BLITAR
Di susun oleh:
DI
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA BLITAR
OLEH :
MAHASISWA STIKES ICME JOMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
TANGGAL 22 NOVEMBER 2021 s/d 4 DESEMBER 2021
STIKES ICMEJOMBANG
JLN KEMUNING NO. 57A, CANDIMULYO
JOMBANG
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELOMPOK
Mengetahui :
KEPALA
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK di UPT PSTW BLITAR
Ucapan terimakasih kepada kami haturkan kepada pembimbing yang membimbing
kami dalam mengerjakan laporan asuhan keperawatan gerontik ini dengan baik dan kepada
semua yang mendukung dalam pembentukan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun.
Tim Penulis.
4
KELOMPOK :
5
DAFTAR PUSTAKA
SAMPUL LUAR ....................................................................................................................... 1
SAMPUL DALAM ................................................................................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 4
DAFTAR ISI ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 7
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................................7
1.2 Tujuan ............................................................................................................................................8
1.3 Manfaat Kegiatan ...........................................................................................................................9
BAB 2 TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 10
2.1 Teori Proses Menua ........................................................................................................ 10
2.2 Tumbuh Kembang Pada Lansia ...................................................................................... 20
2.3 Konsep keperawatan gerontik ........................................................................................ 22
2.4 Teori askep kelompok lansia .......................................................................................... 26
2.5 Konsep UPT ................................................................................................................... 37
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................................................43
3.1 Identitas .......................................................................................................................... 43
3.2 Riwayat Kesehatan ......................................................................................................... 45
3.3 STATUS FISIOLOGI TTV (tanda tanda vital) .............................................................. 46
3.4 Pengkajian Head To Toe ................................................................................................ 47
3.5 Pengkajian Alat Indra ..................................................................................................... 51
3.6 Pengkajian Psikososial ................................................................................................... 54
3.7 Pengkajian Spiritual ........................................................................................................ 55
3.9 Pengkajian Lingkungan .................................................................................................. 56
3.10 Aspek kognitif dengan MMSE ..................................................................................... 57
3.11 Tes keseimbangan TUG ............................................................................................... 57
3.12 Kecemasan GDS ........................................................................................................... 58
3.13 APGAR (Apgar kelompok dengan lansia) ................................................................... 58
BAB 4 PEMBAHASAN .......................................................................................................................59
4.1 Analisa Data ................................................................................................................... 59
4.2 Tahap Penapisan Masalah .............................................................................................. 61
4.3 Prioritas Masalah ............................................................................................................ 62
4.4 Diagnosis Keperawatan ................................................................................................. 63
BAB 5 INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA) ............................64
BAB 6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA) ......................68
BAB 7 EVALUASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA) .................................70
BAB 8 PENUTUP................................................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAK
LAMPIRAN
6
BAB I
PENDAHULUAN
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adaya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang
medis atau ilmu kedokteran.sehingga dapat meningkatkan kualitas umur harapan hidup
bangsa indonesia.
besarnya biaya kesehatan, karena sifat penyakitnya adalah degenaratif, kronis dengan
multiple patologi sehinga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa
indonesia dalam kehidupan lanjut usia adalah figure yang dihormati dan merupakan
sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakanpada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara
maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1.000 (seribu)
orang perhari.pada tahun 1985 diperkirakan 50% dari pendududk , berusia diatas 50 tahun,
sehingga istilah “baby boom” pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut
usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih dari 55 tahun)
di indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10% dari total penduduk dan
diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12 juta atau 11% .
peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 65-70 tahun
7
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik dalam keadaan
sehat maupun sakit dalam tingkat individu maupun kelompok fokus asuhan keperawatan
fungsi fisik dan mental. UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar, merupakan salah satu
sasaran pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun
kelompok. Berkaitan dengan kondisi di atas, kami mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikes
ICME Jombang, ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia di UPT
1.2 TUJUAN
8
1.1.1 Tujuan khusus
Werdha Blitar
lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan panti, baik, yang bersifat aktual,
masalah yang terjadi pada lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial
panti
alternatif pelayanan
lingkungan panti dan menjadi tolak ukur untuk praktik gerontik selanjutnya
9
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
B. Batasan Lansia
10
C. Karakteristik Lansia
1. Jenis kelamin
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.Misalnya lansia laki-
osteoporosis.
2. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
3. Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau kekuarga
lainnya.
4. Kondisi kesehatan
a. Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
5. Keadaan ekonomi
b. Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari anak
atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung
padanya.
11
c. Kemampuan pendapatan : Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
1. Teori Biologis
a. Teori Genetik
Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa di dalam
tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan proses penuaan.
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk
hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan
Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya mutasi
transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein atau enzim.
Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan
Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit–T, disamping perubahan
juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem
imun humoral, yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:
12
Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif
Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh dan hal itu
dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang
sel.
akan habis sebelum usia optimalnya, atau mempunyai usia yang relative lebih
pendek dari pada yang menggunakan energi secara optimal sepanjang usia
kehidupannya. Individu mempunyai lama usia yang optimal jika energi yang
Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam kimiawi tubuh.
Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur molekular dari sel berikatan
kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh
dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi
13
proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
f. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori oksidasi stress.
Dalam teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha dengan stress menyebabkan sel
lingkungan internal
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi
tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.Mauss (1954), Homans
(1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas
hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945)
menukar.
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
14
i. Teori Kesinambungan (Continuity theory).
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini
menjadi lansia Gaya hidup perilaku dan harapan seorang ternyata tak berubah
Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri, keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan perlunya
adalah:
Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang
15
Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia
tersebut adalah struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori bahwa
kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian
personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan
kepercayaan dan meninggalkan khayalan. Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia
secara psikologis.
16
o. Teori Proses Kehidupan Manusia
tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses perkembangan. Pemenuhan
kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan itu
membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua antara
lain adalah :
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya kondisi dimana
kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua, tugas perkembangan yang harus
putus asa.
17
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
keratin.
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon terhadap
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan
asin.
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
18
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat,
75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina
terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
2. Perubahan Mental
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
19
Intelegentia Question :
waktu.
3. Perubahan Psikososial
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh
akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal
a. Sel
Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.
20
b. Sistem syaraf
dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya
c. Sistem pendengaran
d. Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi
e. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
darah perifer.
a Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
21
c Perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan pensiun sering diartikan sebagai
diri.
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Penghasilan akan
berkurangnya penghasilan
Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari
kelompok seusia
• Kebijakan Pemerintah
proses penuaan memang tidak bisa dihindarkan. Keinginan semua orang adalah bagaimana
agar tetap tegar dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini dapat
Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan beranjak dari peringkat ke-10 tahun 1980 menjadi
22
peringkat ke-6 dunia pada tahun 2020. Tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun
kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk. Pada tahun 2020
diperkirakan meningkat 3x, menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi
Indonesia : - 62,3% lansia masih berpenghasilan dari pekerjaannya sendiri. - 59,4% lansia
masih berperan sebagai kepela keluarga. - 53% lansia masih menanggung beban kehidupan
keluarga. - Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
Permasalahan Umum :
2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
Permasalahan Khusus :
1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental, dan
sosial.
5. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan
fisik lansia.
- Penurunan fisik
- Perubahan mental
- Perubahan psikososial
23
Karakteristik penyakit pada lansia:
1. Prevention
4. Pemulihan.
1. Mitos ketenangan dan kedamaian Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih
payahnya di masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan
inovasi d) Berorientasi ke masa silam e) Merindukan masa lalu f) Kembali ke masa kanak-
24
kanak g) Susah berubah h) Keras kepala i) Cerewet Kenyataan : Tidak semua lanjut usia
bersikap dan berpikiran demikian. Mitos berpenyakitan : Lansia dipandang sebagai masa
degenerasi biologis yang disertai berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang
Kenyataan : a) Memang proses ketuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh
dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit. b) Tetapi banyak penyakit yang masa
2. Mitos Senilitas : Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian tertentu dan otak Kenyataan : Tidak semua lanjut usia dalam proses
ketuaannya diiringi dengan kerusakan bagian otak (banyak yang masih tetap sehat dan
Kenyataan : Tidak demikian, banyak lansia yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktifitas mental dan material pada lansia. Mitos dan kenyataan yang seringkali terjadi
: - Kedamaian dan ketenangan Mitos : Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan
jerih payahnya di masa muda dan dewasanya, badan dan goncangan kehidupan seakan-
akan sudah berhasil dilewati. Kenyataan : Seringkali ditemui lanjut usia yang stres,
depresi karena kemiskinan dan berbagi keluhan serta penderitaan karena penyakit. Kolot
dan berorientasi masa silam : Mitos : Banyak pandangan yang menyatakan bahwa lansia
berpikiran kolot, berorientasi masa silam, menolak inovasi, merindukan masa lalu, susah
berubah, keras kepala dan cerewet. Kenyataan : Tidak semua lanjut usia berpikiran
demikian. Banyak lanjut usia yang berpikiran jauh ke depan. Tidak jatuh cinta : Mitos :
Banyak pandangan yang menyatakan bahwa lansia tidak jatuh cinta dan tidak ada gairah
kepada lawan jenis. Kenyataan : Perasaan dan emosi setiap orang berubah. Perasaan cinta
tidak berhenti hanya karena menjadi lansia. Buktinya, banyak terjadi lania yang
mempunyai pasangan jauh lebih muda, bahkan lebih dari satu. Aseksualitas : Mitos : Ada
pandangan bahwa minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks pada lansia
25
berkurang. Kenyataan : Kehidupan seks lansia normal saja, tetap baik walau tentu saja
frekuensi hubungan seksual menurun, tetapi aktivitas seksual masih cukup tinggi. Tidak
Produktif : Mitos : Ada pandangan bahwa usia lanjut tidak produktif, tidak bisa
urine untuk diagnosa batu ginjal · Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi DM ·
Pemeriksaan cairan sendi untuk melihat kristal urea dalam cairan sendi · Pemeriksaan
radiologi untuk melihat proses yang terjadi dalam sendi dan tulang.
A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan
75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
26
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia
(WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59
tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas
90 tahun.
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara
lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan
sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
27
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social
needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan
sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya
dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu .
Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar
28
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan
mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “
genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul –
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari
produk sisa”.
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan
sakit.
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
29
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom)
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.
1. Sel
2. Sistem pernafasan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
30
3. Sistem Pendengaran
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stres
4. Sistem penglihatan
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa
5. Sistem kardiovaskuler
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri
pusing mendadak).
31
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
8. Sistem gastrointestinal
menurun
32
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
darah
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau
c. Atrofi vulva
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
33
11. Sistem kulit
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.
Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik
ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya,
lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai
34
Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri
”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian
personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting
dibanding pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih
luas dan lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka
pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman,
lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah
khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya,
mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara
1. Permasalah Umum
35
lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu
1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada
2. Permasalahan Khusus
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan
organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah
patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan
tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama
36
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat atau
tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan
prostat.
Latar Belakang Pendirian Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Ada 47 lansia yang sedang di rawat di Panti Sosial Tresno Werdho Wlingi . Dari 47
Lansia Tersebut Ada Sebagian Berasal Dari Blitar, Malang, Kediri, dan daerah Lain.
Dalam masa wabah corona ini, pihak panti lebih selektif dan memperketat
penyebaran dan penularan virus corona terhadap lansia. Terlebih lansia sendiri termasuk
Visi
M ISI
37
4. Memupuk modal sosial dengan membangun kesadaran, kepercayaan serta
Melaksanakan sebagian tugas dinas dalam pelayanan sosial bagi klien yang lanjut usia
masyarakat.
