Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT PADA HEWAN

Disusun oleh :
Kelompok 8
1. Nanda Devita Sari 4411419003
2. Fadhila Fauzia Syahriar 4411419007
3. Tiarmada Simanullang 4411419022
4. Frisca Dynasti Putri 4411419028
5. Maulida Nuradellia 4411419032

Biologi Rombel B 2019


Hari Praktikum : Selasa, 21 September 2021

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
PRAKTIKUM HITUNG ERITROSIT PADA HEWAN

Hari Tanggal : Selasa, 21 September 2021


A. Tujuan Praktikum:
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung jumlah eritrosit pada tikus (hewan
coba).
B. Tinjauan Pustaka
Darah adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan trombosit)
yang terendam pada cairan kompleks plasma. Darah membentuk sekitar 8% dari berat total
tubuh. Pergerakan konstan darah sewaktu mengalir dalam pembuluh darah menyebabkan
unsur-unsur sel tersebar merata di dalam plasma. Di bawah ini akan dipaparkan tentang
darah meliputi, fungsi darah, komposisi darah (plasma, sel darah), proses pembekuan
darah, penggolongan darah, kelainan pada darah (Sa`adah, 2018).
Fungsi sel darah merah bagi tubuh secara umum adalah transportasi. Dalam
fungsinya untuk transportasi, sel darah merah bertanggung jawab untuk mengangkut
bahan- bahan, molekul dan nutrisi penting ke dan dari sel-sel yang membentuk tubuh
(Salamoon, 2021). Darah memiliki peran dalam menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh (Soepraptini J, dkk 2011). Mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh,
mengangkut hasil oksidasi untuk diekskresi dan menjaga suhu temperatur tubuh (Yuni
N.E., 2015).
Eritrosit mengandung hemoglobin yang dapat menjalankan fungsi darah sebagai
pengangkut O2 dan CO2 (Hoffbrand & Moss, 2013). Komponen eritrosit terdiri dari
membran eritrosit, sistem enzim, serta hemoglobin yang terdiri dari heme dan globin
(Bakta I.M, 2015). Membran eritrosit merupakan lapisan lipid bipolar tempat antigen
permukaan tertambat. Sekitar 50% dari membran eritrosit adalah protein, 20% fosfolipid,
20% molekul kolesterol dan 10% karbohidrat (Hoffbrand A.V, & Moss P.A.H, 2013).
Eritropoiesis atau proses pembentukan eritrosit terjadi di dalam sumsum tulang terutama
pada tulang yang pendek dan pipih tidak beraturan, jaringan nukleus pada ujung tulang
pipa, sumsum dalam batang iga-iga dan sternum. Perkembangan eritrosit dimulai dari sel
muda yang berukuran besar berinti hingga sel tua yang berukuran kecil tidak berinti
(D’hiru, 2013).
Menurut Andika (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pemeriksaan
hitung jumlah eritrosit adalah sebagai berikut :
1. Kehamilan meningkatkan cairan tubuh yang normal, menyebabkan terjadinya
pengenceran pada eritrosit sehingga jumlah eritrosit rendah.
2. Dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga komponen darah tidak
mudah meninggalkan aliran darah. Hemokonsentrasi meningkatkan jumlah
eritrosit.
3. Ketinggian tempat menurunkan tekanan oksigen sehingga tubuh lebih banyak
memproduksi sel eritrosit untuk memenuhi kebutuhan oksigen, menyebabkan
jumlah eritrosit meningkat (Riswanto, 2013).
4. Jenis kelamin, umur pasien menentukan konsentrasi komponen darah.
Perbedaan kadar jumlah eritrosit antara bayi dan dewasa, laki-laki dan
perempuan (Nugraha G, 2015).

Volume eritrosit kurang lebih ⅓ - ½ volume darah. Sehubungan dengan fungsi


eritrosit sebagai pengikat oksigen, yang selanjutnya oksigen akan dimanfaatkan untuk
aktivitas metabolisme, maka keberadaan/jumlah oksigen dalam tubuh hewan dapat dipakai
sebagai indikator aktivitasnya. Apabila jumlah eritrosit menurun dan /atau jumlah
hemoglobin menurun dapat menyebabkan kondisi yang disebut anemia (an: tanpa; emia:
darah). Anemia dapat disebabkan oleh peningkatan kerusakan eritrosit/perdarahan atau
karena pembentukan eritrosit yang kurang sempurna. Jumlah eritrosit secara fisiologis
dapat meningkat pada kondisi latihan otot, berada/bermukim di tempat tinggi, adanya
penyakit pada paru-paru dan suhu lingkungan yang tinggi (Marianti et al, 2020).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Mikroskop, hemositometer, mikrohematokrit, Gaway, internet.
2. Bahan
EDTA/heparin, larutan Hayem, Alkohol 70%, dan darah tikus/mencit/ayam.

D. Cara Kerja
1. Prosedur kerja menyiapkan cairan darah untuk dihitung jumlah eritrositnya dapat
saudara saksikan melalui link .........................
2. Mengamati dengan seksama tayangan video nya, catat semua alat dan bahan serta
prosedur kerjanya secara lengkap.
3. Masing-masing kelompok akan mendapatkan kiriman satu foto tampilan mikroskop
bilik hitung Neubauer yang sudah diisi dengan cairan darah dengan pengenceran oleh
larutan Hayem sebesar 200 kali, melalui Whatsapp oleh asisten masing-masing
kelompok.
4. Memperhatikan kotak-kotak pada bilik hitung yang tampak pada foto tersebut, dan
menentukan area hitung eritrosit seperti, petunjuk pada gambar berikut ini.

Gambar 5.1. Bilik hitung Neubauer. Lima kotak di tengah yang diarsir (symbol R) adalah
area hitung eritrosit. Empat kotak di pinggir dengan simbol W adalah area hitung leukosit.

5. Setelah area hitung sel-sel eritrosit ditentukan, kemudian menghitung sel-sel eritrosit
yang terdapat pada area hitung tersebut dengan mengikuti alur pola seperti gambar
berikut ini.
6. Memasukkan sel-sel eritrosit yang terhitung dalam rumus berikut :

RUMUS HITUNG JUMLAH ERITROSIT

Jumlah Eritrosit = E/80 x 4000 x pengenceran (200 atau 400 kali)

= 10.000 x E/mm3 atau 20.000 x E/mm3

Keterangan :

E = Jumlah eritrosit terhitung pada 5 bujur sangkar kecil

80 = jumlah bujur sangkar kecil (5x 16 bujur sangkar kecil) area hitung eritrosit

4000 = Volume bujur sangkar kecil = 1/4000 m3

7. Masing-masing praktikan dalam satu kelompok diwajibkan menghitung jumlah eritrosit


dalam foto tersebut.
8. Data jumlah sel eritrosit yang diperoleh dari masing-masing praktikan, dijumlahkan,
dirata-rata dan dilaporkan sebagai data kelompok.
10. Membuat laporan praktikum dan kirimkan.

E. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, jumlah eritrosit yang pada bilik hitung
Neubauer diatas adalah 341.

F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Data tersebut dipilih
dengan cara merata-rata data setiap anak di kelompok 8 dan memilih data yang mendekati rata-
rata tersebut. Data yang paling mendekati rata-rata adalah data milik Maulida dengan jumlah
341 eritrosit.

G. Pembahasan
Praktikum Menghitung Jumlah Eritrosit Pada Hewan bertujuan untuk untuk
menghitung jumlah eritrosit pada tikus (hewan coba). Praktikum ini dilakukan secara daring
dengan cara Asisten memberikan gambar eritrosit yang berbeda-beda untuk masing-masing
kelompok. kemudian, masing-masing anggota kelompok menghitung jumlah eritrosit tersebut
sesuai arahan dari buku panduan praktikum. Untuk data perhitungan masing-masing ada di
lampiran. Data yang kami dapatkan adalah 341 eritrosit.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah merah (eritrosit)pada hewan
coba. Menghitung jumlah eritrosit dengan rumus :

Jumlah Eritrosit = E/80 x 4000 x pengenceran (200 kali)

= 10.000 x E/ mm2
Hasil yang diperoleh dari perhitungan kelompok kami yaitu 3.410.000 / mm2. Kekurangan
jumlah eritrosit menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya kemampuan darah
mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah eritrosit. Sedangkan polisistemia adalah
kondisi dimana jumlah eritrosit meningkat secara nyata atau dalam kata lain jumlah eritrosit
yang melampaui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa jumlah eritrosit pada hewan
coba termasuk normal.Jumlah normal sel darah merah (eritrosit) tergantung pada usia dan
jenis kelamin.Eritrosit adalah sel darah yang jumlahnya paling banyak dibandingan dengan
sel darah lain. Pada pria dewasa, jumlah eritrosit 4,1 juta –6 juta sel/L, sedangkan pada
wanita dewasa 3,9 juta –5,5 jutasel/L.

Pada praktikum perhitungan eritrosit digunakan EDTA dan larutan hayem lalu diamati
dengan alat hemositometer. Prinsip alat hemositometer adalah menghitung jumlah eritrosit
menggunakan bilik hitung. Sedangkan larutan hayem adalah larutan isotonis yang
digunakan sebagai pengencer darah dalam perhitungan eritrosit. Apabila sampel darah
dicampur dengan larutan hayem maka sel darah putih akan hancur sehingga hanya ada
sel darah merah saja sehingga memudahkan perhitungan eritrosit. Larutan hayem memiliki
beberapa fungsi antara lain untuk mengencerkan darah, menghalangi pembekuan darah,
memperjelas bentuk eritrosit sehingga bayangan leukosit dan trombosit lenyap serta
mempertahankan bentuk eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi. Pada perhitungan
eritrosit digunakan larutan EDTA. Ethilene Diamine Tetra Acetat atau lebih dikenal dengan
EDTA adalah suatu jenis garam yang mampu mengikat dan mengendapkan
ion kalsium dalam darah kemudian mengubahnya menjadi senyawa komplek.
Larutan EDTA berfungsi sebagai anti koagulan yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang
diperlukan untuk mengonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan darah.
Penggunaan EDTA harus tepat, bila jumlah EDTA kurang maka darah akan mengalami
koagulasi, sebaliknya jika EDTA terlalu banyak, eritrosit akan mengalami krenasi, trombosit
membesar dan mengalami disintegrasi.Jangka hidup sel darah merah kira-kira 120 hari.
Sel darah merah yang telah tua akan ditekan oleh sel-sel fagosit yang terdapat dihati
dan limpa. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen (O₂) dari paru-paru ke jaringan
untuk melakukan metabolisme tubuh. Eritrosit mempunyai kemampuan yang
khusus karena hemoglobin tinggi, apabila tidak ada hemoglobin kapasitas pembawa
oksigen dalam darah dapat berkurang sampai 99%. Fungsi penting hemoglobin ini adalah
mengikat dengan mudah oksigen yang langsung terikat dalam paru diangkut sebagai
oksihemoglobin dalam darah dan langsung terurai dalam hemoglobin dalam jaringan
(Arif M, 2008). Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah
merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel
darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan serta membunuh
dinding dan membran sel patogen (Maria K, 2009).

Jumlah normal sel darah merah (eritrosit) tergantung pada usia dan jenis
kelamin.Eritrosit adalah sel darah yang jumlahnya paling banyak di bandingan dengan sel
darah lain. Pada pria dewasa, jumlah eritrosit 4,1 juta –6 juta sel/L, sedangkan pada
wanita dewasa 3,9 juta –5,5 juta sel/L. Nilai yang rendah menunjukkan adanya anemia,
kelebihan cairan tubuh atau pendarahan. Nilai yang meningkat menunjukan keadaan
polisitemia (tingginya jumlah sel darah merah) atau dehidrasi. Peningkatan jumlah eritrosit
tergantung dari respon individu yang berbeda-beda. Perokok berat dan tercemar racun juga
dapat menaikan jumlah eritrosit hal ini disebabkan karena kekurangan oksigen sehingga
hormon pada eritropoiesis merangsang sumsum tulang agar produksi eritrosit lebih
banyak, akibatnya sel darah meningkat. Penurunan jumlah eritrosit dapat dipengaruhi
karena faktor usia, kurangnya asupan makan yang mengandung Fe, masalah klinis seperti
leukemia, anemia, penyakit ginjal, pemberian obat-obatan dalam waktu lama seperti
antibiotika, aspirin, kloroquin (Jane V, 2000).

Beberapa hal yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah anemia, persiapan


sampel, saat pemeriksaan hemolisis, penggunaan antikoagulan, kehamilan, penurunan
fungsi sumsum tulang, malaria dan juga lupus. Menstruasi juga dapat mempengaruhi jumlah
eritrosit yang ada, darah banyak keluar ketika menstruasi sehingga mempengaruhi
regeneralisasi. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi
harian dan keadaan stres. Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran sel
darah itu sendiri (Schmidt & Nelson, 1990). Jumlah eritrosit meningkat apabila terjadi
perubahan suhu pada waktu berada di daerah dataran tinggi dengan tujuan menormalkan
pengangkutan O₂ ke jaringan. Kurangnya zat besi dalam makanan yang di konsumsi juga
berpengaruh terhadap jumlah sel darah merah dalam tubuh. Zat besi di absorpsi dari
saluran pencernaan. Bila terjadi gangguan saluran pencernaan, maka absorpsi zat besi
dari saluran pencernaan menjadi tidak optimal. Hal ini menyebabkan kurangnya zat besi
dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terhambat. Selain itu kehilangan darah
yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi, luka dan perdarahan gastrointestinal akibat
induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan terkurasnya cadangan zat
besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu. Efek dari gagalnya
proses pembentukan eritrosit mengakibatkan bentuk makrosit yang tidak teratur dan
memiliki membran sangat tipis, besar, bentuknya oval berbeda dengan bentuk normal yaitu
lempeng cekung (Guyton, 1997). Hal ini berpengaruh dalam pengangkutan oksigen ke
jaringan tubuh.

Kesalahan perhitungan eritrosit dapat terjadi karena 3 kesalahan yaitu


kesalahan teknis, sampling dan peralatan serta praktikan. Kesalahan teknis dapat meliputi
beberapa hal antara lain adanya gelembung saat mengambil darah/larutan lain sehingga
mempengaruhi volumenya. Volume darah yang diambil tidak sesuai dengan ukuran,
pengocokan yang kurang homogen. Kesalahan sampling antara lain saat mengambil darah
masih terdapat alkohol pada ujung jari sehingga darah yang diambil dapat membeku.
Kesalahan peralatan meliputi mikroskop yang kurang fokus dan penggunaan alat
hemositometer yang kurang tepat dan kesalahan praktikan meliputi kurang teliti dalam
melihat sehingga terjadi perhitungan jumlah eritrosit yang kurang akurat.

H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jumlah eritrosit yang
terhitung adalah sebanyak 3.410.000 / mm2 . Jumlah eritrosit tersebut dikategorikan
normal. Jumlah normalsel darah merah (eritrosit) tergantung pada usia
dan jenis kelamin. Eritrosit merupakan sel darah yang jumlahnya paling banyak
dibandingan dengan sel darahlain. Pada pria dewasa, jumlah eritrosit 4,1 juta –6
juta sel/L, sedangkan pada wanita dewasa 3,9 juta –5,5 juta sel/L. Perbedaan
kondisi yang dialami praktikan (terkait ketelitian dan kemampuan indera
penglihatan) memengaruhi perbedaan perhitungan antar praktikan.

I. Daftar Pustaka
Andika, E. N. (2018). PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN DARAH DOUBLE
OXALAT TERHADAP HITUNG JUMLAH ERITROSIT METODE AUTOMATIC
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
D’Hiru., 2013. Live Blood Analysis. 1. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Hoffbrand. A.V. & Moss, P.A.H., 2013. Kapita Selekta Hematologi. 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Marianti, A., Wiwi, I., Wulan, C. (2020). Petunjuk Praktikum Daring Fisiologi Hewan.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Nugraha, G., 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta Timur:
CV Trans Info Media.

Riswanto., 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Kanal Medika.

Sa'adah, S. (2018). Sistem peredarah darah manusia.Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Salamoon, D. K. (2021). Anime Sebagai Media Edukasi Digital Mengenai Fungsi Sel
Darah Merah (Analisis Visualisasi Karakter AE 3803 Pada Anime Hataraku Saibou)
(Doctoral dissertation, Petra Christian University).

Soepraptini, J., Widyayanti, K., Estoepangestie, A.T.S., 2011. Perubahan Bentuk Eritrosit
Pada Hapusan Darah Sebelum dan Sesudah Penyimpanan dengan Menggunakan
Citrate Phosphate Dextrose. Jurnal Ilmiah Kedokteran Hewan Vol.4. No.1. 15.

Yuni, N.E., 2015. Kelainan Darah. 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

J. Pertanyaan Diskusi
1). Berapakah jumlah eritrosit tikus/mencit yang saudara amati? Adakah perbedaan jumlah
eritrosit yang saudara hitung dengan kelompok lain? Terangkan mengapa hal itu terjadi!
Jawab :
Jumlah eritrosit yang kelompok kami amati adalah sebanyak 3.410.000 / mm2.
Tentunya terdapat perbedaan antara jumlah eritrosit kelompok kami dengan kelompok
lain. Hal ini terjadi karena kondisi praktikan yang berbeda-beda, kurangnya ketelitian
dalam menghitung jumlah eritrosit serta jumlah eritrosit yang sebagian ada yang
menumpuk sehingga menyulitkan dalam perhitungan.
2. Apa fungsi eritrosit ? Jelaskan efek yang timbul jika terjadi diferensiasi jumlah eritrosit pada
tubuh hewan?
Jawab :
Fungsi eritrosit adalah untuk mengangkut oksigen dari ke jaringan-jaringan tubuh. Bagian
dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.
Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan oksigen akan dilepaskan saat
eritrosit melewati pembuluh kapiler. Apabila terjadi diferensiasi jumlah eritrosit melebihi
jumlah normal maka akan menyebabkan polisitemia sedangkan diferensiasi jumlah eritrosit
dibawah jumlah normal maka akan menyebabkan anemia.

3. Bagaimanakah mekanisme pembentukannya ? Sebutkan pula faktor-faktor yang


mempengaruhinya!
Jawab :
Proses pembentukan sel darah merah disebut Eritropoiesis (Pembentukan Eritrosit)Tahapan
perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut :
1. Proeritroblas Proeritroblas merupakan sel yang palingawal dikenal dari seri
eritrosit. Proeritroblas adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20μm.
Setelah mengalami sejumlah pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik
eritroblas
2. Basofilik Eritroblas Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan
diameternya rata-rata 10μm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-
jala kasar, dan anak inti biasanya tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak
basofil sekali.
3. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit) Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas
yang membelah berkali-kali.
4. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas) Polikromatik Eritroblas membelah beberapa
kali secara mitosis. Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan
mengandung inti yang lebih kecil yang terwarnai basofil padat.
5. Retikulosit Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya,
dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih
dapat mensintesis hemoglobin.
6. Eritrosit Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini
berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuka eritrosit yaitu Stem cell
hematopoiesis, growth factor, kadar oksigen, kadar karbondioksida, tekanan udara dan
ketinggian, jenis kelamin, umur, kondisi kesehatan dan pengaruh obat tertentu.

4. Apa fungsi larutan Hayem?


Jawab :
Fungsi larutan hayem adalah sebagai larutan isotonis bagi eritrosit, untuk menghalangi
terjadinya pembekuan darah, sebagai pengencer sel darah merah, memperjelas eritrosit dan
mempertahankan bentuk eritrosit.

I. Lampiran

No. Nama Praktikan Hasil

1 Frisca 408

2 Maulida 341

3 Fadhila 394

4 Nanda 387

5 Tiarmada 221

Rata-rata = 408 + 341 + 394 + 387 + 221


5
= 1. 751/ 5
= 350, 2 (dibulatkan menjadi 350)

Anda mungkin juga menyukai