Anda di halaman 1dari 89

ASKEP KELOMPOK KEPERAWATAN GERONTIK DI UPT PSTW

BLITAR

Di susun oleh:
1. AINUN DYAH P. 16. SHOFIYULLAH ARROQI
2. AMANDA NOVITA I.N. 17. SISKA MAURA SARI
3. ANITA DYAH S. 18. TRI SUSANTI
4. BAGAS TRY W. 19. TRI WAHYU U
5. DITA PUTRI C. 20. USFATUN KHASANAH
6. FAWAIDATUL K. K 21. YULIANA EKA S
7. FITRI HIDAYATUL A. 22. YUNITA NUR AINI
8. HANIFA EKA O 23. ZEISVA A
9. IKA AYU TRISNA W. 24. YULIATIN
10. MOCH. NUR HUDA 25. DESIYANTI W
11. NOVIKA AYU P 26. ELCI K.O
12. NURJANAH FATIMAH D 27. YUSINTA O
13. NURUL DWI P 28. MELATI R
14. NURUL RIZKI 29. DWI BAGUS
15. NURUS SHOHEB 30. ABDULLAH N.A

PROGRAMSTUDI PROFESI NERS


SEKOLAHTINGGIILMU KESEHATAN
INSANCENDEKIAMEDIKA
JOMBANG
2021/2022

i
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DI
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA BLITAR

OLEH :
MAHASISWA STIKES ICME JOMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
TANGGAL 22 NOVEMBER 2021 s/d 4 DESEMBER 2021

STIKES ICMEJOMBANG
JLN KEMUNING NO. 57A, CANDIMULYO
JOMBANG

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KELOMPOK
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS


PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
BLITAR

DISUSUN SEBAGAI LAPORAN KELOMPOK


PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK
DIUPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA BLITAR
TANGGAL : 22 NOVEMBER 2021 s/d 4 DESEMBER 2021

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan,


Kepala Seksi Bimbngan Sosial

Agustina Maunaturrahmah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Dwi Rahayu, Amd.Keb, S.Sos


NIP. NIP.

Mengetahui :

KEPALA
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR

Farida
NIP. 19710122 199101 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK di UPT PSTW BLITAR
Ucapan terimakasih kepada kami haturkan kepada pembimbing yang membimbing
kami dalam mengerjakan laporan asuhan keperawatan gerontik ini dengan baik dan kepada
semua yang mendukung dalam pembentukan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun.

BLITAR, 22 NOVEMBER
2021

Tim Penulis.

iv
KELOMPOK :

NO NAMA MAHASISWA NIM


1 AINUN DYAH P. 216420004
2 AMANDA NOVITA I.N. 216410005
3 ANITA DYAH S. 216410007
4 BAGAS TRY W. 216410008
5 DITA PUTRI C. 216410060
6 FAWAIDATUL K. K 216410019
7 FITRI HIDAYATUL A. 216410020
8 HANIFA EKA O 216410022
9 IKA AYU TRISNA W. 216410023
10 MOCH. NUR HUDA 216410030
11 NOVIKA AYU P 216410034
12 NURJANAH FATIMAH D 216410037
13 NURUL DWI P 216410038
14 NURUL RIZKI 216410040
15 NURUS SHOHEB 216410041
16 SHOFIYULLAH ARROQI 216410046
17 SISKA MAURA SARI 216410048
18 TRI SUSANTI 216410050
19 TRI WAHYU U 216410051
20 USFATUN KHASANAH 216410052
21 YULIANA EKA S 216410054
22 YUNITA NUR AINI 216410056
23 ZEISVA A 216410059
24 YULIATIN 216410055
25 DESIYANTI W 216410010
26 ELCI K.O 216410017
27 YUSINTA O 216410057
28 MELATI R 216410027
29 DWI BAGUS 216410013
30 ABDULLAH N.A 216410001

DAFTAR ISI

v
ISI HALAMA
N
Halaman judul i
………………………………………………………......... ii
Halaman Pengesahan………………………………………………....... iii
Nama Kelompok……………………………………………………......... iv
Kata Pengantar………………………………………………………....... vi
Daftar Isi……………………………………………………………...........

BAB I PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang……………………………………………........ 3
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan
umum…………………………………………. 4
2 Manfaat Kegiatan……………………………………………... 10
21
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep UPT PSTW………………………………………........
B. Konsep Lansia……………………………………………........ 25
C. Konsep nyeri sendi…………………………………………….. 27
29
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 30
A. Identitas……………………………………………………… 34
… 38
B. Riwayat Kesehatan………………………………………........ 38
C. Status fisiologi…………………………………………………. 40
D. Pengkajian head to toe……………………………………….. 40
E. Pengkajian alat indra………………………............................ 41
F. Cara berjalan…………………………………………………... 41
G. Pengkajian psikososial………………………………………..
H. Pengkajian spiritual……………………………………………
I. Pengkajian sanitasi………………………………………........
J. Pengkajian lingkungan……………………………………….. 43
K. Pengkajian fasilitas………………………………………........ 44
44
BAB IV PEMBAHASAN 46
A. Analisa data…………………………………………………… 47
B. Daftar diagnosa keperawatan………………………………..
C. Rencana asuhan keperawatan……………………………...
D. Tahap pelaksanaan………………………………………….. 49
E. Tahap evaluasi……………………………………………….. 50

BAB V PENUTUP 52
A. Kesimpulan……………………………………………………
B. Saran………………………………………………………......

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………......

LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah


mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adaya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
dibidang medis atau ilmu kedokteran.sehingga dapat meningkatkan kualitas umur
harapan hidup bangsa indonesia.
Dengan meningkatya populasi lanjut usia akan menyebabkan konsekuensi
berupa besarnya biaya kesehatan, karena sifat penyakitnya adalah degenaratif, kronis
dengan multiple patologi sehinga memerlukan biaya penanganan yang mahal. Adat
budaya bangsa indonesia dalam kehidupan lanjut usia adalah figure yang dihormati
dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup
serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakanpada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang
1.000 (seribu) orang perhari.pada tahun 1985 diperkirakan 50% dari pendududk ,
berusia diatas 50 tahun, sehingga istilah “baby boom” pada masa lalu berganti menjadi
ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih dari 55
tahun) di indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10% dari total
penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 29,12
juta atau 11% . peningkatan tersebut berkaitan dengan meningkatnya umur harapan
hidup dari 65-70 tahun pada 2000 menjadi 70-75 pada tahun 2020.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
1. Pelayanan kesehatan efektif
2. Angka kematian bayi menurun
3. Adanya perbaikan gizi dan sanitasi serta
4. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi
Berbagia masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur
harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan
terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri
Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan
pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik
dalam keadaan sehat maupun sakit dalam tingkat individu maupun kelompok
fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan meningkatkan fungsi fisik dan mental. UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Jombang, merupakan salah satu sasaran pelayanan
keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu maupun kelompok.
Berkaitan dengan kondisi di atas, kami mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikes
ICME Jombang, ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiwa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien lanjut usia secara
komprehensif dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar.
1.2.1 Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada klien
lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan panti, baik, yang bersifat aktual,
potensial dan resiko
c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada lanjut usia yang tinggal di UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar
d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang dibuat
e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang
dilakukan

1.3 MANFAAT KEGIATAN


1.3.1 Bagi mahasiswa
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari kampus
1.3.2 Bagi lansia
a. Lansia dapat mengenal dan mengerti masalah kesehatan
b. Tercapainya pembelajaran dan pemahaman untuk lansia
1.3.3 Bagi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang tinggal di
panti
b. Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi panti, serta
alternatif pelayanan
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
a. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di
lingkungan panti
b. Menjadi tolak ukur untuk praktik gerontik selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori proses menua


A. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006).Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun
adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan
proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh.
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
B. Batasan Lansia

WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis


menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
C. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan
masalah kesehatan lansia adalah:
a. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita.Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah
kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan perempuan.Misalnya lansia
laki-laki sibuk dengan hipertropi prostat, maka perempuan mungkin menghadapi
osteoporosis.
b. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
c. Living arrangement:
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri, anak atau
kekuarga lainnya.
d. Kondisi kesehatan
1) Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain
dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.
2)Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak
produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
e. Keadaan ekonomi
1).Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain
kalau masih bisa aktif.
2).Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari
anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.
3).Kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,
sehinga cukup beralasan untuk melakukann berbagai perubahan besar dalam
kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
D. Teori-Teori Proses Menua
1. Teori Biologis
a) Teori Genetik
Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan bahwa
di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram
secara genetik untuk spesies tertentu.Secara teoritis, memperpanjang umur
mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa waktu dengan pengaruh dari luar,
misalnya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan pemberian
obat-obatan atau tindakan tertentu.
Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein
atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
b) Teori Non Genetik
i. Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (Auto-immune theory)
Ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem
immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit–T,
disamping perubahan juga terjadi pada Limposit-B. Perubahan yang
terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi
faktor predisposisi pada orang tua untuk:
 Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembangan kanker.
 Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan
secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen
 Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada semakin
meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan
autoimmune.
ii. Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh dan hal
itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal
bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk mitokondria, yang
akhirnya mampu menyebabkan cepatnya kematian (apoptosis) sel,
menghambat proses reproduksi sel.
iii. Teori Menua Akibat Metabolisme
Setiap makhluk hidup mempunyai ketersediaan kemampuan yang
sudah ditentukan sesuai dengan kapasitas energi yang digunakan untuk
selama menempuh kehidupannya. Energi yang digunakan terlalu banyak
dimasa awal kehidupannya akan habis sebelum usia optimalnya, atau
mempunyai usia yang relative lebih pendek dari pada yang menggunakan
energi secara optimal sepanjang usia kehidupannya. Individu mempunyai
lama usia yang optimal jika energi yang digunakan merata sepanjang
hidupnya, tidak terlalu berlebih digunakan, diimbangi dengan istirahat
serta asupan energi yang cukup.
iv. Teori Rantai Silang (Cross link theory)
Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan dalam
kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara normal, struktur
molekular dari sel berikatan secara bersama-sama membentuk reaksi
kimia, termasuk didalamnya adalah kolagen yang merupakan rantai
molekul yang relatif panjang yang dihasilkan oleh fibroblast.
Terbentuknya jaringan baru, maka jaringan tersebut akan bersinggungan
dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil
akhir dapi proses ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen
dan penurunan kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang
produk-produk sisa metabolisme dari sel.
v. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas teori
oksidasi stress. Dalam teori ini dijelaskan terjadi kelebihan usaha dengan
stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
2. Teori Sosiologis
a) Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.Mauss
(1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi
sosial didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar
lain Simmons (1945) mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar.
b) Teori Aktivitas atau Kegiatan
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana
lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan mempertahankan
aktivitas tersebut selama mungkin.Pokok-pokok teori aktivitas adalah:
 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
c) Teori Kesinambungan (Continuity theory)
Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia Gaya hidup perilaku dan harapan seorang ternyata
tak berubah walaupun ia menjadi lansia. Pokok-pokok dari continuity theory
adalah:
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara adaptasi.
d) Teori Pembebasan atau penarikan diri
Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seseorang
lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia menarik diri,
keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun baik secara
kualitas maupun secara kuantitas.
e) Teori Perkembangan (Development theory)
Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna mengerti perubahan
emosi dan sosial seseorang selama fase kehidupannya. Pokok-pokok dalam
development theory adalah:
 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya.
 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial
yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
 Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir dalam
keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat pensiun,
ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-temannya.
f) Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis
yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan kapasitas peran,
kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model
stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori
ini adalah :
 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.
3. Teori Psikologis
a) Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow, 1954).
b) Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang mengembangkan teori
bahwa perkembangan personal individu dilalui melalui tahapan-tahapan: masa
kanak-kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua.
Kepribadian personal ditentukan oleh adanya ego yang dimiliki,
ketidaksadaran personal dan ketidaksadaran kolektif. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan perkembangan kehidupan, pada masa
usia petengahan maka seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan
dengan mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan.
Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat
mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara psikologis.
c) Teori Proses Kehidupan Manusia
Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang menggambarkan
perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian ektensif dengan
menggunakan biografi dan melalui wawancara. Mengidentifikasi dan
mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase proses
perkembangan. Pemenuhan kebutuhan diri sendiri merupakan kunci
perkembangan yang sehat dan itu membahagiakan, dengan kata lain orang
yang tidak dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara.
d) Teori Tugas Perkembangan
Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada masa tua
antara lain adalah :
 Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
e) Terori Delapan Tingkat Kehidupan
Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat adanya
kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap kehidupan
tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap perubahan
psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa pada usia tua,
tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnyaambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun
sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat.Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera
pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis
dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang
ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria
sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran
prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang
vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi
berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi
sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam
telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. Kenangan jangkapendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan
peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
sempit.
2.2 Tumbuh Kembang Pada Lansia
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides,
1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik
dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan
mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
1. Perubahan Fisik Lansia
a. Sel
Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.
b. Sistem syaraf
Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat
dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya
saraf panca indera, dan kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini akibat
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot
2. Perubahan Psikologis Lansia
a Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau
kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat
menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
b Penurunan fungsi dan potensi seksual pasangan hidup telah meninggal,
disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa
lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.
c Perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan pensiun sering diartikan sebagai
kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga
diri.
d Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat berkurangnya fungsi
indera, peran dimasyarakatpun akan berubah.
3. Perubahan Ekonomi Lansia
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Penghasilan akan
berkurang, sehingga perlu menyesuaikan perubahan ekonomi.
4. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Havighust
 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik
 Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan
berkurangnya penghasilan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan mencari
kelompok seusia
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

A. Konsep Nyeri Sendi


1. Pengertian

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu.Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
individu (Potter, P. 2005) Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai
dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan
gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang
terserang (Handono, 2013).Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari sistem
musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu
otot, ligamen, tendo dan bursa. Sejumlah penelitian menunjukkan penyebab nyeri yang
sering terjadi pada lansia, mulai dari yang paling sering terjadi, yaitu fibromyalgia,
gout, neuropati (diabetik, postherpetik), osteoartritis, osteoporosis dan fraktur, serta
polimialgia rematik (Rachmawati, 2006).
2. Gejala

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering menyebabkan
seseorang mencari pertolongan medis.Gejala yang sering lainnya mencakup
pembengkakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan dan perasaan
mudah lelah.Ketebatasan fungsi sendi dapat terjadi, sekalipun dalam stadium penyakit
yang dinisebelum terjadi perubahan tulang dan dan ketika terdapat reaksi
inflamasiyang akut pada sendi-sendi tersebut.Persendian yang teraba panas,
membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan, dan pasien cenderung menjaga atau
melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi.Imobilisasi yang lama dapat
menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.Deformitas dapat
disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi yang terjadi akibat pembengkakan, destruksi
sendi yang progresif atau subluksasio yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser
terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi. (Smeltzer, 2002)
3. Solusi

Pengobatan radang sendi yang diberikan oleh dokter bergantung kepada jenis dan
tingkat keparahannya. Selain untuk meringankan gejala, pengobatan radang sendi
juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi sendi-sendi.

Untuk mengurangi rasa sakit, biasanya digunakan obat antiinflamasi nonsteroid


atau OAINS (misalnya meloxicam atau diclofenac), analgesik (misalnya paracetamol
atau tramadol), serta mengoleskan krim atau salep yang mengandung capsaicin atau
mentol sesuai dengan dosis dan aturan pakai dari dokter.

Untuk mengatasi kasus radang sendi akibat autoimun dokter dapat meresepkan
kelompok obat disease-modifying antirheumaticdrugs (DMARDs), misalnya
hydroxychlorquine atau methotrexate. Bersamaan dengan pemberian DMARDs,
infliximab atau etanercept (golongan biologic response modifiers) juga dapat
diberikan. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan golongan
kortikosteroid, seperti prednison.

