Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FARMAKOLOGI KEBIDANAN
( PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN OBAT YANG
DIGUNAKAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN)

Kelompok 3
Humrah
Rismawati
Sadriani
A.Eka astuti
Ramlah
Satriani
Mirawati

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN/KLINIK


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR

1
KATA PENGANTAR

     Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang sederhana ini “PATOFISIOLOGI PENYAKIT DAN
OBAT YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN”
     Kami berharap agar setelah membaca makalah kami pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik sebagai mana tujuan kita bersama sehinga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam bidang keperawatan.

     Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk
itu kami membuka diri untuk menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan dimasa
mendatang.

                                                                                     Sinjai, 09 Mei 2020

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………. i


Daftar isi …………………………………………….ii
Bab I pendahuluan
A. Latar belakang ……………………………………………. 1
B. Rumusan masalah ……………………………………………. 2
C. Tujuan ……………………………………………. 2
Bab II pembahasan
A. Patofisilogi penyakit umum yang berkaitan dengan
praktek kebidanan ……………………………………………. 3
B. Pemberian obat pada masa kehamilan dan menyusui ………………. . 7
Bab III penutup
A. Kesimpulan ……………………………………………. 9
B. Saran ……………………………………………. 9
Daftar pustaka ……………………………………………. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan interaksi antara
sebuah sistem dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari luar yang masuk ke dalam
sistem tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap molekul kecil yang ketika masuk ke
dalam tubuh, akan mengubah fungsi tubuh melalui berbagai interaksi di tingkat molekuler.
Pemberian obat harus selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan
hayati (bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
Banyak fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu menyusui terpaksa minum
obat karena masalah kesehatan yang mereka alami, 12% ibu hamil mengkonsumsi obat-obat
analgetika, sedangkan 9% menggunakan obat yang diresepkan dokter, akibat penyakit yang
menyertai seperti hipertensi dan asma. Dengan hal demikian akan menimbulkan dampak
kecacatan pada bayi, seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi di Australia mengalami cacat
lahir relative berkaitan dengan penggunaan obat.
Kadang-kadang kondisi sedang menyusui membuat kita ragu  untuk mengkonsumsi obat,
takut obat bakal berpengaruh terhadap ASI  atau bayi. Padahal banyak obat yang boleh
dikonsumsi untuk ibu-ibu yang hamil dan menyusui mulai dari tingkat L1 (safest) sampai L4.
Sebaiknya obat hanya dikonsumsi pada kondisi terpaksa,  jika masih bisa home therapy,
sebaiknya obat tidak dikonsumsi. Salah satu obat paling aman untuk ibu menyusui adalah
acetaminophen atau parasetamol.
Hampir semua obat yang dikonsumsi ibu menyusui akan dikeluarkan juga melalui ASI,
dalam kadar rendah atau tinggi, sehingga obat tersebut dapat masuk ketubuh bayi. Oleh
karena itu sebaiknya ibu yang menyusui sedapat mungkin menghindari mengkonsumsi
obat2an yang tidak begitu perlu, seperti jamu pegel linu, sakit kepala, batuk bersin dan lain
sebagainya. Minumlah obat yang memang sangat diperlukan untuk menyembuhkan suatu
penyakit dan obat harus diresepkan oleh dokter.
Sampai saat ini masih banyak ibu hamil atau menyusui yang menghentikan
pengobatannya karena mereka kawatir akan keselamatan janin atau bayinya. Justru yang
sangat disayangkan adalah, mereka menghentikan obat TB setelah berkonsultasi dengan
bidan desa. Dengan tulisan ini, semoga tenaga kesehatan dan PMO (pengawas Minum Obat)
mengetahui bahwa obat TB aman diminum oleh wanita hamil atau ibu menyusui.
Perlu dijelaskan pada ibu hamil atau  menyusui bahwa keberhasilan pengobatan sangat
penting artinya. Pada ibu hamil bertujuan supaya proses persalinan berjalan lancer dan bayi
yang dilahirkan akan terhindar dari kemungkinan tertulat TB. Sedangkan pada ibu menyusui,
pengobatan TB sampai sembuh adalah cara terbaik untuk menghindari penularan dari ibu
kepada bayinya. Sebagaimana kita ketahui bahwa penularan kuman TB karena percikan
dahak pada waktu kita batu, bersin, bicara bahkan pada saat kita bernafas. Ibu menyusui
boleh tetap menyusui bayinya asalkan memakai masker pada saat berdekatan

4
1.2. Rumusan masalah
1. Apa saja patofiiologi penyakit yang berkaitan dengan praktek kebidanan?
2. Bagaimana pemberian obat bagi ibu hamil dan menyusui ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit yang berkaitan dengan praktek kebidanan
2. Untuk mengetahui Bagaimana pemberian obat bagi ibu hamil dan menyusui

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Patofisiologi penyakit umum yang berkaitan dengan praktek kebidanan

1. Hipertensi Dalam Kehamilan


  Hipertensi esensial
Adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ini termasuk juga hipertensi
ringan.
Gejalanya :
 Biasanya tidak terasa ada keluhan dan pusing atau berat ditekuk kepala.
 Tekanan darah sistolenya antara 140-160 mmhg
 Tekanan darah diastolenya antara 90-100 mmhg
 Tekanan darahnya sukar diturunkan
Penanganannya :
Memantau tekanan darah apabila diketahui tinggi dan mengurangi segala sesuatu yang
bisa menyebabkan tekanan darah naik seperti : gaya hidup, diet dan psikologis.
2. Kehamilan dengan Jantung
a. Definisi Kehamilan Penyakit Jantung
Penyakit jantung telah menjadi salah satu penyebab utama kematian wanita usia
subur dalam dekade terakhir. Etiologinya berubah, karena kebanyakan wanita hamil
yang memiliki masalah jantung kini memiliki kelainan jantung konginetal. Penyakit
jantung yang terjadi akibat pewarisan genetik dan gaya hidup, seperti penyakit arteri
koroner, kini prevalensinya meningkat pada wanita usia reproduktif, kemungkinan
akibat perubahan gaya hidup (Nuning, 2009).

Selama kehamilan curah jantung (cardiac output) meningkat sebesar 30 sampai


50 persen. Peningkatan curah jantung menjadi maksimun pada pertengahan
kehamilan. Curah jantung dalam posisi terbaring lateral meningkat 43 persen akibat
meningkatnya frekuensi nadi. Wanita dengan disfungsi jantung yang parah mungkin
mengalami perburukan gagal jantung (Hartanto, 2005).
Insiden penyakit jantung terdapat pada 1% kelahiran hidup. Dalam kurun waktu
satu tahun terdapat 2500 orang dewasa yang mengalami penyakit jantung kongenital.
Pada ibu hamil yang mengalami penyakit jantung kongenital sebesar 0,8%.
(Angelina dkk, 2011).
Penyakit jantung serius dalam kehamilan relatif jarang terjadi, hanya sekitar 1%,
tetapi sangat bermakna dalam hal morbiditas dan mortalitas maternal dan janin.
Terdapat dua perubahan fisiologis utama pada sistem kardiovaskuler dalam

6
kehamilan yang berdampak serius pada wanita yang memiliki penyakit sebelumnya.
Perubahan fisiologis yang pertama yaitu, peningkatan curah jantung sebesar 20%
pada minggu ke-8 dan hingga 50% pada akhir trimester kedua kehamilan. Perubahan
fisiologis yang kedua yaitu, peningkatan curah jantung lebih lanjut selama persalinan
adalah 15% pada kala satu dan 50% pada kala dua akibat nyeri dan aktivitas uterus,
serta 60-80% segera setelah kehamilan karena vena kava tidak lagi mengalami
kompresi dan autoinfusi (Billington, 2010).
Insiden penyakit jantung rheumatik (Rheumatik Heart Disease [RHD]) di negara
barat telah mengalami penurunan drastis, tetapi penyakit ini masih menjadi penyakit
jantung yang paling banyak terjadi di negara berkembang. Penyakit ini biasanya
bersifat asimptomatik dan sering kali baru terdiagnosis pada kehamilan
(Chandralela,2009).

