BLITAR
Di susun oleh:
1. AINUN DYAH P. 16. SHOFIYULLAH ARROQI
2. AMANDA NOVITA I.N. 17. SISKA MAURA SARI
3. ANITA DYAH S. 18. TRI SUSANTI
4. BAGAS TRY W. 19. TRI WAHYU U
5. DITA PUTRI C. 20. USFATUN KHASANAH
6. FAWAIDATUL K. K 21. YULIANA EKA S
7. FITRI HIDAYATUL A. 22. YUNITA NUR AINI
8. HANIFA EKA O 23. ZEISVA A
9. IKA AYU TRISNA W. 24. YULIATIN
10. MOCH. NUR HUDA 25. DESIYANTI W
11. NOVIKA AYU P 26. ELCI K.O
12. NURJANAH FATIMAH D 27. YUSINTA O
13. NURUL DWI P 28. MELATI R
14. NURUL RIZKI 29. DWI BAGUS
15. NURUS SHOHEB 30. ABDULLAH N.A
i
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
DI
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA BLITAR
OLEH :
MAHASISWA STIKES ICME JOMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
TANGGAL 22 NOVEMBER 2021 s/d 4 DESEMBER 2021
STIKES ICMEJOMBANG
JLN KEMUNING NO. 57A, CANDIMULYO
JOMBANG
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KELOMPOK
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN GERONTIK
Mengetahui :
KEPALA
UNIT PELAKSANA TEKNIS
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BLITAR
Farida
NIP. 19710122 199101 1 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK di UPT PSTW BLITAR
Ucapan terimakasih kepada kami haturkan kepada pembimbing yang membimbing
kami dalam mengerjakan laporan asuhan keperawatan gerontik ini dengan baik dan kepada
semua yang mendukung dalam pembentukan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun.
BLITAR, 22 NOVEMBER
2021
Tim Penulis.
iv
KELOMPOK :
DAFTAR ISI
v
ISI HALAMA
N
Halaman judul i
………………………………………………………......... ii
Halaman Pengesahan………………………………………………....... iii
Nama Kelompok……………………………………………………......... iv
Kata Pengantar………………………………………………………....... vi
Daftar Isi……………………………………………………………...........
BAB I PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang……………………………………………........ 3
1.2 Tujuan Kegiatan
1.2.1 Tujuan
umum…………………………………………. 4
2 Manfaat Kegiatan……………………………………………... 10
21
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep UPT PSTW………………………………………........
B. Konsep Lansia……………………………………………........ 25
C. Konsep nyeri sendi…………………………………………….. 27
29
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 30
A. Identitas……………………………………………………… 34
… 38
B. Riwayat Kesehatan………………………………………........ 38
C. Status fisiologi…………………………………………………. 40
D. Pengkajian head to toe……………………………………….. 40
E. Pengkajian alat indra………………………............................ 41
F. Cara berjalan…………………………………………………... 41
G. Pengkajian psikososial………………………………………..
H. Pengkajian spiritual……………………………………………
I. Pengkajian sanitasi………………………………………........
J. Pengkajian lingkungan……………………………………….. 43
K. Pengkajian fasilitas………………………………………........ 44
44
BAB IV PEMBAHASAN 46
A. Analisa data…………………………………………………… 47
B. Daftar diagnosa keperawatan………………………………..
C. Rencana asuhan keperawatan……………………………...
D. Tahap pelaksanaan………………………………………….. 49
E. Tahap evaluasi……………………………………………….. 50
BAB V PENUTUP 52
A. Kesimpulan……………………………………………………
B. Saran………………………………………………………......
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………......
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu.Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental,
sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang
individu (Potter, P. 2005) Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai
dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan
gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang
terserang (Handono, 2013).Nyeri musculoskeletal yaitu nyeri yang berasal dari sistem
musculoskeletal, yang terdiri dari tulang, sendi dan jaringan lunak pendukung yaitu
otot, ligamen, tendo dan bursa. Sejumlah penelitian menunjukkan penyebab nyeri yang
sering terjadi pada lansia, mulai dari yang paling sering terjadi, yaitu fibromyalgia,
gout, neuropati (diabetik, postherpetik), osteoartritis, osteoporosis dan fraktur, serta
polimialgia rematik (Rachmawati, 2006).
2. Gejala
Rasa nyeri merupakan gejala penyakit reumatik yang paling sering menyebabkan
seseorang mencari pertolongan medis.Gejala yang sering lainnya mencakup
pembengkakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan dan perasaan
mudah lelah.Ketebatasan fungsi sendi dapat terjadi, sekalipun dalam stadium penyakit
yang dinisebelum terjadi perubahan tulang dan dan ketika terdapat reaksi
inflamasiyang akut pada sendi-sendi tersebut.Persendian yang teraba panas,
membengkak serta nyeri tidak mudah digerakkan, dan pasien cenderung menjaga atau
melindungi sendi tersebut dengan imobilisasi.Imobilisasi yang lama dapat
menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.Deformitas dapat
disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi yang terjadi akibat pembengkakan, destruksi
sendi yang progresif atau subluksasio yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser
terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi. (Smeltzer, 2002)
3. Solusi
Pengobatan radang sendi yang diberikan oleh dokter bergantung kepada jenis dan
tingkat keparahannya. Selain untuk meringankan gejala, pengobatan radang sendi
juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi sendi-sendi.
Untuk mengatasi kasus radang sendi akibat autoimun dokter dapat meresepkan
kelompok obat disease-modifying antirheumaticdrugs (DMARDs), misalnya
hydroxychlorquine atau methotrexate. Bersamaan dengan pemberian DMARDs,
infliximab atau etanercept (golongan biologic response modifiers) juga dapat
diberikan. Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan golongan
kortikosteroid, seperti prednison.
Apabila gejala radang sendi sudah sangat parah dan tidak bisa diatasi lagi, baik
oleh obat atau pun fisioterapi, maka dokter akan merekomendasikan operasi.
Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan adalah prosedur penyatuan sendi atau
arthodesis, prosedur pemotongan tulang untuk memperbaiki garis normal tubuh
(osteotomy), serta prosedur penggantian sendi atau artroplasti.
4. Patofisiologi
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik
untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologi berikut:
a. Resepsi
Semua kerusakan selular, yang disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,
kimiawi atau stimulus listrik, menyebabkan pelepasan substansi yang
menghasilkan nyeri.Pemaparan terhadap panas atau dingin tekanan friksi dan
zatzat kimia menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, 9 bradikinin
dan kalium yang brgabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor.Impuls saraf
yang dihasilkan stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut saraf perifer
aferen.Dua tipe saraf perifer mengonduksi stimulus nyeri.
b. Persepsi
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.Stimulus nyeri
ditransmisikan naik ke medula spinalis ke talamus dan otak tengah. Dari
talamus, serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak., termasuk
korteks sensori dan korteks asosiasi. Pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor-faktor psikologis dan
kognitif berinteraksi dengan faktor-faktor neurofisiologis dalam
mempersepsikan nyeri.
c. Reaksi
1) Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak dan
talamus sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon
stres.Neri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial
menimbulkan reaksi “flight atau fight) yang merupakan sindrom adaptasi
umum.
2) Respon perilaku
Pada saat nyeri dirasakan, pada saat itu juga dimulai suatu siklus, yang
apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk menghilangkannya,
dapat mengubah kualitas kehidupan individu secara bermakna.Antisipasi
terhadap nyeri memungkinkan individu untuk belajar tentang nyeri dan
upaya untuk menghilangkannya.Dengan intruksi dan dukungan yang
adekuat, klien belajar untuk memahami nyeri dan mengontrol ansietas
sebelum nyeri terjadi.Perawat berperan penting dalam membantu klien
selama fase antisipatori.Penjelasan yang benar membantu klien memahami
dan mengontrol ansietas yang mereka alami.Nyeri mengancam kesejahteraan
fisik dan fisiologis. Klien mungkin memilih untuk tidak mengekspresika
nyeri apabila mereka yakin bahwa ekspresi tersebut akan membuat orang
lain merasa tidak nyaman atau hal itu akan merupakan tanda bahwa mereka
kehilangan kontrol diri. Klien yang memiliki toleransi tinggi terhadap nyeri
mampu menahan nyeri tanpa bantuan.Pada sendi sinovial yang normal,
kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan
permukaan yang licin serta ulet untuk gerakan. Membran sinovial melapisi
dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresikan cairan kedalam ruang
antara-tulang. Cairan sinovial ini berfungsi sebagai peredam kejut (shock
absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara
bebas dalam arah yang tepat.Sendi merupakan bagian tubuh yang sering
terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri
sendi.Meskipun memiliki keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas
pada satu sendi hingga kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit
reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa
terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian yang mengalami
pembengkakan. Pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan
proses primer dan degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul
akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi
merupakan akibat dari respon imun. Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi
degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder, pembengkakan ini
biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih
besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut.
Pembengkakan dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang
rawan yang bebas dari karilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati
faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat.Nyeri yang dirasakan bersifat
persisten yaitu rasa nyeri yang hilang timbul. Rasa nyeri akan menambahkan
keluhan mudah lelah karena memerlukan energi fisik dan emosional yang
ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut. (Smeltzer, 2002).
5. Perawatan Diri
a. Coba menggunakan herbal alami pereda nyeri sekaligus penyembuh nyeri sendi
sampai tuntas, seperti Triflex Capsule Green World.
b. Hindari menggunakan sendi Anda dengan cara yang menyebabkan atau
memperburuk rasa sakit.
c. Terapkan kompres es untuk sendi yang menyakitkan Anda selama 15 sampai 20
menit beberapa kali setiap hari.
