Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Telaah Jurnal

1. Pengaruh Edukasi Berbasis Keluarga Terhadap Intensi Ibu

Hamil untuk Optimalisasi Nutrisi Pada 1000 Hari Pertama

Kehidupan.

Di Indonesia, masalah gizi merupakan penyebab kematian ibu dan anak


secara tidak langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah. Ibu hamil merupakan
salah satu kelompok rawan kekurangan gizi karena terjadi peningkatan kebutuhan
gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung

[1]. Rendahnya status gizi dan pola makan yang salah pada ibu hamil dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat
badan yang kurang pada ibu hamil, dan gangguan pertumbuhan janin

[2]. Penelitian yang dilakukan oleh Chandradewi di Kabupaten Lombok Timur


menyatakan bahwa terjadi peningkatan asupan energi dan protein pada ibu hamil
yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) setelah diberikan makanan
tambahan berupa biskuit dengan bahan dasar pangan lokal

[3]. Penelitian yang dilakukan Sari dkk. (2013) menyatakan bahwa ada hubungan
antara indeks massa tubuh di awal kehamilan dengan berat badan lahir

Untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satu upaya yang

dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah kombinasi

pengalaman belajar yang direncanakan berdasarkan teori yang menyediakan

kesempatan bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk memperoleh


informasi dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
kesehatan yang berkualitas (Wurzbach, 2004 dalam Edelman & Mandle, 2006).
Shi, et al (2011) mengungkapkan bahwa praktek pemberian makanan pelengkap
yang tidak tepat telah diidentifikasi sebagai penyebab utama kekurangan gizi pada

56
57

anak-anak di negara berkembang. Melalui intervensi pendidikan menyapih dan


pemberian makan bayi secara efektif dapat meningkatkan praktik

pemberian makanan tambahan, gizi dan pertumbuhan anak. Intervensi pendidikan


kesehatan yang menggunakan teori TPB telah berhasil diterapkan pada beberapa

penelitian, diantaranya oleh Zeidi, (2015) mengungkapkan bahwa teori TPB


merupakan teori yang tepat untuk menjelaskan dampak dari faktor psikososial
untuk desain dan implementasi program-program pendidikan dalam rangka
meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada primipara. Intervensi pendidikan
yang dilakukan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam sikap, norma
subjektif, yang dirasakan kontrol perilaku, self-efficacy, niat dan perilaku
menyusui pada ibu primipara di kota Tonekabon. Zhang, et al. (2009) juga

mengemukakan efektivitas intervensi pendidikan pada perilaku pemberian makan

bayi berdasarkan TPB dan untuk menilai efek prediksi variabel niat dan paktek
pemberian makan pada bayi, bahwa kelompok intervensi memiliki skor signifikan
lebih tinggi dari kontrol dalam pengetahuan, sikap, self-efficacy, niat, keyakinan
norma, serta perilaku makan. Dalam penelitian ini digunakan model Brief
Strategic Family Therapy (BSTF) (Austin, Macgowan & Wagner, 2005). yang

melilbatkan ibu hamil, suami dan satu anggota keluarga lainnya dalam setiap
pertemukan edukasi. Peneliti menggunakan intervensi edukasi berbasis keluarga
karena edukasi berbasis keluarga merupakan salah satu bentuk aplikasi praktik
keperawatan keluarga dengan pendekatan perkesmas, yang mana keluarga ikut
terlibat dan berperan sangat besar pada praktik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
ibu hamil dan janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun kelak. Adapun
peran perawat komunitas yaitu sebagai edukator; memberikan edukasi kepada
individu, keluarga dan kelompok masyarakat yang berisiko mengalami masalah

kesehatan khususnya sasaran kelompok 1000 HPK yaitu ibu hamil, ibu menyusui

dan bayi 0-24 bulan guna meningkatkan status gizi ibu hamil, meningkatkan
cakupan ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI secara tepat.
58

Peran perawat ini perlu disinergikan dengan peran tenaga kesehatan lain di
Puskesmas sehingga dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan quasi


eksperiment pretest and post-test with control group design Kelompok intervensi
akan menerima edukasi berbasis keluarga terkait optimalisasi nutrisi pada 1000
HPK dan kelompok kontrol menerima edukasi dari petugas kesehatan saat
melaksanakan pemerikasaan Antenatal Care (ANC) di Puskesmas. Sebelum
dilakukan intervensi, pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan
pre test, kemudian dilaksanakan edukasi berbasis keluarga. Setelah tiga minggu
program edukasi optimalisasi nutrisi pada 1000 HPK berbasis keluarga
dilaksanakan, kemudian dilakukan post test pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Cara pengumpulan data dimulai dengan pre-test, kemudian

pelaksanaan edukasi berbasis keluarga dilakukan pada ibu hamil dengan


melibatkan suami dan atau 1 orang anggota keluarga yang memiliki hubungan dan
pengaruh yang kuat pada ibu hamil yang terdiri dari 3 kali pertemuan,

Hasil uji reliabilitas kuesioner nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
terhadap intensi ibu hamil yang terdiri dari komponen sikap, norma subjektif dan
PBC dengan menggunakan Cronbach Alpha adalah 0,954 Pilot study dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Puter yaitu pada 3 orang responden. Evaluasi hasil
menunjukkan 2 orang ibu hamil dan keluarganya mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan.dan Berdasarkan selisih nilai post dan pre test pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan Mann Whitney test,
diketahui ada pengaruh yang signifikan p=0,00 (p <0,05). Temuan ini enunjukkan

bahwa intervensi edukasi berbasis keluarga berdasarkan TPB efektif emengaruhi


niat ibu hamil untuk melaksanakan optimalisasi nutrisi pada 1000 HPK

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pooreh et al, dalam
studi quasi-eksperimental terhadap 160 remaja perempuan dari 12–16 thn (80
59

orang remaja perempuan kelompok kasus dan kelompok kontrol) yang tidak
pernah di didik dalam pencegahan hipertensi selama tiga bulan terakhir.
Pendidikan diberikan berdasarkan teori perilaku terencana dalam dua bagian

yaitu nutrisi dan aktivitas fisik. Hasil independen t-test menunjukkan di bagian

gizi, sikap (p = 0,000), norma subjektif (p = 0,025), PBC (p = 0,016) dan niat
perilaku (p = 0,025); meningkat secara signifikan. Tentang aktivitas fisik, kecuali
norma subjektif (p = 0,219), nilai rata-rata dari sikap (p = 0,001), PBC (p = 0,000)
dan niat perilaku (p = 0,000) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara dua
kelompok. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan berdasarkan

teori perilaku terencana efektif memengaruhi niat perilaku pencegahan hipertensi


pada remaja perempuan.

Walaupun secara umum terdapat perbedaan intensi, sikap, norma subjektif


dan PBC pada kelompok intervensi dan kontrol, penelitian ini juga menunjukkan
bahwa kelompok kontrol yang menerima penyuluhan antenatal di Puskesmas juga
mengalami perbedaan yang signifikan dalam aspek norma subyektif yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap intensi ibu-ibu hamil. Hal ini terjadi karena norma

subjektif menggambarkan kepercayaan secara normative dan motivasi individu


untuk mematuhi hal tersebut (Bock et al. 2005). Norma subjektif ini juga
dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial dari teman sebaya atau tenaga
kesehatan. Pemberian informasi oleh tenaga kesehatan dalam pelayanan antenatal
dapat mengubah norma subyektif ibu-ibu hamil yang pada akhirnya dapat

memengaruhi intensi. Akan tetapi masih ada komponen lainnya yaitu sikap dan
PBC yang belum dapat ditingkatkan sehingga intensi yang dihasilkan tidak sekuat
jika semua komponen intensi dapat ditingkatkan (Ajzen, 2005). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Pramukti, Hill, & Isa (2014) yang menunjukkan bahwa
walaupun ibu-ibu hamil dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya, tetapi
keputusan untuk memberikan ASI eksklusif tetap ada pada ibu-ibu tersebut.
60

