Disusun oleh :
Raissa Rahmadhani 211FK03076
Novia Agustini 211FK03083
Muhammad Rafi Fauzi 211FK03084
Elsa Veranita 211FK03086
SGD Kelompok I 1
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..…….....iii
BAB I….......………………………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….………1
1.1 Latar Belakang....………………………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….................1
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………..2
1.4 Manfaat………………………………………………………………………..................2
BAB II…………………….....................................................................................................4
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………...4
2.1 Definisi Keamanan atau Keselamatan…………………………………………………….4
2.2 Klasifikasi Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan……………………………………..4
2.3 Lingkup Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan………………………………………..5
2.4 Cara Meningkatkan Keamanan atauKeselamatan…………………………………………6
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan………………………...7
2.6 Jenis Dasar Resiko terhadap Keamanan Klien
di dalam Lingkungan Pelayanan Kesehatan…………………………………………………..8
2.7 Definisi Kenyamanan (Rasa Bebas Nyeri)……………………………………………….13
2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri………………………………………………..14
2.9 Masalah-masalah pada Kebutuhan Rasa Nyaman………………………………………..17
BAB III……………………………………………………………………………………….20
PENUTUP……………………………………………………………………………………20
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….20
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….............................................21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha
mencari yang terbaik. Sebagai makhluk sosial, dalam usaha pemenuhan
kebutuhan hidupnya tadi manusia selalu memelukan pihak lain. Seseorang
manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Kebutuhan manusia sendiri jika ditinjau dari segi tingkatan kepentingannya
dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer
adalah kebutuhan yang sangat penting dan paling utama. Dahulu kebutuhan
primer hanya mencakup sandang, pangan dan papan. Namun dewasa ini
karena kehidupan yang semakin kompleks maka ditambahkan pula sebagai
kebutuhan primer yaitu kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, hiburan, dan
lain-lain.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahan kehidupan dan kesehatan. Salah
satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan rasa aman dan nyaman.
Keamanan sering kali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik
dan psikologis. Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman
merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup klien. Kenyaman adalah
suatu rasa telah terpenuhinya kebutuhan dasar kemanusiaan. Tindakan untuk
mengupayakan rasa nyaman dengan memberikan kekuatan, dorongan,
motivasi, dan bantuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian keamanan atau keselamatan?
2. Apa saja klasifikasi kebutuhan keamanan ataukeselamatan?
3. Apa saja lingkup kebutuhan dan keamanan atau keselamatan?
4. Bagaimana cara meningkatkan keamanan atau keselamatan?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan?
6. Apa saja jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam lingkungan
pelayanan kesehatan?
7. Apakah pengertian kenyamanan?
8. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nyeri?
9. Masalah apa saja pada kebutuhan rasa nyaman?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keamanan atau keselamatan
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kebutuhan keamanan atau keselamatan
3. Untuk mengetahui lingkup kebutuhan keamanan dan keselamatan
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan keamanan atau keselamatan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan
6. Untuk mengetahui jenis dasar resiko terhadap keamanan klien di dalam
lingkungan pelayanan kesehatan
7. Untuk mengetahui pengertian kenyamanan
8. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
9. Untuk mengetahui masalah-masalah pada kebutuhan rasa nyaman
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan tentang rasa aman dan nyaman
b. Menambah pengetahuan menulis makalah
2. Bagi mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang rasa aman dan nyaman
3. Bagi masyarakat
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang rasa aman dan nyaman
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keamanan atau Keselamatan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2000).
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan
seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal
dan bakteriologis. Kebutuhan akan keaman terkait dengan konteks
fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan
dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang.
Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya penyakit, nyeri,
cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal
bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami tingkah laku
yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-
orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu
kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2005)
2.2 Klasifikasi Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan
2.2.1 Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi
ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit,
kecelakaan,bahaya pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien
mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi. Oleh karena itu
bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk
perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas
lebih dahulu diatas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang
perawat mungkin perlu melindungi klien disointasi dari kemungkinan jatuh
dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
2.2.2 Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota
keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus
mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan
hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa
ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak
dikenal. (Potter&Perry,2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum
mampu memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis mereka
tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan
kesehatan.Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih rentan untuk
terancam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga intervensi yang
dilakukan perawat adalah untuk membantu melindungi mereka dari
bahaya. (Potter&Perry, 2005).
2.3 Lingkup Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan
Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup
klien.
2.3.1 Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen,
kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan
mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan
yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak
mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan
karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika
kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi
dengan lambat.
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi-kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan risiko infeksi dan keracunan makanan.
2.6.1 Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh
kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami
oleh klien lansia. Selain usia, riwayat jatuh terdahulu, masalah pasca sikap
berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan sensorik, disfungsi
saluran dan kandung kemih, dan beberapa kategori diagnose tertentu
seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, neurologi, dan penggunaan obat-
obatan dan interaksi obat juga dapat menyebabkan jatuh modifikasi dalam
lingkungan pelayanan kesehatan dengan mudah mengurangi resiko
jatuh. Pegangan yang aman ditoilet, kunci pada tempat tidur, pagar tempat
tidur dan bel pemanggil beberapa bentuk keamanan yang ditemukan dalam
pelayanan kesehatan
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah jatuh :
1. Kaji resiko klien untuk jatuh
2. Tempatkan klien yang beresiko jatuh dekat dengan ruangan perawat
3. Ingatkan seluruh petugas terhadap resiko klien jatuh
4. Kunci seluruh temapt tidur, kursi roda atau brankar
(Potter&Perry, 2005).
2.6.2 Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien.
Menurut jurnal Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang aman dalam
situasi darurat dan bencana, system gas medic harus diatur seperti berikut :
1. Gas medik disimpan dengan benar dan dipasang dalam area penyimpangan
dengan kompartemen
2. Lokasi yang benar dan aman untuk penyimpanan gas medik.
3. Untuk penggunaan di rumah sakit gas medik harus dalam pipa, penyimpanan
minimum selama tujuh hari
2.6.3 Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan public yang penting. Kualitas
pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung oleh
peningkatan kualitas fasilitas fisik. Ruang rawat inap merupakan salah satu
wujud fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan pasien.
Tata pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruh
kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap, disamping juga
berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya
untuk melayani pasien.( Adi Santosa)
Depkes RI (1992) mendefinisikan pencahayaan sebagai jumlah
penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif. Pada rumah sakit intensitas pencahayaan antara lain
sebagai berikut:
1. Untuk ruang pasien saat tidak tidur sebesar 100-200 lux dengan warna cahaya
sedang
2. Pada saat tidur maksimum 50 lux
3. Koridor minimal 60 lux
4. Tangga minimal 100 lux
5. Toilet minimal 100 lux
Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan
silau dan intensitasnya sesuai dengan peruntukannya.