6. Pencegahan Nyeri
a. Berolahraga secara teratur untuk menjaga otot-otot yang kuat
b. Menjaga postur tubuh yang baik
c. Gunakan teknik yang tepat untuk membungkuk, mengangkat, atau bermain
olahraga.
Latar Belakang Pendirian Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Jombang ( UPT PSLU BLITAR )
Ada 55 lansia yang sedang di rawat di Panti Sosial Tresno Werdho Wlingi . Dari 55
Lansia Tersebut Ada Sebagian Berasal Dari Blitar, Malang, Kediri, Nganjuk dan daerah
Lain.
Dalam masa wabah corona ini, pihak panti lebih selektif dan memperketat
pemeriksaan kesehatan keluarga yang berkunjung . Hal ii bertujuan untuk mengurangi
penyebaran dan penularan virus corona terhadap lansia. Terlebih lansia sendiri termasuk
dalam kategori yang sangat rentan dari virus corona ini.
Pelaksanaan pelayanan
Tahap pasca 1.Pemenuhan kebutuhan
pelayanan : fisik
2..Bimbingan Sosial
1.Evaluasi 3.Bimbingan psikososial
2.Terminasi & 4.Bimbingan Mental
Rujukan Spiritual&kerohanian
3. Pembinaan lanjut 5.Bimbingan Ketrampilan
7.Bimbingan
Rekreasi&Hiburan
Dra.IDE KARJANTI,MSI
5. Sumber daya
a. Sumber daya manusia
Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna
WerdhaBlitar merupakan pendukung utama dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan sosial lanjut usia terlantar. Pegawai Unit Pelaksana Teknis Sosial
Tresna WerdhaBlitar sebanyak 19orang.
c. Status
Nama panti yaitu unit pelaksana teknis pelayanan sosial lanjut usia
tresna werdha Blitar, beralamat di. Status hak guna milik pemerintah provinsi
Jawa Timur
A. IDENTITAS
1. Jenis kelamin :
Tabel 1.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan jenis kelamin.
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
37%
63%
Dari tabel 1.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 19 orang (63%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2. Umur :
Tabel 1.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kelompok umur
Umur
< 60 tahun 60-69 tahun 70-79 tahun 80-89 tahun
3%
17%
33%
47%
3. Agama
DariTabel 1.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14
hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Agama
yang dianut
Agama
Islam
100%
Dari tabel 1.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang beragam Islam yaitu
sebanyak : 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
4. Suku :
Tabel 1.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan suku/budaya
Suku
Jawa
100%
Dari tabel 1.1. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar dari suku jawa yaitu
sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
4%
4%
18%
38%
37%
Dari tabel 1.6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar memiliki masa tinggal lebih
dari < 1 tahun tahun sebanyak : 13 orang (36%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Kesehatan saat ini :
Tabel 2.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan kesehatan saat ini
Riwayat Kesehatan
Nyeri Dimensia Isolasi Sosial Ansietas
Mob.fisik Konjungtivis DPD Halusinasi
Intoleransi akt Depresi Gang.penglihatan Insomnia
3% 3%
3%
7%
3%
43%
13%
3%
7%
3% 7% 3%
Dari tabel 2.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mengeluh nyeri
sendi sebanyak : 13 orang (44%)
Data : didapat dari pengkajian mahasiswa
Tekanan Darah
< 100/<70 101-139/80-90 >140/>90
17%
83%
2. Nadi :
Tabel 3.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi :
Nadi
Nadi
<60 60-100 >100
100%
Dari tabel 3.2. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai denyut nadi
yang normal yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Respirasi :
Tabel 3.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan Status Fisiologi :
Respirasi
Respirasi
< 12 12-24/menit >24
100%
Dari tabel 3.3. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai sistem
pernafasan yang baik(12-24x/menit) yaitu sebanyak 30 orang (100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
2%
8%
11%
80%
2. Leher
Tabel 4.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian leher
Leher
Normal Pem.tiroid
100%
Dari tabel 4.2. Dapat disimpulkan bahwa seluruhnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar tidak mengalami
pembesaran kelenjar tiroid dan kelainan pada leher yaitu sebanyak 30 orang
(100%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Thorax
a. Inspeksi
Tabel 4.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan
pengkajian thorax : inspeksi
Thorax
Simetris
100%
b. Palpasi
Tabel 4.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Jombang
berdasarkan pengkajian thorax : palpasi
Thorax
Nyeri Tdk nyeri
100%
4. Abdomen
a. Inspeksi
Tabel 4.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama
14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan
pengkajian abdomen : inspeksi
Abdomen
Simetris Tdk simetris
100%
palpasi
tidak nyeri nyeri
100%
ekstremitas
normal pincang/ pelan alat bantu
30%
33%
37%
Dari tabel 4.7. Dapat disimpulkan bahwa sebagian kecil sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berjalan dengan
pincang/pelan sebanyak 11 orang (36,7%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
E. Pengkajian Alat Indra
1. Fungsi Penglihatan
Tabel 5.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
penglihatan
penglihatan
normal kabur sakit tidak bisa
3%
7%
37%
53%
2. Fungsi Penciuman
Tabel 5.2. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
penciuman
penciuman
normal kurang
13%
87%
Dari tabel 5.2. Dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar sasaran
kelompok lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
mempunyai fungsi penciuman yang masih normal yaitu sebanyak 30 orang
(87%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
3. Fungsi Pengecapan
Tabel 5.3. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
pengecapan
pengecapan
baik kurang
10%
90%
4. Fungsi Pendengaran
Tabel 5.4. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari
di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian fungsi
pendengaran
pendengaran
baik kurang
47%
53%
5. Fungsi Kulit
a. Sensasi Nyeri
Tabel 5.5. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia
selama 14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
berdasarkan pengkajian fungsi kulit :Sensasi Nyeri
sensasi nyeri
normal abnornal
100%
sensasi suhu
normal abnormal
100%
c. Turgor
Tabel 5.7. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia
selama 14 hari di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar
berdasarkan pengkajian fungsi kulit : turgor
turgor
< 2 detik > 2 detik
100%
status mental
baik cukup bingung sensitif halu depresi
7%
3%
7%
17%
53%
13%
Dari tabel 7.1. Dapat disimpulkan bahwa setengahnya sasaran kelompok lanjut
usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai status mental
yang baik yaitu sebanyak 16 orang (53%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
30%
70%
Dari tabel 7.2. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai hubungan
yang baik dengan teman nya yaitu sebanyak 21 orang (70%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
H. Pengkajian Spiritual
Tabel 8.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian spiritual
pengkajian spiritual
baik terganggu
43%
57%
Dari tabel 8.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mau melakukan
ibadah setiap harinya yaitu sebanyak 17 orang (57%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
I. Pengkajian Sanitasi
Tabel 9.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian sanitasi
sanitasi
baik kurang
40%
60%
Dari tabel 9.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar melakukan sanitasi
dengan baik yaitu sebanyak 18 orang (60%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
J. Pengkajian Lingkungan
Tabel 10.1. Sasaran kelompok praktek gerontik pada lanjut usia selama 14 hari di
UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar berdasarkan pengkajian lingkungan
lingkungan
bersih kotor
43%
57%
Dari tabel 10.1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar sasaran kelompok
lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar mempunyai
lingkungan yang bersih yaitu sebanyak 17 orang (57%)
Data : didapat dari pengkajian oleh mahasiswa
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Data
4 SPIRITUA
L
3.1. Tahap Penapisan Masalah
SELEKSI (PENAPISAN)
MASALAH KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ...................................................
JML
KRITERIA PENAPISAN
SKOR
asiKemungkinanDiat
ansiaInterestkelopmokl
Potensi Untuk
ProgramRelevanDengan
SesuaiDenganPera
Tersediasumber
nPerawatgerontik
MASALAH
Pendidikan
ResikoTinggi
ResikoParah
KEPERAWATAN KELOMPOK
KHUSUS (LANSIA)
yaSumberDa
Fasilitas
Tempat
Waktu
Dana
Kesehatan (He)
KETERANGAN :
1= SANGAT RENDAH
2 = RENDAH
3 = SEDANG
4 = TINGGI
5 = SANGAT TINGGI
PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH SKOR
1
Keterangan :
Semakinbesarjumlahskor, makasemakinpentinguntukdiatasilebihdulu
(menjadiprioritas)karenaketertarikankelompokdanketersediaansumberdayalebihmemungkinka
ndigunakandalammenyelesaikanmasalah.
BAB 4
DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ........................................................
1. .................................................................................................................................................
2. .................................................................................................................................................
3. .................................................................................................................................................
4. ................................................................................................................................................
5. ...............................................................................................................................
BAB 5
INTERVENSI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ........................................................................
Diagnosis Hari/
No ASPEK Tujuan RencanaKegiatan Tempat
Keperawatan Tanggal
1 Biologis/ fisik Gangguan ......... Gangguan ............. pada Terdiri dari :
Pada Kelompok kelompok Lansia di Panti 1) Intervensi
Lansia Di Panti Werdha/ Desa .......... independen
Werdha/ teratasi dengan kriteria: keperawatan
Desa ......... 1) ………………… 2) Intervensi
……………………… kolaborasi dengan
……………………… petugas kesehatan
……………………… Panti/ Puskesmas,
… pihak manajemen
2) ………………… Panti/ kader dan
……………………… perangkat Desa
………………………
………………………
…
3) Dst.
