Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DIABETES


MELITUS

Untuk Matakuliah Praklinik II

Dosen Pembimbing : Ani Sutriningsih, Ns., M.Kep

DISUSUN
OLEH

Yohanes Wolla Ngara


2018610022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI MALANG
2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi DM pada Lansia

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai


dengan hiperglikemia dengan atau tanpa glikosuria. Gangguan metabolisme glukosa
terjadi akibat terjadi kelainan sekresi insulin pada pankreas sehingga menagalami
resistensi insulin. Hiperglikemia kronis menyebabkan kerusakan dan kegagalan
berbagai organ, terutama jantung, pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf
(Chentli,dkk. 2015)

Lansia (≥60-65 tahun) sangat beresiko terkena diabetes mellitus tipe II


(Chentli,dkk. 2015) karena terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan
terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ. Penurunan fungsi pada sistem endokrin,
gaya hidup yang tidak sehat berpotensi mengakibatkan lansia terkena diabetes
mellitus tipe II, ( Lee & Halter, 2017)

1.2 Etiologi DM pada Lansia

Diabetes mellitus Tipe 2 pada lansia terjadi karena beberapa faktor yaitu
faktor genetik, harapan hidup yang panjang sehingga terjadi penurunan sekresi
insulin, faktor lingkungan sehingga terjadinya obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
pola konsumsi makanan dijaman modern ( Lee & Halter, 2017)

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus.

Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan


menjadi dua bagian besar :
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin
tidak berfungsi dengan baik).
b. Life stile atau gaya hidup yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol,dan lain-lain.)

1.3 Tanda dan Gejala Penyakit

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia


umumnya tidak ada. osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat
proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim

Menurut Nurarif dan kusuma 2015, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :

1. Kadar glukosa darah tidak normal

2. Polifagia

3. Lelah dan mengantuk

4. Kesemutan, gatal, pandamgan kabur, peruritas vulva


1.4 Pemeriksaan laboratorium penyakit

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:

a. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

b. Glukosa darah puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

c. Glukosa darah dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah


mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

1.5 Pathofisiologi Penyakit

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu


memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap
berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Diabetes Mellitus tipe II pada lansia disebabkan karena beberapa mekanisme


diantaranya faktor genetik dimana terjadi resistensi insulin serta defek sel β pankreas
(Decrolli, 2019), penurunan sekresi insulin dikarenakan perubahan fisiologis pada
lansia, dan faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya obesitas (Chetli, dkk.
2015). Obesitas pada lansia terjadi karena kurangnya aktivitas fisik saat melakukan
aktivitas fisik maka akan meningkatkan sensitifitas respon insulin dari otot-otot
yang aktif sehingga mempermudah glukosa masuk dalam sel sehingga pada lansia
yang kurang melakukan aktivitas fisik terjadi peningkatan kadar glukosa dalam
darah (illas dalam Winta, dkk. 2018)
Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan hati
sehingga memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih
banyak. Ketika produksi insulin oleh sel beta pankreas tidak adekuat guna
mengkompensasi peningkatan resistensi insulin, maka kadar glukosa darah akan
meningkat, pada saatnya akan terjadi hiperglikemia kronik. Hiperglikemia kronik
pada DMT2 semakin merusak sel beta di satu sisi dan memperburuk resistensi
insulin di sisi lain

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.

1.6 Pengobatan penyakit

Pengobatatan diabetes melitus terbagi menjadi 2, yakni : penatalaksanaan


secara medis dan penatalaksanaan secara keperawatan. Penatalaksanaan secara
medis adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan Medis

a. Obat Hipoglikemik oral

1. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan


denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau
insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat
yang beredar dari kelompok ini adalah:
a. Glibenklamida (5mg/tablet).
b. Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
c. Glikasida (80 mg/tablet).
d. Glikuidon (30 mg/tablet).

2. Golongan Biguanid / Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,


memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan
sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.
3. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.

b. Insulin
1. Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan
Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang
beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita
DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional
yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis Insulin

a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin


zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine
Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
Penatalaksanaan secara keperawatan

a. Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun


telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 %pasien
tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet
seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan
12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah
agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi
lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak
konsumsi serat.

b. Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahra
Insulin tidak dapat bekerja secara optimal di sel otot, lemak, dan hati sehingga
memaksa pankreas mengkompensasi untuk memproduksi insulin lebih banyak.

1.7 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diabetes mellitus pada lansia
berdasarkan standar diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) adalah sebagai berikut
:

a. Ketidak stabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia ditandai dengan lelah
dan lesu, kadar glukosa dalam darah maupun urin meningkat, mulut kering,
haus meningkat serta jumlah urin menigkat.

b. Obesitas b.d kurang aktifitas fisik pada lansia

c. Resiko cedera b.d disfungsi autoimun ditandai dengan gangguan penglihatan.


1.8 Intervensi Keperawatan
Diagnosa SIKI
Ketidakstabilan kadar 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
glukosa darah b/d
2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
gangguan toleransi
kebutuhan insulin meningkat (mis.
glukosa darah
Penyakit kambuhan)
3. Monitor kadar glikosa darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Konsultasikan dengan medis jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau memburuk

6. Anjurkan menghindari olah raga saat kadar


glukosa darah lebih dari 250 mg

7. Anjurkan monitor kadar glukosa darah


Kolaborasi pemberian insulin
Resiko cedera b/d 1. Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
disfungsi autoimun
menyebabkan cedera

2. Sediakan pencahayaan yang memadai

3. Gunakan lampu tidur selam jam tidur

4. Sediakan pispot untuk eliminasi di atas tempat


tidur

5. Diskuri menngenai alat bantu mobilitas yang


sesuai seperti penggunaan tongkat

6. Jelaskan alasan pemberian intervensi pencegahan


jatuh kepada keluarga
Obesitas b/d kurang 1. Identifikasi kondisi kesehatan pasien yang dapat
aktivitas fisik
mempengaruhi berat badan
seharihan pada lansia
2. Hitung berat badan ideal pasien
3. Jelaskan faktor berat badan lebih dan berat badan
kurang
4. Anjurkan mencatat berat badan setiap minggu
Daftar Rujukan

Chentli, farida. Azzoug, Said. Mahgoun, Souad. 2015. Diabetes mellitus


in elderly. Indian J Endocrinol Metab. Juni 2021; 19(6): 744–752.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4673801/:

Kushariyadi. (2010) . Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia . Salemba


Medika, Jakarta.
Lee , Pearl G. Halter, Jeffrey B. 2017. Diabetes Care Apr; 40(4): 444-452.
https://care.diabetesjournals.org/content/40/4/444

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Kererawatan


berdasarkan diagnosa medis dan NANDA, NIC_NOC. Yogyakarta:
MediAction
Tim Pokja PPNI. 2017. Standar DiagnosKeperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Ed.
III. Tim Pokja PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan:
Ed. II. Tim Pokja PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: Ed. II.

Anda mungkin juga menyukai