Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Psikologi, Volume 7, Nomor 1, Maret 2020, hlm.

41-55

Hubungan Self Concept dan Self Confidence

Sholiha¹⁾
Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Email: fpsi@yudharta.ac.id

Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia²⁾


Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan
Email: kalyla.zahra@yudharta.ac.id

Abstract. A confidence and an attitude toward a persons ability to accept both positive
and negative that are shaped and learned through the process of studying with a view
to his own happiness. While self concept is an idea, mind, feeling, belief and position
known by the individual in relating to others. The purpose of this study is to know a
self concept relationship with a self confident. The hypothesis of this study is there's a
self concept relationship with a self confidence. In the study, researchers used a
quantitative approach in an attempt to test hypotheses that had been drafted. The
subject in this study is a teenager sitting in class 7 and 8 MTS miftahul ulum pandaan.
The sampling technique used was staggerate stratified random sampling. The analysis
of data in this study uses the scale of self concept and self confidence. Data analysis
was calculated by using product moment Pearson and acquired rxy by 0.657 with an r-
tab 1% of 0.254. Thus there is a highly significant correlation between self concept and
a self confidence.

Keywords: Self Concept, Self Confidence, Teen

Abstrak. Self confidence merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap
kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif
maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan
untuk kebahagiaan dirinya. Sedangkan self concept merupakan ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui oleh individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan self concept dengan
self confidence. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan self concept dengan
self confidence. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif
dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Sedangkan subyek dalam
penelitian ini adalah remaja yang duduk di bangku sekolah kelas VII dan VIII Mts
Miftahul Ulum Pandaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
proportionate stratified random sampling. Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan skala sikap self concept dan self confidence. Analisis data dihitung dengan
menggunakan teknik korelasi product moment Pearson dan diperoleh Rxy sebesar 0,657
dengan R tab 1% sebesar 0,254. Dengan demikian ada korelasi yang sangat signifikan
antara self concept dengan self confidence.

Kata Kunci: Self Concept, Self Confidence, Remaja

41
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

Masa remaja merupakan masa individu harus mempunyai keberanian

terjadinya krisis identitas atau atau percaya diri (Putri dan Hadi,

pencariaan identitas diri, individu 2005). Dalam lingkungan sekolah

dihadapkan dengan temuan siapa ketika seorang guru memberikan

mereka, bagaimana mereka kira-kira kesempatan untuk bertanya kepada

nantinya dan kemana mereka menuju siswanya, terkadang seorang pelajar

kehidupannya (Erickson, dalam malu untuk bertanya, dimana

Santrock 1995). Gagasan Erickson ini disebabkan oleh kurangnya rasa

dikuatkan oleh Marcia yang percaya diri yang dimiliki siswa

menemukan bahwa ada empat status tersebut. Rasa percaya diri atau yang

identitas diri pada remaja, sedangkan biasa disebut juga dengan istilah self

tahapan remaja terdiri dari remaja confidence terkait dengan dua hal yang

awal dan remaja akhir (Santrock, paling mendasar dalam praktek hidup.

1995). Yang pertama adalah, self confidence

Remaja awal pada tahap usia 12- terkait dengan bagaimana seseorang

15 tahun pada usia ini biasanya remaja memperjuangkan keinginannya untuk

yang duduk di bangku SMP. Remaja meraih sesuatu (prestasi atau

pada tahap usia ini berusaha untuk performance). Selanjutnya, yang kedua,

menemukan jati dirinya. Dengan kata self confidence terkait dengan

lain individu mengalami krisis kemampuan seseorang dalam

identitas. Remaja membutuhkan menghadapi masalah yang

interaksi dengan orang lain dalam menghambat perjuangannya. Orang

proses pencarian jati diri, yaitu teman yang kepercayaan dirinya bagus akan

sebaya, sekolah, orang tua maupun cenderung berkesimpulan bahwa

masyarakat. Bentuk interaksi remaja di dirinya “lebih besar” dari masalahnya.

