Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

BAB I RESEPTOR

Disusun oleh : Kelompok 8

1. Nanda Devita Sari 4411419003


2. Fadhila Fauzia Syahriar 4411419007
3. Tiarmada Simanullang 4411419022
4. Frisca Dynasti Putri 4411419028
5. Maulida Nuradellia 4411419032

Biologi Rombel B 2019


Hari Praktikum : Selasa, 7 September 2021

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TA 2021/2022
BAB I RESEPTOR

Hari Tanggal : Selasa, 7 September 2021

A. Tujuan Praktikum :
Mengamati gejala aktivitas reseptor di mata, kulit, telinga, dan lidah, untuk
menentukan :
1. Area bintik buta (blind spot area)
2. Kepekaan dan distribusi reseptor di kulit
3. Lokasi sumber suara
4. Kepekaan (variasi waktu) dan distribusi reseptor di lidah

B. Tinjauan Pustaka

Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi yang
bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta
memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan
dilakukan oleh alat indera. Pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian
rangsangan tersebut diteruskan untuk ditanggapi oleh sistem saraf dan alat indera.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap
rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian
otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan (Maryadi,2018).

Fotoreseptor adalah indera yang berfungsi untuk menerima cahaya (Arrumarisha, 2016).
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor penerima rangsangan cahaya
(Septadina,2015). Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian
difokuskan oleh lensa kebagian retina. Cahaya harus melewati lapisan ganglion dan bipolar
sebelum mencapai fotoreseptor. Fotoreseptor pada retina mengumpulkan informasi yang
ditangkap mata, kemudian sinyal tersebut dikirimkan ke otak melalui saraf optik. Pada kulit
letak saraf-saraf yang berfungsi sebagai sensorik terletak pada dermis. Dalam dermis
terdapat ujung saraf bebas yang sebagian besar berfungsi sebagai sensor. Saraf ini
memberikan variasi sensasi yang berbeda yang mana dalam kulit mampu merasakan sensasi
sentuhan, panas, dingin, dan sakit. Saraf ini juga menyadarkan individu agar berkontraksi
dengan lingkungan sekitar (Syaifudin, 2019).
Transmisi impuls yang berasal dari reseptor pada papil-papil pengecap pada dua pertiga
anterior lidah diteruskan oleh saraf sensorik berjalan dalam cabang korda timpani nervus
Fasialis (N.VII) dan sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui nervus
Glosofaringeus (N.IX). Daerah basis lidah dan bagian-bagian lain di daerah faring dilayani
nervus Vagus (N.X) meneruskan transmisi menuju batang otak. Ketiga nervus ini berfungsi
menyampaikan rasa pengecap asin, asam, manis, pahit dan umami. Sedangkan untuk rasa
nyeri yang ditimbulkan oleh rasa pedas disampaikan oleh nervus Trigeminus (N.V). Pada
kedua sisi, saraf pengecap yang bermielin menghantarkan impuls relatif lambat di ketiga
saraf tersebut bersatu di nukleus traktus solitarius medulla oblongata dan bersinaps dengan
neuron ordo kedua dan berakhir di nukleus relai sensorik spesifik pada talamus bersama
serat-serat saraf lainnya untuk kesan raba, nyeri dan suhu (Sunariani, 2015).

C. Alat dan Bahan

1. Alat
Jarum/benda berujung runcing mirip jarum, batang logam diameter 0,5-1,0 mm (kawat)
panjang kira-kira 20 cm;.mistar, sumber suara (lonceng/alar m dsb), stopwatch.

2. Bahan
Es batu, air hangat, spidol, larutan gula, garam, asam, dan larutan yang berasa pahit (misal
sari brotowali atau yg lain), cotton bud, kertas karton bertanda O dan +.

D. Cara Kerja

• Reseptor mata
1. Menyiapkan kertas karton manila ukuran kuarto, warna putih, buat tulisan bertanda
bertanda + dan O
2. Meletakkan kertas bertanda tersebut pad jarak ± 40 cm di depan mata probandus ,
kemudian tutup mata kiri probandus.
3. Probandus memfokuskan penglihatan pada tanda +, namun tanda O masih terlihat.
4. Menggeser kertas perlahan-lahan mendekati mata, hingga tanda O tidak terlihat lagi
(penglihatan tetap fokus ketanda +). Ukur jaraknya dengan menggunakan mistar.
5. Menggeser kembali kertas mendekati mata dan tanda O akan terlihat kembali. Ukur
jaraknya dengan menggunakan mistar
6. Mengulangi langkah di atas dengan menutup mata kanan.
7. Mengusahakan setiap anggota kelompok mencoba, mencatat data dan mendiskusikan.

• Reseptor kulit
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menugaskan seorang teman anda untuk menjadi probandus.

3. Membuat bujur sangkar dengan sisi 2,5 cm di kulit saudara, yaitu di telapak tangan, dan di
punggung tangan, lalu buat titik-titik seperti pada gambar berikut (25 buah)
4. Mengambil jarum, lalu menyentuhkan pada satu titik yang terdapat dalam bujur sangkar,
dan langsung angkat. Ingat: cukup disentuhkan saja jangan ditusukkan!
5. Menanyakan pada probandus, hal yang dirasakannya, apakah merasa nyeri. (seperti digigit
semut), seperti disentuh, merasa hangat, dingin atau yang lain, lalu catat hasilnya.
6. Melakukan hal pada nomor 4 dan 5 hingga sentuhan mengenai semua titik pada bujur
sangkar.
7. Menghitung ada berapa macam rasa yang dirasakan probandus, lalu hitung persentasenya,
menggunkan rumus sebagai berikut. Persen rasa A = (Jumlh titik dengan rasa A : 25)x 100%
8. Mengulangi kegiatan untuk nomor 4 s/d 7, namun alat yang digunakan batang logam yang
direndam dalam air hangat, kemudian menggunakan logam yang direndam air es.
9. Mencatat seluruh data yang diperoleh dari kegiatan kelompok. Buat tabel untuk mencatat
data kelas, lalu lakukan diskusi kelas.

• Reseptor telinga
1. Menutup mata probandus, kemudian membunyikan sumber bunyi yang ada pada jarak 50
cm dari probandus
2. Memvariasikan posisinya di depan kepala, di atas kepala, belakang kepala, atau samping
kepala
3. Probandus menebak posisi sumber bunyi setiap kali posisi di ubah
4. catat data keakurasian jawaban probandus dalam tabel dan hitung persentase jawaban yang
akurat
5. setiap anggota kelompok melakukan hal yang sama

• Reseptor lidah
1. Sebelum perlakuan probandus diminta berkumur dan membersihkan area lidah, kemudian
tutup mata probandus dan diminta menjulurkan lidah, biarkan lidah dalam kondisi basah.
2. Mengambil salah satu larutan yang tersedia dengan menggunakan cotton bud.
Menyentuhkan cotton bud tersebut pada lokasi tertentu di lidah probandus, sesuaikan rasa
larutan dengan teori lokasi distribusi reseptor di lidah . Mencatat waktu yang diperlukan
probandus untuk menyatakan rasa.
3. Dengan cara yang sama, menyentuhkan cotton bud pada lokasi reseptor tertentu namun
cotton disentuhkan pada lokasi reseptor rasa yang tidak sesuai dengan teori distribusi
reseptor di lidah.
4. Setiap kali selesai melakukan tes rasa probandus selalu berkumur untuk membersihkan
mulut dari larutan uji.
5. Mengulangi dengan larutan lain yang tersedia, catat rasa yang disampaikan oleh
probandus
6. Menggambar lokasi pada lidah yang menunjukan respon rasa yang sama atau berbeda.
E. Hasil Pengamatan

Data Kelompok

• Reseptor Mata

Mata yang tertutup Jarak tanda O tidak Jarak tanda O


Terlihat Terlihat

Kiri 28 cm 37,5 cm

Kanan 24 cm 30 cm

• Reseptor Kulit

Perlakuan Jumlah Jumlah


Titik Titik
(Telapak) (Punggung)

Nyeri 19 21

Dingin 9 13

Panas 22 18

• Reseptor Telinga

Arah Keterangan

Atas kepala Terdengar


Samping kanan Terdengar

Samping kiri Terdengar

Depan Terdengar

Belakang Terdengar

• Reseptor Lidah

No. Bahan Bagian Lidah Rasa

Ujung depan Tepi samping Tengah Pangkal Tengah

1. Air Gula ++ + +++ - Manis

Waktu 4,55 s 5,18 s 3,84 s 8,89 s

2. Air Garam + ++ ++ + - Asin

Waktu 2,44 s 3,30 s 6,61 s 7,41

3. Air Asam ++ +++ + _ Asam


Waktu 3,64 s 3,15 s 4,65 s 3,32

4. Kopi Pahit ++ + - + ++ Pahit

Waktu 5,89 s 5,67 s 8,67 s 4,51 s

Keterangan :

+++ = Sangat terasa

++ = Terasa

+ = Kurang terasa

- = Tidak terasa

Percobaan Rasa Asin Percobaan Rasa Asam

Percobaan Rasa Pahit Percobaan Rasa Manis


F. Pengolahan Data

1). Reseptor Mata

Pada hasil praktikum reseptor mata diperoleh data yaitu ketika mata kiri probandus
ditutup, pada saat kertas didekatkan jarak tanda O tidak terlihat (penglihatan fokus ketanda +)
yaitu 28 cm dari jarak awal 40 cm. Sedangkan saat kertas kembali didekatkan ke mata jarak
tanda O terlihat yaitu 37,5 cm. Pada saat mata kanan propandus ditutup kemudian kertas di
dekatkan maka jarak tanda O tidak terlihat yaitu 24 cm dari jarak awal 40 cm. Sedangkan saat
kertas kembali di dekatkan ke mata jarak tanda O terlihat yaitu 30 cm.

2). Reseptor kulit

a. Nyeri
• Telapak tangan = 19 titik
Persentase rasa nyeri pada telapak tangan = x 100% = 76 %

• Punggung tangan = 21 titik


Persentase rasa nyeri pada punggung tangan = x 100% = 84%

b. Hangat
• Telapak tangan = 9 titik
Persentase rasa hangat pada telapak tangan = x 100% = 36%

• Punggung tangan = 13 titik


Persentase rasa hangat pada punggung tangan = x 100% = 52%
c. Dingin
• Telapak tangan = 22 titik
Persentase rasa dingin pada telapak tangan = x 100% = 88%

• Punggung tangan = 18 titik


Persentase rasa dingin pada punggung tangan = x 100% = 72%

3). Reseptor Telinga


√ Arah atas kepala = Terdengar
√ Arah samping kanan = Terdengar
√ Arah samping kiri = Terdengar
√ Arah depan = Terdengar
√ Arah belakang = Terdengar

Pada hasil praktikum reseptor telinga, propandus dapat menebak semua asal sumber
suara dengan benar. Maka analisis datanya sebagai berikut :
Reseptor telinga = 5/5 × 100 %
= 100 %

4). Reseptor Lidah

Pada reseptor lidah dicobakan empat macam rasa yang berbeda pada titik-titik indra
pengecap pada lidah. Rasa yang dicobakan ada rasa asin yang berasal dari air garam, rasa
asam dari air asam jawa, rasa manis dari air gula dan rasa pahit dari kopi hitam tanpa gula.
Keempat rasa dioleskan menggunakan cotton bud pada lokasi pengecap yang sesuai rasa
dan tidak sesuai rasa. Dari hasil percobaan didapatkan keempatnya memiliki hasil kualitas
rasa yang berbeda. Reseptor lidah akan lebih cepat merangsang apabila indera pengecap
diberi rangsangan rasa yang sesuai. Rasa asin akan lebih cepat terasa pada pengecap rasa
asin, rasa asam akan lebih terasa pada pengecap rasa asam, begitupun pada rasa manis dan
pahit. Hal tersebut juga didukung dengan waktu yang menunjukkan lebih cepat apabila
rangsangan rasa diberikan pada bagian indera pengecap yang sesuai rangsangan rasa
tersebut. Kekentalan pada larutan rasa (garam, asam jawa, gula dan kopi) yang dioleskan
juga mempengaruhi rangsangan lidah.

G. Pembahasan

Praktikum reseptor mata dilakukan dengan menutupi mata sebelah kiri dan mata kanan
fokus melihat tanda plus. Perlahan kertas yang bertandakan plus dan titik mendekati
probandus. Pada titik tertentu, kita akan melihat bahwa titik di sebelah kanan akan hilang. Itu
karena ada di Bintik buta. Jika posisi kertas terus mendekati kita, titik itu akan tiba-tiba
muncul kembali setelah bergerak keluar dari titik buta pada retina. Setelah itu lakukan hal
yang sama dengan mata sebelah kanan lihat titik melingkar dengan mata kanan, kertas
perlahan mendekati kita hingga tanda tidak terlihat, terus mendekati kita dan pada akhirnya
tanda tersebut terlihat kembali.
Bintik buta adalah area di retina yang tidak memiliki reseptor visual. Karena itu, ada
celah kecil di bidang visual. Meskipun otak biasanya mengisi informasi yang hilang
sehingga kita tidak menyadarinya, tes cepat dan mudah ini memungkinkan untuk
menunjukkan titik buta. Bintik buta adalah daerah visual di otak yang tidak mendapatkan
informasi dari mata, yakni daerah yang berhubungan dengan kurangnya deteksi cahaya dari
sel fotoreseptor dimana saraf optik melewati cakram optik pada retina. Pada retina mata kita,
ada bintik kuning dan bintik buta. Bintik buta tidak peka terhadap cahaya, maka bila
pembiasaan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintik buta pada retina, maka bayangan
benda tersebut tidak nampak. Sebaliknya, bila pembiasaan cahaya dari suatu benda jatuh di
bagian bintik kuning pada retina, maka bayangan benda tersebut akan nampak. Ini karena
bintik kuning merupakan tempat fotoreseptor berupa sel berbentuk kerucut, sehingga apabila
bayangan jatuh tepat di bintik kuning, maka rangsang cahaya akan diterima dan diteruskan
ke otak.
Pada percobaan ini, pada jarak tertentu bayangan benda tidak terlihat karena karena
pembiasaan cahaya dari benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Penyebab dari
bintik buta yaitu cahaya memasuki mata dengan melewati pupil dan mengenai retina di
belakang. Retina terbungkus protein penginderaan cahaya, yang mentransmisikan apa yang
mereka rasakan ke saraf optik. Saraf optik, pada gilirannya, menyampaikan pesan itu ke otak.
Bintik-bintik buta terjadi karena saraf optik berakhir di bidang retina itu sendiri. Apapun
kekurangan informasi visual, otak mengisi dengan melihat gambar di sekitarnya, dan sebagai
hasilnya, kita tidak pernah sadar akan adanya titik-titik buta ketika kita menjalani kehidupan
kita sehari-hari. Diskus optikus berukuran sekitar 1,5 milimeter atau 0,06 inci. Selain
menjadi titik di mana saraf optik keluar dari mata, itu juga tempat pembuluh darah utama
masuk untuk memberikan aliran darah ke mata. Karena tidak ada sel kerucut atau batang
pada titik ini di retina, ada celah yang sangat kecil di bidang visual. Kita benar-benar
memiliki celah yang sangat kecil dalam visi di mana kita pada dasarnya buta.

Pada praktikum mengenai reseptor kulit, dilakukan dengan cara membuat bujur
sangkar dengan sisi masing-masing 2,5 cm. Lalu di dalam bujur sangkar tersebut dibeli titik
sebanyak 25 titik. Lalu titik-titik tersebut diberikan rangsangan dengan jarum atau sendok
akan yang telah direndam oleh air panas maupun di air dingin. Reaksi kerja yang terjadi
akibat sensasi rasa sakit di kulit diciptakan oleh pelepasan enzim dari jaringan yang rusak
atau terluka sehingga akan mengubah protein tertentu didalam darah menjadi suatu zat kimia,
yaitu brandikinin, yang mengaktifkan reseptor rasa sakit. Bila suatu rangsangan tertentu,
misalnya panas mengenai kulit tubuh, maka rangsangan tersebut akan diterima oleh ujung
saraf peraba kulit (reseptor untuk panas). Selanjutnya, rangsangan diteruskan oleh saraf
sensorik ke pusat peraba di otak. Di otak, rangsangan diolah dan diartikan sehingga kita
dapat merasakan panas. Demikian pula terhadap rangsangan yang lainnya. Kulit tidak hanya
berfungsi sebagai alat peraba saja akan tetapi kulit juga mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai
alat pelindung tubuh, alat pengatur suhu tubuh dan alat pengeluaran keringat serta minyak.

Ada banyak macam reseptor di kulit mengilustrasikan empat di antaranya. Cutaneous


receptor (reseptor kutaneus) paling sederhana adalah free nerve endings (ujung-ujung saraf
bebas, ujung-ujung neuron tanpa struktur terspesialisasi), yang sangat sensitif terhadap
perubahan suhu dan rasa sakit. Reseptor terbesar dan terdalam adalah pacinian
corpuscles (korpuskel pacinian) mereka beradaptasi dengan cepat, mereka serta merta
merespons displacement mendadak pada kulit. Sebaliknya, merkel disks dan ruffini
endings keduanya beradaptasi dengan lamban dan masing-masing merespons kuat pada
indentasi gradual kulit dan peregangan gradual kulit. Signifikasi fungsional adaptasi reseptif
cepat dan lambat, bila sebuah tekanan konstan diterapkan pada kulit. Tekanan itu
membangkitkan semburan penembakan di seluruh reseptor, yang berkorespondensi dengan
sensasi sentuh, tetapi setelah beberapa ratus milisekon, hanya reseptor-reseptor yang lambat
beradaptasi yang tetap aktif, dan kualitas sensasinya pun berubah.

Pada percobaan menentukan lokasi sumber bunyi, diketahui bahwa telinga dapat
mendengar dan mengetahui arah sumber suara meskipun dengan mata tertutup, persentase
kesesuaian telinga dalam menentukan arah sumber suara adalah 100%, hal ini berkaitan
dengan kinerja dari fonoreseptor yang berfungsi menerima stimulus berupa
getaran/gelombang, fonoreseptor sendiri merupakan sel rambut yang berada di koklea,
rangsangnya terhadap getaran/gelombang memungkinkan sel tersebut memiliki persepsi
terhadap arah sumber suara, sehingga mampu mengetahui arah sumber suara. Mekanisme
terjadinya rangsang yang menimbulkan suara dapat didengar berada di telinga tengah.
Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu membran tensor timpani dan membran stapedius.
Membran tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan berinsersio di
bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot ini menyebabkan
membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih tegang.dan meningkatkan
frekuensi resonansi sistem penghantar suara dan melemahkan suara dengan frekuensi rendah.
Membran stapedius berorigo di dalam eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior
kolumna stapes, hal ini menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmisi suara dan
meningkatkan resonansi tulang-tulang pendengaran (Putra, 2018).

Praktikum tentang lokasi dan sensasi reseptor pengecap pada manusia bertujuan untuk
mengetahui lokasi reseptor pengecap pada manusia serta mengetahui variasi waktu sensasi.
Menurut teori ada 4 pengecap dasar yang digunakan untuk mengetahui lokasi reseptor dan
variasi waktu sensasinya, Dimana pada bagian ujung lidah lebih sensitif terhadap rasa manis,
pada bagian tepi depan lidah lebih sensitif terhadap rasa asin, bagian tepi belakang lidah
lebih sensitif terhadap rasa asam dan pada bagian pangkal lidah lebih sensitif terhadap rasa
pahit. Pada praktikum mengenai penentuan lokasi reseptor pengecap disini semua bahan
yang diujikan diletakkan di lidah probandus sesuai dengan posisi rasa bahan di lidah.
Misalnya larutan asin diteteskan di ujung lidah depan dan probandus harus dalam keadaan
tertutup. Hasilnya probandus dapat menyebutkan rasa yang benar pada masing-masing bahan
uji dan dalam penentuan lokasi pengecapan yang tepat. Ini menandakan kedua lidah
probandus tidak mengalami gangguan apa-apa dan dapat dikatakan normal karena dapat
merasa dengan benar.

Tingkat sensitivitas lidah seseorang juga mempengaruhi kemampuannya mengecap


suatu rasa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi sensitivitas ini. Sensitivitas mungkin
disebabkan struktur dari lidah itu sendiri yang rusak atau tidak bagus akibat dari pola makan
seseorang. Hal lain yang mempengaruhi sensitivitas adalah proses pengantaran rangsang dari
organ menuju otak, hal tersebut biasanya terjadi pada orang yang kondisi tubuhnya lemah
(sakit) sehingga daya tanggap terhadap rangsang sedikit terganggu. Cepat lambatnya
seseorang dalam mengecap rasa dapat dipengaruhi oleh kecepatan penghantaran rangsang
yang diberikan jika dalam penyampaian rangsang tersebut terjadi gangguan maka dapat
mempengaruhi waktu sensasi yang dihasilkan. Selain itu jenis kelamin juga kemungkinan
mempengaruhi sensasi reseptor pengecap. (Sunaryani, 2015). Sensasi rasa dipengaruhi oleh
saliva (air liur). Hal ini disebabkan karena saliva akan melarutkan dan mengkatalis zat yang
masuk ke dalam mulut. Kuncup kecap hanya akan dapat terstimulasi bila zat tersebut telah
dikatalis oleh saliva (chemoreseptor), sehingga apabila konsentrasi saliva terlalu rendah
maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengkatalis zat-zat tersebut, dan semakin
lambat pula respon rasa tersebut (Sunaryani, 2015). Dalam praktikum lidah dibiarkan terjulur,
sehingga produksi saliva sedikit yang menyebabkan lamanya probandus dalam menangkap
rasa.
Faktor lain yang mempengaruhi reseptor perasa adalah suhu dan usia. Suhu kurang dari
20° atau lebih dari 30° akan mempengaruhi sensitivitas kuncup rasa (taste bud). Suhu yang
terlalu panas akan merusak sel-sel pada kuncup rasa sehingga sensitivitas berkurang, namun
keadaan ini cenderung berlangsung cepat karena sel yang rusak akan cepat diperbaiki dalam
beberapa hari. Suhu yang terlalu dingin akan membius kuncup lidah sehingga sensitivitas
berkurang (Sunaryani, 2015). Usia mempengaruhi sensitivitas reseptor perasa. Menurut
Sunariani (2015), pada orang yang berusia lanjut terdapat penurunan sensitivitas dalam
merasakan rasa asin. Hal ini disebabkan pada orang berusia lanjut karena berkurangnya
jumlah papila sirkumvalata seiring dengan bertambahnya usia dan penurunan fungsi
transmisi kuncup rasa pada lidah sehingga mengurangi sensasi rasa.

H. Kesimpulan
1. Reseptor terhadap rangsangan cahaya disebut fotoreseptor, yaitu organ mata yang
memiliki suatu area yang disebut blind spot. Area blind spot ini pada setiap orang berbeda-
beda.
2. Kepekaan dan distribusi reseptor pada kulit dapat berbeda pada setiap orang. Korpuskula
ruffini sebagai reseptor panas, Korpuskula krause sebagai reseptor dingin, Korpuskula
meissner sebagai reseptor sentuhan, dan Korpuskula pacini sebagai reseptor tekanan.
3. Kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri berbeda pada setiap orang, semakin dekat
lokasi bunyi maka semakin suara akan terdengar lebih jelas.
4. Kepekaan dan distribusi reseptor pada lidah dapat berbeda pada setiap orang. Bagian depan lebih
sensitif terhadap rasa manis, bagian samping kanan kiri agak ke depan sensitif terhadap rasa asin,
bagian kanan kiri agak kebelakang sensitif terhadap rasa asam dan bagian belakang sensitif terhadap
rasa pahit.

I. Daftar Pustaka

Arrummaisha, L.D.2016.Preferensi kupu-kupu famili Nymphalidae dan Lycaenidae pada


tumbuhan di wisata air terjun Coban Rais kota Batu, Jawa Timur. Jurusan Biologi:
Universitas Negeri Malang.

Maryadi, D. (2018). THE NERVOUS SYSTEM: STRUCTURE AND CONTROL OF MOVEMENT. Indonesian
Education, Management and Sports Anthology.

Septadina ,I.S.2015. Perubahan anatomi Bola Mata Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Fakultas Kedokteran: Universitas Sriwijaya.

Sunariani, J. 2015. Rongga Mulut Sebagai Sensor Gangguan Homeostasis Tubuh. Airlangga
University Press; Surabaya.

Syaifudin. 2019 Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Salemba Medika: jakarta.

J. Jawaban Pertanyaan

1). Kepekaan antara seorang probandus dengan probandus yang lain tidak sama. Hal ini
disebabkan setiap manusia menerima rangsang yang berbeda-beda. Selain itu, juga ada
faktor lain yang tidak hanya dari dalam diri probandus sendiri tetapi dari luar diri probandus.
Seperti pada telinga, telinga probandus A akan lebih jelas mendengar sumber suara daripada
telinga B karena jarak sumber suara dengan telinga A 1 meter sedang telinga B 2 meter.
Faktor lain seperti kebiasaan dan pola hidup probandus juga dapat berpengaruh pada tingkat
kepekaan.

Anda mungkin juga menyukai