Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM

DISUSUN OLEH :

MARIA NOVIANA KII

2018610036

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN DEMAM

A. Pengertian

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam
adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan
(Surinah dalam Nur,dkk. 2018).

B. Etiologi

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi


juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat


berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain.

Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi. Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis .

C. Klasifikasi Demam

Menurut Eko dan Azizah ( 2017 ) klasifikasi demam di bagi beberpa bagian
berdasarkan durasi, suhu dan jenisnya. Berdasarkan durasi/lama terjadinya, demam di
klasifikasikan menjadi 3 bagian sebagai berikut :

1) Demam akut yaitu demam kurang dari 7 hari dan karakteristiknya adanya
penyakit infrksi seperti malaria, dan ISPA yang umumnnya terjadi karena
virus.
2) Demam subakut yaitu demam yang terjadi tidak lebih dari 2 minggu dan
karakterisitiknya bisa dilihat pada kasus demam tifoid dan adanya abses pada
orgamn perut dalam (intraabdominal).
3) Demam kronik yaitu demam yang terjadi lebih dari 2 minggu dan
karakteristiknya dapat di lihat pada kasus TBC, infeksi virus seperti HIV,
kanker dan penyakit jaringan penghubung seperti lupus dan rheumatoid atritis

Jika di dasarkan pada tingginya suhu, demam di kategorikan menjadi demam


ringan, sedang, tinggi dan Hiperpereksia. Hiperpereksia berbeda dengan
hipertermia. Hipereksia terjadi dengan melibatkan set point di hipotelamus,
sedangkan di hipertemia tidak ada perubahan di set pount hipotelamus dan bukan
tergolong dalam jenis demam Penguraiannya dalam tabel sbb:

Suhu tubuh ‫ﹾ‬Celcius ‫ﹾ‬Farhenheit


Normal 35,5-36,5 98,6-100,4
Rendah 38,1-39 100,5-102,1
Sedang 39,1-40 102, - 104,0
Tinggi 40,1-41,1 104,1-106,0
Hiperpereksia >41,1 > 106,0
Hiotermi pada suhu rektal <35‫ﹾ‬C ( <95‫ﹾ‬F )

Sedangkan berdasarkan jenisnya, demam memiliki 3 jenis, yaitu :

1) Demam kontinyu (berkelnajutan) yaitu suhu yang tetap di atas normal


seharian penuh dan tidak berfluktuasi lebih dari 1 ‫ﹾ‬C dalam 24 jam,
tidak mencapai suhu normal.
2) Demam interminten merupakan demam yang terjadi dalam beberpa
jam tertentu. Pola jenis ini terlihat pada malaria, infeksi, hirogenik,
tuberklosis, limfoma, dan juga sepsis
3) Demam remitten merupakan demam yang naik turun melebihi 2 ‫ﹾ‬C,
dan tidak mencapai suhu normal. jenis ini biasanya di hubungkan
dengan endocarditis, infeksi riketsia. Kambuhnya demam biasanya
terjadi pada malaria. Demam yang membuat keluarnya keringat pada
malam hari biasanya terjadi pada tuberkolosis.
D. Manifestasi Klinis Demam

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

 Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)


 Kulit kemerahan
 Hangat pada sentuhan
 Peningkatan frekuensi pernapasan
 Menggigil
 Dehidrasi
 Kehilangan nafsu makan

E. Patofisiologis

Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi)


akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang memproduksi
indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps menyebabkan
endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan neurotransmitter,
kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior dengan
memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis
mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang
tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan
dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi,
endotoxin atau tumor . Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena
kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
salmonella. Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian
lagi masuk ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang
baik, maka basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju
lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah.
F. Patway

Kuman/bakteri/virus
berupa salmonlla

Saluran pencernaan

Usus halus

Masuk aliran darah

Difagositotis oleh
leukosit, makrofag,
limfosit

Mencerna hasil pemecahan bakteri dan


melepaskan Zat IL-I/Pirogen

Hipotelamus
Saluran pencernaan
Suhu tubuh meningkat

HIPERTERMI

G. Pemeriksaan Diagnostic

• Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan hematologi
 Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi perdarahan
usus atau perforasi
 Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat juga normal
atau tinggi
 Hitung jenis leukosit sering neutropenia dengan limfositosis relative
 LED (Laju Endap Darah) Meningkat
 Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia)
2. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menguji Kultur (Gall culture /
Biakana empedu). Uji ini merupakan baku emas (gold standar) untuk
memeriksa demam demam typhoid/paratyphoid.
3. Melakukan pemeriksaan biologi molekuler
Melakukan pemeriksaan biologi molekuler yaitu PCR (Polymerase
Chain Reaction). Metode ini mulai banyak dipergunaka karena cara ini
dilakukan untuk perbanyak DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik
• Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemeriksaan
status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah
pasientertolong tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi
secara menagis, reaksi terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social,
warna kulit, dan status hidrasi.

H. Penatalaksanaan medis

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :

a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan
jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan
1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan.
Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang
sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik
atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir
yang bugar 16 (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh
factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol
antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria
(biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah
kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan
dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air
(memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki
efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang
dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun
panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun
demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping
yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna,
rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

b. Tindakan non farmakologis

Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat


dilakukan seperti

 Memberikan minuman yang banyak


 Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
 Menggunakan pakaian yang tidak tebal
 Memberikan kompres
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh . Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan
kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres
hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu
tubuh)Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18 temperature air 30-32oC, akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit
melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila
lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh
darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang
mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan
panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak

I. Pengkajian

• Identitas pasien : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
• Triage : Pasien dalam kategori Hijau
• Primary survey
Arway : tidak ada sumbatan jalan nafas pasien
Breating : pernfasan cepat dengan frekuensi pernafasan 30x/menit
Circulation : akral teraba panas
Disability :pasien dalam kesadaran composmentis
Eksopure : tidak ada luka dan pendarahan pada pasien.
• Secondary survey
Pada tahap ini perawat melakukan pengukuran tanda tanda vital dari pasien
seperti suhu badan, pasien dengan demam memiliki sushu badan 38-39 ‫ﹾ‬C,
kesadaran pasien komposmentis dengan keadaan umum baik
• Pemeriksaan head toe toe
Kepala : Bentuk simetris, bersih dan tidak ada lesi, rambut
hitam dan tebal
Mata : Umumnya mulai terlihat cekung atau
tidak.konjungtiva apakan anemis atau tidak, apakan
terdapt mata panda atau tidak
Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut : Bentuk, kebersihan, fungsi indranya
adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien
dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan
pucat.
Thorak dan abdomen : Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
tidak ada peningkatan bising usus
Sistem kardiovaskuler : Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya
meningkat
Sistem pernafasan : Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah,
apatis atau koma

J. Diagnose

Kemungkinan diagnosa yang akan muncul, sebagai berikut :

• Hipertemia berhubungan dengan proses pengobatan / infeksi

K. Intervensi

Hipertermi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

• suhu tubuh kembali normal, dengan KH : Suhu tubuh dalam rentang


normal
• Nadi dan RR dalam rentang normal
• Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Implementasi hipertermi :

Fever Treatmen :

1) Monitor tanda – tanda vital ( Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan )


2) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
3) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
4) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
5) Kaloborasi pemberian terapi antipiretik, antibiotik atau agen anti
menggigil
6) Berikan air minum sesuai dengan kebutahan tubuh.
7) Berikan pakaian menyerap keringat
8) Berikan pakaian yang tipis

L. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi


dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa,
planning). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana
tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kapti Rinik Eko, Azizah Nurona . 2017. Perawatan Anak Sakit di Rumah.
books.google.co.id › books - Halaman 31

Resty ,Nur, Rohmah P and Prayogi Agus Sarwo, and Suryani Eko. (2018).Penerapan
kompres hangat pada anak demam dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan nyaman di rsud sleman. skripsi thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.

Suryanto, Sukatmi, Jayanti TW. 2012. Efektivitas Bawang Merah Terhadap Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Febris Usia 1 – 5 Tahun. Dosen
Akper Pamenag – Pare, Perawat Magang Pamenag – Pare. No 6.
Hlm 63 – 65.

https://www.scribd.com/doc/312063490/Pemeriksaan-Penunjang-Diagnostik-Pada-
Pasien-Demam-Typhoid

Anda mungkin juga menyukai