Setelah dilaksanakan
Asuhan Keperawatan
selama 7 hari.
2 Psikologis
3 Sosial/ ekonomi
4 Spiritual
*urutan penulisan aspek dan diagnosis keperawatan tergantung pada prioritas masalah
BAB 6
IMPLEMENTASIKEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ……………………………………………
3 SOSIAL/
EKONOMI
4 SPIRITUAL
BAB 7
EVALUASI KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS (LANSIA)
DI ……………………………………..
2 PSIKOLOGIS
3 SOSIAL/
EKONOMI
4 SPIRITUAL
BAB 8
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada kelompok khusus (Lansia) di Panti Sosial Tresna
Werda Blitar telah dilaksanakan oleh mahasiswaProdi S1 Ilmu Keperawatan/ Profesi
Ners STIKES Insan Cendekia Medika Jombang pada Departemen Keperawatan
Gerontik, sesuai jadual yang berlangsung mulai dari tanggal...... sampai dengan .........
yang meliputiproses Pengkajian, Analisis data dan penapisan, Diagnosis, Intervensi,
Implementasi dan Evaluasi berjalan dengan lancar. Adapun kegiatan-kegiatan yang telah
telah terlaksana sebagai berikut :
a. .............
b. .............
c. .............
d. .............
e. .............
Semoga seluruh rangkaian kegiatan praktik keperawatan ini memberikan manfaat untuk
Lansia, keluarga dan pihak terkait yang ada di Panti/ Desa ........
8.2. Saran
a. PokjaBiologi/ fisik
b. PokjaPsikologis
c. PokjaSosial/ ekonomi
d. PokjaSpiritual
DAFTAR PUSTAKA
Afifka, 2012.Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut.
Semarang: FK UNDIP
Andarmoyo, S. 2013. Konsepdan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Arundati, D. Dkk. 2013.Pengaruh Senam Taichi dan Senam Biasa Terhadap
Reduksi Nyeri Ostheoarthritis Lutut Pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa. Gowa: UNHAS
Bandiyah, S. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2010. Prevalensi Gout
Arthritis.Https://docs.google.com.Diakses pada tanggal 2 Januari 2014
Dinas Kesehatan Jombang, 2013. Profil Dinas Kesehatan Jombang
Dahlan, L. 2009. Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah.Surakarta:
UNS
Fatkuriyah, L. 2013. Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Pada Lansia di Desa Sudimoro Sidoarjo. Surabaya
STRUKTUR ORGANISASI MAHASISWA
S
L
T
B
R
H
D
I
W
E
K
A
U
N
g
I
y
A
u
N
n
h
ti
B
T
s
a
k
i
R
l
j
F
r
z
S
,
K
. m
h
a
p
e
d
r
n
T
u
t
,
i
w
e
D
l
a
W
o
S
U
y
K
.
h
p p
e
K
.
S
,
i
m
3
Lampiran
1. Tabel Hasil Tabulasi
Proporsi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
N PERSENTASE
O JENIS KELAMIN JUMLAH (%)
1 Laki - Laki 11 36,7%
2 Perempuan 19 63,3%
JUMLAH 30 100%
4
5 Gang. Mobilitas Fisik 2 6,7%
6 Konjungtivis 1 3,3%
7 Defisit Perawatan Diri 4 13,4%
8 Halusilasi 1 3,3%
9 Intoleransi Aktifitas 2 6,7%
10 Depresi 1 3,3%
11 Gang. Penglihatan 1 3,3%
12 Insomnia 1 3,3%
JUMLAH 15 100%
5
Proporsi Lansia Berdasarkan Respiratory Rate
N PERSENTASE
O RR JUMLAH (%)
1 <12 x/mnt 0 0%
2 12-24 x/mnt 30 100%
3 >24x /mnt 0 0%
JUMLAH 30 100%
6
Proporsi Lansia Berdasarkan Kondisi Abdomen (Palpasi)
N KONDISI ABDOMEN PERSENTASE
O (INSPEKSI) JUMLAH (%)
1 Simetris 30 100%
2 Tidak 0 0%
JUMLAH 30 100%
7
Proporsi Lansia Berdasarkan Pengecapan
N PERSENTASE
O PENGECAPAN JUMLAH (%)
1 Baik 27 90%
2 Kurang 3 10%
JUMLAH 30 100%
9
LAPORAN KEGIATAN
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK “TERAPI MASSAGE”
DI LINGKUNGAN UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BLITAR
Disusun oleh:
1. ABDULLAH NOOR A (216410001) 16. NURJANAH FATIMAH (216410037)
2. AINUN DYAH P (216410004) 17. NURUL DWI P (216410039)
3. AMANDA NOVITA I.N (216410005) 18. NURUL RIZKI (216410040)
4. ANITA DYAH S. (216410007) 19. NURUS SHOHEB (216410041)
5. BAGAS TRY W. (216410008) 20. SHOFIYULLAH A (216410046)
6. DESIYANTI W (216410010) 21. SISKA MAURA SARI (216410048)
7. DWI BAGUS (216410013) 22. TRI SUSANTI (216410050)
8. ELCI K.O (216410017) 23. TRI WAHYU U (216410051)
9. FAWAIDATUL K. K (216410019) 24. USFATUN K (216410052)
10. FITRI HIDAYATUL A. (216410020) 25. YULIANA EKA S (216410054)
11. HANIFA EKA O (216410022) 26. YULIATIN (216410055)
12. IKA AYU TRISNA W. (216410023) 27. YUNITA NUR AINI (216410056)
13. MELATI R (216410027) 28. YUSINTA (216410057)
14. MOCH. NUR HUDA 29. ZEISVA A (216410059)
(216410030) 30. DITA PUTRI C (216410060)
15. NOVIKA AYU P (216410034)
10
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga laporan terapi massage ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga terapi massage ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan terapi massage, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
Tim Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep PSTW.......................................................................................3
B. Konsep Lansia.......................................................................................7
BAB III LAPORAN KEGIATAN
A. Waktu Dan Tempat Pelaksana..............................................................15
B. Susunan Acara......................................................................................15
C. Susunan Panitia.....................................................................................16
D. Sasaran Kegiatan...................................................................................17
E. Metode Kegiatan...................................................................................17
F. Setting Tempat......................................................................................17
G. Alat Dan Bahan.....................................................................................18
H. Anggaran Dana.....................................................................................18
I. Evaluasi Kegiatan.................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami penurunan kemampuan fisik, mental dan social secara bertahap
sampai tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Bagi kebanyakan
orang masa tua itu masa yang kurang menyenangkan.
Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap
lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berminat dengan
sexual dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya tidak
semua usia lanjut yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktivitas mental dan material pada usia lanjut.
Oleh karena itu perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa
putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik
dan kelainan yang dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan
komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya
pengobatan medis dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien
lanjut usia.
B. TUJUAN KEGIATAN
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi massage : klien mampu mengurangi
rasa nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi massage (pijat punggung, kepala, dan
ekstremitas atas dan bawah )selama 45 menit diharapkan klien dapat:
a. Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan
kecemasan.
iii
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi.
d. Mengubah perilaku.
e. Sebagai kegiatan yang menyenangkan.
C. MANFAAT KEGIATAN
1. Bagi Mahasiswa
Dapat membagikan ilmu kepada lansia dalam mengatasi nyeri dan
meningkatkan kualitas tidur.
2. Bagi Lansia
a. Lansia memahami bagaimana cara untukmengatasi nyeri dan
meningkatkan kualitas tidurnya
b. Tercapainya pembelajaran dan pemahaman untuk lansia
c. Lansia dapat mengaplikasikan sesuai dengan kegiatan yang pernah
diberikan Mahasiswa
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
v
keseimbangan, kekuatan kaki berkurang, dan radang
persendian yang dapat mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh
atau cedera.
2. Signage /Orientation, Keberadaan penunjuk arah di lingkungan
dapat mengurangi kebingungan dan memudahkan menemukan
fasilitas yang tersedia. Perasaan tersesat merupakan bahaya
yang menakutkan dan membingungkan bagi lansia yang leih
lanjut dapat mengurangi kepercayaan dan penghargaan diri
lansia. Lansia yang mengalami kehilangan memori atau pikun
lebih mudah mengalami kehilangan arah pada gedung dengan
rancangan ruangan yang serupa (rancangan yang homogen)
dan tidak memiliki petunjuk arah. Adanya petunjuk arah pada
area koridor dapat mempermudah lansia untuk menuju suatu
tempat. Jika lansia sering tersesat maka mereka akan
berpengaruh terhadap kesehatan mereka.
3. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan
syarat mendasar untuk lingkungan yang fungsional.
Aksesibilitas adalah Kendal untuk memperoleh yang
menggunakan sarana, prsarana, dan fasilitas bagi lansia untuk
memperlancar immobilitas lansia.adanya handrail pada koridor
dan area yang lain dapat membantu lansia dalam berjalan dan
beraktifitas mereka dapat melakukan segala hal tanpa bantuan.
Sedangkan ramp dapat mempermudah aksesibilitas bagi para
lansia yang menggunakan kursi roda.
4. Adaptabilitas yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan diri, lingkungan harus dirancang dengan
sesuai dengan pemakainya, termasuk dengan menggunakan
kursi roda maupun tongkat penyangga.kamar mandi dan dapur
merupakan ruangan dimana aktifias banyak dilakukan dan
keamanan harus menjadi petimbangan utama.
vi
b. Aspek Psikologis
1. Privasi yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang atau
tempat mengasingkan diri dari orang lain atau pengamatan dari
orang lain sehingga bebas dari gangguan tidak dikenal.
2. Interaksi social yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi
dan bertukar pikiran dengan lingkungan sekeliling (social).
Salah satu alas an penting untuk melakukan pengelempokkan
berdasarkan unsure lansia di panti werdha adalah untuk
mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi,
berdiskusi dan meningkatkan pertemanan. Interaksi social
mengurangi terjadinya depresi pada lansia dengan memberikan
lansia kesempatan untuk berbagi masalah, pengalaman hidup
dan kehidupan sehari-hari mereka.
3. Kemandirian yaitu kesempatan yang diberikan untuk
melakukan aktifitas sendiri tanpa tau sedikit bantuan dari
tenaga kerja panti werdha. Kemandirian dapat menimbulkan
kepuasan tersendii pada lansia karena lansia dapat melakukan
aktifitas-aktifitas yang dilakukannya sehari-hari tanpa
bergantung dengan orang lain.
4. Dorongan atau tantangan yaitu member lingkungan yang
merangsang rasa aman tapi menantang. Lingkungan yang
mendorong lansia untuk beraktifitas dipadat dari warna
keanekaragaman ruang, pola-pola visual dan kontras.
5. Aspek panca indra, kemudian fisilk dalam hal penglihatan,
pendengaran, penciuman yang harus dihitungkanm dalam
lingkungan indra penciuman, peraba, penglihatan, pendengaran,
dan perasaan mengalami kemunduran sejalan dengan
bertambah tuanya seseorang.
6. Ketidakasingan atau keakrapan, lingkungan yang aman dan
nyaman secara tidak langsung memberikan perasaan akrap pada
lansia terhadap lingkungannnya tinggal dalam lingkungan
rumah yang baru adalah pengalaman yang membingungkan
vii
untuk sebagian lansia menciptakan keakrapan dengan para
lansia melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan
yang ada.
7. Estetik atau penampilannya yaitu suatu rancangan yang tampak
menarik keseluruhan dari penampilan lingkungan mengirimkan
suatu pesan simbolik atau persepsi tertentu pada pengunjung,
teman, dan keluarga tentang kehidupan dan kondisi lansia
sehari-hari
8. Personalisasi yaitu menciptakan kesempatan untuk
menciptakan lingkungan yang pribadi dan menandai sebagai
“memiliki” seseorang individu.
3. Visi Dan Misi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha
a. Visi
Visi dari panti werdha hunian vertical tersebut adalah lanjut usia
yang bahgia sejahtera dan berguna.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas lanjut usia yang meliputi :
a. Kesehatan fisik, social, spiritual dan psikologi
b. Pengetahuan, keterampilan dan rekreasi
c. Jaminan social dan jaminan kehidupan
d. Jaminan perlindungan hokum
2. Meningkatkan profesionalisme pelayanan pada lanjut usia
viii
d. Melakukan pelayanan kebutuhan lansia dirumah atau diluar panti
dalam hal kebutuhan dasar dan layanan kegiatan sehari-hari.
B. Konsep Lansia
1. Lansia (Lanjut Usia)
a. Definisi Lansia
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,
baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti
mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai
dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin
memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional
(Nugroho, 2006).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan
bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh.
b. Fisiologis Lansia
Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus
secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya
dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan
proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan
daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan
tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda tergantung pada
ix
berbagai factor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan
lain-lain (Stanley, 2006).
c. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis/biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan Nugroho (2000) menyimpulkan pembagian
umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut
lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia
dikelompokkan menjadi usia dewasa muda (elderly adulthood), 18
atau 29 – 25 tahun, usia dewasa penuh (middle years) atau
maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun, lanjut usia (geriatric age)
lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70 – 75
tahun (young old), 75 – 80 tahun (old), lebih dari 80 (very old).
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1965 Pasal 1
seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia
setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
d. Teori – teori proses menua
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang
mengakibatkan perubahan secara komulatif dan merupakan
perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori biologis
tentang penuaan dibagi menjadi :
x
a. Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia
timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
b. Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi
diakibatkan pengaruh lingkungan.
c. Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi
menjadi :
1. Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terterapi
modalitas : terapi okupasisecara genetic untuk species –
species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei
(inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar
menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel
bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita
berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang
katastrofal. Konsep ini didukung kenyataan bahwa ini
merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa
species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata.
2. Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan
mutasi somatic. sebagai contoh diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya
menghindarinya dapat mempperpanjang umur.menurut
teori ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel
somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis
yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah
hipotesis error catastrope.
xi
3. Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi
oleh zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
4. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak
stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksigenasi bahan –
bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini
menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
5. Teori Sosial
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses
penuaan adalah teori pembebasan ( disengagement teori ).