2. Pelaksanaan seleksi calon klien serta rujukan hasil razia dinas sosial kab/kota
kontrak pelayanan
rehabilitasi sosial
9. Pelaksanaan teknis pemulangan atau rujukan bagi klien yang telah meningkat
13. Pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas
38
4. Prosedur pelayanan dalam UPT
Tahap Perencanaan
pendekatan program pelayanan
awal Assesment
(penelaahan &
pengungkapan
masalah)
Pelaksanaan pelayanan
Tahap pasca 1.Pemenuhan kebutuhan
pelayanan : fisik
2..Bimbingan Sosial
1.Evaluasi 3.Bimbingan psikososial
2.Terminasi & 4.Bimbingan Mental
Rujukan Spiritual&kerohanian
3. Pembinaan lanjut 5.Bimbingan
Ketrampilan
7.Bimbingan
Rekreasi&Hiburan
39
6. Sumber daya
a. Sumber daya manusia
Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
merupakan pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial lanjut usia
terlantar. Pegawai Unit Pelaksana Teknis Sosial Tresna Werdha Blitar sebanyak 23
orang.
b. Sarana dan prasarana
No Nama bangunan Jumlah Luas area/ m2
1 Tanah PSTW Blitar 1 3.589
2 Asrama/ wisma
1. Wisma Bougenvil 1
2. Wisma Anggrek 1
3. Wisma Kamboja 1
4. Wisma Nusa indah 1
5. Wisma Aglonema 1
6. Wisma Flamboyan 1
3 Gedung mushola 1
4 Dapur 1
5 Kamar mandi, WC 16
6 Gedung aula 1
7 Gudang 3
8 Ruang Relaksasai 1
9 Tempat parkir 1
9 Ruang medis 1
10 Tanah makam 1 496
11 Prasarana lain:
1. Mobil ambulance 2
2. Mobil dinas 2
3. Sepeda motor 3
40
c. Status
Nama panti yaitu unit pelaksana teknis pelayanan sosial lanjut usia tresna
werdha Blitar, beralamat di Jl. Panglima Sudirman No. 13 Wlingi – blitar,
pemerintah provinsi Jawa Timur
8. Proses Pelaksanaan Pelayanan
a. Tahap pendekatan awal
1) Sosialisasi
Menyampaikan informasi tentang program pelayanan soaial dalam panti agar
terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam pelayanan Lanjut Usia.
2) Identifikasi dan seleksi
Proses menginventarisasi, memilih dan menetapkan calon klien
3) Penerimaan dan regristrasi
Penerimaan calon klien dari pihak keluarga, atau pihak-pihak lain kepada panti
b. Tahap pengungkapan dan Pemahaman Masalah
Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan klien
serta situasi dan kondisi objektif dari keuarga dan lingkungan sosialnya untuk
dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan kepada
lanjut usia
c. Tahap Perencanaan Program Pelayanan
Merupakan proses penelaah dan penyusunan rencana program pelayanan yang
sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien.
d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan
1. Pemenuhan kebutuhan fisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakian, tempat tinggal
sehari-hari.
2. Bimbingan sosial
Proses pelayanan yang ditujukan lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi
soaial yang positif dan menjalanjan peran sosialnya dalam panti dan sosial
masyarakat.
3. Bimbingan fisik dan kesehatan
Proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi fisik dan
kesehatan lansia.
4. Bimbingan psikososial
41
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial psikologis,
seperti adanya perasaan aman, nyaman, tentram dan damai.
5. Bimbingan mental siritual da kerohanian
Upaya yang dilaksanaka untuk memelihara dan meningkatkan kondisi mental,
spiritual dan kerohanian klien
6. Bimbingan keterampilan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat, minat dan
potensi klien untuk mengisi waktu luang sehingga merasa betah dan nyaman
tinggal di dalam panti.
7. Bimbingan rekreasi dan hiburan
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas untuk
meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia dalam menjalankan
kehidupannya.
e. Tahap pasca pelayanan
1. Evaluasi
untuk menilai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan program pelayanan yang
diberikan sebagai salah satu bentuk pertangguang jawaban pihak panti kepada
klien keluarga dan pemerintah.
2. Terminasi dan ruujukan
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien meninggal dunia
atau kembali dengan keluarga.
3. Pembinaan lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga dan atau
ketika klien meninggal dan dimakamkan karena klien tidak memiliki keluaga.
g. Aspek sosial dan budaya
Pembangunan disegala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang
semakin baik, dan usia harapan hidup semakin meningkat, oleh pemerintah bisa
memasyarakat telah digerakkan upaya peningatan kesejahteraan lansia dalan
bentuk:
1. Perlindungan sosial, Bantuan sosial
2. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial Pelayanan kesehatan
3. Pemberdayaan lansia agar mereka siap di daya gunakan sesuai kemampuan
mereka
4. Mendorong lansia bergabung dengan organisasi sosial atau rganisasi lanjut usia
atau organisasi masyarakat lain.
42
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini membahas tentang hasil pengkajian kegiatan praktek keperawatan
Gerontik yang didapatkan dari penelitian pada klien UPT PSTW BLITAR sebanyak 30 orang
lansia.
Untuk sasaran asuhan keperawatan mahasiswa Program Profesi Ners StiKes ICME
Jombang, sebagai responden sebanyak 30 orang selama 2 minggu (14 Hari)
3.1 IDENTITAS
1. Jenis kelamin :
Tabel 3.1 Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
37%
63%
Dari tabel 3.1 Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjenis kelamin perempuan yaitu
sebanyak 19 orang (63%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Umur
Tabel 3.2 Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kelompok umur
Umur
< 60 tahun 60-69 tahun 70-79 tahun 80-89 tahun
0%
3%
17%
33%
47%
43
Dari tabel 3.2 Dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya sasaran kelompok umur
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar diantara 70-79 tahun (47%)
3. Agama
DariTabel 3.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Agama yang dianut
Agama
Islam
0%
100%
Dari tabel 3.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang beragam Islam yaitu sebanyak : 30
orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
4. Suku
Tabel 3.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan suku/budaya
Suku
Jawa
100%
Dari tabel 3.4. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar dari suku jawa yaitu sebanyak 30 orang
(100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
44
5. Lama tinggal di UPT PSTW Blitar
Tabel 3.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan lama tinggal
LAMA TINGGAL
< 1 tahun 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun > 10 tahun
4%4%
18%
38%
36%
Dari tabel 3.5. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar memiliki masa tinggal lebih dari < 1 tahun
tahun sebanyak : 13 orang (36%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
Tabel 3.6. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kesehatan saat ini
RIWAYAT KESEHATAN
Nyeri Dimensia Isolasi Sosial Ansietas
Mob.fisik Konjungtivis DPD Halusinasi
Intoleransi akt Depresi Gang.penglihatan Insomnia
3%3%
3%
7%
3%
44%
14%
3%
7%
3% 7% 3%
45
Dari tabel 3.6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mengeluh nyeri sendi sebanyak : 13 orang
(44%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
3.3 STATUS FISIOLOGI TTV (tanda tanda vital)
1. Tekanan darah :
Tabel 3.7. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi : Tekanan Darah
TEKANAN DARAH
<100/<70 mmHg 100-140/80-90mmHg >140/90mmHg
0%
17%
83%
Dari tabel 3.7. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai tekanan darah yang
normal yaitu sebanyak 25 orang (83%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Nadi
Tabel 3.8. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi : Nadi
Nadi
<60 60-100 >100
0%
100%
Dari tabel 3.8. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai denyut nadi yang normal yaitu
sebanyak 30 orang (100%) .
46
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Respirasi
Tabel 3.9. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi : Respirasi
Respirasi
< 12 12-24/menit >24
0%
100%
Dari tabel 3.9. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai sistem pernafasan yang
baik(12-24x/menit) yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
1. Kepala
Tabel 3.10. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian kepala
KEPALA
Normal Gatal Gatal + minyak Pusing
7% 2%
11%
80%
47
Dari tabel 3.10. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mempunyai masalah di
kepala yaitu sebanyak 21 orang (80%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Leher
Tabel 3.11. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian leher
Leher
Normal Pem.tiroid
0%
100%
Dari tabel 3.11. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mengalami pembesaran kelenjar
tiroid dan kelainan pada leher yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Thorax
a. Inspeksi
Tabel 3.12. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian thorax :
inspeksi
Thorax
Simetris
0%
100%
48
Dari tabel 3.12. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai dada yang
simetris tanpa kelainan yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
b. Palpasi
Tabel 3.13. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang berdasarkan pengkajian
thorax : palpasi
Thorax
Nyeri Tdk nyeri
0%
100%
Dari tabel 3.13. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mengalami nyeri
tekan pada dada yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
4. Abdomen
a. Inspeksi
Tabel 3.14. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
abdomen : inspeksi
Abdomen
Simetris Tdk simetris
0%
100%
49
Dari tabel 3.14. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai perut yang
simetris tanpa kelainan yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
b. Palpasi
Tabel 3.15. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
abdomen : palpasi
palpasi
tidak nyeri nyeri
0%
100%
Dari tabel 3.15. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mengalami nyeri
tekan pada perut yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
5. Ekstremitas
Tabel 3.16. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian ekstremitas
ekstremitas
normal pincang/ pelan alat bantu
0%
30% 33%
37%
50
Dari tabel 3.16. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil sasaran kelompok lanjut usia
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjalan dengan pincang/pelan
sebanyak 11 orang (36,7%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3.5 Pengkajian Alat Indra
1. Fungsi Penglihatan
Tabel 3.17. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi penglihatan
PENGLIHATAN
normal kabur sakit tidak bisa
3%
7%
37%
53%
Dari tabel 3.17. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mengalami penglihatan yang kabur yaitu
sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Fungsi Penciuman
Tabel 3.18. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi penciuman
penciuman
normal kurang
13%
87%
51
Dari tabel 3.18. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai fungsi
penciuman yang masih normal yaitu sebanyak 30 orang (87%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Fungsi Pengecapan
Tabel 3.19. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi pengecapan
pengecapan
baik kurang
10%
90%
Dari tabel 3.19. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai fungsi pengecapan
yang baik yaitu sebanyak 27 orang (90%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
4. Fungsi Pendengaran
Tabel 3.20. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi pendengaran
pendengaran
baik kurang
47%
53%
Dari tabel 3.20. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok lanjut usia
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai fungsi pendengaran yang
baik yaitu sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
52
5. Fungsi Kulit
a. Sensasi Nyeri
Tabel 3.21. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14
hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
fungsi kulit :Sensasi Nyeri
sensasi nyeri
normal abnornal
0%
100%
sensasi suhu
normal abnormal
0%
100%
53
c. Turgor
Tabel 3.23. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14
hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
fungsi kulit : turgor
turgor
< 2 detik > 2 detik
0%
100%
1. Status Mental
Tabel 3.24. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian psikososial : status
mental
STATUS MENTAL
baik cukup bingung sensitif halu depresi
7%
3%
7%
17%
53%
13%
Dari tabel 3.24. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai status mental yang baik yaitu
sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
54
2. Hubungan dengan Teman
Tabel 3.25. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian psikososial : hubungan
dengan teman
Dari tabel 3.25. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai hubungan yang kurang dengan
teman nya yaitu sebanyak 9 orang (30%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
Tabel 3.26. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian spiritual
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Baik Terganggu
43,3%
56,7%
Dari tabel 3.26. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar terganggu akan ibadah yaitu sebanyak 17
orang (56,7%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
55
3.8 Pengkajian Sanitasi
Tabel 3.27. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian sanitasi
sanitasi
baik kurang
40%
60%
Dari tabel 3.27. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar melakukan sanitasi dengan baik yaitu
sebanyak 18 orang (60%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
lingkungan
bersih kotor
43%
57%
Dari tabel 3.28. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai lingkungan yang bersih yaitu
sebanyak 17 orang (57%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
56
3.10 Aspek kognitif dengan MMSE
Tabel 3.29. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan aspek kognitif dengan MMSE
23,3%
43,4%
33,3%
Dari tabel 3.29. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai gangguan kognitif besar yaitu
sebanyak 13 orang (43,4%).
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa.
3.11 Tes keseimbangan TUG
Tabel 3.30. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kes keseimbangan dengan TUG.
33,3%
43,4%
23,3%
Dari tabel 3.30. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai resiko tinggi jatuh yaitu
sebanyak 13 orang (43,4%)
57
3.12 Kecemasan GDS
Tabel 3.31 Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
20%
80%
Ya Tidak
Dari tabel 3.31. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar memiliki kecemasan yaitu sebanyak 24 orang
(80%)
3.13 APGAR (Apgar kelompok dengan lansia)
Tabel 3.32 Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di UPT
23%
70%
Dari tabel 3.32 Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut usia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar memiliki fungsi baik yaitu sebanyak 21 orang
(70%)
58
BAB IV
PEMBAHASAN
59
- Kelompok lansia 2. Sebagian besar
mengatakan lupa kelompok lansia
dengan tempat saat ini mengalami gangguan
kognitif berat
presentase 43,3%
dengan jumlah 13
lansia (MMSE)
3. Dari hasil presentase
sebagian besar
kelompok lansia
menderita demensia
sebanyak 3,3%
dengan jumlah 1
lansia.
3 SOSIO - Kelompok lansia 1. Berdasarkan proporsi Hambatan
mengatakan jika ada lansia sebagian besar interaksi sosial
masalah selalu diam kelompok lansia
- Kelompok lansia berhubungan kurang
mengatakan jarang baik dengan teman
bercakap cakap dengan presentase
dengan orang lain 70% dengan jumlah
- Kelompok lansia 21 lansia
mengatakan jarang 2. Dari hasil presentase
berkumpul dengan kelompok lansia yang
teman temannya menderita isolasi
- Kelompok lansia sosial sebanyak 6,7%
mengatakan suka dengan jumlah pasien
menyendiri 2
60
4.2 Tahap Penapisan Masalah
SELEKSI (PENAPISAN)
MASALAH KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI UPT PSTW BLITAR
KRITERIA PENAPISAN
Tersediasumber
KemungkinanDi
SesuaiDenganPe
Interestkelopmo
ranPerawatgero
RelevanDengan
Kesehatan (He)
MASALAH
Potensi Untuk
ResikoTinggi
ResikoParah
Pendidikan
Program
KEPERAWATAN KELOMPOK JML
klansia
atasi
ntik
KHUSUS (LANSIA) SKOR
Fasilitas
Sumber
Tempat
Waktu
Dana
Daya
Kurangnya Pemeliharaan Kesehatan 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 47
Hambatan Memori 5 5 3 5 3 2 3 4 4 4 4 4 46
Hambatan Interaksi Sosial 5 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 44
Hambatan Religiositas 5 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 43
KETERANGAN :
1= SANGAT RENDAH
2 = RENDAH
3 = SEDANG
4 = TINGGI
5 = SANGAT TINGGI
61
4.3 PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH SKOR
1 KURANGNYA PEMELIHARAAN KESEHATAN 47
2 HAMBATAN MEMORI 46
4 HAMBATAN RELIGIOSITAS 43
Keterangan :
Semakin besar jumlah skor, maka semakin penting untuk diatasi lebih dulu (menjadi prioritas)
karena ketertarikan kelompok dan ketersediaan sumber daya lebih memungkinkan digunakan
dalam menyelesaikan masalah.
62
4.4 DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA) DI UPT PSTW
BLITAR
2. Hambatan Memori
4. Hambatan Religiositas
63
BAB 5
INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI UPT PSTW BLITAR
Diagnosis Hari/
No ASPEK Tujuan Rencana Kegiatan Tempat
Keperawatan Tanggal
1 Biologis/ fisik Kurangnya Setelah dilakukan - Gunakan strategi Sabtu, 27 Aula pstw
pemeliharaan kunjungan 2 x 20 menit komunikasi terapeutik november
kesehatan diharapkan klien mampu untuk mengetahui 2021
mengatsi nyeri pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
- Menggambarkan pasien terhadap nyeri
faktor penyebab - Berikan informasi mengenai
nyeri ( 3) nyeri seperti penyebab
- Mengenal kapan nyeri, berapa lama nyeri
nyeri terjadi (4) akan dirasakan dan
- Menggunakan antisipasi dari
tindakan ketidaknyamanan akibat
pengurangan nyeri prosedur
tanpa analgesik (3) - Ajarkan prinsip- prinsip
- Menggunakan manajemen nyeri
analgesik yang - Dorong pasien untuk
direkomendasikan memonitor nyeri dan
(3) menangani nyerinya dengan
tepat
*urutan penulisan aspek dan diagnosis keperawatan tergantung pada prioritas masalah
67
BAB 6
IMPLEMENTASIKEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI UPT PSTW BLITAR
2 PSIKOLOGIS Hambatan Memori Senin, 29 November Senam Otak 25 peserta Leader : Ika ayu
2021 Co-Leader : Zeisva,
Yunita
Obsever : nurjanah, tri
wahyu, nurul dwi
Dokumentasi : Hanifa
3 SOSIAL/ Hambatan Interaksi Rabu, 24 November Memotivasi tentang 23 peserta Leader : ika
EKONOMI Sosial 2021 cara bersosial di Co-leader : usfatun,
lingkungan panti ainun, bagas, tri wahyu
Observer : nurul dwi,
hanifah, elcy
Fasilitator : nurjanah,
susanti, desi
Dokumentasi : yuliatin
68
Selasa, 30 November Membuat kerajinan 15 Peserta Leader : amanda
2021 kemoceng dan manik - Co-Leader :
manik Fawaidatul, siska
Obsever : dita, novika,
roqi
Dokumentasi : Bagus
Dwi
4 SPIRITUAL Hambatan 25 November 2021/ Bimbingan Rohani Di 15 Orang Leader : Anita
Religiositas Mushola PSTW Blitar Mushola PSTW Blitar Dyahswardi, S. Kep
Co-leader :Yuliana
Eka S, S. Kep
Observer : Siska
Maura S, S. Kep
Fasilitator :
1. Fitri Hidayatul A, S.
Kep
2. Novika Ayu P, S.
Kep
3. Yusinta O, S. Kep
Dokumentasi : Moch.
Nur Huda, S. Kep
69
BAB 7
EVALUASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI UPT PSTW BLITAR
Dalamkegiatanpraktikkeperawatankelompok khusus (Lansia) ini sesuai dengan implementasi yang berhasildilaksanakan, makahal-hal yang
dapatdievaluasiberdasarkananalisis model SWOTTadalahsebagaiberikut :
No Diagnosa Keperawatan Tindakan Hari, Tanggal, dan Evaluasi Tindak Lanjut
Gerontik Tempat
1. Kurangnya pemeliharaan Terapi Relaksasi Nafas Dala Sabtu, 27 November Struktur : Peserta Melakukan Terapi
kesehatan 2021. Di aula UPT Relaksasi Nafas
penyuluhan kurang
PSTW BLITAR Dalam
lebih 25 Lansia,
Proses :
Pelaksanaannya pada
hari Sabtu, 27
November 2021 di
Aula UPT PSTW
BLITAR,
Hasil : Sebagian
pasien tidak ada yang
datang karena tidur
2. Kurangnya pemeliharaan Terapi Massage Senin, 29 November Struktur : Peserta Melakukan Terapi
kesehatan 2021. Di aula UPT Massage
penyuluhan kurang
PSTW BLITAR
lebih 25 Lansia,
Proses :
Pelaksanaannya pada
hari Sabtu, 27
70
November 2021 di
Aula UPT PSTW
BLITAR,
Hasil: Waktu
pelaksanaan TAK
hujan jadi pasien
malas untuk hadir
2 Hambatan Memori Senam Otak Senin, 29 November Struktur : Peserta Melakukan senam
2021. Di aula UPT otak
penyuluhan kurang
PSTW BLITAR
lebih 25 Lansia,
Proses :
Pelaksanaannya pada
hari Senin, 29
November 2021 di
Aula UPT PSTW
BLITAR
Hasil : sebagian
pasien tidak datang
karena ada yang tidur
3 Hambatan interaksi sosial Bimbingan sosial dan Rabu ,24 November Struktur : Peserta Melakukan
kerajinan manik – 2021,Di Aula UPT bimbingan sosial dan
penyuluhan kurang
manik,kemoceng PSTW BLITAR motivasi untuk
lebih 25 Lansia, interaksi sosial
Proses :
Pelaksanaannya pada
hari Rabu , 24
November 2021 di
Aula UPT PSTW
BLITAR
71
Hasil : sebagian
pasien tidak datang
karena ada yang tidur
4 Hambatan religiositas Bimbingan Rohani dan kamis, 25 November Struktur : Peserta Melakukan
mengajarkan kelompok lansia 2021,Di Aula UPT bimbingan rohani dan
penyuluhan kurang
berdzikir serta bersholawat PSTW BLITAR mengajarkan dzikir
lebih 25 Lansia, pada kelompok lansia
Proses :
Pelaksanaannya pada
hari kamis, 25
November 2021 di
Aula UPT PSTW
BLITAR
Hasil: Tidak semua
lansia hadir dalam
bimbingan rohani di
aula PSTW Blitar
karena jarak dari
kamar jauh.
72
BAB 8
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada kelompok khusus (Lansia) di Panti Sosial Tresna Werda
Blitar telah dilaksanakan oleh mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan/ Profesi Ners STIKES
Insan Cendekia Medika Jombang pada Departemen Keperawatan Gerontik, sesuai jadual yang
berlangsung mulai dari tanggal 22 NOVEMBER 2021 sampai dengan 4 DESEMBER 2021 yang
meliputiproses Pengkajian, Analisis data dan penapisan, Diagnosis, Intervensi, Implementasi dan
Evaluasi berjalan dengan lancar. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah telah terlaksana sebagai
berikut :
a. Terapi massage dan relaksasi nafas dalam yang dilakukan 2 kali pertemuan didapatkan hasil
rasa nyeri yang dialami oleh lansia berkurang
b. Senam otak dapat diterapkan dalam kehidapan sehari hari untuk meningkatkan konsentrasi
pada lansia
c. Membuat keterampilan untuk meningkatkan interaksi pada penderita isos
d. Berdzikir untuk meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri ketenangan hati
Semoga seluruh rangkaian kegiatan praktik keperawatan ini memberikan manfaat untuk Lansia,
keluarga dan pihak terkait yang ada di Panti/ Desa ........
8.2. Saran
a. PokjaBiologi/ fisik
Kegiatan terapi massage dan kompres hangat bisa terus di praktikan oleh pasien di PSTW
blitar
b. PokjaPsikologis
Kegiatakan senam otak terus diterapkan untuk meningkatkan konsentrasi pada lansia
c. PokjaSosial/ ekonomi
Kegiatan memotivasi dan mengadakan kegiatan yang melibatkan interaksi sosial bisa di
lanjutkan dengan rutin di UPT PSTW BLITAR
d. Pokja Spiritual
Berdzikir untuk meningkatkan keimanan dan mempersiapkan diri ketenangan hati
73
DAFTAR PUSTAKA
Afifka, 2012.Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut. Semarang: FK
UNDIP
Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arundati, D. Dkk. 2013.Pengaruh Senam Taichi dan Senam Biasa Terhadap Reduksi Nyeri
Ostheoarthritis Lutut Pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Gowa:
UNHAS
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Prevalensi Gout Arthritis.Https://docs.google.com.Diakses pada
tanggal 28 November 2021
Dinas Kesehatan Jombang, 2013. Profil Dinas Kesehatan Jombang
Dahlan, L. 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah.Surakarta: UNS
Fatkuriyah, L. 2013. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia di
Desa Sudimoro Sidoarjo. Surabaya
74
STRUKTUR ORGANISASI MAHASISWA
KETUA
Ika Ayu Trisna
Wardani,S.Kep
WAKIL KETUA
Bagas Try Waloyo,S.Kep
SEKERTARIS BENDAHARA
Nurul Rizki,S.Kep Nurjanah Fatimah
Tri Wahyu Utami,S.Kep Dewi,S.Kep
75
Lampiran
1. Tabel Hasil Tabulasi
Proporsi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
PERSENTASE
NO JENIS KELAMIN JUMLAH (%)
1 Laki - Laki 11 36,7%
2 Perempuan 19 63,3%
JUMLAH 30 100%
76
Proporsi Lansia Berdasarkan Masalah Kesehatan
PERSENTASE
NO MASALAH KESEHATAN JUMLAH (%)
1 Nyeri 13 43,4%
2 Demensia 1 3,3%
3 Isolasi Sosial 2 6,7%
4 Ansietas 1 3,3%
5 Gang. Mobilitas Fisik 2 6,7%
6 Konjungtivis 1 3,3%
7 Defisit Perawatan Diri 4 13,4%
8 Halusilasi 1 3,3%
9 Intoleransi Aktifitas 2 6,7%
10 Depresi 1 3,3%
11 Gang. Penglihatan 1 3,3%
12 Insomnia 1 3,3%
JUMLAH 15 100%
77
Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Kepala
PERSENTASE
NO KONDISI KEPALA JUMLAH (%)
1 Normal 21 70%
2 Gatal 3 10%
3 Gatal + Berminyak 2 6,6%
4 Pusing 4 13,4%
JUMLAH 30 100%
78
Proporsi Lansia Berdasarkan Ekstremitas
PERSENTASE
NO EKSTREMITAS JUMLAH (%)
1 Normal 10 33,3%
2 Pincang/Pelan 11 36,7%
3 Alat Bantu 9 30%
JUMLAH 30 100%
79
Proporsi Lansia Berdasarkan Pengecapan
PERSENTASE
NO PENGECAPAN JUMLAH (%)
1 Baik 27 90%
2 Kurang 3 10%
JUMLAH 30 100%
81
Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
3 melakukan ADL 10 33,3%
JUMLAH 30 100%
82
Lampiran TAK Terapi Massage
LAPORAN KEGIATAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK “TERAPI MASSAGE”
DI LINGKUNGAN UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BLITAR
Disusun oleh:
1. ABDULLAH NOOR A (216410001) 16. NURJANAH F. D. (216410037)
2. AINUN DYAH P (216410004) 17. NURUL DWI P (216410039)
3. AMANDA NOVITA I.N (216410005) 18. NURUL RIZKI (216410040)
4. ANITA DYAH S. (216410007) 19. NURUS SHOHEB (216410041)
5. BAGAS TRY W. (216410008) 20. SHOFIYULLAH A (216410046)
6. DESIYANTI W (216410010) 21. SISKA MAURA SARI (216410048)
7. DWI BAGUS (216410013) 22. TRI SUSANTI (216410050)
8. ELCI K.O (216410017) 23. TRI WAHYU U (216410051)
9. FAWAIDATUL K. K (216410019) 24. USFATUN K (216410052)
10. FITRI HIDAYATUL A. (216410020) 25. YULIANA EKA S (216410054)
11. HANIFA EKA O (216410022) 26. YULIATIN (216410055)
12. IKA AYU TRISNA W. (216410023) 27. YUNITA NUR AINI (216410056)
13. MELATI R (216410027) 28. YUSINTA (216410057)
14. MOCH. NUR HUDA (216410030) 29. ZEISVA A (216410059)
15. NOVIKA AYU P (216410034) 30. DITA PUTRI C (216410060)
83
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan terapi
massage ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga terapi massage ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan
agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan terapi massage, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Tim Penyusun
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami penurunan kemampuan
fisik, mental dan social secara bertahap sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi. Bagi kebanyakan orang masa tua itu masa yang kurang menyenangkan.
Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap lingkungan,
kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat dengan sexual dan tidak berguna bagi
masyarakat. Namun kenyataannya tidak semua usia lanjut yang mencapai kematangan,
kemantapan dan produktivitas mental dan material pada usia lanjut.
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut
usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri, rasa
keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari
bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien lanjut usia.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi massage : klien mampu mengurangi rasa nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi massage (pijat punggung, kepala, dan ekstremitas atas dan
bawah )selama 45 menit diharapkan klien dapat:
a. Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.
d. Mengubah perilaku.
e. Sebagai kegiatan yang menyenangkan.
C. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Mahasiswa
1
Dapat membagikan ilmu kepada lansia dalam mengatasi nyeri dan meningkatkan kualitas
tidur.
2. Bagi Lansia
a. Lansia memahami bagaimana cara untukmengatasi nyeri dan meningkatkan kualitas
tidurnya
b. Tercapainya pembelajaran dan pemahaman untuk lansia
c. Lansia dapat mengaplikasikan sesuai dengan kegiatan yang pernah diberikan
Mahasiswa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
yang homogen) dan tidak memiliki petunjuk arah. Adanya petunjuk arah pada
area koridor dapat mempermudah lansia untuk menuju suatu tempat. Jika lansia
sering tersesat maka mereka akan berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
3. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat mendasar
untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah Kendal untuk
memperoleh yang menggunakan sarana, prsarana, dan fasilitas bagi lansia untuk
memperlancar immobilitas lansia.adanya handrail pada koridor dan area yang lain
dapat membantu lansia dalam berjalan dan beraktifitas mereka dapat melakukan
segala hal tanpa bantuan. Sedangkan ramp dapat mempermudah aksesibilitas bagi
para lansia yang menggunakan kursi roda.
4. Adaptabilitas yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diri,
lingkungan harus dirancang dengan sesuai dengan pemakainya, termasuk dengan
menggunakan kursi roda maupun tongkat penyangga.kamar mandi dan dapur
merupakan ruangan dimana aktifias banyak dilakukan dan keamanan harus
menjadi petimbangan utama.
b. Aspek Psikologis
1. Privasi yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang atau tempat
mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan dari orang lain sehingga bebas
dari gangguan tidak dikenal.
2. Interaksi social yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi dan bertukar pikiran
dengan lingkungan sekeliling (social). Salah satu alas an penting untuk melakukan
pengelempokkan berdasarkan unsure lansia di panti werdha adalah untuk
mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi dan
meningkatkan pertemanan. Interaksi social mengurangi terjadinya depresi pada
lansia dengan memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman
hidup dan kehidupan sehari-hari mereka.
3. Kemandirian yaitu kesempatan yang diberikan untuk melakukan aktifitas sendiri
tanpa tau sedikit bantuan dari tenaga kerja panti werdha. Kemandirian dapat
menimbulkan kepuasan tersendii pada lansia karena lansia dapat melakukan
aktifitas-aktifitas yang dilakukannya sehari-hari tanpa bergantung dengan orang
lain.
4
4. Dorongan atau tantangan yaitu member lingkungan yang merangsang rasa aman
tapi menantang. Lingkungan yang mendorong lansia untuk beraktifitas dipadat
dari warna keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.
5. Aspek panca indra, kemudian fisilk dalam hal penglihatan, pendengaran,
penciuman yang harus dihitungkanm dalam lingkungan indra penciuman, peraba,
penglihatan, pendengaran, dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan
bertambah tuanya seseorang.
6. Ketidakasingan atau keakrapan, lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak
langsung memberikan perasaan akrap pada lansia terhadap lingkungannnya tinggal
dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang membingungkan
untuk sebagian lansia menciptakan keakrapan dengan para lansia melalui
lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan yang ada.
7. Estetik atau penampilannya yaitu suatu rancangan yang tampak menarik
keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan suatu pesan simbolik atau
persepsi tertentu pada pengunjung, teman, dan keluarga tentang kehidupan dan
kondisi lansia sehari-hari
8. Personalisasi yaitu menciptakan kesempatan untuk menciptakan lingkungan yang
pribadi dan menandai sebagai “memiliki” seseorang individu.
3. Visi Dan Misi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
a. Visi
Visi dari panti werdha hunian vertical tersebut adalah lanjut usia yang bahgia sejahtera
dan berguna.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas lanjut usia yang meliputi :
a. Kesehatan fisik, social, spiritual dan psikologi
b. Pengetahuan, keterampilan dan rekreasi
c. Jaminan social dan jaminan kehidupan
d. Jaminan perlindungan hokum
2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan pada lanjut usia
4. Tujuan Perencanaan dan pembangunan panti Werdha adalah sebagai berikut:
a. Membantu keluarga yang memiliki lansia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keperawatan lansia.
5
b. Membantu lansia hidup sendiri tanpa anggota dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
perawatan diri sendiri
c. Menyediakan hunian khusus untuk lansia agar dapat membahagiakan dan
mensejahterakan kehidupan lansia.
d. Melakukan pelayanan kebutuhan lansia dirumah atau diluar panti dalam hal kebutuhan
dasar dan layanan kegiatan sehari-hari.
B. Konsep Lansia
1. Lansia (Lanjut Usia)
a. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan
lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia
permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
b. Fisiologis Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah.
Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk
hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti
penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi
penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada berbagai factor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,
status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
c. Batasan Lansia
6
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/biologis
menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59,
lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun,
dan usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian umur berdasarkan
pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah
berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan
menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18 atau 29 – 25 tahun, usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric
age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75 tahun (young
old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat
dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-Undang
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas.
d. Teori – teori proses menua
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan
kematian. Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a. Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab
dalam diri sendiri.
b. Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
c. Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
1. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terterapi modalitas : terapi
okupasisecara genetic untuk species – species tertentu. Tiap species
7
mempunyai didalam nuklei (inti selnya )suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis
dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep
ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini
didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada
beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatic.
sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek
umur sebaliknya menghindarinya dapat mempperpanjang umur.menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai
salah satu hipotesis yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis error catastrope.
3. Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
4. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan – bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
5. Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah teori
pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan bahwa
dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan
diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga sering
terjadi kehilangan ganda yaitu :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak fisik
3. berkurangnya komitmen
8
6. Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, ( 1992 ) bahwa setiap individu harus memperhatikan
tugas perkembangan yang spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan
memberikan perasaan bahagia dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik
ini tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural masyarakat dan nilai
serta aspirasi individu. Tugas perkembangan pada dewasa tua meliputi
penerimaan adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, penerimaan masa
pensiun dan penurunan income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya
dan orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan hubungan
dengan group yang seusianya, adopsi dan adaptasi deengan peran sosial secara
fleksibel dan mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).
1) Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastic
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis
dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut :
Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
9
d. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian
dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan
kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan
ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap,
tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan
ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata :
1. Kehilangan gigi,
2. Indra pengecap menurun,
3. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
10
4. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorpsi oleh ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi
dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.
3) Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
11
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
B. SUSUNAN ACARA
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
PENYAJI PESERTA
12
massage ( pijat
punggug
)untuk
mengurangi
nyeri dan
meningkatkan
kualitas tidur
lansia.
C. SUSUNAN PANITIA
1. Leader : Ika Ayu Trisna Wardani
1.
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memimpin kegiatan.
c. Memotivasi peserta.
d. Menjelaskan tujuan terapi massage
e. Menjelaskan langkah-langkah terapi massage
f. Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi massage
g. Menutup acara
2. Co-Leader : Usfatun Khasanah
Tugas :
a. Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya.
b. Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif.
3. Fasilitator : Ainun Dyah Pitaloka, Tri Wahyu, Elcy O, Bagas Tri Waluyo, Yunita Nur
Aini, Abdullah Nor Abadi, Tri Susanti
a. Mempertahankan keikutsertaan klien
b. Memfasilitasi dan memotivasi klien untuk ikut berpartisipasi dalam jalannya
kegiatan massage
4. Observer : Hanifa Eka Oktavia, Nurjannah Fatimah Dewi
Tugas :
a. Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non verbal, kejadian penting
selama terapi massage
13
b. Mengidentifikasi issue penting selama terapi massage
c. Memberikan umpan balik selama proses kegiatan dari mulai persiapan sampai
selesai.
D. SASARAN KEGIATAN
Semua klien perempuan dan laki - laki yang dapat melakukan aktivitas secara mandiri
(Daftar hadir peserta terlampir)
E. METODE KEGIATAN
Dinamika kelompok.
F. SETTING TEMPAT
OB
SE
L FAS CO- RV
E ILIT
A
LEADER ER
AT
D
E
OR
LANS R
IA
LANS
IA MEJA LANS
IA
LANS
LANS
IA
IA
LANS LANS LANS
IA IA IA
14
H. ANGGARAN DANA
Pemasukan:
( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) Rp.50.000,-
Pengeluaran :
Konsumsi :
Roti 14 x 1.000 Rp. 14.000,-
Aqua gelas 1 dus Rp. 18.000,-
Rp. 32.000,-
Total : ( Dua puluh enam ribu lima ratus rupiah) Rp. 32.000,-
1. Nb: Alat-alat seperti handscone, Balsem atau GPU, Cream Cusson baby
menggunakan milik kelompok dan panti
I. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
Peserta kurang banyak yang mengikuti terapi massage
Ada 1 panitia yang tidak hadir dikarenakan ada kepentingan
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias mengikuti terapi massage
1 peserta yang hanya melihat saja
Semua peserta mencoba terapi massage ( pijat punggung)
3. Evaluasi Hasil
Peserta bisa melakukan terapi massage
Peserta mau mengaplikasikannya di kemudian hari jika merasa nyeri dan
susah tidur
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagian besar lansia mau melakukan kegiatan terapi masaage untuk mengatasi nyeri
dan meningkatkan kualita tidur. Para lansia juga antusias mengikuti dan mau
mengaplikasikanya jika merasa nyeri dan susah tidur.
B. SARAN
Semoga lansia bisa mengaplikasikan terapi massage ini dan menigkatkan kemampuan
kognitif,afektif dan juga lebih ditingkatkan pelayanan kesehatan pada lansia dengan
ditambahkannya tenaga kesehatan.
Dan Semoga laporan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.
16
Lampiran Dokumentasi