b. Pengaruh Penyakit Jantung dalam Kehamilan


Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit jantung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Untuk mempertahankan curah jantung yang
efektif, jantung memerlukan pasokan oksigen yang baik untuk memberikan energi
yang cukup untuk miokardium sehingga kontraksi jantung efektif. Pada kehamilan,
peningkatan frekuensi denyut jantung meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium, yang mungkin signifikan pada wanita hamil penderita penyakit jantung
(Tomlinson, 2006).
Dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung.
Kehamilan sangat berpengaruh terhadap penyakit jantung. Perubahan volume darah
yang terjadi pada penderita penyakit jantung merupakan hasil dari proses adaptasi
sebagai upaya kompensasi untuk mengatasi kelainan yang ada. Saat-saat yang
berbahaya bagi ibu hamil dengan penyakit jantung, yaitu :
a. Kehamilan 32-36 minggu apabila hipervolemia mencapai puncaknya
b. Partus kala II apabila wanita mengerahkan tenaga untuk meneran
c. Masa pospartum, karena dengan lahirnya plasenta anastomosis. Ateri-vena
hilang dan darah yang seharusnya masuk ke ruang intervilus sekarang masuk
ke dalam sirkulasi besar.
Dalam ketiga hal tersebut diatas jantung harus bekerja lebih berat. Apabila tenaga
cadangan jantung dilampaui, maka terjadi dekompensasi kordis, jantung tidak
sanggup lagi menunaikan tugasnya (Prawirohardjo, 2007).

7
3. Anemia Dalam Kehamilan
a. Pengertian
Anemia ialah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah
eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Ukuran haemoglobin normal :
-          Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
-          Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia :
-          Kadar Hb 8 gram – 10 gram disebut anemia ringan
-          Kadar Hb 5 gram – 8 gram disebut anemia sedang
-          Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat
Pada kehamilan jumlah darah bertambah banyak, yang disebut hidremia dan
hipervolemia pertambahan dari sel-sel darah kurang, bila dibanding dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut
berbanding sebagia berikut :
Plasma 30 %, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Proses bertambahnya jumlah
darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai
puncaknya dalam kehamilan antara 32-36 minggu. Seorang wanita hamil yang
memiliki Hb < 11gr% dapat disebut penderia anemia dalam kehamilan. Pemeriksaan
hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada
pemeriksaan pertama pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir
b. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Partus lama karena inersia uteri
4. Perdarahan post Jartum karena atonia uteri
5. Syok
6. Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
7. Anemia yang sangat berat adalah Hb dibawah 4 gr% terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal
c. Pengaruh Anemia Terhadap Hasil Konsepsi :
Hasil konsepsi (janin, placenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah untuk
pembuatan butir-butir darah merah besar dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat
besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia
dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan zat besi dalam hati, limpa, dan
sum-sum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan zat besi, Hb tidak akan
turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6
kehamilan, pada waktu janin membutuhkan zat besi. Bila terjadi anemia,
pengaruhnya terhadap konsepsi ádalah :
1. Kematian mudigah (Keguguran)
8
2. IUFD
3. Prematuritas
4. Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
5. Dapat terjadi cacat-bawaan

9
B. PEMBERIAN OBAT PADA MASA KEHAMILAN DAN MENYUSUI

1. Paracetamol
Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas (analgesik) dan
dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit dari segala jenis seperti sakit kepala,
sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma,

2. Ambroksol
a. Indikasi: 
Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut dan kronis khususnya pada
eksaserbasi bronkitis kronis dan bronkitis asmatik dan asma bronkial.
b. Peringatan: 
ambroksol hanya dapat digunakan selama kehamilan (terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-benar diperlukan; pemakaian selama kehamilan dan
menyusui masih memerlukan penelitian lebih lanjut; ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu yang lama tanpa konsultasi dokter; dalam beberapa
kasus insufisiensi ginjal, akumulasi dari metabolit ambroksol terbentuk di hati.
c. Kontraindikasi: 
Hipersensitif terhadap ambroksol.
d. Efek Samping: 
Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek
samping yang ringan pada saluran saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa
pasien; reaksi alergi (jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit,
pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak diketahui efeknya terhadap
kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.

3. Zat Besi
Ibu hamil membutuhkan zat besi yang cukup untuk membentuk sel-sel darah merah,
karena sel darah merahlah yang membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh dan juga
kepada bayi Anda. Kekurangan zat besi akan menimbulkan anemia yang bisa membuat
ibu hamil terus-menerus merasa lelah, pusing, lemah, dan pucat. Selain itu, zat besi
sebagai asupan nutrisi ibu hamil juga sangat penting bagi pertumbuhan janin.
Kekurangan zat besi pada masa kehamilan membuat risiko bayi menderita anemia
setelah lahir lebih tinggi. Kondisi ini juga meningkatkan risiko bayi untuk lahir
prematur dan terlahir dengan berat badan rendah.
4. Vitamin D dan Kalsium
Ibu hamil atau mereka yang sedang menyusui, disarankan untuk mengonsumsi 10
mikrogram vitamin D dan 1.000 mg kalsium tiap hari. Vitamin D dan kalsium sangat
berperan dalam kesehatan tulang dan gigi. Ibu hamil membutuhkan vitamin D dan
kalsium lebih selama masa kehamilan untuk menunjang pertumbuhan tulang bayi.
Kekurangan vitamin D membuat anak-anak rentan untuk mengalami pertumbuhan
tulang yang abnormal. Kalsium juga sangat dibutuhkan oleh para ibu hamil. Kalsium
yang dikonsumsi ibu hamil akan digunakan janin untuk membentuk tulang. Kalsium

10
dapat ditemukan di makanan seperti tahu, tempe, kacang merah, susu kedelai, susu, keju,
yogurt, sayuran berdaun hijau, sardin, salmon, dan kacang-kacangan
5. Asam Folat
Asam folat yang cukup diperlukan untuk mencegah terjadinya neural tube
defect (NTD), yaitu cacat pada sistem saraf bayi. NTD biasanya mulai berkembang pada
28 hari pertama setelah pembuahan. Pada masa itu, kebanyakan wanita bahkan belum
menyadari bahwa mereka hamil. Karena itulah bagi para wanita yang sedang berupaya
mendapatkan anak atau menjalani program kehamilan, sangat disarankan untuk
mengonsumsi 400 -800 mikrogram asam folat setiap hari sampai kehamilan mencapai
usia 3 bulan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu
ibu (ASI) dari payudara ibu. Selama menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Padahal obat tersebut dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Masalah-masalah yang
sering terjadi pada masa menyusui misalnya mastitis, kandida/sariawan, CMV, dan lain
sebagainya. Penyakit-penyakit tersebut tentunya memerlukan penanganan (pengobatan) yang
harus aman bagi ibu maupun bayinya. Oleh karena itu pemahaman mengenai obat selama
menyusui memang sangat penting. Pertimbangan mengenai daftar pemilihan obat yang
kontraindikasi selama menyusui juga perlu diketahui.
3.2 Saran
Bagi wanita hamil dan menyusui, konsumsi obat-obatan harus benar-benar diperhatikan.
Sebab, kandungan zat-zat dalam obat tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi janin atau
bayi yang sedang disusui. American Academy of Family Physicians memberikan saran
mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum wanita hamil dan menyusui
mengonsumsi obat-obatan, antara lain:
* Jika harus mengonsumsi obat yang diminum, lakukan setelah menyusui. Hal itu perlu
dilakukan agar obat-obatan memiliki waktu untuk berada dalam sistem tubuh beberapa
saat.
* Secara umum, obat jenis asetaminophen merupakan pereda rasa sakit yang aman bagi ibu
menyusui. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.
* Jangan minum obat jenis aspirin selama menyusui karena bisa menyebabkan pendarahan
pada ibu dan ruam kulit pada bayi.
* Hindari juga konsumsi obat jenis antihistamine untuk jangka panjang selama menyusui.
* Cek apakah ada kemungkinan efek samping dari obat yang dikonsumsi ibu pada bayi.
Terutama gejala awal seperti sulit bernapas atau ruam kulit
 Dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai penggunaan obat pada ibu menyusui,
diperlukan pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak aman hingga
harus dihindari selama menyusui agar tidak merugikan ibu dan bayinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

  Anonim, 2004, Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat) Untuk Pasien
Geriatri. Ditjen Pelayanan Kesehatan dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim, 2004, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA).
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta: EGC.

Perubahan Farmakokinetika Obat pada saat Kehamilan _ farmakoterapi-info.htm. diakses


tanggal 14 Oktober 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai