Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTERMI

O
L
E
H

ROBERTUS BELARMINUS NONO


2018610048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga
didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi karena
pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat bersala dari mikrooganisme atau merupakan suatu hasil reaksi
imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer,2004).
Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah
peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress fisiologik
seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga berat, sampai lesi sistem
syaraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme atau ada penjamu proses noninfeksi
seperti radang atau pelepasan bahan-bahan tertentu seperti leukimia. demam
diasosiasikan sebagai bahan dari respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan
perjalan patologis dari suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat
pengaturan suhu tubuh (Sugarman,2005).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia adalah
keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan tubuh tidak mampu
untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi panas. Rentang normalnya
suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
B. Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek
perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam yang
disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, dan zat lain. Terutama toksin
polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi
jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Faktor penyebabnya:
 Dehidrasi
 Penyakit atau trauma
 Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
 Pakaian yang tidak layak
 Kecepatan metaolisme meningkat
 Pengobatan/ anesthesia
 Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
 Aktivitas yang berlebihan

C. Manifestasi Klinis
1. Suhu tinggi di atas normal
2. Takikardia
3. Hangat pada sentuhan
4. Mengigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan
7. Pernafasan cepat
8. Mulut kering

D. Patofisiologis
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal baik dari
oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah mikroorganisme
atau toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel
penjamu terutama monosit, makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan
menyebabkan demam pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah pada
meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan
termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi), maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam
proses metabolisme di hipotalamus anterior membutuhkan elektrolit tersebut,
sehingga kekurangan caiaran elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior
dalam mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu tubuh.
E. Pathway

Infeksi atau cedar jaringan

inflamasi

Akumulasi monosit, mogrofak

Masuk aliran darah

Difagositotis oleh leukosit, makrofag,


limfosit, sel T helper dan fibroblas

Pelepasan Pirogen endogen (sitokin)

interleukin

Merangsang saraf vagus

Sinyal mencapai sistem saraf pusat

Pembentukan prostaglandin otak

Merangsang Hipotalamus
meningkat titik patokan suhu

Mengigil, meningkatnya suhu

Hipertermi
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboraturium
 Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya
resiko infeksi
 Pemeriksan urine
 Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
hypoi
 Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl

G. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan yaitu:
a) Observasi keadaan umu pasien
b) Observasi tanda-tanda vital
c) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis
d) Anjurkan pasien banyak minum
e) Anjurkan pasien banyak istirahat
f) Beri kompres hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti ketiak, lipatan paha,
leher bagian belakang
g) Beri Health Education ke pasien dan keluarganya mengenai pengertian,
penanganan,dan terapi yang diberikan tentang penyakitnya
Penatalaksanaan Medis:
Beri obat penurun panas seperti paracetamol, asetaminofen
H. Pengkajian Keperawatan
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Tahap pengkajian terdiri atas:
pengumpulan data, analias data, merumuskan masalah, analisa masalah.
 Data subjektif :
a) Pasien mengeluh panas, dan terasa haus
b) Pasien mengatakan badannya terasa lemas/lemah
 Data subjektif ;
a) Suhu tubuh 39 °C
b) Mulut bibir kering
 Identitas pasien : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
 Triage : Pasien dalam kategori Hijau
 Primary survey
Arway : tidak ada sumbatan jalan nafas pasien
Breating : pernfasan cepat dengan frekuensi pernafasan 30x/menit
Circulation : akral teraba panas
Disability :pasien dalam kesadaran composmentis
Eksopure : tidak ada luka dan pendarahan pada pasien.
 Secondary survey
Pada tahap ini perawat melakukan pengukuran tanda tanda vital dari pasien
seperti suhu badan, pasien dengan demam memiliki sushu badan 38-39 ‫ﹾ‬C,
kesadaran pasien komposmentis dengan keadaan umum baik
 Pemeriksaan head toe toe
Kepala : Bentuk simetris, bersih dan tidak ada lesi, rambut hitam dan tebal
Mata : Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.konjungtiva apakan
anemis atau tidak, apakan terdapt mata panda atau tidak
Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut : Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
Thorak dan abdomen : Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
tidak ada peningkatan bising usus
Sistem kardiovaskuler : Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat
Sistem pernafasan : Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang muncul :
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai
dengan suhu tubuh pasien 39 °C, akral hangat/ panas, dan nafas cepat.
 Hipertermi berhubungan dengan ketidakcukupan hidrasi untuk aktivitas
yang berat yang ditandai dengan pasien mengeluh haus, badan panas,
dehidrasi, dan mukosa bibir kering.

J. Intervensi
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi
teratasi dengan Kriteria hasil
 Menunjukkan penurunan suhu tubuh
 Akral pasien tidak teraba hangat/panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab
K. Evaluasi
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan bali terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan, yaitu:
 Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal
 Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
 Pasien tampak tidak lemas
 Mukosa bibir lembab
Daftar Pustaka

Doegoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Dorland, W.A.N. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Alih Bahasa: Huriwati
Hartanto. Jakarta: EGC

Isfarida, Eka. 2010. “Fisiologi Manusia: Hipotermi dan Hipertermi”. Skripsi.


Pendidikan MIPA. Palembang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universias
Muhammadiyah Palembang

Noer, Sjaifoellah. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Jakarta: Gaya Baru

Siswantara, Dwi. TT. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada


Pasien dengan Masalah Hipertermi”.
www.academia.edu/8880172/Laporan_Pendahuluan_dan_Asuhan_Keperawatan_pad
a_Pasien_dengan_Masalah_Hipertermi Diakses pada 29 desember 2021

Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan buku 3 edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: NIC dan NOC.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai