Kelompok 6 Pengembangan Profesi Konseling Kelas R2D
Nama Kelompok : 1. Feby Rizqy Rahma Faiz ( 202001500421 ) 2. Gusti Anugrah Pratama ( 202001500404 ) 3. Naila Sabila ( 202001500356 ) 4. Retno Wulandari ( 202001500389 )
Diskusi Kelompok Terkait Kasus yang Terjadi Di Sekolah
Seperti yang telah disebutkan di dalam Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia ABKIN, layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan melalui tahapan asesmen kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program, evalusi, pelaporan, dan tindak lanjut bimbingan dan konselingserta dilakukan dalam suatu kolaborasi dengan pendidik lain serta pemangku kepentingan layanan yang dapat menciptakan peluang kemandirian dan kesetaraan dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli berdasarkan prinsip-prinsip dasar profesionalitas berikut ini : 1. Setiap individu dilayani atas dasar kemuliaan harkat dan martabat kemanusiaannya 2. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan hormat dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu secara profesional. 3. Profesi bimbingan dan konseling memberikan pelayanan bagi individu atau kelompok dari berbagai latar belakang kehidupan yang beragam dalam budaya, etnis, agama dan keyakinan, usia, status sosial dan ekonomi, individu dengan berkebutuhan khusus, individu yang mengalami kendala bahasa, dan identitas gender. 4. Setiap individu berhak memperoleh informasi dan layanan yang mendukung pemenuhan kebutuhan mereka untuk mengembangkan diri. 5. Setiap individu mempunyai hak untuk memahami arti penting dari pilihan hidup dan bagaimana pilihan tersebut akan mempengaruhi masa depan yang membahagiakan. 6. Setiap individu memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan dirinya sesuai dengan hak-hak pribadinya, aturan hukum, kebijakan, dan standar etika pelayanan. Namun sayangnya, ada beberapa guru BK yang masih tidak menjalankan prinsip-prinsip dasar tersebut. Seperti contoh kasus yang terjadi pada salah satu murid SMA Negeri 11 Kupang Nusa Tenggara Timur, murid ini ditempeleng oleh guru BK-nya hingga telinganya berdarah dan bernanah. Siswa tersebut dan ayahnya lantas mendatangi LBH untuk meminta pendampingan hukum kasus yang menimpanya. Murid itu menceritakan kejadian yang terjadi pada bulan November 2017 lalu. Saat itu sedang upacara bendara dan murid itu hendak pergi ke toilet sehingga ia keluar drai barisan upacara bendera untuk menuju toilet. Keluar dari toilet, ia bertemu dengan gurunya dan murid itu ditempeleng oleh gurunya dengan sangat keras sebanyak satu kali. Lalu murid itu masuk kedalam kelas dan merasa ada lebam di dalam telinga. Sejak saat kejadian itu, hingga saat ini telinganya masih terasa sakit. Beberapa hari kemudian, ia main ke rumah temannya tiba-tiba keluar darah dari telinga nya lalu murid itu menceritakannya kepada orang tuanya. Dan kemudian kasus ini dilaporkan ke polisi. Saat ini kasusunya sudah ditangani oleh polisi. (sumber contoh kasus : https://kupang.tribunnews.com/2018/02/16/sadis-murid-sma-di- kupang-ditempeleng-guru-hingga-telinganya-bernanah) Menurut contoh kasus di atas, guru BK tersebut melanggar poin pertama dan kedua, dimana seorang guru BK harusnya bersikap menghargai peserta didik. Selain itu, sebagai guru BK harusnya melayani peserta didiknya atas dasar kemuliaan harkat dan martabat kemanusiaannya. Guru BK juga harus menyadari bahwa setiap peserta didiknya memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan hormat dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pelayanan bimbingan dan koseling yang bermutu secara profesional. Kode etik guru BK adalah : 1. Guru BK harus memegang teguh prinsip-prinsip membimbing dan memberi nasehat. 2. Bersikap menghargai peserta didik 3. Setiap individu dilayani atas dasar kemuliaan harkat dan martabat kemanusiaannya. 4. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan hormat dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pelayananbimbingan dan koseling yang bermutu secara professional.