Teori tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usi
seseorang secara berangsur – angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif
maupun kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan
ganda yaitu :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak fisik
3. berkurangnya komitmen
6. Teori Psikologi
Teori tugas perkembangan :
Menurut Hangskerst, ( 1992 ) bahwa setiap individu harus
memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik pada tiap
tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia
dan sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini
tergantung pada maturasi fisik, penghargaan kultural
masyarakat dan nilai serta aspirasi individu. Tugas
perkembangan pada dewasa tua meliputi penerimaan
adanya penurunan kekuatan fisik dan kesehatan,
xii
penerimaan masa pensiun dan penurunan
income.penerimaan adanya kematian dari pasangannya dan
orang – orang yang berarti bagi dirinya. Mempertahankan
hubungan dengan group yang seusianya, adopsi dan
adaptasi deengan peran sosial secara fleksibel dan
mempertahankan kehidupan secara memuaskan.
e. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah,
2011).
1) Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi,
kendur, tidak elastic kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain
sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan
elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon,
xiii
tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
d. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan
mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tualng: berkurangnya kepadatan tualng setelah di
obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan
mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan
nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
2) Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi
Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup :
a. Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang
karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa nude dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
b. Sistem respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan
xiv
pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
c. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata :
1. Kehilangan gigi,
2. Indra pengecap menurun,
3. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun),
4. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
d. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
e. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
f. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
3) Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
xv
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
xvi
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
B. SUSUNAN ACARA
KEGIATAN TAHAP KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
PENYAJI PESERTA
xvii
massage
( pijat
punggug )
untuk
mengurangi
nyeri dan
meningkatkan
kualitas tidur
lansia.
C. SUSUNAN PANITIA
1. Leader : Ika Ayu Trisna Wardani
1.
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memimpin kegiatan.
c. Memotivasi peserta.
d. Menjelaskan tujuan terapi massage
e. Menjelaskan langkah-langkah terapi massage
f. Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi massage
g. Menutup acara
2. Co-Leader : Usfatun Khasanah
Tugas :
a. Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya.
b. Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif.
3. Fasilitator : Ainun Dyah Pitaloka, Tri Wahyu, Elcy O, Bagas Tri
Waluyo, Yunita Nur Aini, Abdullah Nor Abadi, Tri Susanti
a. Mempertahankan keikutsertaan klien
b. Memfasilitasi dan memotivasi klien untuk ikut berpartisipasi
dalam jalannya kegiatan massage
4. Observer : Hanifa Eka Oktavia, Nurjannah Fatimah Dewi
Tugas :
xviii
a. Mencatat anggota yang pasif/aktif, respon verbal dan non
verbal, kejadian penting selama terapi massage
b. Mengidentifikasi issue penting selama terapi massage
c. Memberikan umpan balik selama proses kegiatan dari mulai
persiapan sampai selesai.
D. SASARAN KEGIATAN
Semua klien perempuan dan laki - laki yang dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
(Daftar hadir peserta terlampir)
E. METODE KEGIATAN
Dinamika kelompok.
F. SETTING TEMPAT
FASILITATO OBSERV
R ER
CO-
LEADER
LEADER
LANSIA
LANSIA
MEJA LANSIA
LANSIA
LANSIA
xix
H. ANGGARAN DANA
Pemasukan:
( Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah) Rp.50.000,-
Pengeluaran :
Konsumsi :
Roti 14 x 1.000 Rp. 14.000,-
Aqua gelas 1 dus Rp. 18.000,-
Rp. 32.000,-
Total : ( Dua puluh enam ribu lima ratus rupiah) Rp. 32.000,-
1. Nb: Alat-alat seperti handscone, Balsem atau GPU, Cream Cusson baby
menggunakan milik kelompok dan panti
I. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
Peserta hadir di tempat pelaksanaan kegiatan
Peserta kurang banyak yang mengikuti terapi massage
Ada 1 panitia yang tidak hadir dikarenakan ada
kepentingan
2. Evaluasi Proses
Peserta antusias mengikuti terapi massage
1 peserta yang hanya melihat saja
Semua peserta mencoba terapi massage ( pijat
punggung)
3. Evaluasi Hasil
xx
Peserta bisa melakukan terapi massage
Peserta mau mengaplikasikannya di kemudian hari jika
merasa nyeri dan susah tidur
xxi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagian besar lansia mau melakukan kegiatan terapi masaage untuk
mengatasi nyeri dan meningkatkan kualita tidur. Para lansia juga antusias
mengikuti dan mau mengaplikasikanya jika merasa nyeri dan susah tidur.
B. SARAN
Semoga lansia bisa mengaplikasikan terapi massage ini dan
menigkatkan kemampuan kognitif,afektif dan juga lebih ditingkatkan
pelayanan kesehatan pada lansia dengan ditambahkannya tenaga
kesehatan.
Semoga laporan yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi
semua yang membaca.
xxii
FOTO KEGIATAN