Selain dengan obat-obatan, fisioterapi juga direkomendasikan oleh dokter dengan


tujuan memperkuat otot-otot di sekitar sendi dan meningkatkan kemampuan gerak
tubuh. Mengurangi berat badan, olahraga teratur (terutama olahraga di dalam air),
kompres hangat atau dingin pada sendi, serta menggunakan tongkat juga diperlukan
untuk mengurangi gejala radang sendi.

Apabila gejala radang sendi sudah sangat parah dan tidak bisa diatasi lagi, baik
oleh obat atau pun fisioterapi, maka dokter akan merekomendasikan operasi.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan adalah prosedur penyatuan sendi atau
arthodesis, prosedur pemotongan tulang untuk memperbaiki garis normal tubuh
(osteotomy), serta prosedur penggantian sendi atau artroplasti.

4. Patofisiologi

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologi berikut:
a. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik, menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri.Pemaparan terhadap panas atau dingin tekanan friksi dan
zatzat kimia menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, 9 bradikinin
dan kalium yang brgabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor.Impuls saraf
yang dihasilkan stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut saraf perifer
aferen.Dua tipe saraf perifer mengonduksi stimulus nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medula spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari
talamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak., termasuk
korteks sensori dan korteks asosiasi. Pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan
kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam
mempersepsikan nyeri.
c. Reaksi
1) Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak dan
talamus sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres.Neri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial
menimbulkan reaksi “flight atau fight) yang merupakan sindrom adaptasi
umum.
2) Respon perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, yang
apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya,
dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara bermakna.Antisipasi
terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan
upaya untuk menghilangkannya.Dengan intruksi dan dukungan yang
adekuat, klien belajar untuk memahami nyeri dan mengontrol ansietas
sebelum nyeri terjadi.Perawat berperan penting dalam membantu klien
selama fase antisipatori.Penjelasan yang benar membantu klien memahami
dan mengontrol ansietas yang mereka alami.Nyeri mengancam kesejahteraan
fisik dan fisiologis. Klien mungkin memilih untuk tidak mengekspresika
nyeri apabila mereka yakin bahwa ekspresi tersebut akan membuat orang
lain merasa tidak nyaman atau hal itu akan merupakan tanda bahwa mereka
kehilangan kontrol diri. Klien yang memiliki toleransi tinggi terhadap nyeri
mampu menahan nyeri tanpa bantuan.Pada sendi sinovial yang normal,
kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan
permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang
antara-tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara
bebas dalam arah yang tepat.Sendi merupakan bagian tubuh yang sering
terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri
sendi.Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas
pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit
reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa
terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami
pembengkakan. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan
proses primer dan degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi
merupakan akibat dari respon imun. Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi
degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder, pembengkakan ini
biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih
besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut.
Pembengkakan dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang
rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati
faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.Nyeri yang dirasakan bersifat
persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan
keluhan mudah lelah karena memerlukan energi fisik dan emosional yang
ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut. (Smeltzer, 2002).
5. Perawatan Diri
a. Coba menggunakan herbal alami pereda nyeri sekaligus penyembuh nyeri sendi
sampai tuntas, seperti Triflex Capsule Green World.
b. Hindari menggunakan sendi Anda dengan cara yang menyebabkan atau
memperburuk rasa sakit.
c. Terapkan kompres es untuk sendi yang menyakitkan Anda selama 15 sampai 20
menit beberapa kali setiap hari.
6. Pencegahan Nyeri
a. Berolahraga secara teratur untuk menjaga otot-otot yang kuat
b. Menjaga postur tubuh yang baik
c. Gunakan teknik yang tepat untuk membungkuk, mengangkat, atau bermain
olahraga.

2.3 Teori askep kelompok lansia

2.4 Konsep panti

Latar Belakang Pendirian Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jombang ( UPT PSLU BLITAR )
Ada 55 lansia yang sedang di rawat di Panti Sosial Tresno Werdho Wlingi . Dari 55
Lansia Tersebut Ada Sebagian Berasal Dari Blitar, Malang, Kediri,  Nganjuk dan daerah
Lain.
Dalam masa wabah corona ini, pihak panti lebih selektif dan memperketat
pemeriksaan kesehatan keluarga yang berkunjung . Hal ii bertujuan untuk mengurangi
penyebaran dan penularan virus  corona terhadap lansia. Terlebih lansia sendiri termasuk
dalam kategori yang sangat rentan dari virus corona ini.

1. Visi dan Misi


Visi
“KOTA BLITAR KEREN, UNGGUL, MAKMUR DAN BERMARTABAT”
Misi
1. Mewujudkan Tata Kehidupan yang Religius, Nasionalis, Setara Gender dan
Berkepribadian dalam Kebudayaan
2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Keren, Berdaya Saing, Sehat Jasmani-
Rohani, Cerdas dan Berkarakter
3.Mewujudkan Berdikari secara ekonomi yang Berorientasi pada Ekonomi Kreatif,
Pariwisata dan Perdagangan Berbasis Digital
4. Mewujudkan Tata Ruang yang Berwawasan Lingkungan Hidup dan Berkeadilan
5. Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih Berbasis Teknologi
Informasi
a. Tujuan Prinsip dan Fungsi Pelayanan
Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia adalah terpenuhinya
kebutuhan hidup bagi lanjut usia terlantar, seperti kebutuhan jasmani, rohani dan
sosial dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi rasa
ketentraman lahir dan batin.

2. Tugas Pokok dan Fungsi


UPT Pelanyanan Sosial Lanjut Usia Blitar mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dalam pelayanan lanjut usia
terlantar. Untuk melaksanakan tugas tersebut UPT PSLU Blitar mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan Program Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT)
2. Pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, penyelenggaraan
kegiatan pelayanan sosial, bimbingan dan pembinaan lanjut
3. Penyelengaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbimgan sosial lanjut usia
4. Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan UPT
5. Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi/ lembaga lain/ perorangan/ dalam
rangka pengembangan program UPT
6. Pengembangan metode pelayanan kesejahteraan sosial dalam pelayanan sosial
lanjut usia
7. Penyelengaraan penyebarluasan informasi tentang pelayanan kesejahteraan sosial
8. Penyelenggaraan konsultasi bagi keuarga atau masyarakat yang menyelenggarakan
usaha kesejahteraan sosial.
9. Pelaksanaan tugas-tugas ketatausahaan
10. Pelaksanaan pelayanan masyarakat
11. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang iberikan oleh kepala dinas

3. Prosedur pelayanan dalam panti


Tahap Assesment Perencanaan
pendekatan (penelaahan & program pelayanan
awal pengungkapan
masalah)

Pelaksanaan pelayanan
Tahap pasca 1.Pemenuhan kebutuhan
pelayanan : fisik
2..Bimbingan Sosial
1.Evaluasi 3.Bimbingan psikososial
2.Terminasi & 4.Bimbingan Mental
Rujukan Spiritual&kerohanian
3. Pembinaan lanjut 5.Bimbingan Ketrampilan
7.Bimbingan
Rekreasi&Hiburan

4. Bagan Susunan Organisasi


KEPALA UPT

FIRDAUS SULISTIJAWAN, S.SOS, M.PS.SP.

KEPALA SUB BAGIAN TATA


USAHA

Dra.IDE KARJANTI,MSI

KASIE PELAYANAN SOSIAL KASIE BIMBINGAN SOSIAL


DALIMAN,S.Sos.MSi Dra.ENNYZAR UMI ARIANI, M.Si

5. Sumber daya
a. Sumber daya manusia
Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna
WerdhaBlitar merupakan pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan sosial lanjut usia terlantar. Pegawai Unit Pelaksana Teknis Sosial
Tresna WerdhaBlitar sebanyak 19orang.

b. Sarana dan prasarana


No Nama bangunan Jumlah Luas area/ m2
1 Tanah PSTW Blitar 1 3.589
2 Asrama/ wisma
1. Wisma Bougenvil 1
2. Wisma Anggrek 1
3. Wisma Kamboja 1
4. Wisma Nusa indah 1
5. Wisma Aglonema 1
6. Wisma Flamboyan 1
3 Gedung mushola 1
4 Dapur 1
5 Kamar mandi, WC 6
6 Gedung aula 1
7 Gudang 1
8 Garasi 1
9 Ruang medis 1
10 Tanah makam 1 496
11 Prasarana lain:
1. Mobil ambulance 1

c. Status
Nama panti yaitu unit pelaksana teknis pelayanan sosial lanjut usia
tresna werdha Blitar, beralamat di. Status hak guna milik pemerintah provinsi
Jawa Timur

8. Proses Pelaksanaan Pelayanan


a. Tahap pendekatan awal
1) Sosialisasi
Menyampaikan informasi tentang program pelayanan soaial dalam
panti agar terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam pelayanan
Lanjut Usia.
2) Identifikasi dan seleksi
Proses menginventarisasi, memilih dan menetapkan calon klien
3) Penerimaan dan regristrasi
Penerimaan calon klien dari pihak keluarga, atau pihak-pihak lain
kepada panti
b. Tahap pengungkapan dan Pemahaman Masalah
Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan permasalahan
klien serta situasi dan kondisi objektif dari keuarga dan lingkungan sosialnya
untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana pelayanan yang akan
diberikan kepada lanjut usia
c. Tahap Perencanaan Program Pelayanan
Merupakan proses penelaah dan penyusunan rencana program
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien.
d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan
1. Pemenuhan kebutuhan fisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakian,
tempat tinggal sehari-hari.
2. Bimbingan sosial
Proses pelayanan yang ditujukan lanjut usia agar mampu
mengembangkan relasi soaial yang positif dan menjalanjan peran
sosialnya dalam panti dan sosial masyarakat.
3. Bimbingan fisik dan kesehatan
Proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau meningkatkan kondisi
fisik dan kesehatan lansia.
4. Bimbingan psikososial
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial
psikologis, seperti adanya perasaan aman, nyaman, tentram dan
damai.
5. Bimbingan mental siritual da kerohanian
Upaya yang dilaksanaka untuk memelihara dan meningkatkan kondisi
mental, spiritual dan kerohanian klien
6. Bimbingan keterampilan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan bakat,
minat dan potensi klien untuk mengisi waktu luang sehingga merasa
betah dan nyaman tinggal di dalam panti.
7. Bimbingan rekreasi dan hiburan
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan kreatifitas
untuk meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia dalam
menjalankan kehidupannya.
e. Tahap pasca pelayanan
1. Evaluasi
untuk menilai sejauh mana keberhasilan atau kegagalan program
pelayanan yang diberikan sebagai salah satu bentuk pertangguang
jawaban pihak panti kepada klien keluarga dan pemerintah.
2. Terminasi dan ruujukan
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien
meninggal dunia atau kembali dengan keluarga atau karena sesuatu
hal harus dilakukan. Rujukan adalah proses menhubungkan klien
dengan pelayanan lain dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya.
3. Pembinaan lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke keluarga
dan atau ketika klien meninggal dan dimakamkan karena klien tidak
memiliki keluaga.
f. Hubungan Lintas Program dan Sektoral
1. Lintas Program
Diselengarakan melalui kerjasama dengan UPT pelayanan ssosial
lanjut usia blitar dan atau dinas daerah kota / kabupaten untuk proses
seleksi klien yang akan masuk panti.
2. Lintas Sektoral
Meliputi kerjasama bidang teknis dengan instansi terkait.Meliputi
kementrian agama untuk pembinaan mental.Puskesmas dan RSUD
Wlingi untuk klien yang memerlukan pengobatan dan perawatan
lanjut.Kepolisian dan satpol PP dalam rangka pengiriman klien yang
perlu dilayani di panti.
3. Distribusi Pendanaan
Swadana :-
Donatur :-
Dinas sosial : APBD Provinsi Jawa Timur
g. Aspek sosial dan budaya
Pembangunan disegala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat
yang semakin baik, dan usia harapan hidup semakin meningkat, serta jumlah
lansia tersebut semakin memperoleh perhatian, oleh pemerintah bisa
memasyarakat telah digerakkan upaya peningatan kesejahteraan lansia dalan
bentuk:
1. Perlindungan sosial
2. Bantuan sosial
3. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
4. Pelayanan kesehatan
5. Pemberdayaan lansia agar mereka siap di daya gunakan sesuai
kemampuan mereka
6. Mendorong lansia bergabung dengan organisasi sosial atau rganisasi
lanjut usia atau organisasi masyarakat lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini membahas tentang hasil pengkajian kegiatan praktek


keperawatan Gerontik yang didapatkan dari penelitian pada klien UPT PSTW
BLITAR sebanyak 30 orang lansia.
Untuk sasaran asuhan keperawatan mahasiswa Program Profesi Ners StiKes
ICME Jombang, sebagai responden sebanyak 30 orang selama 2 minggu (14 Hari)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini membahas tentang hasil pengkajian kegiatan praktek


keperawatan Gerontik yang didapatkan dari penelitian pada klien UPT PSTW
Jombang sebanyak 70 orang lansia.
Untuk sasaran asuhan keperawatan mahasiswa Program study SI Keperawatan
StiKes ICME Jombang, sebagai responden sebanyak 21 orang selama 2 minggu (14
Hari)

A. IDENTITAS
1. Jenis kelamin :
Tabel 1.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan

37%

63%

Dari tabel 1.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 19 orang (63%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Umur :
Tabel 1.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kelompok umur

Umur
< 60 tahun 60-69 tahun 70-79 tahun 80-89 tahun

3%

17%

33%

47%

Dari tabel 1.2. Dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya sasaran


kelompok umur lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
diantara 70-79 tahun (47%)

3. Agama
DariTabel 1.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14
hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Agama
yang dianut

Agama
Islam

100%
Dari tabel 1.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang beragam Islam yaitu
sebanyak : 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa

4. Suku :
Tabel 1.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan suku/budaya

Suku
Jawa

100%

Dari tabel 1.1. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar dari suku jawa yaitu
sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

5. Lamanya tinggal di UPT PSTW Blitar


Tabel 1.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan lama tinggal
Lama Tinggal
< 1 tahun 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun > 10 tahun

4%
4%

18%
38%

37%

Dari tabel 1.6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar memiliki masa tinggal lebih
dari < 1 tahun tahun sebanyak : 13 orang (36%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Kesehatan saat ini :
Tabel 2.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kesehatan saat ini

Riwayat Kesehatan
Nyeri Dimensia Isolasi Sosial Ansietas
Mob.fisik Konjungtivis DPD Halusinasi
Intoleransi akt Depresi Gang.penglihatan Insomnia

3% 3%
3%
7%

3%
43%

13%

3%
7%
3% 7% 3%

Dari tabel 2.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mengeluh nyeri
sendi sebanyak : 13 orang (44%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa

C. STATUS FISIOLGI TTV (tanda tanda vital)


1. Tekanan darah :
Tabel 3.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi :
Tekanan Darah

Tekanan Darah
< 100/<70 101-139/80-90 >140/>90

17%

83%

Dari tabel 3.1. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran


kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
mempunyai tekanan darah yang normal yaitu sebanyak 25 orang (83%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

2. Nadi :
Tabel 3.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi :
Nadi

Nadi
<60 60-100 >100

100%
Dari tabel 3.2. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai denyut nadi
yang normal yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

3. Respirasi :
Tabel 3.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi :
Respirasi

Respirasi
< 12 12-24/menit >24

100%

Dari tabel 3.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai sistem
pernafasan yang baik(12-24x/menit) yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

D. PENGKAJIAN HEAD TO TOE


1. Kepala
Tabel 4.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
kepala
Kepala
Normal Gatal Gatal + minyak Pusing

2%
8%

11%

80%

Dari tabel 4.1. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran


kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak
mempunyai masalah di kepala yaitu sebanyak 21 orang (80%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

2. Leher
Tabel 4.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian leher

Leher
Normal Pem.tiroid

100%

Dari tabel 4.2. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mengalami
pembesaran kelenjar tiroid dan kelainan pada leher yaitu sebanyak 30 orang
(100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Thorax
a. Inspeksi
Tabel 4.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan
pengkajian thorax : inspeksi

Thorax
Simetris

100%

Dari tabel 4.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai
dada yang simetris tanpa kelainan yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

b. Palpasi
Tabel 4.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
berdasarkan pengkajian thorax : palpasi
Thorax
Nyeri Tdk nyeri

100%

Dari tabel 4.4. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak
mengalami nyeri tekan pada dada yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

4. Abdomen
a. Inspeksi
Tabel 4.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan
pengkajian abdomen : inspeksi

Abdomen
Simetris Tdk simetris

100%

Dari tabel 4.5. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai
perut yang simetris tanpa kelainan yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
b. Palpasi
Tabel 4.6. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan
pengkajian abdomen : palpasi

palpasi
tidak nyeri nyeri

100%

Dari tabel 4.6. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak
mengalami nyeri tekan pada perut yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
5. Ekstremitas
Tabel 4.7. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
ekstremitas

ekstremitas
normal pincang/ pelan alat bantu

30%
33%

37%

Dari tabel 4.7. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjalan dengan
pincang/pelan sebanyak 11 orang (36,7%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
E. Pengkajian Alat Indra
1. Fungsi Penglihatan
Tabel 5.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
penglihatan

penglihatan
normal kabur sakit tidak bisa

3%
7%

37%

53%

Dari tabel 5.1. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mengalami
penglihatan yang kabur yaitu sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

2. Fungsi Penciuman
Tabel 5.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
penciuman

penciuman
normal kurang

13%

87%
Dari tabel 5.2. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar sasaran
kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
mempunyai fungsi penciuman yang masih normal yaitu sebanyak 30 orang
(87%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

3. Fungsi Pengecapan
Tabel 5.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
pengecapan

pengecapan
baik kurang

10%

90%

Dari tabel 5.3. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya sasaran


kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
mempunyai fungsi pengecapan yang baik yaitu sebanyak 27 orang (90%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

4. Fungsi Pendengaran
Tabel 5.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
pendengaran
pendengaran
baik kurang

47%
53%

Dari tabel 5.4. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai fungsi
pendengaran yang baik yaitu sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

5. Fungsi Kulit
a. Sensasi Nyeri
Tabel 5.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia
selama 14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
berdasarkan pengkajian fungsi kulit :Sensasi Nyeri

sensasi nyeri
normal abnornal

100%

Dari tabel 5.5. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran


kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Blitar masih bisa merasakan nyeri ketika di beri rangsangan
yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
b. Sensasi Suhu
Tabel 5.6. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia
selama 14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
berdasarkan pengkajian fungsi kulit :Sensasi suhu

sensasi suhu
normal abnormal

100%

Dari tabel 5.6. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar bisa
membedakan suhu dengan baik yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

c. Turgor
Tabel 5.7. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia
selama 14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
berdasarkan pengkajian fungsi kulit : turgor
turgor
< 2 detik > 2 detik

100%

Dari tabel 5.7. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok


lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai
turgor kulit yang masih bagus yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
A. Pengkajian Psikososial
1. Status Mental
Tabel 7.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
psikososial : status mental

status mental
baik cukup bingung sensitif halu depresi

7%
3%

7%

17%
53%

13%

Dari tabel 7.1. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai status mental
yang baik yaitu sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

2. Hubungan dengan Teman


Tabel 7.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian
psikososial : hubungan dengan teman

hubungan dengan teman


baik kurang

30%

70%
Dari tabel 7.2. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai hubungan
yang baik dengan teman nya yaitu sebanyak 21 orang (70%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

H. Pengkajian Spiritual
Tabel 8.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian spiritual

pengkajian spiritual
baik terganggu

43%

57%

Dari tabel 8.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mau melakukan
ibadah setiap harinya yaitu sebanyak 17 orang (57%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa

I. Pengkajian Sanitasi
Tabel 9.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian sanitasi

sanitasi
baik kurang

40%

60%
Dari tabel 9.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar melakukan sanitasi
dengan baik yaitu sebanyak 18 orang (60%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
J. Pengkajian Lingkungan
Tabel 10.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian lingkungan

lingkungan
bersih kotor

43%

57%

Dari tabel 10.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai
lingkungan yang bersih yaitu sebanyak 17 orang (57%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa Data

ANALISA DATA PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK


MAHASISWA PROFESI NERS STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
DI UPT PSTW BLITAR

NO ASPEK DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH


1 BIO Nyeri akut

2 PSIKO Gangguan proses


pikir

3 SOSIO Isolasi sosial

4 SPIRITUA
L
3.1. Tahap Penapisan Masalah

SELEKSI (PENAPISAN)
MASALAH KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ...................................................

JML
KRITERIA PENAPISAN
SKOR

asiKemungkinanDiat
ansiaInterestkelopmokl
Potensi Untuk

ProgramRelevanDengan
SesuaiDenganPera
Tersediasumber

nPerawatgerontik
MASALAH

Pendidikan
ResikoTinggi

ResikoParah
KEPERAWATAN KELOMPOK
KHUSUS (LANSIA)

yaSumberDa
Fasilitas
Tempat

Waktu

Dana
Kesehatan (He)
KETERANGAN :
1= SANGAT RENDAH
2 = RENDAH
3 = SEDANG
4 = TINGGI
5 = SANGAT TINGGI
PRIORITAS MASALAH

NO MASALAH SKOR
1

Keterangan :
Semakinbesarjumlahskor, makasemakinpentinguntukdiatasilebihdulu
(menjadiprioritas)karenaketertarikankelompokdanketersediaansumberdayalebihmemungkinka
ndigunakandalammenyelesaikanmasalah.
BAB 4
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ........................................................

1. .................................................................................................................................................

2. .................................................................................................................................................

3. .................................................................................................................................................

4. ................................................................................................................................................

5. ...............................................................................................................................
BAB 5
INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ........................................................................

Diagnosis Hari/
No ASPEK Tujuan RencanaKegiatan Tempat
Keperawatan Tanggal
1 Biologis/ fisik Gangguan ......... Gangguan ............. pada Terdiri dari :
Pada Kelompok kelompok Lansia di Panti 1) Intervensi
Lansia Di Panti Werdha/ Desa .......... independen
Werdha/ teratasi dengan kriteria: keperawatan
Desa ......... 1) ………………… 2) Intervensi
……………………… kolaborasi dengan
……………………… petugas kesehatan
……………………… Panti/ Puskesmas,
… pihak manajemen
2) ………………… Panti/ kader dan
……………………… perangkat Desa
………………………
………………………

3) Dst.

Setelah dilaksanakan
Asuhan Keperawatan
selama 7 hari.

2 Psikologis

3 Sosial/ ekonomi

4 Spiritual

*urutan penulisan aspek dan diagnosis keperawatan tergantung pada prioritas masalah
BAB 6
IMPLEMENTASIKEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ……………………………………………

Dalamkegiatanpraktikkeperawatankelompok khusus (Lansia)ini,implementasi yang telah


dilaluisesuaidenganhasilkesepakatanpadaperencanaanantaramahasiswa dengan kelompok Lansia dan pihak-pihak terkait di Panti/ Desa .............
yaitusebagaiberikut :

No ASPEK DIAGNOSIS WAKTU/TEMPAT KEGIATAN PESERTA PELAKSANA


1 BIOLOGIS/ FISIK Contoh : (contoh)
TAK di Panti .... Leader :
Co-leader :
Observer :
Fasilitator :
Dokumentasi :
Contoh : (contoh)
Posyandu Lansia di PJ:
Desa ...... Meja 1:
Meja 2:
Meja 3:
Meja 4:
Meja 5:
2 PSIKOLOGIS

3 SOSIAL/
EKONOMI

4 SPIRITUAL
BAB 7
EVALUASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ……………………………………..

Dalamkegiatanpraktikkeperawatankelompok khusus (Lansia)inisesuaidenganimplementasi yang berhasildilaksanakan, makahal-hal yang


dapatdievaluasiberdasarkananalisis model SWOTTadalahsebagaiberikut :

No ASPEK DiagnosisKeperawatan Strength Weakness Opportunity Threatened TindakLanjut


(kekuatan) (kelemahan) (peluang) (ancaman)
1 BIOLOGIS/ FISIK

2 PSIKOLOGIS

3 SOSIAL/
EKONOMI

4 SPIRITUAL
BAB 8
PENUTUP

8.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada kelompok khusus (Lansia) di Panti Sosial Tresna
Werda Blitar telah dilaksanakan oleh mahasiswaProdi S1 Ilmu Keperawatan/ Profesi
Ners STIKES Insan Cendekia Medika Jombang pada Departemen Keperawatan
Gerontik, sesuai jadual yang berlangsung mulai dari tanggal...... sampai dengan .........
yang meliputiproses Pengkajian, Analisis data dan penapisan, Diagnosis, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi berjalan dengan lancar. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah
telah terlaksana sebagai berikut :
a. .............
b. .............
c. .............
d. .............
e. .............

Semoga seluruh rangkaian kegiatan praktik keperawatan ini memberikan manfaat untuk
Lansia, keluarga dan pihak terkait yang ada di Panti/ Desa ........

8.2. Saran
a. PokjaBiologi/ fisik

b. PokjaPsikologis

c. PokjaSosial/ ekonomi

d. PokjaSpiritual
DAFTAR PUSTAKA

Afifka, 2012.Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut.
Semarang: FK UNDIP
Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Arundati, D. Dkk. 2013.Pengaruh Senam Taichi dan Senam Biasa Terhadap
Reduksi Nyeri Ostheoarthritis Lutut Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa. Gowa: UNHAS
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Prevalensi Gout
Arthritis.Https://docs.google.com.Diakses pada tanggal 2 Januari 2014
Dinas Kesehatan Jombang, 2013. Profil Dinas Kesehatan Jombang
Dahlan, L. 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah.Surakarta:
UNS
Fatkuriyah, L. 2013. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Pada Lansia di Desa Sudimoro Sidoarjo. Surabaya
STRUKTUR ORGANISASI MAHASISWA

S
L
T
B
R
H
D
I
W
E
K
A
U
N
g
I
y
A
u
N
n
h
ti
B
T
s
a
k
i
R
l
j
F
r
z
S
,
K
. m
h
a
p
e
d
r
n
T
u
t
,
i
w
e
D
l
a
W
o
S
U
y
K
.
h
p p
e
K
.
S
,
i
m

3
Lampiran
1. Tabel Hasil Tabulasi
Proporsi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
N PERSENTASE
O JENIS KELAMIN JUMLAH (%)
1 Laki - Laki 11 36,7%
2 Perempuan 19 63,3%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Umur


N PERSENTASE
O USIA JUMLAH (%)
1 <60 Tahun 1 3,3%
2 60-79 Tahun 5 16,7%
3 70-79 Tahun 14 46,7
4 80-89 Tahun 10 33,3%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Agama


N PERSENTASE
O AGAMA JUMLAH (%)
1 Islam 30 100%
2 Lainnya 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Suku


N PERSENTASE
O SUKU JUMLAH (%)
1 Jawa 30 100%
2 Madura 0 0%
3 Lain-Lain 0 13,33%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Lama Tinggal


N PERSENTASE
O LAMA TINGGAL JUMLAH (%)
1 <1 Tahun 13 43,4%
2 1-3 Tahun 10 33,3%
3 4-6 Tahun 5 16,7%
4 7-9 Tahun 1 3,3%
5 >10 Tahun 1 3,3%
JUMLAH 15 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Masalah Kesehatan


N PERSENTASE
O MASALAH KESEHATAN JUMLAH (%)
1 Nyeri 13 43,4%
2 Demensia 1 3,3%
3 Isolasi Sosial 2 6,7%
4 Ansietas 1 3,3%

4
5 Gang. Mobilitas Fisik 2 6,7%
6 Konjungtivis 1 3,3%
7 Defisit Perawatan Diri 4 13,4%
8 Halusilasi 1 3,3%
9 Intoleransi Aktifitas 2 6,7%
10 Depresi 1 3,3%
11 Gang. Penglihatan 1 3,3%
12 Insomnia 1 3,3%
JUMLAH 15 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Tekanan Darah


N PERSENTASE
O TEKANAN DARAH JUMLAH (%)
1 <100/<70 mmHg 0 0%
2 100-140/80-90mmHg 25 83,3%%
3 >140/>90mmHg 5 16,7%%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Nadi Per Menit


N PERSENTASE
O NADI JUMLAH (%)
1 <60 x/Mnt 0 0%
2 60-100x/Mnt 30 100%
3 >100x/Mnt 0 0%
JUMLAH 30 100%
 

5
Proporsi Lansia Berdasarkan Respiratory Rate
N PERSENTASE
O RR JUMLAH (%)
1 <12 x/mnt 0 0%
2 12-24 x/mnt 30 100%
3 >24x /mnt 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Kepala


N PERSENTASE
O KONDISI KEPALA JUMLAH (%)
1 Normal 21 70%
2 Gatal 3 10%
3 Gatal + Berminyak 2 6,6%
4 Pusing 4 13,4%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Leher


N PERSENTASE
O KONDISI LEHER JUMLAH (%)
1 Normal 30 100%
2 Pemb. Kelenjar Tiroid 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Thorax (Inspeksi)


N KONDISI THORAX PERSENTASE
O (INSPEKSI) JUMLAH (%)
1 Simetris 30 100%
2 Tidak 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Thorax (Palpasi)


N KONDISI THORAX PERSENTASE
O (PALPASI) JUMLAH (%)
1 Nyeri Tekan 0 0%
2 Tidak Ada 30 100%
JUMLAH 0 100%

6
Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Abdomen (Palpasi)
N KONDISI ABDOMEN PERSENTASE
O (INSPEKSI) JUMLAH (%)
1 Simetris 30 100%
2 Tidak 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Abdomen (Palpasi)


N KONDISI ABDOMEN PERSENTASE
O (PALPASI) JUMLAH (%)
1 Nyeri Tekan 0 0%
2 Tidak Ada 30 100%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Ekstremitas


N PERSENTASE
O EKSTREMITAS JUMLAH (%)
1 Normal 10 33,3%
2 Pincang/Pelan 11 36,7%
3 Alat Bantu 9 30%
JUMLAH 30 100%
       
Proporsi Lansia Berdasarkan Penglihatan
N PERSENTASE
O PENGLIHATAN JUMLAH (%)
1 Normal 11 36,7%
2 Kabur 16 53,4%
3 Mata Sakit 2 6,6%
4 Tidak Bisa 1 3,3%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Penciuman


N PERSENTASE
O PENCIUMAN JUMLAH (%)
1 Normal 26 86,7%
2 Kurang 4 13,3%
JUMLAH 30 100%

7
Proporsi Lansia Berdasarkan Pengecapan
N PERSENTASE
O PENGECAPAN JUMLAH (%)
1 Baik 27 90%
2 Kurang 3 10%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Pendengaran


N PERSENTASE
O PENDENGARAN JUMLAH (%)
1 Baik 16 53,4%
2 Kurang 14 46,6%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kulit (Sensasi Nyeri)


N PERSENTASE
O SENSASI NYERI JUMLAH (%)
1 Normal 30 100%
2 Abnormal 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Kulit (Sensasi Suhu)


N PERSENTASE
O SENSASI SUHU JUMLAH (%)
1 Normal 30 100%
2 Abnormal 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Turgor


N PERSENTASE
O TURGOR JUMLAH (%)
1 <2 Detik 30 100%
2 >2 Detik 0 0%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Status Mental


N PERSENTASE
O STATUS MENTAL JUMLAH (%)
1 Normal 16 53,4%
2 Cemas 4 13,3%
3 Bingung 5 16,6%
4 Sensitif 2 6,7%
5 Halusinasi 1 3,3%
6 Depresi 2 6,7%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Hubungan Dengan Teman


N PERSENTASE
O HUB. DENGAN TEMAN JUMLAH (%)
1 Baik 21 70%
2 Kurang 9 30%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Spiritual


8
NO SPIRITUAL JUMLAH PERSENTASE (%)
1 Baik 17 56,6%
2 Terganggu 13 43,3%
JUMLAH 30 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Sanitasi


N PERSENTASE
O SANITASI JUMLAH (%)
1 Baik 18 60%
2 Kurang 12 40%
JUMLAH 15 100%

Proporsi Lansia Berdasarkan Lingkungan


NO LINGKUNGAN JUMLAH PERSENTASE (%)
1 Bersih 17 56,6%
2 Kotor 13 43,3%
JUMLAH 30 100%

Lampiran TAK Terapi Massage

9
LAPORAN KEGIATAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK “TERAPI MASSAGE”
DI LINGKUNGAN UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BLITAR

Disusun oleh:
1. ABDULLAH NOOR A (216410001) 16. NURJANAH FATIMAH (216410037)
2. AINUN DYAH P (216410004) 17. NURUL DWI P (216410039)
3. AMANDA NOVITA I.N (216410005) 18. NURUL RIZKI (216410040)
4. ANITA DYAH S. (216410007) 19. NURUS SHOHEB (216410041)
5. BAGAS TRY W. (216410008) 20. SHOFIYULLAH A (216410046)
6. DESIYANTI W (216410010) 21. SISKA MAURA SARI (216410048)
7. DWI BAGUS (216410013) 22. TRI SUSANTI (216410050)
8. ELCI K.O (216410017) 23. TRI WAHYU U (216410051)
9. FAWAIDATUL K. K (216410019) 24. USFATUN K (216410052)
10. FITRI HIDAYATUL A. (216410020) 25. YULIANA EKA S (216410054)
11. HANIFA EKA O (216410022) 26. YULIATIN (216410055)
12. IKA AYU TRISNA W. (216410023) 27. YUNITA NUR AINI (216410056)
13. MELATI R (216410027) 28. YUSINTA (216410057)
14. MOCH. NUR HUDA 29. ZEISVA A (216410059)
(216410030) 30. DITA PUTRI C (216410060)
15. NOVIKA AYU P (216410034)

PROGRAMSTUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021/2022

10
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan terapi massage ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga terapi massage ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan terapi massage, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Jombang, November 2021

Tim Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep PSTW.......................................................................................3
B. Konsep Lansia.......................................................................................7
BAB III LAPORAN KEGIATAN
A. Waktu Dan Tempat Pelaksana..............................................................15
B. Susunan Acara......................................................................................15
C. Susunan Panitia.....................................................................................16
D. Sasaran Kegiatan...................................................................................17
E. Metode Kegiatan...................................................................................17
F. Setting Tempat......................................................................................17
G. Alat Dan Bahan.....................................................................................18
H. Anggaran Dana.....................................................................................18
I. Evaluasi Kegiatan.................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami penurunan kemampuan fisik, mental dan social secara bertahap
sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebanyakan
orang masa tua itu masa yang kurang menyenangkan.
Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap
lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat dengan
sexual dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya tidak
semua usia lanjut yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktivitas mental dan material pada usia lanjut.
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa
putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik
dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien
lanjut usia.

B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi massage : klien mampu mengurangi
rasa nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi massage (pijat punggung, kepala, dan
ekstremitas atas dan bawah )selama 45 menit diharapkan klien dapat:
a. Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan
kecemasan.

iii
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi.
d. Mengubah perilaku.
e. Sebagai kegiatan yang menyenangkan.

C. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Mahasiswa
Dapat membagikan ilmu kepada lansia dalam mengatasi nyeri dan
meningkatkan kualitas tidur.
2. Bagi Lansia
a. Lansia memahami bagaimana cara untukmengatasi nyeri dan
meningkatkan kualitas tidurnya
b. Tercapainya pembelajaran dan pemahaman untuk lansia
c. Lansia dapat mengaplikasikan sesuai dengan kegiatan yang pernah
diberikan Mahasiswa

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha


1. Definisi panti tresna Werdha
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti panti adalah
rumah atau tempat kediaman. Dan arti dari panti werdha rumah
tempat memelihara jompo. Arti kata lansia sendiri menurut KBBI
adalah tua sekali dan sudah tua fisiknya : tua renta, uzur. Pengertian
panti werdha menurut departemen social RI adalah suatu tempat untuk
menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan
sehingga mereka merasa aman, tentram dengan tiada perasaan gelisah
maupun khawatir dengan menghadapi usia tua. Secara umum panti
werdha memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pusat pelayanan kesejahteraan lanjut usia (dalam memenuhi
kebutuhan pokok lansia)
b. Menyediakan suatu wadah berupa komplek bangunan dan
memberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktifitas
social rekreasi
c. Bertujuan membuat lansia dapat menjalai proses penuaan dengan
sehat dan mandiri.
2. Prinsip-Prinsip Perencanaan Panti Tresna Werdha
Dalam artikel “Pynos dan Regnier” 1999 tertulis tentang 12
macam prinsip yang diterapkan pada lingkungan dalam fasilitas lansia
untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan lansia. Kedua belas prinsip
tersebut dikelompokkan dalam askep fisiologi dan psikologis, yaitu
sebagai berikut :
a. Aspek Fisiologis
1. Keselamatan dan keamanan yaitu penyediaan lingkungan yang
memastikan setiap kegunaannya tidak mengalami bahaya yang
tidak diinginkan. Lansia yang memiliki masalah fisik dan
panca indra seperti gangguan penglihatan, kesulitan mengataur

v
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang
persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh
atau cedera.
2. Signage /Orientation, Keberadaan penunjuk arah di lingkungan
dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan
fasilitas yang tersedia. Perasaan tersesat merupakan bahaya
yang menakutkan dan membingungkan bagi lansia yang leih
lanjut dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri
lansia. Lansia yang mengalami kehilangan memori atau pikun
lebih mudah mengalami kehilangan arah pada gedung dengan
rancangan ruangan yang serupa (rancangan yang homogen)
dan tidak memiliki petunjuk arah. Adanya petunjuk arah pada
area koridor dapat mempermudah lansia untuk menuju suatu
tempat. Jika lansia sering tersesat maka mereka akan
berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
3. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan
syarat mendasar untuk lingkungan yang fungsional.
Aksesibilitas adalah Kendal untuk memperoleh yang
menggunakan sarana, prsarana, dan fasilitas bagi lansia untuk
memperlancar immobilitas lansia.adanya handrail pada koridor
dan area yang lain dapat membantu lansia dalam berjalan dan
beraktifitas mereka dapat melakukan segala hal tanpa bantuan.
Sedangkan ramp dapat mempermudah aksesibilitas bagi para
lansia yang menggunakan kursi roda.
4. Adaptabilitas yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan diri, lingkungan harus dirancang dengan
sesuai dengan pemakainya, termasuk dengan menggunakan
kursi roda maupun tongkat penyangga.kamar mandi dan dapur
merupakan ruangan dimana aktifias banyak dilakukan dan
keamanan harus menjadi petimbangan utama.

vi
b. Aspek Psikologis
1. Privasi yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang atau
tempat mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan dari
orang lain sehingga bebas dari gangguan tidak dikenal.
2. Interaksi social yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi
dan bertukar pikiran dengan lingkungan sekeliling (social).
Salah satu alas an penting untuk melakukan pengelempokkan
berdasarkan unsure lansia di panti werdha adalah untuk
mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi,
berdiskusi dan meningkatkan pertemanan. Interaksi social
mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan memberikan
lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman hidup
dan kehidupan sehari-hari mereka.
3. Kemandirian yaitu kesempatan yang diberikan untuk
melakukan aktifitas sendiri tanpa tau sedikit bantuan dari
tenaga kerja panti werdha. Kemandirian dapat menimbulkan
kepuasan tersendii pada lansia karena lansia dapat melakukan
aktifitas-aktifitas yang dilakukannya sehari-hari tanpa
bergantung dengan orang lain.
4. Dorongan atau tantangan yaitu member lingkungan yang
merangsang rasa aman tapi menantang. Lingkungan yang
mendorong lansia untuk beraktifitas dipadat dari warna
keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.
5. Aspek panca indra, kemudian fisilk dalam hal penglihatan,
pendengaran, penciuman yang harus dihitungkanm dalam
lingkungan indra penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran,
dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan
bertambah tuanya seseorang.
6. Ketidakasingan atau keakrapan, lingkungan yang aman dan
nyaman secara tidak langsung memberikan perasaan akrap pada
lansia terhadap lingkungannnya tinggal dalam lingkungan
rumah yang baru adalah pengalaman yang membingungkan

vii
untuk sebagian lansia menciptakan keakrapan dengan para
lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan
yang ada.
7. Estetik atau penampilannya yaitu suatu rancangan yang tampak
menarik keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan
suatu pesan simbolik atau persepsi tertentu pada pengunjung,
teman, dan keluarga tentang kehidupan dan kondisi lansia
sehari-hari
8. Personalisasi yaitu menciptakan kesempatan untuk
menciptakan lingkungan yang pribadi dan menandai sebagai
“memiliki” seseorang individu.
3. Visi Dan Misi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
a. Visi
Visi dari panti werdha hunian vertical tersebut adalah lanjut usia
yang bahgia sejahtera dan berguna.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas lanjut usia yang meliputi :
a. Kesehatan fisik, social, spiritual dan psikologi
b. Pengetahuan, keterampilan dan rekreasi
c. Jaminan social dan jaminan kehidupan
d. Jaminan perlindungan hokum
2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan pada lanjut usia

4. Tujuan Perencanaan dan pembangunan panti Werdha adalah


sebagai berikut:
a. Membantu keluarga yang memiliki lansia dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keperawatan lansia.
b. Membantu lansia hidup sendiri tanpa anggota dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan perawatan diri sendiri
c. Menyediakan hunian khusus untuk lansia agar dapat
membahagiakan dan mensejahterakan kehidupan lansia.

viii
d. Melakukan pelayanan kebutuhan lansia dirumah atau diluar panti
dalam hal kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari.

B. Konsep Lansia
1. Lansia (Lanjut Usia)
a. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2006).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh.
b. Fisiologis Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus
secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya
dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan
proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan
tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada

ix
berbagai factor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan
lain-lain (Stanley, 2006).
c. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian
umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut
lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia
dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18
atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age)
lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75
tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1
seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia
setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
d. Teori – teori proses menua
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang
mengakibatkan perubahan secara komulatif dan merupakan
perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori biologis
tentang penuaan dibagi menjadi :

x
a. Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia
timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
b. Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.
c. Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi
menjadi :
1. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terterapi
modalitas : terapi okupasisecara genetic untuk species –
species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
(inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel
bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini
merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa
species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata.
2. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan
mutasi somatic. sebagai contoh diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya
menghindarinya dapat mempperpanjang umur.menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis
yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis error catastrope.

xi
3. Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi
oleh zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
4. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak
stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan –
bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini
menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
5. Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses
penuaan adalah teori pembebasan ( disengagement teori ).
Teori tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usi
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif
maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan
ganda yaitu :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak fisik
3. berkurangnya komitmen
6. Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, ( 1992 ) bahwa setiap individu harus
memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap
tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia
dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural
masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas
perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan
adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan,

xii
penerimaan masa pensiun dan penurunan
income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan
orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan
hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan
adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan
mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).
1) Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi,
kendur, tidak elastic kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain
sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan
elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon,

xiii
tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
d. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di
obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan
mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan

xiv
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata :
1. Kehilangan gigi,
2. Indra pengecap menurun,
3. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
3) Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)

xv
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi

xvi
BAB III
LAPORAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANA


Acara terapi massage pada lansia ini, dilaksanakan pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 27 November 2021
Waktu : 13.30-14.15 WIB
Tempat : Aula UPT PSTW Blitar

B. SUSUNAN ACARA
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
PENYAJI PESERTA

Pembukaan  Salam Memperhatikan dan Direct


13:30 – 13:55 pembuka mendengarkan Communication
 Menjelaskan penyaji
kegiatan yang
akan
dilakukan
Penyajian  Mengajarkan Mempraktekan apa Roleplay
13:55 – 14:05 lansia untuk yang diajarkan
terapi massage penyaji
( pijat
punggung )
pada lansia di
UPT
Pelayanan
Sosial Tresna
Werdha
(PSTW) Blitar
Penutup  Menjelaskan Memperhatikan apa Direct
14:05-14:15 tentang yang disampaikan Communication
manfaat terapi penyaji dengan baik

xvii
massage
( pijat
punggug )
untuk
mengurangi
nyeri dan
meningkatkan
kualitas tidur
lansia.

C. SUSUNAN PANITIA
1. Leader : Ika Ayu Trisna Wardani
1.
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memimpin kegiatan.
c. Memotivasi peserta.
d. Menjelaskan tujuan terapi massage
e. Menjelaskan langkah-langkah terapi massage
f. Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi massage
g. Menutup acara
2. Co-Leader : Usfatun Khasanah
Tugas :
a. Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya.
b. Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif.
3. Fasilitator : Ainun Dyah Pitaloka, Tri Wahyu, Elcy O, Bagas Tri
Waluyo, Yunita Nur Aini, Abdullah Nor Abadi, Tri Susanti
a. Mempertahankan keikutsertaan klien
b. Memfasilitasi dan memotivasi klien untuk ikut berpartisipasi
dalam jalannya kegiatan massage
4. Observer : Hanifa Eka Oktavia, Nurjannah Fatimah Dewi
Tugas :

xviii
a. Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non
verbal, kejadian penting selama terapi massage
b. Mengidentifikasi issue penting selama terapi massage
c. Memberikan umpan balik selama proses kegiatan dari mulai
persiapan sampai selesai.

D. SASARAN KEGIATAN
Semua klien perempuan dan laki - laki yang dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
(Daftar hadir peserta terlampir)

E. METODE KEGIATAN
Dinamika kelompok.

F. SETTING TEMPAT

FASILITATO OBSERV
R ER
CO-
LEADER
LEADER
LANSIA

LANSIA
MEJA LANSIA

LANSIA
LANSIA

LANSIA LANSIA LANSIA

G. ALAT DAN BAHAN


1. Handscone
2. Balsem atau GPU
3. Cream Cusson baby

xix
H. ANGGARAN DANA
Pemasukan:
( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) Rp.50.000,-

Pengeluaran :
 Konsumsi :
 Roti 14 x 1.000 Rp. 14.000,-
 Aqua gelas 1 dus Rp. 18.000,-
Rp. 32.000,-

Total : ( Dua puluh enam ribu lima ratus rupiah) Rp. 32.000,-

Sisa : ( delapan ribu lima ratus rupiah ) Rp. 18.000,-

1. Nb: Alat-alat seperti handscone, Balsem atau GPU, Cream Cusson baby
menggunakan milik kelompok dan panti

I. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
 Peserta kurang banyak yang mengikuti terapi massage
 Ada 1 panitia yang tidak hadir dikarenakan ada
kepentingan

2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias mengikuti terapi massage
 1 peserta yang hanya melihat saja
 Semua peserta mencoba terapi massage ( pijat
punggung)

3. Evaluasi Hasil

xx
 Peserta bisa melakukan terapi massage
 Peserta mau mengaplikasikannya di kemudian hari jika
merasa nyeri dan susah tidur

xxi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagian besar lansia mau melakukan kegiatan terapi masaage untuk
mengatasi nyeri dan meningkatkan kualita tidur. Para lansia juga antusias
mengikuti dan mau mengaplikasikanya jika merasa nyeri dan susah tidur.

B. SARAN
Semoga lansia bisa mengaplikasikan terapi massage ini dan
menigkatkan kemampuan kognitif,afektif dan juga lebih ditingkatkan
pelayanan kesehatan pada lansia dengan ditambahkannya tenaga
kesehatan.
Semoga laporan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi
semua yang membaca.

xxii
FOTO KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai