Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

SENSASI MANUSIA
Untuk Memenuhi Tugas Biologi Dasar II

Yang Dibina Oleh:


Ibu Hj. Nursasi Handayani, S.Si., M.Si dan Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 3 Offering A:


1. Dipa Halomoan Damanik 200351615637
2. Evi Fatma Rokhali 200351615661
3. Indah Dwi Rahayu 200351615668
4. Rismawardani Al Mujahidah 200351615658

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA

MARET 2021
SENSASI INDERA

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagian kulit yang peka
terhadap rangsang.
2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi telinga sebagai
reseptor suara dan kesetimbangan.
3. Mahasiswa mengetahui pentingnya penglihatan binokuler.
4. Mahasiswa mampu menentukan zona-zona rasa pada
lidah.
5. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan antara indera
peraba dan indera pembau.

B. Dasar Teori

Alat indera merupakan reseptor yang berfungsi untuk


mengenali lingkungan dan memberikan respon terhadap
perubahan rangsangan yang terjadi pada lingkungan.
Rangsangan dapat berasal dari luar tubuh seperti panas,
sentuhan, cahaya, kelembaban dan tekanan, maupun dari dalam
tubuh seperti rasa lapar, haus, lelah, kenyang. Stimulus yang
memenuhi batas ambang mengaktifkan reseptor (sel penerima
rangsang) pada indera sehingga terjadilah suatu respon.

Indera adalah kumpulan reseptor yang khas untuk


menyadari adanya informasi dari suatu bentuk perubahan yang
ada di lingkungan. Agar dapat terjadi suatu penginderaan harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Adanya stimulus atau perubahan lingkungan yang mampu


unuk membangkitkan respon sistem saraf.

 Reseptor atau organ indra harus dapat menerima stimulus


dan mengubahnya menjadi impuls saraf.

 Impuls saraf harus dihantarkan sepanjang lintasan saraf


dari reseptor atau organ indra ke otak.

 Pusat indra yang bersangkutan di otak harus


menterjemahkan impuls saraf yang diterimanya menjadi
sebuah kesan.
Indera peraba ditemukan pada kulit merupakan
tangoreseptor yang mampu menerima rangsangan dari luar.
Kulit mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan. panas,
dingin, sakit, dan tekanan.

Gambar 2.1 Struktur Penampang Kulit


sumber: Campbell (2017, 1108)

Telinga merupakan fonoreseptor dan sebagai alat keseir


nbangan. Bagian telinga yang berfungsi sebagai fonoreseptor
(penerima rangsang bunyi) berupa sel-sel epitel yang
berambut. Telinga merupakan organ yang mampu
mendeteksi/mengenal suara dan juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh.
Gambar 2.3 Struktur Penampang Hidung
Sumber : Campbell (2017, 1123)

Mata merupakan indra yang berfungsi untuk melihat. Mata


mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan
warna.

Gambar 2.3 Struktur Penampang Mata


Sumber : Campbell (2017, 1116)

Indera pengecap merupakan kemoreseptor pada lidah yang


dapat menerima rangsangan berupa zat yang larut. Indera ini
bentuknya sebagai puting puting pengecap (papila pengecap) yang
mampu membedakan rasa manis, asin, pahit, dan asam. Selain
puting-puting pengecap pada lidah Jitemukan puting peraba (pupil
peraba) yang tersebar di seluruh permukaan licah. Pupil peraba
berfungsi untuk membedakan tekstur makanan, panas-dingin, keras
dan lunaknya makanan dan sebagainya.
Gambar 2.4 Papila pada Lidah
Sumber : Campbell (2017, 1122)

Indera pembau manusia berupa kemoreseptor yang


terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir
bagian atas. Indera ini mampu menerima rangsangan yang berupa
gas. Sel-sel pembau merupakan sel yang ujungnya mempunyai
rambut halus yang berhubungan dengan saraf yang dihubungkan
dengan pusat saraf pembau. Kerja sama yang baik antara satu indera
dengan indera lainnya akan memperngaruhi bentuk respon yang
dihasilkan.

Gambar 2.5 Struktur Telinga


Sumber : Campbell (2017, 1111)
C. Alat dan Bahan

1. Jarum pentul

2. ljuk

3. Lilin pemanas

4. Es batu

5. Gelas ukur

6. Tabung reaksi

7. Penggaris

8. Bolpoint

9. Garputala

10. Logam
pemukul garputala

11. Timer

12. Meteran

13. Bubuk Kopi


Hitam

14. Nutrisari

15. Gula

16. Garam

17. Apel

18. Wortel

19. Bawang merah


D. Cara Kerja

1. Uji indra peraba (kulit)

a. Mengganibar sebuah persegi pada punggung tangan dengan ukuran 2,5 cm


x 2,5 cm.
b. Membagi persegi tersebut menjadi 25 kotak kecil masing-masing seukuran
0,5 cm x 0,5 cm.
c. Menyiapkan jarum pentul, ijuk, lilin pemanas, dan es batu.
d. Menyetuhkan ujung jarum pentul untuk menguji bagian kulit yang
merasakan sentuhan rasa sakit pada masing-masing kotak (25 kotak).
e. Mengulangi langkah d sebanyak 3 kali, masing-masing menggunakan ijuk
(tekanan), jarum pentul yang ujungnya telah dipanaskan dengan lilin
pemanas (panas) dan jarum pentul yang ujungnya telah disentuhkan pada
es batu (dingin).
f. Mencatat hasil pada masing-masing tabel (panas, dingin, sakit, tekanan)
dengan memberi tanda centang (V) untuk bagian yang bisa merasakan dan
tanda silang (X) untuk bagian yang tidak bisa merasakan.

2. Uji indera pendengar (telinga)

Dengan menggunakan garputala

a. Menyiapkan garputala, logam pemukul garputala, timer, dan meteran.


b. Menggetarkan garputala kemudian diletakkan di atas kepala.
c. Menggetarkan garputala kemudian digigit.
d. Menggetarkan garputala kemudian didekatkan pada telinga kanan.
e. Menggetarkan garputala kemudian didekatkan pada telinga kiri.
f. Memperhatikan terdengar atau tidaknya bunyi garputala pada telinga kiri
dan telinga kanan.
g. Mencatat hasilnya masing-masing.
Gambar 2.7 Uji Indera Pendengar

Sumber : http://hasanatulainiplb11.blogspot.com/2012/04/tes-pendengaran.html

Dengan menggunakan timer

a. Pendengar berdiri pada suatu titik tertentu.


b. Salah satu praktikan lain menyalakan timer sambil bergerak menjauhi
pendengar secara perlahan.
c. Praktikan menghentikan gerak, apabila pendengar sudah tidak bisa
mendengar bunyi tertentu.
d. Praktikan mengukur jarak dengar dari titik pendengar berdiri sampai titik
tempat timer diberhentikan.

3. Uji indera penglihat (mata)

a. Praktikan 1 menutup salah satu mata sambil memegang bolpoint.


b. Praktikan 2 memegang tabung reaksi smbil menggerak-gerakkan ke-kiri
dan ke-kanan secara perlahan (10 kali gerakan).
c. Praktikan 1 mencoba memasukkan bolpoint ke dalam tabung reaksi.
d. Mengulangi langkah a-c sebanyak 1 kali dengan menggunakan mata
lainnya yang ditutup.
e. Mencatat hasil berapa kali praktikan 1 bisa memasukkan bolpoint.

4. Uji indera peras (lidah)

a. Menyiapkan bahan-bahan gula, garam, serbuk nutrisari, dan bubuk kopi


hitam
b. Mengambil sedikit gula dan menaruhnya pada masing-masing bagian lidah
(ujung lidah, samping depan, samping belakang, dan pangkal lidah) secara
bergantian
c. Setiap berganti bagian disarankan berkumur dahulu.
d. Mengulangi langkah a-b dengan menggunakan bahan-bahan yang lain
(garam, nutrisari, dan bubuk koopi hitam)
e. Mencatat masing-masing hasil pengamatan pada bagian lidah yang paling
peka terhadap bahan bahan tersebut.

5. Uji indera pembau (hidung)

Dilakukan dengan menutup mata

a. Menyiapkan potongan kecil bawang merah, wortel, dan apel.


b. Praktikan 1 menutup mata dan praktikan 2 memasukkan potongan bawang
merah, wortel, dan apel secara bergantian.
c. Praktikan mencoba menebak bahan-bahan yang telah dimasukkan dalam
mulut. d. Mencatat hasil ketepatan tebakan.

Dilakukan dengan menutup mata dan hidung

a. Menviapkan potongan kecil bawang merah, wortel, dan apel.


b. Praktikan 1 menutup mata dan hidung, praktikan 2 memasukkan potongan
bawang merah, wortel, dan apel secara bergantian.
c. Praktikan mencoba menebak bahan-bahan yang telah dimasukkan dalam
mulut.
d. Mencatat hasil ketepatan tebakan.
E. Hasil Data
1. Uji indra peraba (kulit)
Tekanan Dingin (Es
Sakit (Jarum) Panas (Lilin)
Kotak Ke- (Ijuk) Batu
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan : tanda (√ ) = merasakan

2. Uji indera pendengar (telinga)


Data percobaan menggunakan garputala:
No Perlakuan Sumber Suara
Saat Saat Saat Saat
garputala garputala garputala garputala
diletakkan digigit didekatkan didekatkanka
Diatas ditelinga n ditelinga
kepala kanan kiri
1. Kedua Kanan Kiri Terdengar Terdengar
telinga samar-samar samar-samar
terbuka

2. Salah Kiri Kiri Terdengar Terdengar


satu samar-samar samar-samar
telinga
tertutup

3. Kedua Kiri Kanan dan Terdengar Terdengar


telinga kiri samar-samar samar-samar
tertutup

Data Percobaan menggunakan timer:


Jarak terdekat bila timer Jarak terjauh bila timer didekatkan
dijauhkan dari telinga dari telinga
54 cm 65 cm*
*) Menambah jarak terjauh bunyi sebanyak 2 meter
3. Uji indera penglihat (mata)
Percobaan orang pertama:
N Perlakuan Hasil
O Masuk Tidak Masuk
1. Menutup mata sebelah kiri 5 kali 5 kali
2. Menutup mata sebelah kanan 7 kali 3 kali

Percobaan orang kedua:


N Perlakuan Hasil
O Masuk Tidak Masuk
1. Menutup mata sebelah kanan 4 kali 6 kali
2. Menutup mata sebelah kiri 7 kali 3 kali

Percobaan orang ketiga:


N Perlakuan Hasil
O Masuk Tidak Masuk
1. Menutup mata sebelah kiri 5 kali 5 kali
2. Menutup mata sebelah kanan 2 kali 8 kali

4. Uji indera perasa (lidah)


Bagian lidah yang paling peka
Bahan
Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
Samping bagian Samping bagian
Samping bagian
Nutrisari tengah agak tengah agak
tengah
belakang belakang
Kopi Belakang Belakang Belakang
Samping bagian
Gula Depan Depan
depan
Samping bagian Samping bagian
Garam Depan
depan depan
5. Uji indera pembau (hidung)
Dilakukan dengan menutup mata
Percobaan Ke- Bawang Merah Wortel Apel
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √
Keterangan : tanda (√ ) = tebakan tepat

Dilakukan dengan menutup mata dan hidung


Percobaan Ke- Bawang Merah Wortel Apel
1 x x x
2 x x x
3 x x x
Keterangan : tanda (x) = tebakan tidak tepat

F. Analisis dan Pembahasan


1. Analisis uji indera peraba (kulit)
Berdasarkan hasil praktikum indera peraba yang telah dilakukan, dengan
membuat garis sebanyak 25 kotak pada permukaan kulit praktikan 1. Pada
setiap kotak telah diberi rangsangan nyeri dengan menggunakan jarum,
rangsangan tekanan dengan menggunakan ijuk, rangsangan panas dengan
menggunakan jarum yang telah dipanaskan pada api lilin selama 10 detik,
dan rangsangan dingin dengan menggunakan jarum yang telah didinginkan
dengan menyentuhkan jarum pada es batu selama 15 detik. Praktikan 1
dapat merasakan setiap rangsangan yang diberikan di setiap kotak yang
telah digambar. Hal ini membuktikan bahwa permukaan kulit pada
punggung tangan dapat peka terhadap rangsangan sentuhan dengan berbagai
macam jenis sentuhan.
1) Pada rangsangan sakit (jarum) diseluruh 25 kotak pada kulit dengan
tiga kali percobaan, praktikan 1 dapat merasakan rangsangan sakit yang
berasal dari jarum yang disentuhkan oleh praktikan 2 pada kulitnya.
2) Pada rangsangan tekanan (ijuk) diseluruh 25 kotak pada kulit dengan
tiga kali percobaan, praktikan 1 dapat merasakan rangsangan adanya
tekanan yang berasal dari ijuk yang disentuhkan oleh praktikan 2 pada
kulitnya.
3) Pada rangsangan panas (jarum yang dipanaskan dengan api lilin)
diseluruh 25 kotak pada kulit dengan tiga kali percobaan, praktikan 1
dapat merasakan rangsangan panas yang berasal dari jarum yang
dipanaskan pada api lilin selama 10 detik yang disentuhkan oleh
praktikan 2 pada kulitnya.
4) Pada rangsangan dingin (jarum yang disentukan pada es batu selama 15
detik) diseluruh 25 kotak pada kulit dengan tiga kali percobaan,
praktikan 1 dapat merasakan rangsangan dingin yang berasal dari jarum
yang disentuhkan pada es batu selama 15 detik yang disentuhkan oleh
praktikan 2 pada kulitnya.

2. Analisis uji indera pendengar (telinga)


Dengan menggunakan timer
Percobaan indera pendengaran menggunakan timer ini dilakukan dengan
studi literatur. Pada praktikum ketajaman pendengaran pada sumber bunyi
ketika diberikan perlakuan berupa Pengamat mendekatkan sebuah timer
pada telinga praktikan yang terbuka (Isolasi et al., 2013). Yang kemudian
dijauhkan hingga praktikan tidak mendengar bunyi timer tersebut pada jarak
54 cm. Sedangkan pada perlakuan dengan menambah jarak terjauh bunyi
sebanyak 2meter yang selanjutnya didekatkkan kepada praktikan, pada saat
itu praktikan mendengar sumber bunyi pada jarak 65 cm.
Pada percobaan ketajaman pendengaran pada sumber bunyi ketika diberikan
perlakuan berupa Pengamat mendekatkan sebuah timer pada telinga subyek
yang terbuka. Yang kemudian dijauhkan hingga subyek tidak mendengar
bunyi timer tersebut pada jarak 54 cm. Sedangkan pada perlakuan dengan
menambah jarak terjauh bunyi sebanyak 2 meter yang selanjutnya
didekatkkan kepada subyek, subyek mendengar sumber bunyi pada jarak 65
cm. Hal ini menandakan bahwa ketajaman pendengar lebih baik ketika
sumber bunyi berasal dari jauh dibandingkan dengan bunyi didekatkan
kepada pendengar. Hal ini bertentangan dengan Menurut Soewolo (2003)
bahwa bunyi yang kita dengar memiliki frekuensi getaran berbeda-beda,
mulai dari frekuensi rendah sampai tinggi. Membran basilaris memiliki
lebar dan fleksibilitasyang berbeda-beda pula, membran basilaris di dekat
jendela lonjong sempit dan lebih kaku. Daerah ini berfungsi menerima dan
merespon getaran yang berfrekuensi tinggi. Membran basilaris di tengah
lebih lebar dan fleksibel dan berfungsi menerima serta merespon getaran
yang berfrekuensi sedang. Daerah membran basilaris paling ujung adalah
lebar dan paling fleksibel, daerah ini berfungsi menerima dan merespon
getaran dan suara berfrekuensi rendah. Perlakuan yang di berikan
mengakibatkan membran ketiga membran basilaris bekerja, semakin jauh
jarak asal suara dari telinga maka semakin rendah frekuensinya, sampai
pada batas frekuensi tertentu (pada data karena jarak semakin jauh)
membran basilaris tidak dapat bekerja lagi karena batas rendah frekuensi
telah terlewati sehingga kita tidak dapat mendengar suara tersebut.
Dengan menggunakan garputala
Percobaan ini dilakukan dengan cara menggetarkan garputala dengan
beberapa perlakuan. Pertama meletakannya diatas kepala, kemudian
mendengar sumber suara dari mana. Dari perlakuan diatas telah didapatkan
data, pada saat graputala diatas kepala sumber suara berasal dari kanan,
menutup salah satu telinga dengan menemukan sumber suara dari kiri, dan
pada saat menutup kedua telinga dengan menemukan sumber suara dari kiri.
Kedua, garputala yang digigit suara terdengar dari kiri, lalu menutup salah
satu telinga suara terdengar dari kiri, kemudian pada saat menutup kedua
telinga suara terdengar dari bagian kanan dan kiri. Ketiga, ketika garputala
didekatkan pada telinga kiri dan kanan hasilnya suara yang terdengar namun
samar-samar. Hal ini karena didalam telinga terdapat membran basilaris
yang dapat menerima getaran sedang, besar dan juga kecil. Praktikum ini
menerapkan studi literatur dalam pelaksanaanya.
Praktikum yang kami lakukan ini berdasarkan studi literatur dalam
pengolahan data dan analisisnya. Pada saat garputala dipukul dengan karet
pemukul kemudian didekatkan dengan subyek di diatas telinga dan dibawah
telinga maka yang terdengar pada saat dibawah telinga. Pada saat salah satu
dan kedua telinga ditutupi dengan kapas, suara dari getaran tidak dapat
didengar oleh subyek. Penghantaran suara menurut Soewolo (2003) melalui
berbagai proses dalam telinga. Proses tersebut yaitu getaran suara yang
diterima ioleh membran timpani diteruskan oleh kohlea melalui yuleng
pendengaran akan mengetarkan jendela lonjong, dan getaran ini akan
menimbulkan cairan perilimfe di dalam saluran vestibular. Getaran ini akan
melewati membran vestibular dan masuk ke kohlea. Yang selanjutnya
melintasi menmbran basilaris ke membran saluran timpani. Tekanan
gelombang ini akan menggetarkan membran basilaris yang mengakibatkan
ujung rambut bersentuhan dengan membran tektorial. Sentuhan ini
merupakan stimulus bagi organ korti yang akan meresponnya dalam bentuk
pembebasan neurotrasmitter ke ujung dendrit saraf. Impuls saraf yang
terjadi akan diteruskan melalui saraf kohlea ke pusat pendengaran.

3. Analisi uji indera penglihat (mata)

Pada percobaan ini, subjek menutup salah satu mata sambil memegang
pensil. Pengamat memegang botol secara vertikal sambil digoyang-
goyangkan 10 kali ulangan secara perlahan lalu subjek memasukkan pensil
kedalam tabung reaksi dengan 3 orang berbeda dan 2 perlakuan berbeda,
yaitu mata kanan ditutup dan mata kiri ditutup. Berdasarkan hasil percobaan
dengan perlakuan menutup mata sebelah kanan, orang pertama berhasil
memasukkan bolpoin sebanyak 7 kali dan gagal 3 kali, untuk orang kedua
berhasil memasukkan bolpoin sebanyak 4 kali dan gagal 6 kali, sedangkan
pada percoban orang ketiga berhasil memasukkan bolpoin sebanyak 2 kali
dan gagal 8 kali.
Selanjutnya untuk perlakuan menutup mata sebelah kiri, diperoleh pada
percobaan orang pertama berhasil memasukkan bolpoin sebanyak 5 kali dan
gagal 5 kali, untuk orang kedua berhasil memasukkan bolpoin sebanyak 7
kali dan gagal 3 kali,sedangkan pada percobaan orang ketiga berhasil
memasukkan bolpoin sebanyak 5 kali dan gagal 5 kali juga.
Hal ini sesuai dengan pendapat Basoeki (1999) yang menyatakan bahwa
perlakuan tersebut terjadi karena ketika mata subjek ditutup salah satu
permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk
membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskan
sebagai titik yang jelas pada retina, sehingga fokus penglihatan subjek
menjadi berkurang. Disinilah pentingnya penglihatan binokular yang
bertujuan untuk mempertajam objek yang dilihat mata serta mendapatkan
satu kesatuan dari kedua mata karena mata normal memiliki permukaan
refraktif daya bias yang memadai untuk membelokkan cahaya yang
tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas
pada retina

4. Analisis uji indera perasa (lidah)


Dari percobaan dapat diketahui bahwa sebbenarnya semua bagian lidah
dapat merasakan semua rasa. Namun, ada beberapa bagaian lidah yang peka
terhadap suatu rasa. Pada bahan nutrisari yang berasa masam, bagian lidah
yang paling peka adalah lidah bagian samping tengah agak belakang. Pada
bahan kopi yang berasa pahit, bagian lidah yang paling peka adalah bagian
belakang. Pada bahan gula yang manis, bagian lidah yang paling peka
adalah bagian depan. Pada bahan garam yang merasa asin, bagian lidah
yang paling peka adalah bagian samping depan.

5. Analisis uji indera pembau (hidung)


Pada mata tertutup
Berdasarkan hasil praktikum indera pembau yang telah dilakukan, dengan
menggunakan potongan berukuran kecil dari bawang merah, wortel, dan
apel dengan praktikan 1 yang menebak bau dari bawang merah, wortel, dan
apel dengan mata tertutup. Hal ini membuktikan bahwa hidung sebagai
indera pembau berhubungan erat dengan indera perasa (lidah).selagi indera
pembau berfungsi dengan baik maka indera perasa juga berfungsi dengan
baik, sehingga dapat mengidentifikasi rasa dari masing-masing rangsangan
dari irisan wortel, apel, dan bawang merah.
1) Pada percobaan ke-1 praktikan 1 berhasil menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2. Praktikan 1 dapat membedakan bau dari
bawang merah, wortel, dan apel secara tepat walaupun dengan mata
tertutup.
2) Pada percobaan ke-2 praktikan 1 berhasil menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2. Praktikan 1 dapat membedakan bau dari
bawang merah, wortel, dan apel secara tepat walaupun dengan mata
tertutup.
3) Pada percobaan ke-3 praktikan 1 berhasil menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2. Praktikan 1 dapat membedakan bau dari
bawang merah, wortel, dan apel secara tepat walaupun dengan mata
tertutup.
Pada mata tertutup dan hidung tertutup

Berdasarkan hasil praktikum indera pembau yang telah dilakukan, dengan


menggunakan potongan berukuran kecil dari bawang merah, wortel, dan
apel dengan praktikan 1 yang menebak bau dari bawang merah, wortel, dan
apel dengan mata tertutup dan hidung tertutup. Hal ini membuktikan, bahwa
jika hidung sebagai indera penciuman ditutup, maka hidung sebagai indera
pembau tidak berfungsi dengan baik, karena rasa yang dirasakan lidah
berhubungan erat dengan indera pembau, saat indera pembau tidak
berfungsi maka indera perasa juga tidak berfungsi dengan baik.
1) Pada percobaan ke-1 praktikan 1 tidak dapat menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2 dengan tepat. Praktikan 1 tidak dapat
membedakan bau dari bawang merah, wortel, dan apel dengan tepat
pada keadaan mata tertutup dan hidung tertutup.
2) Pada percobaan ke-2 praktikan 1 tidak dapat menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2 dengan tepat. Praktikan 1 tidak dapat
membedakan bau dari bawang merah, wortel, dan apel dengan tepat
pada keadaan mata tertutup dan hidung tertutup.
3) Pada percobaan ke-3 praktikan 1 tidak dapat menebak bau yang telah
diberikan oleh praktikan 2 dengan tepat. Praktikan 1 tidak dapat
membedakan bau dari bawang merah, wortel, dan apel dengan tepat
pada keadaan mata tertutup dan hidung tertutup.

G. Bahan Diskusi
1. Jelaskan mekanisme kerja indera:
a. Penciuman
Jawab:
Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung
sel-sel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung saraf pembau atau
saraf kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung
membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan
serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat kimia tertentu berupa gas
atau uap masuk Bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat
ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat
dengan protein membrane pada dendrit. Kemudian timbul implus yang
menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi satu
bundel yang disebut saraf I otak (olfaktiru). Saraf otak ke I ini menembus
lamina cibosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian
bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan implus dijalarkan
ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk
diinterprestasikan[ CITATION Azz12 \l 1033 ].
b. Pendengaran
Jawab:
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan akan
diteruskan ke telinga dalam dan diproyeksikan pada membran basilaris,
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran(Science, 2017).
c. Perasa
Jawab:
Makanan atau minuman yang telah berupa larutan di dalam mulut
akan merangsang ujungujung saraf pengecap. Setelah itu rangsangan
tersebut diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Lalu otak
menanggapi rangsang tersebut sehingga manusia dapat merasakan rasa
makanan atau minuman tersebut.
Jalannya rangsangan berupa rasa ke otak:
1) Molekul makanan dan minuman larut dalam air liur.
2) Rasa masuk ke tunas pengecap dan diterima sel-sel reseptor sesuai
rasa yang dikenalnya.
3) Reseptor mengirim impuls ke saraf fasial (V) dan/atau saraf
glosofaringeal (IX) ke lobus parietalis otak untuk diinterpretasikan
menjadi rasa.
d. Peraba
Jawab:
Sentuhan yang dilakukan pada semua benda menghasilkan
rangsang. Rangsang itu diterima oleh reseptor kulit. Kemudian, rangsang
itu diteruskan oleh reseptor ke otak dan kita dapat meraba suatu benda.
Otak juga memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang itu karena
informasi yang cepat, tubuh kita dapat terhindar dari bahaya luar,
misalnya saat kita menyentuh benda yang panas. Jika tubuh tidak tahan
panas, maka secara refleks tubuh akan menghindari panas tersebut dan
tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih fatal.
e. Pembau
Jawab:
Proses mekanisme melihat dimulai ketika benda memantulkan
cahaya masuk ke mata dan diterima oleh kornea, pupil, lensa, dan
dipusatkan pada retina. Pada retina cahaya diubah menjadi muatan listrik
yang dikirim ke otak untuk diproses melalui serabut saraf penglihatan.
Sehingga kerja otak menghasilkan orang dapat melihat benda yang
dilihatnya. Bayangan ditangkap oleh mata, berkas cahaya benda yang
dilihat menembus kornea, ukeus humor, lensa, dan badan vitreus untuk
merangsang ujung ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima
menuju daerah visual dalam otak untuk diproses sehingga menghasilkan
lukisan dan bentuk yang dilihatnya(Science, 2017).
Pupil berfungsi mengatur cahaya akan melebar ketika menerima
cahaya kurang. Lensa mengatur bayangan jatuh tepat pada retina. Retina
atau selaput jala merupakan jaringan tipis yang terdiri dari jutaan sel saraf
yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang berfungsi untuk dapat melihat
benda dalam kondisi cahaya dan sel kerucut berfungsi untuk melihat
secara detail seperti membaca dan melihat warna pada kondisi
pencahayaan yang cukup.
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada
retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya
jatuh tepat pada bintik kuning retina. Lensa mata akan menipis ketika
melihat objek yang jauh. Untuk melihat objek yang dekat dengan
ketelitian tinggi maka lensa mata akan menebal. Suatu objek dapat dilihat
dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada bintik
kuning (fovea) pada retina. Dalam hal ini lensa mata akan bekerja otomatis
untuk memfokuskan bayangan objek tersebut.
Secara singkat Mekanisme melihat adalah (Handoyo, 2006):
1) Cahaya masuk ke dalam mata melalui pupil.
2) Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan benda
yang dimaksud jatuh tepat di retina mata.
3) Kemudian ujung saraf penglihatan di retina menyampaikan bayangan
benda tersebut ke otak.
4) Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita
dapat melihat benda tersebut.
2. Jelaskan hubungan antara satu indera dengan indera lainnya dalam
memberikan respon terhadap suatu stimulus tertentu! Berikan 2 contoh yang
merepresentasikan hal tersebut!
Jawab:
Saat terjadi rangsangan dari luar, reseptor yang berupa alat indra baik
penglihatan, peraba, pendengaran, pencium, dan pengecap akan meneruskan
rangsangan ke saraf sensorik hingga terjadinya efektor. Terjadinya efektor
berupa suatu respon tertentu yang diberikan tentu karena terjadinya hubungan
antara indra satu dengan lainnya yang saling bekerja sama. Dari hasil
penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indra tersebut akan mendapatkan
tanggapan, atau kesan di dalam otak. Gambaran tersebut menghasilkan
adanya respon tunggal atau bahkan lebih tergantung persepsi yang diolah
dalam otak. Contoh dari hubungan indra satu dengan lainnya ini adalah
hubungan antara indra pembau dengan indra penciuman. Hubungan ini telah
dijelaskan pada praktikum yang telah dilakukan, Dimana saat keduanya
bekerja sama untuk merasakan sesuatu, maka akan menghasilkan respon yang
cepat dilakukan otak dalam merasakan rangsangan. Contoh respon tunggal
yang dilakukan adalah merasakan rasa dan contoh respon jamaknya adalah
merasakan kemudian memuntahkan makanan/minuman dalam mulut tersebut
karena dirasa tidak cocok dengan selera. Contoh lain dari hubungan indra satu
dengan lainnya adalah hubungan indra pendengaran dan penglihatan,
misalnya saat kita belajar yang memerlukan koordinasi antara mata dan
telinga agar bisa melihat serta mendengarkan materi yang dipelajsari
kemudian diterjemahkan otak yang akan memberikan respon untuk
melakukan sesuatu seperti menulis atau mencatat yang dipelajari.
3. Jelaskan bagian-bagian kulit yang peka terhadap rangsangan! Gambarkan dan
identifikasi struktur kulitnya!
Jawab:
Bagian-bagian kulit yang peka terhadap rangsangan antara lain:
a. Rangsangan tekanan kuat
Korpuskula Paccini ini adalah ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan tekanan atau saraf perasa tekanan kuat. Terletak di jaringan
subkutan pada mesenterium, tendo, ligamen, telapak tangan, telapak kaki,
jari, puting, periosteum, dan genetalia eksterna. Mempunyai bentuk
bundar atau lonjong dan besar (dengan panjang 2 mm dan diameter 0,5
hingga 1 mm), bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata
telanjang karena bentuknya mirip dengan bawang.
b. Rangsangan panas
Korpuskula Ruffini ini adalah ujung saraf pada kulit yang peka terhadap
rangsangan panas. Terletak pada jaringan ikat termasuk dermis dan
kapsula sendi yang memiliki kapsula jaringan ikat tipis mengandung
ujung akhir saraf yang menggelembung. Korpuskula Ruffini ini
merupakan mekanoreseptor karena mirip dengan organ tendo golgi.
c. Rangsangan sentuhan
Korpuskula Meisner ini adalah ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap sentuhan. Terletak pada papila dermis, khususnya pada bibir,
puting, ujung jari, dan genetalia. Memiliki berbentuk silindris.
Panjangnya tegak lurus di permukaan kulit dan berukuran sekitar 80
mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron.
d. Rangsangan dingin
Korpuskula Krause ini adalah ujung saraf perasa pada kulit yang peka
terhadap rangsangan dingin. Terletak di daerah mikokutis (bibir dan
genetalia eksterna) pada dermis dan berhubungan dengan rambut.
Memiliki bentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron.
Mempunyai sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium.
Terdapat serat ber-mielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnyabercabang atau berjalan spiral
dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembungBerguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
e. Rangsangan tekanan ringan
Lempeng Merkel adalah ujung perasa sentuhan dan tekanan ringan.
Terletak dekat permukaan kulit. Sel-sel Merkel dan Meissner terdapat di
lapisan kulit superfisial dan pada kluster dibawah lengkungan ujung-
ujung jari yang menyusun sidik jari. Lempeng Merkel juga dapat
ditemukan di kelenjar Mammae.
f. Rangsangan nyeri
Ujung saraf bebas adalah ujung perasa yang peka dalam mendeteksi rasa
nyeri. Terletak pada bagian yang dekat dengan permukaan kulit
Gambar dan identifikasi struktur kulit

4. Jelaskan fungsi telinga sebagai reseptor suara dan kesetimbangan! Analisislah


bagaimana kedua fungsi tersebut dapat diperankan secara sinergis oleh
telinga!
Jawab:
Fungsi telinga sebagai reseptor suara karena telinga dapat mendeteksi dan
menceran rangsangan suara dari luar dengan mekanisme-mekanisme yang
dimiliki hingga otak dapat mendeteksi rangsangan suara tersebut dan
menyebabkan kita dapat mendengarkan suara-suara. Mekanisme pendengaran
adalah yang pertama gelombang suara akan ditangkap oleh daun telinga,
kemudian masuk ke dalam telinga akan memukul gelombang telinga,
sehingga gendang telinga menjadi bergetar (fibrasi). Kemudian gelombang
suara tersebut akan ditransmisikan melintasi telinga tengah melalui tiga
tulang kecil (osikula) yang terdiri dari maleus, inkus, stapes. Telinga tengah
dihubungkan ke nasofaring oleh tabung eutachius. Vibrasi mekanis dari
osikula yang paling dalam (dari tulang sanggurdi) ditransmisikan ke telinga
dalam melalui membrane yang fleksibel (tingkap oval) ke koklea. Vibrasi dari
tingkap oval ditransmisikan ke cairan limfa dalam ruangan koklea diteruskan
dengan gerak berlawanan arah pada tingkap bulat. Di bagian dalam ruangan
koklea terlihat adanya organ kortil yang berisi sel-sel rambut yang sangat
peka. Sel-sel rambut tersebut terletak diantara membrane basiler dan
membrane tektorial. Cairan koklea akan menimbulkan vibrasi dalam
membrane basiler. Hal ini dapat menggerakkan sel-sel rambut terhadap
membrane tektorial, yang berarti menstimulasinya. Implus listrik yang timbul
dalam sel ini kemudian diteruskan oleh saraf auditori ke otak. Sehingga
manusia dapat mendengarkan suara.
Fungsi telinga sebagai kesetimbangan karena telinga memiliki tabung
eustachius yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara antara
telinga luar dan tengah, sehingga gendang telinga tidak mudah robek.
Kemudian pada bagian telinga dalam, yang terdiri atas labirin tulang dan
selaput. Yang mana labirin tulang terdiri dari organ keseimbangan dan organ
pendengaran. Organ keseimbangan, meliputi: kanalis semisirkularis (saluran
gelung), sakulus, utrikulus. Sakulus dan utrikulus berada pada vestibula yang
berfungsi untuk mendeteksi posisi tetap tubuh, arah atas tubuh dan gerak
linier. Dimasing-masingnya mempunyai sel reseptor di dalam Dindingnya
yang disebut makula. Makula ini terbenam dalam masa seperti jeli yang
mengandung kristal kapur yang disebut otolith. Kerja otolith dipengaruhi oleh
gravitasi.
5. Jelaskan mekanisme penglihatan binokuler!
Jawab:
Penglihatan binokular merupakan suatu keadaan visual simultan, yang
dapat diperoleh dengan menggunakan kedua mata yang terkoordinasi,
sehingga bayangan yang sedikit berbeda dan terpisah pada setiap mata dapat
dianggap suatu bayangan tunggal dengan proses fusi. Orientasi bayangan
yang tepat pada area retina yang berkorespondensi setiap mata dan berlanjut
pada proses kortikal, akan menghasilkan suatu penggabungan atau fusi dari
dua bayangan tersebut. Pada penglihatan binokular lokasi retina di masing-
masing mata akan berbagi arah visual subjektif yang umum, sehingga
stimulasi terhadap dua titik tersebut akan menghasilkan sensasi subjektif yang
mana target tersebut terstimulasi atau akan berada pada arah yang sama,
lokasi retina tersebut disebut berkorespondensi. Saat bayangan sebuah objek
dalam suatu ruang jatuh pada titik yang berkorespondensi, maka objek
tersebut akan dipersepsikan sebagai objek tunggal. Berbeda dengan hal
tersebut, stimulasi terhadap titik retina yang tidak berkorespondensi atau
berbeda (disparate) akan menghasilkan sensasi dua arah visual untuk satu
objek, atau disebut diplopia.
6. Bagaimana peran bintik kuning dan bintik 9buta dalam proses penglihatan?
Adakah perbedaan diantara keduanya, jelaskan!
Jawab:
Dalam retina, terdapat fotoreseptor yang terdiri dari sel batang dan sel
kerucut. Sel batang lebih peka cahaya namun kkurang peka pada warna
sementara sel kerucut kurang peka cahaya tetapi peka pada warna. Dalam
retina sel batang tersebar tetapi sel kerucut berkumpul di bintik kuning. Peran
bintik kuning (fovea) adalah untuk sebagai tempat jatuhnya bayangan agar
terbentuk bayangan yang jelas. Sementara bintik buta adalah trmpat
masuknya sel saraf sehingga tidak terdapat fotoreseptor.
Perbedaannya adalah pada bintik buta tidak terdapat fotoreseptor sehingga
tidak mendeteksi bayangan sementara bintik kuning memiliki banyak
fotoreseptor sehingga dapat mendeteksi bayangan lebih baik daripada bagian
retina lainnya.
7. Jelaskan zona-zona rasa pada lidah! Gambarkan struktur lidah dan
identifikasi: masing masing zonanya!
Jawab:
Gambar zona rasa pada lidah :
Pada dasarnya seluruh permukaan lidah dapat merasakan semua rasa.
Namun ada beberapa zona lidah yang sedikit lebih sensitive pada suatu rasa
tertentu. Terdapat empat rasa primer yang dapat dirasakan lidah yaitu manis,
asin, asam, dan pahit. Rasa manis lebih sensitive dirasakan di ujung lidah,
Pinggir depan lidah lebih sensitive dengan rasa asin, sepanjang samping tepi
lidah dibelakang daerah yang sensitive asin terdapat daerah yang sensitif rasa
asam. Dan rasa pahit lebih sensitif di bagian lidah belakang. Selain itu ada
rasa kelima yang telah teridentifikasi sebagai rasa umami (Bahasa Jepang
untuk “lezat”) yang diperoleh dari asam amino glutamat.
8. Jelaskan hubungan antara indera peraba dan indera pembau! Analisislah
melalui itu contoh peran kongkretnya!
Jawab:
Ketika hidung menerima rangsangan berupa bau, maka saraf sensorik akan
meneruskan impuls menuju otak yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan
informasi, otak akan menghubungkan impuls yang diterima dengan memori
otak. Sehingga ketika mencium suatu bau maka akan memicu memori otak
sehingga dapat membayangkan bagaimana “rasanya”. Misalnya ketika
mencium bau permen kapas maka kita akan dapat membayangkan bagaimana
lembutnya permen kapas.

H. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum sistem indera adalah
bahwa bagian kulit yang peka terhadap rangsang tekanan di jaringan
subkutan pada mesenterium, rangsang panas Rangsangan panas di jaringan
ikat termasuk dermis, rangsang sentuhan sentuhan di papila dermis,
rangsang dingin Terletak di daerah mikokutis, rangsang tekanan ringan di
dekat permukaan kulit, rangsang nyeri permukaan kulit. Telinga selain
berfungsi sebagai reseptor suara (saat menggetarkan gedang telinga lalu
diteruskan ke otak), juga berfungsi sebagai kesetimbangan tubuh karena
memiliki tabung eustachius dan organ keseimbangan yaitu kanalis
semisirkularis (saluran gelung), sakulus, dan utrikulus. Pentingnya
penglihatan binokular untuk mempertajam objek yang dilihat mata serta
mendapatkan satu kesatuan dari kedua mata. Masam di samping tengah
agak belakang lidah, pahit di belakang lidah, manis di bagian depan, asin di
samping depan lidah. Hubungan indera perasa dan indera pembau adalah
rasa yang dirasakan lidah berhubungan erat dengan indera pembau, saat
indera pembau tidak berfungsi maka indera perasa juga tidak berfungsi
dengan baik.

I. Daftar Rujukan
F. Setiawan. 2016. Fisiologi Penglihatan.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/696e1e7fa272cc78b609521
298d31d96.pdf (diakses pada 14 Maret 2021).
Farihah, Azzah. (2012). Panca Indera Manusia.
https://isif.academia.edu/azzahfarihah/CurriculumVitae. (diakses pada
tanggal 2 Maret 2021)
Handoyo, S. Y. (2006). Gambaran Umum Sistem Penglihatan ( mata). 19–45.
Isolasi, P., Manusia, D. N. A., Epithel, S. E. L., Dan, M., Pcr, P., & Sds-page,
E. A. D. A. N. (2013). Laporan praktikum . M, 25–29.
Science, A. I. (2017). 9 2-1-1. 212–215.
K. Nazili AH. 2010. http://eprints.walisongo.ac.id/3355/3/3105368_Bab
%202.pdf (diakses 14 Maret 2021).
Ratikafeti. 2017. Sari Kepustakaan Penglihatan Binokular.
http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2017/01/sari-
kepustakaan-penglihatan-binokular-ratikafeti.pdf (diakses pada 14 Maret
2021).
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125958-S-5700-Analisis%20faktor-
Literatur.pdf
https://ardra.biz/topik/fungsi-bintik-buta/
https://www.gurupendidikan.co.id/fungsi-lidah/
Lampiran : Foto
1. Uji indra peraba (kulit)
NO KETERANGAN PENGAMATAN
1 25 kotak ukuran 0,5
cm x 0,5 cm

2 Menyentuhkan jarum
pentul ke kulit
(sentuhan rasa sakit)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
3 Menyentuhkan ijuk ke
kulit (tekanan)

(Percobaan 1)
(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
4 Menyentuhkan jarum
pentul yang ujungnya
telah dipanskan 15
detik (panas)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)
(Percobaan 3)
5 Menyentuhkan jarum
pentul yang ujungnya
telah didinginkan 15
detik (dingin)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)

2. Uji indera pendengar (telinga)

Study Literasi

3. Uji indera penglihat (mata)


NO KETERANGAN PENGAMATAN
1 Menutup salah satu
mata sambil
memegang pensil.
botol secara vertikal
digoyang-goyangkan
10 kali secara
perlahan lalu
memasukkan pensil
kedalam tabung reaksi
4. Uji indera peras (lidah)

NO KETERANGAN PENGAMATAN
1 Nutrisari (masam)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
2 Kopi (pahit)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
3 Gula (manis)

(Percobaan 1)
(Percobaan 2)

(Pecobaan 3)
4 Garam (asin)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
5. Uji indera pembau (hidung)
NO KETERANGAN PENGAMATAN
1 Memasukkan
potongan bawang
merah ke dalam mulut
(mata tertutup)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
2 Memasukkan
potongan wortel ke
dalam mulut (mata
tertutup)

(Percobaan 1)
(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
3 Memasukkan
potongan apel ke
dalam mulut (mata
tertutu)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)
(Percobaan 3)
4 Memasukkan
potongan bawang
merah ke dalam mulut
(mata dan hidung
tertutup)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
5 Memasukkan
potongan wortel ke
dalam mulut (mata
dan hidung tertutup)

(Percobaan 1)

(Percobaan 2)

(Percobaan 3)
6 Memasukkan
potongan apel ke
dalam mulut (mata
dan hidung tertutup)

(Percobaan 1)
(Percobaan 2)

(Percobaan 3)

Anda mungkin juga menyukai