Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elsa Veranita

Kelas : FA3

NIM :211FK03086

KASUS:

Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara terminal denganmetastase
yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri
tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan pemberiandosis morphin intravena.
Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan nyeribertambah hebat saat wanita
itu mengubah posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namunia sering meminta diberikan obat
analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat
analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkanbahwa penambahan obat analgesik dapat
mempercepat kematian klien.

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical dilemma). Dilema etik
merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatusituasi
dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik tidak ada
yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang harustergantung pada
pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan dilemaetik banyak diutarakan
dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah
(Thompson & Thompson, 1985).

Kozier et. Al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :

1. Mengembangkan data dasar.


2. Mengidentifikasi konflik.
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
danmempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat.
6. Membuat keputusan.

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK

• Mengembangkan data dasar :

a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawatb.Tindakan yang diusulkan : tidak
menuruti keinginan klien untuk memberikan penambahandosis morphin.c.Maksud dari tindakan
tersebut : agar tidak membahayakan diri kliend.Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak
diberikan penambahan dosis morphin, kliendan keluarganya menyalahkan perawat dan apabila
keluarga klien kecewa terhadap pelayanan dibangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit.

• Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :

Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeriyang
tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta penambahandosis
pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar
terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :

a. Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien.


b. Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.

• Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi tindakan
tersebut

a. menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.


Konsekuensi
1. Tidak mempercepat kematian klien.
2. Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung.
3. Pelanggaran v terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri.
4. )Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut

b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi
1. Tidak mempercepat kematian pasien.
2. Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang
nyeri).
3. Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi.

c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya
padamalam hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekueni
1. Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi.
2. Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat
cukupberistirahat.
3. Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4. Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.

• Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang secaralegal
dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu didiskusikandengan klien
dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penambahandosis tersebut.
Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat keputusan bagidirinya. Perawat selalu
mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatanyang dapat mengobservasi
mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan mekanisme koping klien,mengajarkan manajemen nyeri,
sistem dukungan dari keluarga, dan lain-lain.

• Mendefinisikan kewajiban perawat

a. Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri.


b. Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri.
c. Mengoptimalkan sistem dukungan.
d. Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah
yangsedang dihadapi.
e. Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
keyakinannya.

• Membuat keputusan

Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-masing
terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu dilakukan
terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau meditasi)
dankemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun apabila alternatif
tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan klien/
keluarganya akan dilaksanakan.

DISKUSI :

Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun dapat
mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut sebagai euthanasiaaktif. Di
Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undang-undang, karena tujuan darieuthanasia aktif
adalah mempermudah kematian klien. Sedangkan euthanasia pasif bertujuan untuk mengurangi
rasa sakit dan penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak pada kondisi klien yang
lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat kematian klien. Walaupun sebagian
besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan oleh petugas kesehatan profesional yang telah
dilatih dengan manajemen nyeri, namun hal tersebut tidak dapat membantu sepenuhnya pada
penderitaan klien tertentu. Upaya untuk mengurangi penderitaan nyeri klien mungkin akan
mempercepat kematiannya, namun tujuan utama dari tindakan adalah untuk mengurangi nyeri dan
penderitaan klien.

PRINSIP LEGAL DAN ETIK :

1. Eutanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau
pasif.Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan
kematianseseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan dosis
pengobatan,penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung kehidupan
lainnya yangdapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua tindakan tersebut kabur
bahkanseringkali merupakan yang tidak relevan.
2. Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang
berbeda,diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi
penderitaannyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk
mempercepatkematiannya.
3. Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence) dapat
dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan tindakan yang
bermanfaat, namun peningkatan rasa namun peningkatan dosis yang mempercepat
kematian klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan
tindakan adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak
mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good).

Anda mungkin juga menyukai