sekolah salah satunya dengan Sebaliknya, orang yang memiliki rasa

mengikuti organisasi yang ada di percaya diri rendah akan cenderung

sekolah. berkesimpulan bahwa masalahnya

Dalam kenyataannya, untuk jauh lebih besar dari dirinya. Self

berinteraksi dengan orang lain confidence dapat dikembangkan

42
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

dengan adanya bantuan dari kali siswa menolak, ada juga siswa

lingkungan (Iswidharmanajaya, 2004). yang minder ketika berkumpul sesama

Sekolah memiliki organisasi temannya namun ada salah satu teman

yang dapat berpengaruh terhadap self yang mungkin lebih pandai. Adalagi

confidence siswa. Menurut Kurnia kejadian yang sering terjadi seorang

(2005, dalam Kusumawati, 2009), siswa yang ketahuan mencontek hasil

mengikuti organisasi merupakan salah ulangan atau tes, kebanyakan siswa

satu upaya untuk pengembangan diri, malah lebih memilih jawaban

dan melatih keterampilan berbicara di temannya karena merasa tidak percaya

depan umum. Remaja dapat diri dengan jawaban yang dipilihnya.

mengembangkan diri dengan Masa remaja juga merupakan

menyalurkan bakat serta kreativitas periode dimana individu

yang telah dimilikinya. Adanya menggunakan kemampuannya untuk

keterlibatan dengan organisasi juga memberi dan menerima dalam

merupakan satu upaya cukup baik berkomunikasi dengan orang lain dan

untuk mengasah self confidence, yaitu mempercayai mereka untuk belajar

melalui pergaulan dengan teman mengenai apa yang tidak baik dan apa

sebaya. yang baik sesuai dengan tugas

Seperti siswa pada Mts Miftahul perkembangannya. Remaja dituntut

Ulum ini mereka kebanyakan siswa untuk lebih belajar menyesuaikan diri

yang sulit untuk tampil di depan dalam hubungan sosial yang lebih luas

umum, karena memiliki rasa percaya dan majemuk. Akan tetapi banyak

diri yang kurang. Hal yang terjadi remaja mengalami kesulitan dalam

adalah keadaan sekolahan yang penyesuaian sosial yang berkaitan

berada di desa dan kurangnya dengan komunikasi dengan orang lain.

interaksi atau kegiatan yang Hal ini dapat dilihat dalam perilaku

membangun semangat siswa. Rasa antara lain, tidak bisa mengeluarkan

tidak percaya diri siswa nampak pendapat, kurang percaya diri, pesimis

terlihat ketika seorang siswa disuruh dan cenderung menutup diri, sehingga

untuk membaca di depan kelas, sering mengakibatkan mereka kesulitan

43
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

berkomunikasi dengan berbagai pihak. menentukan keberhasilan dalam

Sedangkan salah satu cara dalam perkembangan individu.

berkomunikasi dengan orang lain Konsep diri seseorang

perlu adanya ungkapan. Karena dinyatakan melalui sikap dirinya yang

dengan pengungkapan diri merupakan aktualisasi orang tersebut.

merupakan cara untuk memulai dan Manusia sebagai organisme yang

memelihara suatu komunikasi. Untuk memiliki dorongan untuk berkembang

dapat mengungkapkan diri, tentu saja yang pada akhirnya menyebabkan ia

harus memahami diri yaitu menyadari sadar akan keberadaan dirinya.

dan mengetahui perasaan, siapa Perkembangan yang berlangsung

dirinya, kualitas diri, dan harapan- tersebut kemudian membantu

harapan diri. Sedangkan dalam pembentukan konsep diri individu

memahami diri seseorang perlu yang bersangkutan. Konsep diri

mempunyai konsep diri yang baik merupakan bagian dari diri yang

supaya mempunyai rasa percaya diri mempengaruhi setiap pengalaman,

yang baik pula. Sedangkan untuk pikiran, perasaan, dan tingkah laku

mempunyai rasa percaya diri yang (keberhasilan) seseorang, karena

baik seorang individu membutuhkan individu bertingkah laku sesuai

konsep diri yang positif. dengan konsep dirinya. Dan kualitas

Konsep diri merupakan penentu perilaku ditentukan tinggi rendahnya

sikap individu dalam bertingkah laku, konsep diri. Individu yang berkonsep

artinya apabila individu cenderung diri tinggi cenderung mempunyai

berpikir akan berhasil, maka hal ini sikap yang terbuka dan mudah

merupakan kekuatan atau dorongan mengemukakan pendapat, begitu pula

yang akan membuat individu menuju sebaliknya.

kesuksesan. Sebaliknya, jika individu Salah satu faktor yang sangat

berpikir akan gagal, maka hal ini sama menentukan apakah seseorang akan

saja sudah mempersiapkan pintu berperilaku negative atau positif adalah

kegagalan bagi dirinya. Maka dari itu dari konsep diri, sebab perilaku

konsep diri individu dapat negative merupakan perwujudan

44
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

adannya gangguan dalam usaha yang memadai dan menyadari

pencapaian konsep diri, apabila kemampuan yang dimiliki, serta dapat

seseorang gagal dalam pencapian memanfaatkannya secara tepat.

konsep diri maka ia akan merasa Selanjutnya, Maslow (dalam Alwisol,

kecewa dalam diri dan lingkungannya. 2004) menyebutkan percaya diri

Sehingga ia akan memandang dirinya merupakan modal dasar untuk

dengan sikap negative yang mana pengembangan aktualitas diri. Dengan

orang tersebut akan mengalami rasa percaya diri orang akan mampu

kurang percaya diri. Sebaliknya, mengenal dan memahami diri sendiri.

apabila seseorang berhasil dalam Sementara itu, kurangnya percaya diri

mencapai konsep dirinya maka akan menghambat pengembangan

mereka akan merasa puas dengan potensi diri. Jadi orang yang kurang

dirinya maupun terhadap percaya diri akan menjadi seseorang

lingkungannya. Sehinggga akan yang pesimis dalam menghadapi

membuat ia bersikap positif terhadap tantangan, takut dan ragu-ragu untuk

dirinya dan akan merasa lebih percaya menyampaikan gagasan, serta

diri dalam lingkungan. bimbang dalam menentukan pilihan

Berdasarkan fenomena diatas dan sering membanding-bandingkan

muncul pertanyaan apakah ada dirinya dengan orang lain.

hubungan self concept dengan self Percayaan diri merupakan suatu

confidence. Penelitian ini diharapkan keyakinan dan sikap seseorang

dapat memberikan manfaat dalam terhadap kemampuan pada dirinya

membantu mengembangkan keilmuan sendiri dengan menerima secara apa

di bidang psikologi pendidikan adanya baik positif maupun negatif

tentang kepercayaan diri siswa. yang dibentuk dan dipelajari melalui

proses belajar dengan tujuan untuk

Self Confidence kebahagiaan dirinya. Percaya diri

Miskell (dalam Anggelis, 1997) adalah modal dasar seorang manusia

mendefinisikan percaya diri sebagai dalam memenuhi berbagai kebutuhan

kepercayaan akan kemampuan sendiri sendiri. Seseorang mempunyai

45
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

kebutuhan untuk kebebasan berfikir berbagai pilihan, serta membuat

dan berperasaan sehingga seseorang keputusan sendiri merupakan perilaku

yang mempunyai kebebasan berfikir yang mencerminkan percaya diri

dan berperasaan akan tumbuh menjadi (Widarso, 2005).

manusia dengan rasa percaya diri. Berdasarkan paparan tentang

Salah satu langkah pertama dan utama percaya diri, dapat kesimpulan bahwa

dalam membangun rasa percaya diri percaya diri adalah kondisi mental

dengan memahami dan meyakini atau psikologis dimana individu dapat

bahwa setiap manusia memiliki mengevaluasi keseluruhan dari

kelebihan dan kelemahan masing- dirinya sehingga memberi keyakinan

masing. Kelebihan yang ada didalam kuat pada kemampuan dirinya untuk

diri seseorang harus dikembangkan melakukan tindakan dalam mencapai

dan dimanfaatkan agar menjadi berbagai tujuan di dalam hidupnya.

produktif dan berguna bagi orang lain.

Pendapat lain mengatakan Self Concept

percaya diri merupakan suatu Menurut Burns (1993), konsep

keyakinan dan sikap seseorang diri adalah suatu gambaran campuran

terhadap kemampuan pada dirinya dari apa yang kita pikirkan,

sendiri dengan menerima secara apa bagaimana pendapat orang lain

adanya baik positif maupun negatif mengenai diri kita, dan seperti apa diri

yang dibentuk dan dipelajari melalui kita yang kita inginkan. Konsep diri

proses belajar dengan tujuan untuk adalah pandangan individu mengenai

kebahagiaan dirinya. Seseorang yang siapa diri individu tersebut, dan hal

percaya diri dapat menyelesaikan tersebut bisa diperoleh lewat informasi

tugas atau pekerjaan yang sesuai yang diberikan lewat orang lain pada

dengan tahapan perkembangan diri individu tersebut. Rochman

dengan baik, merasa berharga, Natawidjaya (dalam Adiyanti 2006)

mempunyai keberanian, dan menjelaskan bahwa konsep diri adalah

kemampuan untuk meningkatkan persepsi individu tentang dirinya,

prestasinya, memper-timbangkan kemampuan dan ketidak-

46
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

mampuannya, tabiat-tabiatnya, harga Dari beberapa pendapat dari

dirinya dan hubungannya dengan para ahli di atas maka dapat

orang lain. disimpulkan bahwa pengertian konsep

Selanjutnya Hurlock (1999) diri adalah cara pandang secara

memberikan pengertian tentang menyeluruh tentang dirinya, yang

konsep diri sebagai gambaran yang meliputi kemampuan yang dimiliki,

dimiliki orang tentang dirinya. Konsep perasaan yang dialami, kondisi fisik

diri ini merupakan gabungan dari dirinya maupun lingkungan

keyakinan yang dimiliki individu terdekatnya.

tentang mereka sendiri yang meliputi Burn (1993) menyatakan yang

karakteristik fisik, psikologis, sosial, mempengaruhi timbulnya self

emosional, aspirasi dan prestasi. confidence, salah satunya yaitu konsep

Konsep diri juga merupakan ide, diri. Untuk menjadi pribadi yang

pikiran, perasaan, kepercayaan dan memiliki rasa percaya diri, seorang

pendirian yang diketahui oleh individu membutuhkan konsep diri

individu dalam berhubungan dengan yang positif. Konsep diri merupakan

orang lain. Konsep diri berkembang gambaran yang dipegang seseorang

secara bertahap dimulai dari bayi menyangkut dirinya sendiri. Jika

dapat mengenali dan membedakan seorang individu sudah mengenal

oranglain. Proses yang keadaan dirinya dan dapat menerima

berkesinambungan dari kelebihan dan kekurangan yang

perkembangan konsep diri dimiliki maka individu tersebut akan

dipengaruhi oleh pengalaman memiliki percaya diri yang baik.

interpersonal dan kultural yang Hariyanto (2010) dalam Wahid

memberikan perasaan positif, (2014) mengemukakan bahwa individu

memahami kompetensi pada area yang memiliki konsep diri positif akan

yang bernilai bagi individu dan bersikap optimis, percaya terhadap

dipelajari melalui akumulasi kontak- diri sendiri dan selalu bersikap positif

kontak sosial dan pengalaman dengan terhadap segala sesuatu, juga terhadap

orang lain. kegagalan yang dialami. Kegagalan

47
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

tidak dipandang sebagai akhir kelompok. Menurut Centi (1995),

segalanya, namun dijadikan sebagai konsep diri merupakan gagasan

penemuan dan pelajaran berharga tentang dirinya sendiri. Seseorang

untuk melangkah kedepan. Individu yang mempunyai rasa rendah diri

yang memiliki konsep diri positif akan biasanya mempunyai konsep diri

mampu menghargai dirinya sendiri negatif, sebaliknya orang yang

dan melihat hal-hal yang positif yang mempunyai rasa percaya diri akan

dapat dilakukan demi keberhasilan di memiliki konsep diri positif.

masa yang akan datang. Individu yang Menurut Rahmat (2005)

memiliki konsep diri positif dalam kepercayaan diri dapat diartikan

segala sesuatunya akan sebagai suatu kepercayaan terhadap

menanggapinya secara positif, dapat diri sendiri yang dimiliki oleh setiap

memahami dan menerima sejumlah orang dalam kehidupannya serta

fakta yang sangat bermacam-macam bagaimana orang tersebut memandang

tentang dirinya sendiri. Ia akan dirinya secara utuh dengan mengacu

percaya diri, akan bersikap yakin pada konsep diri. Ketakutan untuk

dalam bertindak dan berperilaku. melakukan komunikasi dikenal

Sedangkan individu yang memiliki sebagai communication apprehension.

konsep diri negatif akan menanggapi Orang yang aprehensif dalam

segala sesuatu dengan pandangan komunikasi disebabkan oleh

negatif pula, dia akan mengubah terus kurangnya rasa percaya diri.

menerus konsep dirinya atau Individu yang memiliki konsep

melindungi konsep dirinya itu secara diri positif akan bersikap optimis,

kokoh dengan cara mengubah atau percaya tehadap diri sendiri dan selalu

menolak informasi baru dari bersikap positif terhadap segala

lingkungannya. sesuatu, juga terhadap kegagalan yang

Terbentuknya kepercayaan diri dialami. Kegagalan tidak dipandang

pada seseorang diawali dengan sebagai akhir segalanya, namun

perkembangan konsep diri yang dijadikan sebagai penemuan dan

diperoleh dalam pergaulan suatu pelajaran berharga untuk melangkah

48
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

kedepan serta menjadi lebih berani Miftahul Ulum Pandaan. Sedangkan

dan tampil lebih percaya diri. Individu teknik pengambilan sampel yang

yang memiliki konsep diri positif akan digunakan dalam penelitian ini adalah

mampu melakukan apapun artinya proportionate stratified random sampling,

seseorang akan percaya diri tidak teknik ini digunakan bila populasi

malu jika ingin mengaktualisasikan mempunyai anggota atau unsur yang

dirinya sendiri atau ingin berkreasi, tidak homogen dan berstrata secara

dan melihat hal-hal yang positif yang proporsional. Dengan demikian, dari

dapat dilakukan demi keberhasilan di keseluruhan jumlah siswa, maka di

masa yang akan datang. Percaya Diri ambil 60 sampel siswa untuk dijadikan

adalah kondisi mental atau psikologis sampel penelitian.

diri seseorang yang memberi Pengambilan data dalam

keyakinan kuat pada dirinya untuk penelitian ini menggunakan skala

berbuat atau melakukan sesuatu sikap self concept dan skala self

tindakan. Orang yang tidak percaya confidence. Teknik analisis data yang

diri adalah orang yang memiliki digunakan dalam penelitian ini yaitu

konsep diri negatif, kurang percaya dengan menggunakan teknik korelasi

pada kemampuannya. product moment Pearson.

Berdasarkan paparan di atas,

hipotesis dalam penelitian ini adalah Hasil

ada hubungan self concept dengan self Dari hasil perhitungan korelasi

confidence. poduct moment Pearson diperoleh

nilai rxy sebesar 0,657 dengan r tab 1%

Metode sebesar 0,254 dengan dimikian ada

Penelitian ini menggunakan korelasi yang sangat signifikan antara

pendekatan kuantitatif dalam usaha self concept dengan self confidence

menguji hipotesis yang telah disusun. artinya semakin tinggi self concept dan

Sedangkan subyek dalam penelitian maka semakin tinggi pula self

ini adalah remaja yang duduk di confidence begitu pula sebaliknya

bangku sekolah kelas VII dan VIII Mts

49
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

semakin rendah self concept maka dari perhitungan diperoleh persamaan

semakin tinggi pula self confidence garis regresi sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan Analisis Regresi


Sumber
db JK RK Freg F tab 1%
varians

Regresi 1 482630,568 482630,568 58,54 7,31


(reg)

Residu 58 -478168,918 8244,29 - 3,51


(res)

Total (T) 59 4461,65 - - -

db= 1 lawan 58
Dari hasil uji coba analisis 1 prediktor Diskusi

diperoleh Freg= 57,060 dengan db 1 Menurut Lauster (2003)

lawan 58 diperoleh F tabel 5% sebesar Kepercayaan diri dapat dipengaruhi

3,51 Jadi F hitung > F tabel 1% oleh beberapa faktor yang dapat

sehingga hasil penelitian dinyatakan digolongkan menjadi dua, yaitu faktor

signifikan. Artinya ada pengaruh yang internal dan faktor eksternal. Faktor

sangat signifikan antara self concept (X) Internal, meliputi Konsep diri yaitu

terhadap self confidence (Y) pada siswa Terbentuknya keperayaan diri pada

Mts Miftahul Ulum Tunggulwulung seseorang diawali dengan

Pandaan Pasuruan. Dengan demikian perkembangan konsep diri yang

hipotesa yang berbunyi ada pengaruh diperoleh dalam pergaulan suatu

self concept terhadap self confidence, kelompok. Menurut Centi (1995),

diterima. Dimana self concept dapat konsep diri merupakan gagasan

digunakan untuk meramalkan self tentang dirinya sendiri. Seseorang

confidence pada Mts Mifathul Ulum yang mempunyai rasa rendah diri

sebesar 43%, sedangkan 57 % dapat biasanya mempunyai konsep diri

diramalkan dari faktor yang lain. negatif, sebaliknya orang yang

mempunyai rasa percaya diri akan

memiliki konsep diri positif.

50
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

Hal yang sama diungkapkan kekuasaan yang lebih pandai,

oleh Selain itu Iswidharmanjaya sebaliknya individu yang

(2005) menyatakan ada tiga faktor pendidikannya lebih tinggi cenderung

yang mempengaruhi timbulnya self akan menjadi mandiri dan tidak perlu

confidence yang mana salah satunya bergantung pada individu lain.

adalah Konsep diri Untuk menjadi Individu tersebut akan mampu

pribadi yang memiliki percaya diri, memenuhi keperluan hidup dengan

seorang individu membutuhkan rasa percaya diri dan kekuatannya

konsep diri yang positif. Konsep diri dengan memperhatikan situasi dari

adalah gambaran yang dipegang sudut kenyataan. Kedua Pekerjaan,

seseorang menyangkut dirinya sendiri. Rogers (dalam Kusuma, 2005)

Jika seorang individu sudah mengenal mengemukakan bahwa bekerja dapat

keadaan dirinya dan dapat menerima mengembangkan kreatifitas dan

kelebihan dan kekurangan yang kemandirian serta rasa percaya diri.

dimiliki maka individu tersebut akan Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa

memiliki percaya diri yang baik. percaya diri dapat muncul dengan

Berdasarkan hasil perhitungan melakukan pekerjaan, selain materi

memang 48% self confidence di yang diperoleh. Kepuasan dan rasa

pengaruhi oleh self concept. Sedangkan bangga di dapat karena mampu

52% faktor yang lain yang mengembangkan kemampuan diri.

mempengaruhi self confidence seperti Ketiga Lingkungan dan Pengalaman

yang di ungkapkan oleh Lauster (2003) hidup, Lingkungan disini merupakan

faktor ekternal juga mempengaruhi lingkungan keluarga dan masyarakat.

rasa percaya diri sesorang yang Dukungan yang baik yang diterima

meliputi: Pendidikan, Pendidikan dari lingkungan keluarga seperti

mempengaruhi kepercayaan diri anggota kelurga yang saling

seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut berinteraksi dengan baik akan

mengungkapkan bahwa tingkat memberi rasa nyaman dan percaya diri

pendidikan yang rendah cenderung yang tinggi. Begitu juga dengan

membuat individu merasa dibawah lingkungan masyarakat semakin bisa

51
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

memenuhi norma dan diterima oleh yang mempuyai harga diri rendah

masyarakat, maka semakin lancar bersifat tergantung, kurang percaya

harga diri berkembang (Centi, 1995). diri dan biasanya terbentur pada

Sedangkan pembentukan kepercayaan kesulitan sosial serta pesimis dalam

diri juga bersumber dari pengalaman pergaulan. Selanjutnya Kondisi fisik

pribadi yang dialami seseorang dalam Perubahan kondisi fisik juga

perjalanan hidupnya. Pemenuhan berpengaruh pada kepercayaan diri.

kebutuhan psikologis merupakan Anthony (1992) mengatakan

pengalaman yang dialami seseorang penampilan fisik merupakan penyebab

selama perjalanan yang buruk pada utama rendahnya harga diri dan

masa kanak kanak akan menyebabkan percaya diri seseorang. Ahli lain juga

individu kurang percaya diri (Drajat, berpendapat bahwa ketidakmampuan

1994). fisik dapat menyebabkan rasa rendah

Menurut Lauster (2003) didalam diri yang kentara. Keempat adalah

faktor internal selain dari konsep diri Pengalaman hidup, Kepercayaan diri

ada juga faktor internal yang lain diperoleh dari pengalaman yang

seperti Harga diri, Meadow (dalam mengecewakan adalah paling sering

Sungkar dan Partini, 2015) Harga diri menjadi sumber timbulnya rasa

yaitu penilaian yang dilakukan rendah diri. Lebih lebih jika pada

terhadap diri sendiri. Orang yang dasarnya seseorang memiliki rasa

memiliki harga diri tinggi akan menilai tidak aman, kurang kasih sayang dan

pribadi secara rasional dan benar bagi kurang perhatian.

dirinya serta mudah mengadakan Menurut Iswidharmanjaya

hubungan dengan individu lain. (2004) juga mengungkapkan faktor

Orang yang mempunyai harga diri lain yang mempengaruhi self

tinggi cenderung melihat dirinya confidence selain dari konsep diri

sebagai individu yang berhasil percaya yaitu Proses belajar artinya untuk

bahwa usahanya mudah menerima menumbuhkan rasa percaya diri

orang lain sebagaimana menerima dirasakan sejak usia dini. Pola asuh

dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang diberikan orang tua memiliki

52
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

peranan yang besar dalam dirinya dari orang lain. Tetapi jika

menumbuhkan percaya diri anak. Pola tidak ada orang lain yang menilai

asuh yang diberikan meliputi kasih maka individu tersebut tidak

sayang, perhatian, penerimaan, serta mengenal dirinya lebih dalam.

yang paling penting adalah kelekatan Dengan demikian self concept

emosi dengan orang tua secara tulus. memang meberikan pengaruh

Dengan adanya kehangatan dan terhadap self confidence atau

asuhan dari orang tua, rasa percaya kepercayaan diri, hal tersebut juga

diri anak akan mulai bersemi. Kalau terbukti dari pengujian di sekolah di

anak merasa dirinya berharga dan Mts Miftahul Ulum dengan hasil yang

bernilai dimata orang tuanya, akan signifikan yang mana hal ini

cenderung manjadi anakyang semakin memberikan bukti bahwa self concept

percaya diri. Selain pola asuh, perilaku mempengaruhi self confidence.

orang tua juga memiliki peran dalam

proses pembentukan sikap percaya Kesimpulan

diri, karena biasanya anak yang masih Berdasarkan hasil penelitian ini

kecil akan menirukan apa yang dapat diambil kesimpulan bahwa ada

diperbuat oleh orang tuanya. pengaruh self concept terhadap self

Sebaliknya orang tua yang kurang confidence di Mts Miftahul ulum

memberikan perhatian, suka Tunggul wulung Pandaan Pasuruan.

mengkritik, tidak pernah memberikan Dari hasil uji coba analisis 1 prediktor

pujian ataupun tidak pernah puas diperoleh Freg= 57,060 dengan db 1

melihat prestasi anaknya akan lawan 58 diperoleh F tabel 5% sebesar

menurunkan percaya diri anaknya.. 3,51 Jadi F hitung > F tabel 1%

yang terakhir Interaksi dengan sehingga hasil penelitian dinyatakan

lingkungan Seseorang akan belajar signifikan. Artinya ada pengaruh self

mengenai diri sendiri melalui concept (X) terhadap self confidence (Y)

interaksi langsung dengan orang lain. pada siswa Mts Miftahul Ulum

Dengan berinteraksi, seorang individu Tunggulwulung Pandaan Pasuruan.

akan memperoleh informasi mengenai Dengan demikian hipotesa yang

53
Sholiha, Lailatuzzahro Al-Akhda Aulia

berbunyi ada pengaruh self concept Referensi

terhadap self confidence, diterima. Adiyanti. (2006). Psikologi Sosial.


Bandung : PT. Rafika Aditama.
Dimana self concept dapat digunakan

untuk meramalkan self confidence pada Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian.


Malang: UM Press.
Mts Mifathul Ulum sebesar 43%,
Anggelis, B. D. (1997). Percaya diri.
sedangkan 57 % dapat diramalkan dari
Sumber sukses dan kemandirian:
faktor yang lain. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Saran
Anthony, R. (1992). Rahasia Membangun
Penelitian ini diharapkan dapat Kepercayaan Diri (R. Wiryadi,
Trans). Jakarta: Binarupa Aksara.
menjadi agent of change (agen

perubahan) dalam upaya Burns, R. B. (1993). Konsep Diri Teori,


Pengukuran, Perkembangan dan Pe
peningkatkan self concept pada anak rilaku.
didik dengan bijaksana dan tepat guna Alih Bahasa: Eddy. Jakarta:
Penerbit: Arcan.
dalam perkembangannya, karena dari
Centi, P. J. (1995). Mengapa Rendah Diri.
hasil kajian diatas menunjukkan
Yogyakarta: Kanisius.
pegaruh self concept dengan self
Drajat, Z. (1994). Remaja Harapan dan
confidence sangat signifikan. hal ini Tantangan. Jakarta: CV. Ruhama.
dapat menjadi satu diantara berbagai
Hadi & Putri. (2005). Bagaimana lebih
macam metode untuk pola memahami seorang diri remaja.
pengembangan siswa dalam khazana Retrivied from:
http://www.fpsi.unair.ac.id/files/
keilmuan secara mandiri dan tangguh bagaimana%20lebih%20memaha
sedangkan untuk peneliti selanjutnya mi%20seorang%20 diri%
20remaja.pdf
Disarankan meneliti pengaruh
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi
variable lain yang berhubungan
Perkembangan: Suatu Pendekatan
dengan faktor-faktor self confidence Sepanjang Rentang Kehidupan.
Alih bahasa: Istiwidayati &
misalnya: harga diri, kondisi fisik,
Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta:
pengalaman hidup dan pendidikan Erlangga

Iswidharmanjaya, D. (2004). Satu Hari


Menjadi Lebih Percaya Diri.
Jakarta: PT. Elex media
komputindo.

54
Hubungan Self Concept dan Self Confidence

Kusuma, Y. D. (2005). Hubungan Antara Sungkar, Y. & Partini. (2015). Sense Of


Dukungan Sosial Dan Kepercayaan Humor sebagai Langkah
Diri dengan Kecenderungan Fobia Meningkatkan Kepercayaan Diri
Sosial pada Remaja Penyandang Guru PPL dalam Proses Belajar
Cacat Tubuh [Skripsi]. Fakultas Mengajar. Indigenous: Jurnal
Psikologi Universitas Ilmiah Psikologi, 13(1).
Muhammadiyah Surakarta. https://doi.org/10.23917/indigeno
us.v13i1.2327
Kusumawati, R. (2009). Manajemen
Karir dan Pengembangan Karir Suryabrata, S. (2010). Metodologi
pada Organisasi tanpa Batas. Penelitian, Jakarta: PT. Raja
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 4(7). Grafindo Persada.
Retrivied from:
https://id.123dok.com/document/ Wahid, A. G. (2014). Hubungan antara
ydv1591y-56739-id Konsep Diri dengan Belajar
Mandiri pada Siswa Kelas IV SD
Lauster, P. (2003). Tes Kepribadian (alih Se-Gugus 1 Kecamatan Sedayu
bahasa: D.H. Gulo). Jakarta: PT. Kabupaten Bantul Tahun Ajaran
Bumi Aksara. 2013-2014 [Skripsi]. Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Negeri Yogyakarta. Retrivied
Komunikasi. Bandung: PT. From: https://eprints.uny.ac.id.
Remaja Rosdakarya.
Widarso, W. (2005). Sukses membangun
Santrock, J. W. (1995). Life-Span rasa percaya diri “self confidence”.
Development: perkembangan masa Jakarta: Grasindo.
hidup jilid 1, alih bahasa: Achmad
Chusairi, Juda Damanik. Jakarta:
Erlangga.

55

Anda mungkin juga menyukai