Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

‘’ SISTEM INDERA, SISTEM INTEGUMEN ‘’

DISUSUN OLEH :
NAMA : UMMI KALSUM
NIM : 70100120045
KELAS : C
DOSEN : AFRISUSNAWATI RAUF,S.Si.,M.Si.,Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kulit merupakan salah satu organ yang paling luas permukaannya dan
sangat penting bagi tubuh, yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga
kulit berfungsi melindungi tubuh terhadap bahan-bahan yang berbahaya seperti
bahan-bahan kimia, cahaya matahari yang mengandung sinar ultraviolet,
melindungi terhadap mikroorganisme (mikroba) serta menjaga keseimbangan
antara tubuh terhadap lingkungannya. selain itu, kulit juga mempunyai susunan
serabut-serabut saraf yang teranyam secara halus yang berguna untuk
merasakan sentuhan-sentuhan atau sebagai alat perasa dan peraba. ( Irianto,
Koes. 2002)

Sistem sirkulasi berkontribusi terhadap homeostasis dengan berfungsi


sebagai sistem transportasi tubuh. sistem ini menyediakan perangkat untuk
memindahkan dengan cepat berbagai bahan dari satu bagian tubuh ke bagian lain.
Jantung berfungsi sebagai pompa ganda untuk secara terus menerus
mengedarkan darah antara paru, tempat penyerapan O2, dan jaringan tubuh lain,
yang menggunakan O2 untuk menunjang reaksi-reaksi kimia penghasil energi.
( Irianto, Koes. 2002).

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Mampu menjelaskan Sistem Indera dan sistem integument.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui Sistem Indera dan sistem integument.


BAB II

METODE PERCOBAAN

II.1 PROSEDUR KERJA


1. Pemeriksaan bintik buta
Alat dan bahan
1) Kertas

2) Spidol

3) Meteran

Cara kerja
a) Disediakan kertas berukuran lebar 3 cm dan panjang 14 cm
b) Dibuat sebuah garis tengah kertas dengan panjang 10 cm. Diberi tanda (+) pada ujung
kiri dan (-) di ujung kanan.
c) Kertas dipegang, dengan mata kanan ditutup pusatkan pandangan mata kiri tetap pada
tanda negatif (-)
d) Dekatkan perlahan-lahan sehingga tanda positif (+) hilang dan kemudian muncul
kembali
e) Baliklah arah letak tanda negatif dengan menutup mata kiri
f) Catatlah hasilnya dalam tabel.
2. Pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan
Pemeriksaan ketajaman pendengaran
Alat dan bahan
1) Kapas

2) Arloji / jam tangan/ jam weker

3) Meteran

Cara kerja
a) Telinga kiri probandus ditutup dengan sepotong kapas.
b) Tempatkan arloji di telinga kanan untuk mendengarkan detiknya.

c) Setelah probandus mengenal bunyi detiknya, jauhkan arloji dari telinga secara
perlahan-lahan sampai tidak terdengar lagi suara detiknya (beri kode memakai jari
saat masih mendengar dan saat sudah tidak terdengar lagi. Jangan ada yang
bersuara).
d) Ukurlah jaraknya.

e) Percobaan diulangi, tetapi arloji ditempatkan pada tempat yang jauh dan kemudian
didekatkan ke telinga sampai dapat didengarkan suara detiknya. Ukurlah jaraknya
f) Ulangi percobaan untuk memeriksa telinga kiri
g) Bandingkan hasil seluruh percobaan dan beri kesimpulan saudara.

Pemeriksaan keseimbangan (Tes Romberg)


Alat dan bahan
1) Kain penutup mata

Cara kerja
a) Probandus berdiri dengan tumit dan jari kaki merapat dan tangan direntangkan.
b) Perhatikan ayunan tubuh dan gerakan koreksi untuk mempertahankan keseimbangan.

c) Test dilakukan dengan mata probandus terbuka kemudian dengan mata tertutup
d) Amati ayunan / goyangan tubuh.

3. Pemeriksaan adaptasi penciuman


Alat dan bahan
1) Kamfer

2) Minyak permen / mint

3) Minyak cengkeh

4) Kain penutup mata

Cara kerja
a) Percobaan diakukan oleh dua orang.
b) Satu orang diminta untuk menutup mata dan kemudian diciumkan kamfer hidungnya

c) Ditanyakan apakah bau kamfer tercium, bila bau kamfer dicium terus menerus, catat
waktu yang diperlukan sampai orang tersebut tidak dapat mendeteksi bau tersebut.
d) Waktu yang diperoleh merupakan waktu adaptasi.

e) Kemudian probandus diminta untuk membedakan atau mengenali bau minyak permen
dan minyak cengkeh dengan lubang hidungnya.
4. Indera Pengecap
Alat dan bahan
1) Cotton bud
2) 5 larutan rasa (larutan gula, larutan garam, larutan daun sambiloto, larutan asam, dan
larutan cabe)
3) Saputangan (handuk kecil) 4) Air mineral.

Cara kerja
a) Siapkan larutan gula, larutan garama, larutan daun sambiloto, larutan asam, dan
larutan cabe Probandus merasakan satu-persatu rasa tersebut dengan menggunakan
cotton bud.
b) Setelah merasakannya, probandus mencatat hasilnya dan meminum air mineral yang
berfungsi sebagai penetral rasa.
5. Kulit sebagai indera peraba
Alat dan bahan
1) 3 buah baskom kecil

2) Kertas label

3) Air es, air hangat, air biasa

Cara kerja
a) Siapkan 3 buah baskom kecil. Beri label A, B, dan C
b) Baskom A berisi air hangat, baskom B berisi air es, dan baskom C berisi air biasa

c) Celupkan kedua tangan dikedua baskom,


d) Setelah dicelupkan beberapa lama (10 detik), angkat kedua tangan secara bersamaan
lalu pindahkan ke baskom yang berisi air biasa (C).
e) Rasakan reaksi yang terjadi pada kedua tangan
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 HASIL PENGAMATAN
1. Pemeriksaan bintik buta

Mata kanan ditutup, jarak pada waktu Mata kiri ditutup, jarak pada waktu
Nama tanda negative (-) tanda positif (+)
No.
Probandus
Hilang Tampak Kembali Hilang Tampak Kembali
1. Umi 12cm 22cm 17cm 25cm

Pertanyaan :

1. Pada jarak tertentu tanda positif hilang tetapi pada jarak yang lain tanda ini muncul
kembali. Jelaskan !

Jawab:

Hal ini terjadi karena adanya efek dari mata yang berakomodasi pada jarak tertentu.
Ketika mata fokus ke satu tanda, maka pada jarak tertentu mata tidak bisa melihat tanda
yang lain.

2. Adakah hubungan antara hilangnya tanda tersebut dengan buta warna? Jelaskan !

Jawab:

Hal ini tidak ada kaitannya dengan buta warna karena buta warna sendiri adalah keadaan
dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang dapat dilihat jelas oleh
orang dengan mata normal.

3. Orang yang masuk ke tempat gelap dari tempat yang terang penglihatannya tiba-tiba
berkurang atau gelap. Adakah hal ini ada kesamaan dengan hilangnya tanda positif pada
percobaan di atas? Jelaskan !

Jawab:

Orang yang perpindah dari tempat yang terang ke dalam ruangan yang gelap secara tiba-
tiba, penglihatannya menjadi berkurang, hal itu terjadi karena di dalam mata terdapat sel
batang yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya yang disebut rodopsin, yaitu
suatu senyawa antara vitamin A dan proteun terkena sinar matahari terang rodopsin
terurai dan terbentuk kembali dalam keadaan gelap. Dalam waktu adaptasi tersebut,
mata kurang dapat melihat, sehingga ketika pindah dari tempat yang terang ke dalam
ruangan yang gelap, penglihatannya menjadi berkurang.

4. Pada percobaan di atas, apakah matamu berakomodasi? Apakah yang dimaksud


berakomodasi?

Jawab:

Pada percobaan ini mata mengalami akomodasi. Akomodasi merupakan upaya


penambahan konvergensi lensa agar mata tetap dapat melihat benda yang jaraknya
semakin jauh atau dekat.

5. Pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan


a) Pemeriksaan ketajaman pendengaran

Jarak arloji
No. Nama Probandus
Suara tidak terdengar Suara terdengar kembali
1. Umi 50cm 55cm

b) Pemeriksaan keseimbangan (Tes Romberg)

No Nama probandus Banyaknya ayunan tubuh


Mata terbuka Mata tertutup
Banyak sedikit
1 Umi √

Berikan tanda √ sesuai dengan hasil percobaanmu

6. Pemeriksaan adaptasi penciuman


No Nama probandus Lama waktu sampai bau tidak tercium
1 Ulfi 3 menit
2 Umi 5 menit
Pertanyaan:

1. Ketika probandus mencium bau kanfer secara terus-menerus, terjadi waktu atau
keadaan adaptasi sampai bau kanker tidak tercium lagi. Apakah yang dimaksud waktu
adptasi?

Jawab:

Waktu adaptasi merupakan waktu yang dibutuhkan reseptor penciuman dapat


beradaptasi dengan cepat, bila kita tinggal pada tempat yang berbau setelah beberapa
waktu bau tersebut tidak akan tercium lagi. Ini disebabkan karena reseptor penghidu
beradaptasi dengan bau. Reseptor penghidu berfungsi untuk membantu pencernaan.
Karena itu seseorang yang menderita flu maka penciumannya terganggu dan nafsu
makan akan berkurang.

2. Reseptor apakah yang berperan pada keadaan tersebut? Dan bagaimanakah


mekanisme kerja reseptor tersebut?

Jawab:

Reseptor yang berperan yaitu sistem olfaktorius. Sistem olfaktorius terdiri dari
reseptor di rongga hidung, daerah otak, dan jalur neural penghubung. Reseptornya
berupa sel-sel yang berbentuk seperti benang dan hihubungkan dengan saraf
olfaktorius. Molekul yang dilepaskan oleh substansi tertentu adalah stimulus untuk
penciuman. Mekanismenya yaitu, Molekul meninggalkan substansi, berjalan melalui
udara dan memasuki hidung. Molekul tersebut juga harus larut dalam lemak. Jika silia
dari reseptor penciuman bertemu dengan molekul odorant terjadilah impuls listrik.
Proses ini adalah proses transduksi.
4. Indera Pengecap

No. Bahan Bagian lidah Rasa

Tepi Tepi Bagian Bagian


depan samping belakang depan
1 Larutan gula √ Manis
2 Larutan garam √ Asin
3 Larutan daun sambiloto √ Pahit
4 Larutan Cuka √ Asam
5 Larutan cabe √ Pedas

Pertanyaan :
1. Mengapa lidah dapat merasakan berbagai macam rasa? Jelaskan!

Jawab:

Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan
permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan
papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mengganggu kerja dari indera perasa?

Jawab:

Sejumlah faktor yang dikaitkan dengan penurunan kepekaan rasa (PKR) manis
pada penderita Diabetes Melitus (DM) diantaranya medikasi yang digunakan
untuk terapi DM tipe 2 dan komplikasinya 6,7 kadar glukosa darah (KGD), durasi
DM tipe 2, usia, status nutrisi, merokok dan jenis kelamin.

3. Bagaimana mekanisme kita dapat membedakan berbagai macam rasa?

Jawab:

Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam dan asin. Kebanyakan
makanan memiliki ciri harum dan cita rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang ujung
saraf penciuman, dan bukan ujung saraf pengecapan. Supaya dapat dirasakan,
semua makanan harus menjadi cairan, serta harus sungguh-sungguh
bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan berbeda-
beda. ujung pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang
berbeda-beda juga.

5. Kulit sebagai indera peraba

Pertanyaan :

1. Apakah yang terjadi ketika tangan kanan dan tangan kiri dimasukkan ke dalam
baskom berisi air biasa?

Jawab:

Tangan kanan dimasukkan ke dalam air biasa setelah dimasukkan air panas maka
akan terasa dingin, sedangkan tangan kiri dimasukkan ke dalam air biasa setelah
dimasukkan air dingin maka akan terasa hangat.

2. Reseptor apakah pada kulit yang bertanggung jawab terhadap reaksi yang
terjadi?
Jawab :
Reseptor yang bertanggung jawab yaitu korpus ruffini dan korpus Krause.
3. Apakah manfaat reseptor tersebut pada tubuh?

Jawab :

Reseptor korpus ruffini memiliki fungsi yaitu untuk menerima rangsang panas.
Dan korpus Krause berfungsi untuk menerima rangsangan dingin.
III.2 Pembahasan
1. Pemeriksaan bintik buta

Pada table hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa posisi bintik buta
mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu, benda terlihat dan pada jarak
tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat pada jarak tertentu, hal
ini disebabkan oleh pembiasan cahaya dari benda tersebut jatuhdibagian bintik
buta pada retina yang cahayanya jatuh pada bagian yang tidakmengenai sel-sel
batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang diteruskan kesaraf optik.
Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian bintikkuning
pada retina, maka benda dapat terlihat. Titik buta dari setiap orang relative
berbeda tergantung kemampuan mata masing-masing. ( Ilyas, S .2010).

2. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dan keseimbangan

a) Ketajaman pendengaran
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami perambatan bunyi
melalui tulang tengkorak dengan menggunakan arloji, serta mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi melalui tulang tengkorak. Sebelum
dilakukan tes tersebut probandus diuji kepekaan telinganya dengan diberikan tes
bisik menggunakan suara detak jam tangan atau arloji. Pengujian dilakukan dengan
mencatat jarak Ketika arloji tidak terdengar saat dijauhkan perlahan dari telinga, dan
jarak ketika suara arloji terdengar kembali ketik didekatkan ke telinga. Pengujian
tersebut dilakukan bergantian pada telinga kanan maupun kiri. Semakin jauh jarak
yang tercatat menunjukkan tingkat kepekaan telinga.

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang


udarakemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi pulsa listrik dan diteruskan
ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Jadi, telinga berfungsi untuk
mengubahgelombang suara menjadi impuls yang kemudian akan dijalarkan ke pusat
pendengarandi otak. Walaupun mekanisme mendengar tidak dapat mencakup
seluruh gelombang bunyi, namun keterbatasan ini tidak merupakan hambatan bagi
seseorang untuk dapatmenggapi berbagai macam bunyi yang berasal dari
lingkungannya. ( Campbell,dkk. (2004)

b) Keseimbangan

Keseimbangan tubuh adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan


keseimbangan dan kestabilan postur pada aktivitas motorik (Luklukaningsih, 2014).
Tujuan dari keseimbangan adalah menjaga postur tubuh manusia agar mampu tegak
atau stabil dan mempertahankan posisi tubuhnya. (Luklukaningsih, 2014)

Tes Romberg digunakan untuk memeriksa fungsi keseimbanagn statis dan


ketidakmampuan untuk menjaga postur saat berdiri tegak dengan mata yang terbuka
atau tertutup saat kedua kaki dirapatkan (Fauci et al., 2012). Adapun Tes Romberg
yang dipertajam (Sharpened Romberg Test/SRT) digunakan untuk memeriksa fungsi
keseimbangan dan digunakan sebagai pengganti tes Romberg karena dianggap lebih
sensitif. Tes ini dilakukan dengan mata terbuka dan tertutup dengan posisi kaki head
to toe (Johnson et al., 2005). Subjek berdiri tegak dengan kedua kaki dirapatkan serta
kedua tangan dilipat ke dada dan dilakukan pada permukaan lantai yang datar tanpa
menggunakan alas kaki. Kemudian responden diminta untuk menutup mata.
Sedangkan tes Romberg yang dipertajam mengalami modifikasi yakni dilakukan
dengan responden berdiri dalam posisi tandem yaitu meletakkan tumit kaki yang
tidak dominan di depan kaki yang lain dengan posisi lengan yang sama dengan tes
Romberg kemudian subjek diminta untuk menutup matanya. Posisi ini dipertahankan
selama 30 detik, pemeriksa berada di sisi subjek. Apabila responden berhasil
mempertahankan posisinya atau keseimbangannya maka tes ini negatif. Namun tes
Romberg positif bila responden tidak mampu mempertahankan posisi seimbang saat
mata tertutup yang ditandai dengan adanya peningkatan goyangan, gerakan tangan
atau kaki yang mengalami perpindahan atau subjek membuka matanya (Johnson et
al., 2005).

Komponen Pengontrol Keseimbangan

a. Sistem Informasi Sensori

Berikut adalah sistem informasi sensori sebagai pengontrol dari keseimbangan:

1) Visual
Visual bertugas untuk memberikan sinyal posisi dan Gerakan kepala yang
merupakan suatu respon pada objek dan lingkungan serta mengontrol jarak terhadap
objek (Luklukaningsih, 2014).

2) Vestibular

Vestibular sebagai reseptor yang terletak di telinga dan berfungsi menjaga


midline tubuh, posisi dan gerakan kepala, kontrol postur dan tonus (Luklukaningsih,
2014). Sistem ini memiliki peran penting dalam keseimbangan, kontrol kepala dan
gerak bola mata.

3) Somatosensori

Sistem somatosensori terdiri dari propioseptif dan persepsi kognitif. Informasi


dari proprioseptif disalurkan ke otak melalui medula spinalis, kemudian ada yang
masuk ke dalam cerebellum serta ada yang melalui korteks serebri melewati
lemniskus medialis dan alamus. Impuls yang masuk akan mempengaruhi kesadaran
pada posisi tubuh terhadap impuls yang masuk dari alat indera sehingga tubuh akan
merubah posisi sesuai dengan impuls yang ditangkap (Luklukaningsih, 2014).

b. Respon Otot-Otot yang Sinergis

Terjadinya keseimbangan pada tubuh terjadi ketika respon dari otot yang bekerja
bereaksi secara sinergis. Respon otot ini sebagai reaksi dari perubahan posisi tubuh,
titik tumpu, gravitasi dan aligment tubuh. Adanya impuls yang datang membuat otot
memberikan respon yang cepat dan tepat apabila otot bekerja secara sinergis.
Kecepatan dan kekuatan otot anara otot yang satu dengan yang lain akan disesuaikan
agar kontrol postur stabil dan baik sehingga dapat melakukan aktivitas fungsi gerak
bagi tubuh (Luklukaningsih, 2014).

1) Kekuatan Otot (Muscle Strength)

Kemampuan otot menahan beban baik dari eksternal maupun beban internal
merupakan kekuatan otot atau disebut dengan muscle strength. Sistem
neuromuscular akan berpengaruh pada kekuatan otot. Saraf akan mengaktivasi otot,
semakin banyak serabut pada otot yang teraktivasi akan terjadi kontraksi dan
semakin besar kekuatan otot yang dihasilkan. Kemampuan otot untuk melakukan
reaksi yang tepat dan stabil adalah bentuk dari aktivitas otot untuk menjaga
keseimbangan.

2) Sistem Adaptasi

Sutau gerakan yang terampil dan fungsional yang dihasilkan merupakan bentuk
dari adaptasi. Karakteristik lingkungan akan mampu mempengaruhi adaptasi
sehingga terjadi modifikasi dari masuknya sensoris dan keluaran motoric yang
dihasilkan.

3) Lingkup Gerak Sendi (Joint Range of Motion)

Lingkup gerak sendi akan membantu pergerakan pada tubuh serta


mempertahankannya dan sangat dibutuhkan dalam herakan yang membutuhkan
keseimbangan yang tinggi.

3. Pemeriksaan adaptasi penciuman

Reseptor penciuman terletak pada selaput lendir hidung bagian atas (Concha
superior). Daerah ini mempunyai luas kurang lebih 2 cm yang berwarna kekuning –
kuningan yang disebut area olfaktoria. Daerah ini selalu berlendir karena ada secresi
daripada kelenjar Bowmann. Sekresi inilah yang akan melarutkan gas yang sampai pada
ara olfaktoria sehingga dapat merangsang saraf penciuman. Makin rendah titik didih
suatu gas atau cairan makin kuat rangsangannya. ( Evelyn C.Pierre 1993 )

a. Fisiologi Sensasi Penciuman

Alat penciuman erat hubungannya dengan alat pengecap bahkan disebut sebagai
pengecap jarak jauh. Alat penciuman mempunyai kepekaan yang luar biasa karena kadar
zat-zat yang dimiliki rendah sudah mampu merangsang reseptor penciuman. Reseptor
penciuman terletak di bagian atas dari rongga hidung, pada gerak pernafasan biasa
aliran gerak udara pernafasan hanya melalui bagian bawah rongga hidung, oleh karena
itu kita bernafas biasa suatu zat tidak tercium oleh kita. Supaya udara pernafasan dapat
mencapai rongga hidung bagian atas (area olfaktoria) maka kita harus menarik nafas
dalam- dalam. Dengan demikian terjadi arus memutar dari udara pernafasan sehingga
gas yang mengandung zat yang berbau tadi akan sampai pada ara olfaktoria akan bau
akan tercium. Penciuman disarafi oleh Nervus I (Nervus Olfaktorius) juga disaraf oleh
Nervus VI (Nervus Trigeminus) yang berfungsi sebagai reflek perlindungan tubuh
terhadap saluran pernafasan (reflek bersin, batuk dan sebagainya). ( Syaifuddin 1992).

4. Indera Pengecap

Pada manusia hanya terdapat pada lidah. Zat perangsangnya adalah zat kimia yang
larut dalam air/reseptornya adalah ludah dan langit-langit mulut. Pada permukaan lidah,
reseptornya berupa tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papila feliformis, papila
fungitormis dan papila circumfalata. Reseptornya berbentuk piala pengecap yang disebut
gemma sustantorea. Pengecapan ini juga disarafi oleh Nervus VII (Fasialis), dan Nervus
IX (Glosofaringeus). Disamping itu pada lidah ada Nervus V (Trigeminius), yaitu untuk
mensarafi raba, sakit dan suhu. (Sumarno Mrakam. 1982).

Rasa pahit, manis, asam dan asin disaping itu kita dapat juga rasa kombinasi, yaitu
rasa manis dan rasa asin memberi rasa gurih. Kadang-kadang kita merasakan rasa
hangat terhadap suatu makanan yang suhunya normal. Rasa kecap utama tadi tidak
tersebar merata di seluruh lidah, tetapi punya distribusi sendiri-sendiri. Pada ujung lidah
terutama rasa manis dan asin, pada tepi lidah rasa asam. Pada pangkal lidah untuk rasa
pahit (papila sircum valata). (Sumarno Mrakam. 1982)

5. Indera Peraba

Hasil setalah melakukan percobaan adalah probadus merasakan tangan berubah


menjadi netral . Tangan kanan yang semula terasa dingin menjadi hangat dan tangan kiri
yang semula terasa hangat menjadi dingin karena terkena air biasa.

Kulit kita sangat peka atau sensitive terhadap sentuhan dari berbagai macam
jenis panas, dingin, dan tajam. Hal ini dirasakan oleh kita karena adanya tekanan, nyeri
dan panas atau dingin tergantung dari apa yang menyentuh kulit dan bagaimana
kekuatan sentuhan tersebut .

Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti perlindungan
terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik maupun pengaruh kimia, serta
mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan sebagai termoregulasi.
Kulit bersifat lentur dan elastis yang menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan
15% dari total berat badan orang dewasa (Paul et al., 2011). Fungsi proteksi kulit adalah
melindungi tubuh dari kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi
ultraviolet, sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen, merespon rangsangan
sentuhan, rasa sakit dan panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan
nutrisi dan air yang dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat
terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).

Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.

a. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis
bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis
terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) yaitu
stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum
basale (stratum Germinatum) (Perdanakusuma, 2007).

b. Dermis

Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis
terutama terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen menebal dan
sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan serabut
elastin terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-
kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan saling bersilang
dalam jumlah yang besar dan serabut elastin akan berkurang mengakibatkan kulit terjadi
kehilangan kelenturanannya dan tampak berkeriput (Perdanakusuma, 2007).

Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat,


saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darahdan
ujung saraf dan sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-bedaberbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke
dermis untuk regenerasi ( (Perdanakusuma, 2007).
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Sistem indera manusia adalah merupakan bagain dari sistem saraf yang
berfungsi sebagai proses informasi indra. Pada sistem indra, terdapat reseptor
indra, jalur saraf, dan bagian dari otak turut serta dalam tanggapan indra. Secara
umum sistem indra yang kita kenal adalah penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan dan peraba.

Adapun system indera pada manusia yaitu :

1. Indera Penglihatan ( mata )


2. Indera pembau ( hidung )
3. Indera pengecap ( lidah )
4. Indera peraba ( kulit )
5. Indera pendengar ( telinga )

Kulit merupakan organ yang hidup, dengan luas permukaan seluruhnya kira-
kira 1,8 m2, dan mempunyai berat sekitar 15 persen dari berat badan. Ketebalan
kulit sangat bervariasi di berbagai bagian tubuh yang paling tipis ketebalannya
kira-kira 0,04 mm terdapat di sekitar mata dan paling tebal kira-kira 1,6 mm pada
telapak tangan. permukaan kulit mempunyai ciri kkhas “dermatologyc pattern”
yang berbeda-beda pada setiap orang (berupa garis-garis lengkung dan
berbelok-belok). Hal ini berguna untuk mengidentifikasi seseorang. biasanya
kulit dapat dibedakan menjadi dua lapis utama, yaitu kulit ari dan kulit jangat.
kedua lapis ini berhubungan dengan bagian lapis di bawahnya dengan
perantaraan jaringan ikat di bawah kulit yakni hypodermis atau lapisan subkutis.
kulit ari (epidermis) mempunyai beberapa adneksa (alat samping) yang terdiri
dari rambut, kuku, kelenjar keringat, dan kelenjar palit. di bawah kulit aria da kulit
jangat.
IV.2 Saran

Diharapkan praktikan mempraktikan percobaan dengan baik ,


menjelaskan hasil pengamatan serta dapat memahami system integument dan
system indera dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto, Koes 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa. Penerbit alfabeta.
Bandung.
2. Ilyas, S .2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
3. Evelyn C. Pierre. 1993. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia.
4. Syaifuddin. 1992. Anatomi Fisiologi untuk Perawat Kedokteran. Jakarta.:EBC
5. Zuyina Luklukaningsih 2014. Anatomi, Fisiologi , dan Fisioterapi. Yogyakartaa.
Penerbit Nuuha Medika.
6. Campbell-NA-dkk-2004. Biologi-Edisi-Kelima-Jilid-3. Jakarta. Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai