Dosen Pengampu :
Dr. Nana Kariada Tri Martuti, M. Si.
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan komponen utama dalam kehidupan manusia. Sumber daya air
merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap kehidupan untuk menjaga proses
perkembangan hidupnya. Tanpa adanya air maka tidak mungkin adanya kehidupan.
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pengelolaan
Sumber Daya Air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air. Oleh karena itu, keberadaan air sangat
penting baik dalam segi kualitas maupun kuantitas untuk menjamin keberlangsungan
hidup setiap makhluk dan kelestarian lingkungan yang berkelanjutan.
Di Indonesia, keberadaan sungai sangat mudah dijumpai di berbagai tempat
meski kelas dari sungai itu tidak sama tapi keberadaannya bukan menjadi objek yang
asing. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki sejarah yang dekat dengan sungai. Pada
masa lalu setiap aktifitas manusia dilakukan di sungai, namun seiring perkembangan
pemikiran manusia, fungsi sungai tidak lagi dimanfaatkan untuk membantu
kehidupan sehari hari manusia. Meski demikian,di sebagian wilayah tertentu, sungai
masih menjadi objek penting untuk beraktifitas, mulai dari mencuci, mandi,hingga
untuk mendukung aktifitas memasak mereka. Namun,fenomena ini sudah sangat sulit
dijumpai kecuali yang masih tinggal di kawasan pedalaman.
Sungai adalah salah suatu ekosistem perairan yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik oleh aktivitas alam maupun aktivitas manusia di Daerah Aliran Sungai
(DAS). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk
secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir.
Air hujan yang jatuh diatas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil
menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk-bentuk kecil, kemudian menjadi
alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama. Menurut
Asdak (2007), dalam mempelajari ekosistem DAS dapat diklasifikasikan menjadi
daerah hulu, tengah, hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS
bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan.
Menurut Syarifuddin (2000) sungai memiliki beberapa jenis menurut airnya
terdiri dari:
1. Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
2. Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit.
3. Sungai Intermittent atau Sungai episodik yaitu sungai yang mengalirkan
airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering.
4. Sungai ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2011 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
ruang dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Menurut Asdak (2014), DAS
dapat dipandang sebagai suatu ekosistem. DAS sebagai ekosistem tersusun dari
komponen biotik dan abiotik yang berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur.
Di samping komponen biotik dan abiotik yang berperan sebagai sumberdaya alam,
terdapat komponen manusia yang tinggal di dalam DAS sebagai pengguna sumberdaya
alam (Suprayogi dkk., 2014). Manusia dan aktivitasnya turut mempengaruhi ekosistem
DAS.
Manusia memerlukan air tidak hanya dari segi kuantitasnya saja,tetapi juga dari
kualitasnya. Kualitas air di tentukan oleh konsentrasi bahan kimia yang terlarut dalam
air. permasalahan kualitas air dapat di timbulkan oleh proses alamiah maupun ulah
manusia. Ada beberapa parameter kualitas air bersih seperti kaitanya dengan pengaruh
terhadap erosi, sedimentasi, suhu air, kimia, dan biologi. Jika kualitas air tidak di penuhi
maka, air dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit. Air yang kotor sangat berbahaya
bagi tubuh manusia. Sungai yang mengaliri wilayah Kota Tasikmalaya terbagi atas
Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwulan dan Citanduy, yang terkoneksi dengan beberapa
sub Das lainnya.
2.2 Sungai
Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya terdiri dari
faktor abiotik (fisik : hidrologi, hidraulika, sedimen), faktor biotik (ekologi :
flora dan fauna) pada daerah yang dilaluinya, melainkan juga ada campur tangan
manusia juga dapat berakibat terhadap perubahan morfologi sungai tersebut.
(Maryono, 2005 : 9)
Untuk menjaga agar sungai tetap pada fungsinya, maka diperlukan upaya-
upaya pengelolaan baik dari pemerintah dan masyarakat maupun kebijakan
pemerintah terhadap lestarinya fungsi sungai tersebut.
Seperti pada umumnya dalam normalisasi sungai, pembangunan ditujukan
untuk bagaimana mengalirkan air yang ada pada lokasi genangan (banjir)
secepat-cepatnya. Hal ini akan berdampak pada berakumulasinya debit di daerah
hilir, sehingga beban aliran sungai di daerah tersebut akan sangat berat. Prinsip
pengelolaan yang bersifat pure hydraulic (pembetonan, pelurusan, sudetan, dan
lain-lain) tersebut seyogyanya segera ditinggalkan dan digantikan dengan prinsip
pengelolaan yang lebih ke arah eko hidraulik (Maryono, 2005 : 10). Selanjutnya
dikatakan bahwa prinsip-prinsip eko hidraulik pada dasarnya adalah pengelolaan
dengan mengusahakan retensi air selama-lamanya pada badan sungai, misalnya
dengan membiarkan terjadinya meander, tidak mengadakan pembetonan, dan lain
sebagainya yang disamping mempercepat laju aliran sungai, juga akan
menyebabkan berubahnya vegetasi dan habitat yang terdapat dalam sungai
tersebut.
Sumber data penelitian dalam penelitian ini mengggunakan 2 (dua) jenis sumber
data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil
wawancara, dan data sekunder berasal dari studi literatur yang di dapat dari buku dan
jurnal penelitian.
Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi
dan wawancara. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini, data lapangan atau data
mentah berupa data lisan dan data tertulis serta foto. Data lisan dan tertulis diperoleh
melalui wawancara terhadap responden atau narasumber. Data yang berupa foto
merupakan data yang berfungsi mendeskripsikan suatu hal, dapat berupa benda,
maupun kejadian saat observasi maupun saat pengumpulan data. Sedangkan teknik
analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mereduksi data dan triangulasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.4 Usaha dan Cara Menjaga Kelestarian Sungai - Upaya Melestarikan Alam
Lingkungan Sekitar Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya
Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan
pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan
menjijikkan. Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk
perkembangan bibit penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang
berat dan kronis. Oleh sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat.
Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air
menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan sungai cepat dangkal dan
akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat
sungai tampak kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah
cair adalah dengan membuangnya ke sungai. Namun apakah limbah itu aman dan
layak untuk dibuang ke sungai? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses
perubahan secara kimia yang tentu saja akan menambah biaya operasional
perusahaan. Pemerintah melalui kementrian lingkungan hidup telah membuat tata
cara serta aturan untuk pembuangan limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang
dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa menimbulkan berbagai gangguan
masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap, pencemaran terhadap air tanah,
gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan kesehatan lain yang merugikan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa aktifitas penduduk disekitar Sungai Cimulu sangat
beragam, di antaranta kegiatan utama sebagi kegiatan pemukiman dan kegiatan
ekonomi. Dari kegiatan pemukiman lebih menitik beratkan pada hasil buangan limbah
rumah tangga baik padat dan cair. Limbah rumah tangga padat berasal dari hasil
pengolahan kebutuhan pangan dan kebutuhan pendamping lainnya dan limbah cair
berasal dari sisa buangan air domestik rumah tangga. Sedangkan peran serta dalam
menjaga kelestarian lingkungan masih perlu pemahaman dan daya dukung dalam
mengelola lingkungan sungai.
Diperlukan adaptasi dan mitigasi terhadap bencana sebagai bentuk hasil arahan
pengelolaan sempadan Sungai Cimulu. Bentuk adaptasi masyarakat nerobos, epifit, dan
semende. Kearifan lokal dan tabungan bencana dapat menjadi contoh adaptasi yang
baik. Bentuk mitigasi masyarakat yang disarankan adalah mitigasi struktural alami
dengan vegetasi, mitigasi struktural buatan dengan penguat tebing, serta mitigasi
nonstruktural seperti pendidikan/pelatihan dan penyuluhan. Penataan ruang dan relokasi
dapat dilakukan dengan mengawali pemetaan rencana tata ruang wilayah. Pengelolaan
sempadan sungai berbasis masyarakat melibatkan masyarakat dalam penentuan garis
sempadan sungai sehingga jika masyarakat malampaui garis sempadan, adaptasi dan
mitigasi terhadap bencana dapat membantu mengurangi risiko.
Usaha dan cara menjaga kelestarian sungai yaitu dengan cara melestarikan hutan
di hulu sungai, tidak buang air di sungai atau kali, tidak membuang sampah ke sungai,
dan tidak membuang limbah rumah tangga dan industri.
5.2 Saran
Meningkatkan kesadaran masyarakat agar peduli dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan hendaknya terus di sosialisasi, sebagai contoh dengan cara tidak
membuang sampah di sungai karena sampah yang dibuang sembarangan di sungai
akan menyebabkan aliran air disungai terhambat. Selain itu dapat memicu terjadinya
banjir dimusim penghujan.
Daftar Pustaka
Abd.Rahman As-syakur, Sandi Adnyana, I Wayan, 2011, Perubahan Penggunaan
Lahan dan Daya Dukung Lingkungan, PPLH Universitas Udayana, Denpasar.
Asdak, C. (2014) Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta [BLH DIY] (2015) Laporan
Status Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015.
Yogyakarta: BLH DIY.
Bambang Triatmojo, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset,Yogyakarta.
Mulyanto, H.R. 2007. Sungai, Fungsi dan Sifat-Sifatnya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Pawarti, A., Hartuti, P., Didi, D.A. (2012) “Nilai Pelestarian Lingkungan dalam
Kearifan Lokal Lubuk Larangan Ngalau Agung di Kampuang Surau Kabupaten
Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat” Prosiding Semnas Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012. Semarang:
Jawa Tengah.
Setyadi, A. (2013) Analisis Keserasian Letak Bangunan dan Pemanfaatan Lahan
terhadap Peraturan Sempadan Sungai Menggunakan Citra Satelit Quickbird.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Suprayogi, S., Suyono, dan ‘Ulya, A.F. (2014) “Konsep Pembangunan Berkelanjutan
dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu,” dalam Suprayogi
dkk. (ed.) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, hal 41-75.
Wang F., dan Reisner, A., 2011. Factor Influencing Private and Public Environmental
Protection Behaviors: Results from A Survey of Residents in Shanxi, China.
Journal of Environmental Management, 92:429-436
Yu, Soonyoung, Seong-Min Yoon, Eun-Kyeong Choi, Su-Do Kim, Yun-Jung Lee,
Yeonjong Lee, and Ki-Hong Choi (2016) “Quantitative Assessment of National
Resilience: A Case Study of Mount Pakteu Eruption Scenarios on South Korea,”
International Journal of Disaster Risk Reduction 19 p.118—132.