Pendidikan adalah elemen kunci dalam keberhasilan kesehatan layanan


perawatan,

termasuk edukasi optimalisasi nutrisi pada ibu hamil dan pendekatan terbaik
adalah edukasi yang melibatkan keluarga sebagai orang terdekat bagi klien.
Edukasi berbasis keluarga merupakan salah satu upaya pemberdayaan untuk
memperkuat peran keluarga sebagai lingkungan yang paling berpengaruh terhadap
status kesehatan anggota keluarga, khususnya pada ibu hamil. Penelitian tentang
pengaruh edukasi berbasis keluarga telah banyak dilakukan oleh peneliti lain,
demikian pula dengan penelitian-penelitian yang menggunakan Theory of
Planned Behavior sebagai framework. Namun dalam penelitian ini, peneliti
mencoba untuk mengetahui pengaruh edukasi berbasis keluarga terhadap intensi
ibu hamil untuk optimalisasi nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan

menggunakan metode ceramah, yang mana metode ini cukup baik pada sasaran
dengan pendidikan tinggi dan rendah. Khairani (2009) mengemukakan bahwa ada
perbedaan pengetahuan, sikap dan intensi para siswa Sekolah Dasar di Jambi
untuk mencuci tangan menggunakan sabun melalui metode ceramah, demonstrasi
dan latihan. Adapun media yang digunakan berupa lembar balik dan modul yang
dapat dibaca sewaktuwaktu serta mudah dipahami oleh ibu hamil, suami dan atau
anggota keluarga lainnya. Siti (2010) dalam penelitiannya berpendapat bahwa
penggunaan media pembelajaran terhadap materi yang diajarkan merupakan
faktor yang memengaruhi efektifitas dalam proses pendidikan sebab periode emas
tumbuh kembang anak adalah penentu masa depan anak terhadap kondisi
kesehatannya, kecerdasan fisik dan mental anak serta daya saing anak sebagai
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, intervensi edukasi ini diharapkan dapat
meningkatkan niat ibu dan pada akhirnya menjadi perilaku pada ibu hamil dan
keluarga terhadap pemenuhan gizi pada 1000 HPK.

Dari asuhan keperawatan yang telah penulis lakukan selama 3 hari pada

klien dengan Hiperemesis dengan Kekurangan volume cairan berhubungan


61

dengan kehilangan volume cairan aktif (mual dan muntah berlebihan) telah di

lakukan Edukasi berbasis keluarga untuk intervensi kepada pasien tersebut

Menurut asumsi penulis teknik Edukasi berbasis keluarga ini dapat di

aplikasikan dalam pengelolaan klien dengan hipesremesis,di samping tindakan

keperawatan hal ini juga telah di buktikan dengan penelitian oleh Rosani

naim,Neti juniarti da Ahmad yamin.

2. Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe (Zingiber Officinale)


Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan


khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Resiko kehamilan bersifat dinamis,
karena ibu hamil yang pada awalnya normal,secara tiba-tiba dapat berisiko tinggi

(repository.usu.ac.id). Usaha untuk mencegah risiko tinggi pada ibu hamil dan

mencapai target MDGs adalah pengawasan sebelum lahir (ANC). ANC


mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan
mental dan fisik kehamilan untuk menghadapi persalinan. Melalui pengawasan
kehamilan dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan sehingga dapat diatasi kondisi yang tidak dapat dirujuk ketempat yang
lebih lengkap peralatannya sehingga mendapat perawatan yang optimal
(Manuaba, 2010).

Mual muntah pada kehamilan merupakan salah satu gejala paling awal, paling
umum dan paling menyebabkan stress yang dikaitkan dengan kehamilan selama
masa kehamilan. Sebanyak 90% wanita mengalami beberapa bentuk mual dan
62

muntah yang dapat dimulai dari gejala mual ringan yang khas sampai sedang yang
dapat sembuh dengan sendirinya dengan/tanpa disertai muntah sampai kondisi
berat, yaitu hiperemesis gravidarum. Sekitar 51,4 % wanita mengalami mual dan
9,2% wanita mengalami muntah. Keadaan hiperemesis gravidarum yang sangat
yang patologis jauh lebih jarang terjadi dibandingkan mual muntah secara logis.
Diperkirakan hiperemesis gravidarum yang sangat patologis terjadi dalam 1/500
kehamilan (Tiran,2008).

Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum dialami oleh 50 % wanita
hamil, dan biasanya paling parah pada trimester I kehamilan. Muntah terjadi
ketika pusat muntah dimedula atau zona pemicu kemoreseptor yang terletak di
dinding lateral ventrikel ke empat yang terstimulasi. Etiologi muntah belum
terbukti, namun menurut perkiraan, kondisi ini dapat disebabkan oleh kadar HCG
sirkulasi. Gejala muntah akan semakin parah pada kehamilan mola atau kehamilan
kembar. Sebagian wanita hamil gejala tersebut lebih sering muncul pada saat
bangun tidur, sehingga kerap sering disebut morning sickness. Sebagian yang lain,
gejala mual muntah terus berlanjut sepanjang hari (Holmes, 2011).

Beberapa wanita mengalami mual muntah selama kehamilan mereka. Morning


sickness biasanya dimulai pada bulan pertama kehamilan dan berlanjut sampai
minggu ke-14 sampai ke-16 (bulan ke-3 atau 4) (Matthews A, 2010). Mual dan
muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem
endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh peningkatan
fluktuasi kadar HCG (Hormon Chorionic Gonadotropin) khususnya karena
periode mual dan muntah gestasional yang paling umum adalah usia 12-16
minggu pertama yang pada saat itu HCG mencapai kadar tertingginya (Tiran,
2008).

Gejala mual muntah dipagi hari atau morning sickness biasa dialami oleh ibu

hamil usia dibawah 6 bulan (Bararah, 2011). Kebanyakan wanita yang mengalami
gejala mual dan muntah hilang antara minggu ke 16 dan 22 kehamilan. Sebagian
kecil wanita 0,3-2 % akan mengalami kondisi yang lebih serius yang disebut
63

hiperemesis gravidarum yang memerlukan rujukan medis. Bidan dapat


menyarankan wanita hamil untuk minum susu sebelum tidur dan mengkonsumsi
biskuit kering bersama minuman sebelum bangun tidur dipagi hari, menghindari
makanan yang berbumbu atau berbau tajam, dan makan dalam porsi kecil, untuk
menjaga kadar gula dalam darah. Selain itu, alat yang memancarkan stimulasi
elektrik memulai pergelangan tangan untuk memicu impuls sensori dan
neurologis yang mengontrol muntah, akupuntur, obat-obatan herbal dan
homeopati juga dapat meminimalkan ketidaknyamanan akibat kondisi tersebut

(Holmes, 2011).

Usaha untuk mengurangi gejalanya bisa dengan makanan atau minuman


yang mengandung jahe. Jahe yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil bisa dalam
berbagai bentuk seperti teh jahe, minuman jahe, permen atau biskuit. Ibu hamil
yang mengalami efek samping sakit kepala, mulas atau diare setelah
mengkonsumsi jahe sebaiknya dihentikan (Bararah, 2011). Studi awal
menunjukkan bahwa jahe mungkin aman dan efektif untuk mual dan muntah
semasa kehamilan bila digunakan sesuai dosis yang dianjurkan untuk jangka
waktu yang singkat (Mikail, 2012).

Dewasa ini, jahe merupakan bahan ramuan lebih dari 50% obat-obatan
tradisional untuk mengatasi berbagai kondisi sakit seperti mual, kram
perut,mabuk kendaraan, demam, gangguan pencernaan dan infeksi. Jahe memiliki
kandungan besi dan kalsium yang tinggi (vitahealth, 2008). Sebuah penelitian
diDenmark menemukan bahwa jahe tidak menimbulkan masalah ketika diberikan
kepada tikus hamil dengan dosis beberapa kali lebih banyak dibandingkan dengan

yang biasa diminum seorang wanita (Chopra, 2006).

Produk utama tanaman jahe adalah rimpang jahe. Rimpang jahe merupakan
sumber minyak jahe yang disebut minyak atsiri. Minyak jahe mengandung
minyak terbang (yang mudah menguap) misalnya gingerol (Rukmana, 2011).
Senyawa gingerol sebagai kandungan utama dalam rimpang jahe adalah suatu
oksidan kuat yang efektif mengatasi radang. Jahe memiliki antiemetik dan
64

kegiatan anxiolytic. Hal ini juga dapat membantu morning sickness. Gingerol dan
shogaol dari jahe dapat merangsang aliran air liur, empedu dan sekresi lambung.
Jahe juga ditemukan untuk menekan kontraksi lambung dan meningkatkan tonus
otot usus dan peristaltik. Konstituen dalam jahe dapat berinteraksi dengan reseptor

5HT-3 dan mungkin sebagian bertanggung jawab menjadi antiemetiknya (Zhion,


2011).

Mual muntah yang tidak segera tertangani bisa menjadi kasus komplikasi

dalam kehamilan yang lebih serius dan berakibat fatal yaitu hiperemesis
gravidarum (Tiran, 2008).

Prevalensi hiperemesis gravidarum di Indonesia tahun 2008 berjumlah sebanyak


150 orang. Prevalensi hiperemesis gravidarum di Jawa Timur dalam kasus
program Jamkesda tahun 2008 sebesar 13 orang kasus, sedangkan di wilayah
Puskesmas Cunda Muara Dua Lhok Seumawe (NAD)melaporkan bahwa sekitar
2,4% wanita yang mengalami mual dan muntah memerlukan hospitalisasi untuk
hiperemesis gravidarum. Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Kediri tahun 2012
kasus hiperemesis gravidarum sebanyak 59 orang. Data yang diperoleh peneliti
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri tahun 2012 didapatkan K1 di Puskesmas
Wonorejo sebanyak 656 orang. Studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti
di wilayah kerja Puskesmas Wonorejo didapatkan jumlah K1 pada bulan Januari-
Maret 2013 sebanyak 155 orang. Jumlah K1 pada bulan Februari 2013 sebanyak
59 orang dari 9 desa. Jumlah kunjungan ibu hamil usia kehamilan 0-16 minggu
selama bulan Februari 2013 sebanyak 44 orang dari 9 desa. Jumlah ibu hamil usia
kehamilan 0- 16 minggu yang mengalami mual muntah sebanyak 26 orang.
Berdasarkan data diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang
efektifitas pemberian serbuk jahe (Zingiber Officinale) terhadap tingkatan mual
muntah pada ibu hamil usia kehamilan 0-16 minggu di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pemberian serbuk jahe (Zingiber Officinale) terhadap
tingkatan mual muntah pada ibu hamil usia kehamilan 0- 16 minggu.
65

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan


penelitian eksperimen semu atau quasy experiment. Populasi ibu hamil usia
kehamilan 0-16 minggu yang mengalami mual muntah sebanyak 26 orang.
Jumlah sampel peenelitian adalah 24 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu kelompok perlakuan sejumlah 12 orang dan kelompok kontrol sejumlah 12
orang. Teknik sampling yang digunakan adalah multi stage sampling. Teknik
sampling pertama yang digunakan adalah cluster sampling dan teknik sampling
kedua menggunakan sistematis sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah : Ibu hamil dengan usia kehamilan 0-16 minggu, Ibu hamil usia kehamilan
0- 16 minggu yang mengalami mual muntah fisiologis (retching dan muntah
sebanyak ≤ 6 kali), Ibu hamil usia kehamilan 0-16 minggu yang tidak pernah
mengalami keguguran, Ibu hamil usia kehamilan 0-16 minggu yang mengalami
mual muntah bersedia menjadi responden dan bertempat tinggal di wilayah
Puskesmas Wonorejo. Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah : Ibu hamil
yang mempunyai penyakit gangguan mental, Ibu hamil dengan gastritis,
hiperemesis gravidarum, kelainan ginjal, kelainan hati, diabetes melitus dan
riwayat obstetri jelek (abortus, bekas SC). Penelitian dilakukan di wilayah kerja
puskesmas Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Penelitian
dilakukan pada bulan 28-31 Mei 2013 dan 1-23 Juli 2013. Instrumen penelitian
menggunakan timbangan digital dengan merk Mettler Toledo untuk takaran
pemberian jahe seberat 250 mg dimasukkan dalam kapsul. Instrumen lain yang
digunakan untuk mengukur mual muntah adalah Kuisioner Rhodes INVR. Data
dianalisa dengan menggunakan uji Wilcoxon Mann-Whitney U-Test.

Hasil pengumpulan data yang dilaksanakan mulai tanggal 28-31 Mei 2013
dan 1-23 Juli 2013 di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo didapatkan 24
responden yang digunakan sebagai sampel penelitian dan dari hasil pengumpulan
data melalui kuesioner di dapatkan Simpulan penelitian adalah : 1)Penurunan
mual muntah pada ibu hamil usia kehamilan 0-16 minggu sebelum dan sesudah
66

diberi serbuk jahe (zingiber officinale) sebagian besar mengalami mual muntah
sedang sebanyak 58,3 % yakni 7 orang, 2). Penurunan mual muntah pada ibu
hamil usia kehamilan 0-16 minggu sebelum dan sesudah yang tidak diberi serbuk
jahe (zingiber officinale) sebagian besar mengalami mual muntah sedang
sebanyak 75 % yakni 9 orang, 3). Ada perbedaan pengaruh pemberian jahe
terhadap penurunan derajat mual muntah pada ibu hamil usia kehamilan 0-16
minggu yang diberi serbuk jahe dan tidak diberi serbuk jahe. Saran yang diajukan
adalah : 1). Peneliti mengharapkan lahan penelitian dapat mempertimbangkan
pemberian jahe sebagai terapi nonfarmakologi kepada ibu hamil yang mengalami
mual muntah, 2). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
dapat menjadi pertimbangan masukan penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan jahe ataupun penurunan mual muntah pada ibu hamil, 3). Peneliti berharap
untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan melakukan penelitian
tentang alternatif lain yang dapat mengurangi mual muntah misalnya dengan
teknik akupunktur dan perbandingan penurunan mual muntah dengan pemberian
vitamin B6 dengan Jahe.

asumsi penulis pemberian air jahe pada klien yang hiperemesis dapat di
aplikasikan pada tindakan keperawatan dengan klien mual muntah,hal ini telah di
buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh “Finta Isti Kundarti*, Dwi
Estuning Rahayu*, Reni Utami Tentang Efektifitas Pemberian Serbuk Jahe
(Zingiber Officinale) Terhadap Tingkatan Mual Muntah Pada Ibu Hamil

B. Kesimpulan

Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.

S pada tanggal 12 Juni 2020 s/d 14 Juni 2020 maka dapat disimpulkan:

1.    Berdasarkan data subjektif dan objektif yang di peroleh dari hasil

pengkajian Ny. “S” maka dapat ditegakkan diagnosa yaitu G2 1A0 H1


67

gestasi diperkirakan 12 – 13 minggu dengan masalah hiperemesis

gravidarum.

2. Sesuai dengan teori pada kasus hiperemesis gravidarum ditemukan

diagnosa keperawatan adalah defisit volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.

3. Setelah dilakukan pengkajian dan dirumuskan diagnosa keperawatan

disusunlah rencana asuhan keperawatan yang memakai standar NIC,

NOC

4. Selanjutnya di implementasikan dalam asuhan keperawatan dan

disesuaikan dengan kondisi klien, walaupun ada beberapa rencana asuhan

keperawatan yang belum terlaksana.

5. Evaluasi dilaksanakan setelah asuhan keperawatan diberikan selama 3

hari, dari hari pertama samapai hari ketiga memperlihatkan adanaya

perubahan pada klien dengan kondisi klien mulai membaik, muntah

berhenti tetapi klien masih merasakan mual, dan bila keadaan umum ibu

mulai membaik akan dilakukan Aff infuse.

6.  Yang terpenting dalam melakukan Asuhan keperawatan yang diberikan

pada kasus Hiperemesis Gravidarum seperti yang dialami Ny. “S” adalah

faktor psikologi, memberikan kasih sayang, perhatian dan support

terhadap klien, faktor ini sangat membantu dalam proses penyembuhan. 

C. Saran

1. Bagi ibu hamil


68

a. Diharapkan agar tiap ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan

kehamilan (ANC) sedini mungkin secara teratur dan selalu

waspada terhadap segala resiko terjadinya komplikasi khususnya

pada kasus hiperemesis gravidarum.

b. Pentingnya kematangan fisik dan mental dalam mempersiapkan

setiap kehamilan agar kehamilan dapat terjaga dan dapat

melahirkan bayi yang sehat.

2. Penulis/mahasiswa

Mengasah kemampuan terutama dalam keperawatan

maternitas dalam penerapannya untuk memberikan asuhan

keperawatan yang profesional.

3. Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan kepada STIKes nan Tongga Lubuk

Alung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk

perbandingan dan memberikan konsep asuhan keperawatan secara

teori dan praktek.

4. Rumah Sakit Umum Daerah Solok Selatan

Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan atau pemberi pelayanan

asuhan terutama diruang rawatan dalam memberikan pelayanan yang

memuaskan serta memperlihatkan perkembangan kearah yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai