiotik
Metronidazole dan clindamycin adalah antibiotik yang paling sering digunakan pada vaginitis
yang disebabkan oleh bakteri.
b. Pemberian obat anti jamur
Vaginitis akibat infeksi jamur dapat diatasi dengan obat antijamur, seperti miconazole,
clotrimazole, atau fluconazole.
c. Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon digunakan untuk mengatasi vaginitis yang dipicu oleh penurunan
hormon estrogen.
Sedangkan untuk mengatasi vaginitis yang disebabkan oleh iritasi atau alergi, dokter akan
menganjurkan pasien untuk menghindari pemicunya, misalnya sabun pembersih vagina atau
kondom berbahan dasar lateks. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan untuk
meredakan peradangan dan gatal
.

7. PENGOBATAN DIRUMAH

Perubahan gaya hidup umumnya cukup efektif untuk menangani vulvitis. Beberapa perawatan
yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah untuk meredakan iritasi dan pembengkakan akibat
vulvitis adalah:
a. Menghentikan penggunaan produk yang dapat menyebabkan iritasi, misalnya produk-produk
yang mengandung parfum
b. Membersihkan daerah kewanitaan dengan air hangat dan langsung menyekanya sehingga
tidak lembab
c. Menggunakan pakaian dalam yang longgar dan berbahan katun
d. Tidak menggaruk bagian yang gatal karena dapat memperparah iritasi dan bisa memicu
terjadinya infeksi.

8. KOMPLIKASI

a. Gangguan tidur akibat rasa gatal di organ intim wanita pada malam hari
b. Gangguan psikoseksual akibat rasa cemas dan gangguan psikologis lainnya.

9. PENCEGAHAN

a. Sindrom Menjaga vagina dan vulva tetap kering, bersih, dan sejuk, terutama ketika sedang
menstruasi dan setelah buang air besar
b. Membersihkan dan mengeringkan area di sekitar vagina dan perianal (sekitar anus) secara
lembut, yaitu cukup dengan dengan menepuk-nepuknya secara lembut dengan handuk bersih
dan tidak menggosoknya secara kasar
c. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan menghindari menggunakan pakaian yang
memiliki bahan dasar kasar dan ketat
d. Tidak mencuci organ intim dengan sabun atau larutan yang mengandung parfum
e. Menggunakan sabun pencuci pakaian atau pelembut pakaian yang bebas dari parfum dan
pewarna
f. Tidak memakai kondom yang dilumasi spermisida..

B. TRICHOMONIASIS VAGINALIS

1. PENGERTIAN

Trichomonas vaginalis merupakan parasit golongan protozoa yang dapat menyebabkan


trikomoniasis, suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Parasit ini paling sering
menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan menularkan ke pasangannya lewat kontak
seksual.
2. PENYEBAB

Trichomonas adalah organisme eukariotik berflagel, termasuk ordo Trichomonadida.


Sebagian besar trichomonas adalah organisme komensal yang terdapat pada saluran usus
mamalia dan burung. Tiga diantaranya ditemukan pada manusia yaitu T.vaginalis yang merupakan
parasit pada saluran kemih dan kelamin, sedangkan Tvenax dan Pentatrichomonas hominis
termasuk trichomonas non patogen yang ditemukan pada rongga mulut dan usus besar.
Trichomonas tidak memiliki mitokondria, 28S ribosom, dan kemampuan untuk melakukan glikolisis.

3. PATOFISIOLOGI

Trichomonas disebabkan oleh trichomonas vaginalis. organisme bersel tunggal yang


memiliki ekor seperti cambuk. Meskipun organisme ini bisa menginfeksi saluran kemih -kalmin
pada pria dan wanita, tetapi gejalanya lebih sering ditemukan pada wanita.

Trichomonas vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan
mengeluarkan substansi sitoksik. Trichomonas vaginalis juga menempel pada protein plasma host
schingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternative yang ada di host dan proteinase host
terhadap masuknya trichomonas vaginalis. Selama terjadinya infeksi ini, jumlah lekosit
plymorphonuclear (PMN) naik. PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dan host terhadap
substansi kimisa yang dikckuarkan oleh trichomonas vaginalis.

4. GEJALA

Gejala pada wanita biasanya muncul antara 5 sampai 28 hari setelah terpapar, akan tetapi gejala
tersebut dapat juga muncul dalam waktu beberapa bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Infeksi
dapat ditularkan kepada orang lain meskipun mereka tidak mengalami gejala apapun. Gejala yang
ditimbulkan oleh trikomoniasis ini antara lain:
a. Peradangan
b. Pada wanita, trikomoniasis dapat menyebabkan vaginitis (peradangan pada vagina),
sedangkan pada pria dapat menyebabkan urethritis (peradangan pada saluran kencing) di
dalam penis.
c. Keluarnya nanah berwarna kuning kehijau-hijauan atau abu-abu dari vagina (bahkan
terkadang berbusa).
d. Bau yang kuat dan rasa sakit pada saat kencing ataupun berhubungan seksual.
e. Iritasi atau gatal-gatal di sekitar vagina.
f. Sakit perut bagian bawah (jarang ditemukan).
g. Pada pria biasanya keluar nanah dari penis, dan pada permukaan mukosa dari saluran
urogenital..

5. DAMPAK
a. Tricomonas vaginalis dapat mengkontribusi terjadinya hal-hal yang merugikan baik bagi wanita
maupun pria. Dampak trikomoniasis bagi kesehatan wanita antara lain:
1) Faktor risiko HIV
T. vaginalis dapat memperkuat transmisi infeksi HIV. Penanganan wanita yang terinfeksi
T. vaginalis menyebabkan penurunan 4,2 kali lipat jumlah infeksi HIV-1 pada sektret
vagina.
2) Terkait dengan Herpes Simplex Virus-2 (HSV-2)
Insiden trikomoniasis merupakan prediktor independen dari insiden herpes simplex virus-
2, wanita dengan trikomoniasis memiliki risiko empat kali terkena infeksi HSV-2.
3) Kontributor infertilitas pada wanita
T. vaginalis dapat berfungsi sebagi pembawa penyebaran organisme lain dengan
membawa patogen-patogen ke tuba falopi. Beberapa penelitian menunjukkan T. vaginalis
menjadi risiko infertilitas tuba.
4) Penyakit radang panggul (PID)
Peningkatan yang signifikan dari penyakit radang panggul pada wanita dengan infeksi
trikomoniasis dibandingkan wanita yang tidak terinfeksi trikomoniasis. Penelitian lain
menunjukkan bahwa wanita yang terinfeksi Clamydia dan Trichomonas memiliki
kemungkinan terkena penyakit traktus bagian atas yang simtomatik.
5) Neoplasia serviks
Infeksi T. vaginalis berhubungan dengan peningkatan risiko dua kali lipat neoplasia
serviks, meskipun setelah mengontrol infeksi human papillomavirus (HPV)
6) Kelahiran prematur
Komplikasi kehamilan seperti persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah
berhubungan dengan infeksi T. vaginalis pada beberapa penelitian. Penanganan
trikomoniasisasimtomatik pada kehamilan merupakan suatu kontroversi.
b. Sedangkan dampak trikomoniasis pada kesehatan pria antara lain :
1) . Faktor risiko HIV
Terjadi peningkatan enam kali lipat konsentrasi HIV di air mani pada pria yang terinfeksi
HIV positif dengan trikomoniasis dibandingkan dengan pria yang tidak terinfeksi
Trichomonas.
2) Kontributor infertilitas pada pria
Diantara pria yang terkena trikomoniasis, terjadi penurunan yang signifikan pada motilitas
sperma dan viabilitas sperma. Penanganan trikomoniasis menunjukkan perbaikan yang
signifikan para motilitas sperma, viabilitas, dan viskositas sperma.
3) Nongonococcal Uretritis (NGU)
Trikomoniasis mungkin merupakan penyebab penting uretritis nongonococcal. Sebuah
penelitian menemukan bahwa pada pria dengan NGU, terdapat 19,9% yang terinfeksi
Trichomonas.
4) Prostatitis kronis
Suatu penelitian yang melibatkan pria dengan prostatitis kronis ditemukan bahwa 71%
penyebab terjadinya prostatitis adalah infeksi Trichomonas dengan infeksi spesifik
19%dari pria.

6. PEMERIKSAAN

Trikomoniasis sering kali tidak terdiagnosis. Tes diagnostik yang paling umum digunakan adalah
yang terbaik 60-70% sensitif menurut Center for Disease Control. Baik wanita dan pria, penyedia
pelayanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik dan uji laboratorium untuk mendiagnosis
trikomoniasis, antara lain sebagai berikut:
a. Wet Mount
Wet mount adalah metode yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis trikomoniasis.
Metode ini menujukkan sensitivitas sebesar 60%. Untuk metode ini, spesimen ditempatkan
dalam medium kultur selama 2-7 hari sebelum diperiksa. Jika trichomonads hadir dalam
spesimen asli, mereka akan berkembang biak dan lebih mudah untuk dideteksi. Hal ini baik
sangat sensitif dan sangat spesifik.
b. VPIII Tes Identifikasi Mikroba (BD)
VPIII Tes Identifikasi mikroba (BD) adalah uji yang mengidentifikasi DNA mikroba yang ada
pada kompleks penyakit vaginitis. Identifikasi spesies Candida, Gardnerella vaginalis, dan
Trichomonas vaginalis dapat ditemukan dari sampel vagina tunggal. Sensitivitas tes untuk
mendeteksi T. vaginalis tinggi, dan dapat memberikan hasil hanya dalam 45 menit.
c. Trichomonas Rapid Test
Trichomonas Rapid Test adalah tes diagnostik yang mendeteksi antigen untuk trikomoniasis.
Dengan memasukkan sampel usap vagina ke dalam tabung reaksi dengan 0,5 ml buffer
khusus dengan beberapa perlakuan dan kemudian hasilnya dapat dibaca dalam waktu 10
menit. Uji ini lebih sensitif dibandingkan uji wet mount.
d. Polymerase Chain Reaction Dalam Polymerase Chain Reaction (PCR), sampel diperlakukan
dengan enzim yang memperkuat daerah tertentu dari DNA T. vaginalis. PCR telah terbukti
sebagai metode diagnostik yang paling akurat dalam studi baru-baru ini. Namun, PCR saat ini
hanya digunakan dalam penelitian, bukan pengaturan klinis.
e. Kalium Hidroksida (KOH) “Test Whiff”
Uji ini adalah teknik dasar yang dapat digunakan sebagai bagian dari diagnosis klinis.
Pengujian dilakukan dengan mencampurkan usapan cairan vagina dengan larutan kalium
hidroksida 10%, kemudian menciumnya. Bau amina (amis) yang kuat bisa menjadi indikasi
trikomoniasis atau vaginosis bakteri.

7. PENGOBATAN

Telah ditemukan bahwa metronidazol berhasil membunuh T. vaginalis, akan tetapi


penggunaannya selama kehamilan menjadi kontroversi karena dapat menyebabkan mutagenesis
dan bersifat karsinogen pada model yang digunakan dalam uji laboratorium. Burtin dkk melaporkan
meta analisis dari tujuh studi yang menunjukkan bahwa metronidazol tidak meningkatkan risiko
lahir cacat pada janin selama trimester pertama, sehingga metronidazol disarankan untuk
digunakan hanya selama trimester kedua dan trimester ketiga. Pengobatan selama kehamilan
pada wanita dan pasangan seksnya berpotensi untuk mencegah komplikasi kelahiran prematur
serta infeksi pada keturunannya, karena apabila pasangan seks tidak mendapatkan pengobatan,
maka wanita dapat terkena trichomoniasis kembali.
Tinidazole (2 gr dosis oral tunggal) merupakan terapi minimal yang memiliki keunggulan lebih
daripada metronidazole untuk pengobatan trikomoniasis. Pada resistensi metronidazole, tinidazole
(dalam berbagai dosis) telah mencapai tingkat kesembuhan 90% dan lebih tinggi. Perbedaan yang
paling penting antara kedua obat ini yaitu tinidazole yang lebih toleransi dan kurang toksik
dibandingkan metronidazole, bahkan pada dosis yang tinggi.

8. PROGNOSIS

Pada wanita terjadi penyembuhan spontan kira-kira sebesar 20-25% setelah 6 minggu
pengobatan. Pemberian antibiotik dapat mengobati 95% wanita yang terinfeksi setelah 6 minggu
pengobatan.
BAB III
TELAAH JURNAL

A. TELAAH JURNAL VULVITIS

1. Sao Paulo Medical Journal 2014, 132, 116–120.

2. Judul : Prevalence of Candida albicans and non-albicans isolates from vaginal secretions:
comparative evaluation of colonization, vaginal candidiasis and recurrent vaginal candidiasis in
diabetic and non-diabetic wome

3. What : Kandidiasis vulvovaginal (KVV) disebabkan oleh pertumbuhan abnormal jamur mirip ragi
pada mukosa saluran genital wanita. penderita diabetesmellitus (DM) lebih rentan terhadap infeksi
jamur, termasuk yang disebabkan oleh spesies candida.

4. Who : Penelitian ini melibatkan 717 wanita berusia 17-74 tahun, di antaranya 48 (6,7%)
menderita DM tipe 2 (usia rata-rata: 53,7 tahun)
5. Why : Penelitian ini menyelidiki frekuensi isolasi total vagina Candida spp., dan profil klinis yang
berbeda - kolonisasi, VVC dan VVC berulang (RVVC) - pada wanita dengan DM tipe 2,
dibandingkan dengan wanita non-diabetes. Tingkat kesembuhan menggunakan pengobatan
flukonazol juga dievaluasi.

6. When : Antara 1 Januari dan 31 Desember 2010

7. Where : Dilakukan di sistem kesehatan masyarakat Maringa, Paraná, Brasil.

8. How : Hubungan yang tepat antara DM dan kandidiasis vulvovaginal (VVC) masih harus
diklarifikasi, tetapi beberapa penyelidikan mengusulkan bahwa penurunan respon imun umum
yang terkait dengan DM adalah penyebab utama VVC berulang. Selain itu, jenis diabetes, tingkat
keparahan, dan tingkat kontrol glukosa merupakan faktor risiko yang mungkin terkait dengan
prevalensi VVC, dan diakui bahwa gangguan metabolisme yang menjadi predisposisi vaginitis
klinis dapat dikurangi dengan melakukan kontrol diabetes yang tepat.

B. TELAAH JURNAL TRICHOMONIASIS


1. Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL TRIKOMONIASIS DI SMA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN 2017.
2. What : Jurnal ini membahas terkait hubungan pengetahuan dengan sikap remaja tentang
penyakit menular seksual trikomoniasis di SMA taman siswa Binjai tahun 2017. Trikomoniasis
adalah salah satu tipe Dari vaginitis terutama sebagai Penyakit Menular Seksual (PMS).
3. Where : SMA taman siswa Binjai
4. When : Pada tahun 2017
5. Who : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang ada di SMA Taman Siswa
Binjai kelas X B, sebanyak 30 orang dan seluruhnya menjadi sampel.
6. Why : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan
dan sikap remaja tentang penyakit menular seksual trikomoniasis di SMA taman siswa Binjai.
7. How : Terdapat hubungan yang signifikan antara Hubungan Pengetahuan dengan Sikap
Remaja Tentang PMS Trikomoniasis Di SMA Taman Siswa Binjai tahun 2017.
8. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian Observational dengan desain cross
sectiona.

BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Vulvitis adalah radang pada vulva yang ditandai dengan rasa gatal dan perih di area kemaluan
wanita. Penyebabnya akibat dari infeksi, iritasi, penyakit kulit, esterogen rendah vulvodynia, kanker
vulva, vulva tidak bersih, dan pengobatan obat obatan. Kemudian untuk pengobatannya dapat
diberikan obat antibiotic, obat anti jamur, Terapi pengganti hormone. Untuk pengobatan yang
dapat dilakukan dirumah menghentikan penggunaan produk yang dapat menyebabkan iritasi,
misalnya produk-produk yang mengandung parfum, membersihkan daerah kewanitaan dengan air
hangat dan langsung menyekanya sehingga tidak lembab, menggunakan pakaian dalam yang
longgar dan berbahan katun, tidak menggaruk bagian yang gatal karena dapat memperparah iritasi
dan bisa memicu terjadinya infeksi.

Trichomonas vaginalis merupakan parasit golongan protozoa yang dapat menyebabkan


trikomoniasis, suatu penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala dari trichomoniasis
yakni : peradangan, keluar nanah, sakit saat kencing, iritasi, gatal, sakit perut bagian bawah dll.

.
DAFTAR PUSTAKA

1. Egbere, J, et al. 2009. Trichomonas vaginalis and Human Immunodeficiency Virus (HIV) in Antenatal
Clinics in Zaria, Nigeria. Annals of African Medicine Vol. 5, No. 4; 2006: 178 – 181.
http://bioline.org.br/pdf
2. NHS. 2010. Trichomoniasis.
https://cks.nhs.uk/clinical_knowledge/clinical_topics/previous_version/trichomoniasis

3. Smith, MD., et al. 2002. Trichomonas vaginalis Infection in a Premature Newborn.


http://nature.com/jp/journal/v22/n6/full/7210714a.

4. Gunther, L.S.A.; Martins, H.P.R.; Gimenes, F.; De Abreu, A.L.P.; Consolaro, M.E.L.; Svidzinski, T.I.E.
Prevalence of Candida albicans and non-albicans isolates from vaginal secretions: Comparative
evaluation of colonization, vaginal candidiasis and recurrent vaginal candidiasis in diabetic and non-
diabetic women.Sao Paulo Med. J. 2014, 132, 116–120..

5. Seri Wahyuni Harahap.2017. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TRIKOMONIASIS DI SMA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN
2017.Jurnal Maternal Dan Neonatal, 06/12 (2017), Hal 20-25
6. Nengah . 2012 . Skrining. Surakarta : Akademi Analisis Kesehatan Nasional Surakarta
[internet]http://aaknasional.wordpres s.com/2012/03/29/skrining/
7. Azwar, Saifuddin . 2011 . Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya . Yogyakarta : Pustaka Pelaja

Anda mungkin juga menyukai