Anda di halaman 1dari 3

Nama : Naila Sabila

NPM : 202001500356

Kelas : R1D

Matkul : Psikologi Konseling

1. Penjelasan tentang perbedaan konseling dan psikoterapi. Definisi konseling menurut


Schertzer dan Stone (1980) Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses
interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami
diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menetukan tujuan berdasarkan
nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Sedangkan psikoterapi menurut Wolberg adalah suatu bentuk perlakuan dan treatment
terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan gejala untuk
mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan pribadi yang positif. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan beberapa
perbedaan konseling dan psikoterapi pada tabel di bawah ini.

No Konseling Psikoterapi
1 klien Pasien
2. Gangguan yang serius Gangguan yang serius
3. Masalah: kepribadian dan pengambilan
Masalah: jabatan, pendidikan, dsb
keputusan
4. Behubungan dengan pencegahan Berhubungan dengan penyembuhan
5. Lingkungan pendidikan dan non Lingkungan medis
medis
6. Berhubungan dengan kesadaran Berhubungan dengan ketidaksadaran
7. Metode pendidikan Metode penyembuhan

2. Masalah-masalah yang menimbulkan konflik dalam diri klien pada umunya ialah masalah
yang berkaitan dengan emosi klien seperti masalah kecewa, masalah frustasi, masalah
kecemasan, masalah stress, masalah depresi, masalah konflik, dan masalah
ketergantungan. Dari ketujuh masalah tersebut dapat dialami klien secara bersamaan. (1)
Masalah Kecewa (Disaponted Problem), gangguan emosi yang ditimbulkan oleh
ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi. (2)
Masalah Frustasi (Frustration Problem), suatu bentuk kekecewaan yang tidak
terselesaikan akibat tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. (3) Masalah Kecemasan
(Anxiety Problem), keadaan atau kondisi emosi yang tidak menyenangkan dan merupakan
pengalaman yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak menentu. (4) Masalah
Stres (Stress Problem), gangguan emosi yang disebabkan adanya tekanan yang tidak dapat
diatasi oleh individu. (5) Masalah Depresi (Depressio Problem), gangguan emosi yang
menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus. (6) Masalah Konflik
(Conflict Problem), suatu pertentangan yang dialami individu. (7) Masalah
Ketergantungan (Depedence Problem), keaadan dimana seseorang melaksanakan tugas
dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain.
3. Alasan seseorang yang mengunjungi konselor dalam permasalahannya karena konselor
adalah seseorang yang lebih professional dalam membatu menghadapi permasalahan.
Berkonseling dengan konselor yang professional, seseorang bisa mendapatkan tempat
yang nyaman untuk bercerita dan berdiskusi tentang masalah, mendapatkan seseorang
(konselor) yang benar-benar dapat dipercaya, mendapatkan kesempatan untuk
membicarakan masalah yang dihadapi tanpa memendamnya sendiri, dan juga mendapat
pendampingan dalam menjalani pergaulan.
Alasan seseorang lebih memilih datang ke teman sebayanya dalam permasalahannya,
karena dengan teman sebaya dianggap memiliki atau memberikan saran yang menurutnya
sangat baik untuk diikuti, karena menurutnya teman sebaya lebih banyak mengerti dengan
diri kita terutama sahabat dan cenderung lebih sering berkomunikasi tentang hal-hal
lainnya yang membuat kita merasa lebih nyaman dan lebih percaya.
4. Maksud dari melindungi hal yang konfidensional yaitu konselor harus menjaga
kerahasiaan klien. Terdapat previleged communication dalam etika ini, yang artinya
konselor secara hukum tidak dapat dipaksa untuk membuka percakapannya dengan klien.
Schneiders menyebutkan bahwa konfidensial dilakukan karena faktor dorongan intrinsic
klien demi keperluan integritas, reputasi dan keamanannya. Pada dasarnya konfidensial
bersifat relative, yaitu tidak semua informasi yang diberikan oleh klien bersifat
konfidensial.
5. Kognisi, emosi dan motivasi merupakan aspek-aspek yang tidak bisa diabaikan
pengaruhnya dalam proses konseling. Menurut saya yang menjadi titikberat
didahulukannya penanganan terhadap konseli yaitu kognisi. Karena berhasil tidaknya
konselor merubah emosi dan motivasi konseli, tergantung dari sejauh mana konselor
mampu mengubah kognitif konseli. Aspek kognisi merupakan aspek yang akan menjadi
penentu bagaimana keadaan emosi dan sejauh mana motivasi seorang individu. Kognisi
individu sebenarnya bukanlah sesuatu yang kosong, namun telah terisi sebelumnya dengan
informasi-infornasi yang telah didapatkan serta pengalaman-pengalaman masa lalu. Tugas
dari konselor adalah merekontruksi pemikiran (kognisi) konseli yang sedang mengalami
kegagalan dalam menjalani kehidupannya secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai