Anda di halaman 1dari 7

Rumusan Masalah

1.      Apa itu Muskuloskeletal ?


2.      Apa saja fungsi rangka/tulang ?
3.      Bagaimanakah klasifikasi sistem rangka / tulang, persendian, dan otot ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui sistem musculoskeletal
2.      Mengetahui fungsi rangka/tulang
3.      Serta mencari tahu dan mengetahui klasifikasi sistem ranka/tulang, persendian dan otot.

DEFINISI MUSKULOSKELETAL
Ø  Muskuloskeletal terdiri dari kata:
·         Muskulo : Otot
·         Skeletal  : tulang
Ø  Menurut Ilmu Myologi Muskulo atau Muskular adalah jaringan otot-otot tubuh.
Ø  Menurut ilmu Osteologi Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh.
Ø  muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan
termasuk sendi, ligamen,tendon, dan saraf. 
Ø  Sistem yang memberi dukungan tubuh dan memungkinkan pergerakan bagi otot (klien
gangguan sistem muskuloskeletal . suratun: 2008)
Ø  Sistem tubuh yang terdiri dari otot ( muskulo) dan tulang – tulang yang membentuk rangka
(skelet). ( histologi dasar anathomy; 2011)
Ø  Sistem penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan (anatomi dan
fisiologi untuk pemula. EGC;2004)

Jadi  muskuloskeletal adalah sistem yang memberikan dukungan bagi tubuh yang
bertanggung jawab terhadap pergerakan yang terdiri dari otot ( muskulo ) dan tulang – tulang
yang membentuk rangka ( skelet). 
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan.
Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang
menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini
terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)

II. PENDAHULUAN UMUM SISTEM RANGKA


Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk
suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka terutama tersusun dari tulang , rangka
disebagian tempat dilengkapi dengan kartilago. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, rangka
kemudian digolongkan menjadi rangka aksial, rangka apendikuler dan persendian antara
tulang.
1.      Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi
organ-organ pada kepala, leher, dan torso.
a.       Kolumna vertebra
b.      Tengkorak :
(1)   Tulang kranial
(2)   Tulang wajah
(3)   Enam tulang auditori (telinga)
(4)   Tulang hyoid
c.       Kerangka toraks
2.      Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk lengan, tungkai, dan tulang
pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi tempat melekatnya lengan dan tungkai pada
rangka aksial.
3.      Persendian adalah artikulasi dari 2 tulang atau lebih.

A.    Fungsi Sistem Rangka
1.      Tulang memberikan topangan dan bentuk pada tubuh
2.   Pergerakan. Tulang beartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi
sebagai pengungkit.jika otot-otot (yang tertanam pada tulang) berkntraksi, kekuatan yang
diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan.
3.      Perlindungan. Sistem rangka melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh.
4.   Pembentukan sel darah (hematopoiesis). Sumsum tulang merah, yang ditemukan pada
orang dewasa dalam tulang sternum, tulang iga, badan vertebrata, tulang pipih pada kranium,
dan pada bagian ujung tulang panjang, merupakan tempat produksi sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit darah.
5.   Tempat penyimpanan mineral. Matriks tulang tersusun dari sekitar 62%  gram anorganik,
terutama kalsium fosfat, dan kalsium karbonat dengan jumlah magnesium klorid, florida,
sitrat yang lebih sedikit. Rangka mengandung 99% kalsium tubuh. Kalsium dan fosfor
disimpan dalam tulang agar bisa ditarik kembali dan dipakai untuk fungsi-fungsi tubuh; zat
tersebut kemudian diganti melalui nutrisi yang diterima.
B.     Komposisi Jaringan Tulang
1. Tulang terdiri dari sel-sel dan matriks ekstraselular. Sel-sel tersebut adalah ostesit, osteoblas,
dan esteklas.
2.   Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada substansi dasar
dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium.
a.       Substansi dasar. Tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama dari
kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa dengan protein.
b.  Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut hidrogsiapatit
dengan rumus molekul 3Ca3 (PO4) Ca (OH)2.
c.     Persenyawaan antara kolagen dan kristal higroksiapatit bertanggung jawab atas daya regang
dan daya tekan tulang besar. Cara penyusunan tulang serupa dengan pembuatan palang
beton : serat-serat kolagen seperti batang-batang baja pada beton; garam-garam tulang sama
seperti semen, pasir, dan batu pada beton tersebut.
3.      Kedua jenis jaringan, tulang  cancellus (berongga), dan tulang kompak. Kedua jenis tulang
ini memiliki komposisi yang sama tetapi prositasnya berbeda.
a.    Tulang Kompak. Adalah jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan sebagai
lapisan diatas jaringan tulang cancellus. Prositasnya bergantung pada saluran mikroskopik
(kanakuli) yang mengandung pembuluh darah, yang berhubungan dengan saluran havers.
b.   Tulang Cancellus. Tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguller yang bercabang
dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang dengan rongga-
rongga yang mengandung sumsum. Numlah tulang cancellus dan tulang kompak relatif
bervariasi bergantung pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari tulang yang sama.
C.    Perkembangan Tulang
Osteogenesis (pertumbuhan dan perkembangan tulang) merupakan suatu proses
pembentukan tulang dalam tubuh. Karena adanya matriks yang keras dalam tulang, maka
pertumbuhan interstisial (dari dalam), seperti yang terjadi pada kartilago, tidak mungkin
terjadi dan tulang terbentuk melalui penggantian jaringan yang sudah ada. Ada dua jenis
pembentukan tulang yaitu osifikasi Intramembranosa dan osifikasi endokondral
(Intrakartilago).
1.      Osifikasi Intramembranosa terjadi secara langsung dalam jaringan mesenkrim janin dan
melibatkan proses penggantian membran (mesenkim) yang sudah ada. Proses ini banyak
terjadi pada tulang pipis tengkorak, disebut sebagai “tulang membran”.
a.   Pada area tempat tulang akan terbentuk, kelompok sel mesenkim yang berbentuk bintang
berdiferesiansi menjadi “osteblas” dan membentuk pusat osifikasi (pusat paling pertama
yang terbentuk pada minggu ke-8 masa kehidupan janin).
b.      Osteoblas mensekresi matriks organic yang belum terkalsifikasi, disebut osteoid.
c.   Kalsifikasi massa osteoid dilakukan melalui pengendapan garam-garam tulang yang mengikuti
dan menangkap osteoblast serta prosesus sel osteoblas.
(1)   Jika sudah terbungkus matriks yang terklasifikasi, osteoblast berubah menjadi osteosit, yang
kemudian terisolasi dalam lakuna dan tidak lagi mensekresi zat intraselular.
(2)   Saluran yang ditinggalkan prosesus osteoblast menjadi kanalikuli.
d.      Pulau-pulau pertumbuhan tulang, atau spikula, menyatu dan membentuk percabangan untuk
membuat jarring-jaring tulang cancellous berongga, atau trabekula.
e.  Hasil osifikasi intramembranosa secara dini adalah pembentukan vascular, tulang-tulang
primitive, yang dikelilingi mesenkim terkondensasi dan kemudian akan menjadi periosteum.
Karena serat-serat kolagen tersebar kesemua arah, maka tulang baru ini seringkali disebut
tulang woven.
(1)   Pada area tulang berongga primitive yang menjadi tempat tumbuh tulang kompak, trabekula
menjadi lebih tebal dan secara bertahap menghentikan intervensi jaringan ikat.
(2)   Di area tempat tulang tetap menjadi tulang cancellous, ruang-ruang jaringan kat diganti
dengan sumsum tulang.
2.      Osifikasi Endokondral terjadi melalui penggantian model kartilago, sebagian besar tulang
rangka terbentuk melalui proses ini, yang terjadi dalam model kartilago hialin kecil pada
janin.
a.  Rangka embrionik terbentuk dari tulang-tulang kartilago hialin yang terbungkus perikondrium.
b.    Pusat osifikasi primer terbentuk pada pusat batang (diafisis) model kartilago tulang panjang.
c. Sel-sel kartilago (kondrosit) pada area pusat osifikasi jumlahnya meningkat (berproliferasi)
dan ukurannya membesar (hipertrofi).
d.  Matriks kartilago disekitarnya berklasifikasi melalui proses  pengendapan kalsium fosfat.
e.    Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi periosteum.
Lapisan osteogenic bagian dalam membentuk kolar tulang (klavikula), dan kemudian
mengelilingi kartilago terkasifikasi.
f.  Kondrosit, yang nutrisinya diputus kolar tulang dan matriks terkalsifikasi,
akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan matriks
kartilago.
g.      Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteobas yang masuk ke dalam spikula
kartilago terkalsifikasi memaluli ruang yang dibentuk osteoklas pada kolar tulang.
h.      Jika kuncup mencapai pusat, osteoblast meletakkan zat-zat tulang pada spikula kartilago
terkalsifikasi, dan memakai spikula tersebut sebagai suatu kerangka kerja. Pertumbuhan
tulang menyebar ke dua arah menuju epifisis.
i.        Setelah lahir, pusat osifikasi sekunder tumbuh dalam kartilago epifisis pada kedua ujung
tulang panjang.
j.        Ada dua area kartilago yang tidak diganti tulang keras.
(1)   Ujung tulang tetap kartilago articular.
D.    Klasifikasi Tulang Menurut Bentuknya
1.      Tulang panjang ditemukan di tungkai. Tulang berelongasi dan berbentuk silindris, serta
terdiri dari diafisis dan epifisis. Fungsi tulang ini adalah untuk menahan berat tubuh dan
berperan dalam pergerakan.
2.      Tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang pergelangan kaki
(tarsal). Tulang tersebut berstruktur kuboidal atau bujur, dan biasanya ditemukan
berkelompok untuk memberikan kekuatan dan kekompakan pada area yang pergerakannya
terbatas. Sebagian besar tulang pendek adalah tulang cancellous, yang dikelilingi lapisan tipis
tulang kompak.
3.      Tulang pipih ada pada tulang tengkorak, iga dan tulang dada, struktur tulang yang mirip
lempeng ini memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan
perlindungan. Dua lempeng tulang kompak (dikenal sebagai tabula luar dan tabula dalam
pada cranium) membungkus lapisan berongga (diploe).
4.      Tulang Ireguler adalah tulang yang bentuknya tidak beraturan dan tidak termasuk kategori
di atas; meliputi tulang vertebra dan tulang osikel telinga. Strukturnya sama dengan struktur
tulang pendek yaitu tulang cancellous yang ditutupi lapisan tulang kompak yang tipis.
5.      Tulang sesamoid adalah tulang kecil bulat yang masuk ke formasi persendian atau
bersambungan dengan kartilago, ligament atau tulang lainnya. Salah satu contohnya
adalah patela (tempurung lutut), yang merupakan tulang sesamoid terbesar.

III. PERSENDIAN
A.    Klasifikasi umum persendian. Suatu artikulasi, atau persendian. Terjadi saat permukaan
dari dua tulang bertemu, adanya pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya.
B.     Klasifikasi struktural persendian
1.    Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat fibrosa.
2.  Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago.
3.    Persendian sinovial memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen
artikular yang membungkusnya.
C.    Klasifikasi fungsional persendian
1.      Sendi sinartrosis atau sendi mati. Secara skruktural persendian ini dibungkus dengan
jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
a.   Sutura yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan hanya ditemukan
pada tulang tengkorak.
b.      Sinkondrosis yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago hialin.
2.      Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
a.   Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang
menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.
b.      Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat-serat
jaringan ikat kolagen.
c.   Gomposis adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong
tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada alveoli (kantong) tulang rahang.
3.      Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial.
a.      Lapisan terluar kapsul sendi terbentuk dari jaringan ikat fibrosa rapat berwarna putih yang
memanjang sampai bagian periosteum tulang yang menyatu pada sendi.
b.      Lapisan terdalam kapsul sendi adalah membran sinovial yang melapisi keseluruhan sendi,
kecuali pada kartilago artikular.
4.      Bursa adalah kantong tertutup yang dilapisi membran sinovial, dan ditemukan diluar rongga
sendi.
D.    Klasifikasi persendian sinovial
1.      Sendi sfrerodial terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk
dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain.
2.      Sendi engsel permukaan konveks sebuah tulang masuk dengan pas pada permukaan konkaf
tulang ke dua.
3.      Sendi kisar adalah tulang berbentuk kerucut yang masuk dengan pas kedalam cekungan
tulang kedua, dan dapat berputar ke semua arah.
4.      Persendian kondiloid terdiri dari sebuah kondilus oval suatu tulang yang masuk dengan pas
kedalam rongga berbentuk elips ditulang kedua.
5.      Sendi pelana permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf di satu sisi dan konveks
pada sisi lainnya; sehingga tulang tersebut akan masuk dengan pas kedalam permukaan
tulang kedua yang berbentuk konveks dan konkafnya berada pada sisi berlawanan, seperti
dua pelana yang saling menyatu.
6.      Sendi peluru adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang yang berartikulasi
berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang terhadap
tulang lainnya.

IV. OTOT
Jaringan otot yang mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, pada umumnya tersusun dari sel-
sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan
pergerakan dan melakukan pekerjaan.
A.    Ciri-ciri otot
1. Kontraktilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terelongasi karena kontraksi pada setiap diameter
sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf.
3.    Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk  meregang melebihi panjang otot
saat relaks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau
meregang. 

B.     Klasifikasi jaringan otot. Otot di klasifikasi secara structural berdasarkan ada tidaknya


striasi silang (lurik), dan secara fungsional berdasarkan kendali konstruksinya, volunter
(sadar) atau involunter (tidak sadar), dan juga berdasarkan lokasi, seperti otot jantung, yang
hanya ditemukan di jantung.

C.    Jenis-jenis otot
1.      Otot rangka. Adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
a.    Serabut otot sangat panjang, sampai 30cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar antara
10 mikron sampai 100 mikron.
b.      Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun dibagian perifer.
c.       Konstraksinya cepat dan kuat.
2.      Otot polos. Adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada
dinding organ berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti
pada system respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan system sirkulasi darah.
a.      Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang terelongasi.
b.  Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai 0.5
mm pada uterus orang hamil.
c.       Kontraksinya kuat dan lamban.
3.      Otot jantung. Adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung.
a.      Serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral.
b.      Panjangnya berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya sekitar 15
mikron.
c.    Diskus terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan
dengan sel-sel otot tetangga.
d.      Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.

Anda mungkin juga menyukai