Asuhan Keperawatan Anemia Leukimia
Asuhan Keperawatan Anemia Leukimia
Asuhan Keperawatan Anemia Leukimia
ANGGOTA KELOMPOK:
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..........................................................................1
1.2.Tujuan.......................................................................................3
1.2.1. Tujuan Umum..................................................................3
1.2.2. Tujuan Khusus................................................................3
1.3.Manfaat Penelitian....................................................................4
2
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................71
3.3 Intervensi................................................................................72
3.4 Implementasi dan Evaluasi.....................................................77
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian..............................................................................98
4.1.1 Identitas Klien...............................................................98
4.1.2 Keluhan Utama.............................................................98
4.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang.......................................99
4.1.4 Riwayat Kesehatan Dahulu..........................................99
4.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga......................................99
4.1.6 Pemeriksaan Fisik.......................................................100
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................100
4.3 Intervensi...............................................................................101
4.4 Implementasi........................................................................102
4.5 Evaluasi.................................................................................105
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................107
5.2 Saran.....................................................................................108
DAFTAR PUSTAKA
3
TINJAUAN TEORITIS
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
organ tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit
kurang darah yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari normal (<12gr/dL) yang berakibat pada daya tahan tubuh, kemampuan
WHO adalah 12gr/dL. Artinya, seorang ibu dewasa yang sedang hamil
2.1.3 Klasifikasi
(Gambar 4, LMK).
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen
berbentuk yaitu sel-sel darah dan trombosit dan suatu substansi
interselular cair yaitu plasma darah.
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat tiga tempat,
yaitu :
1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
a. Tulang vertebrae.
b. Sternum (tulang dada).
c. Costa (tulang iga).
2) Hepar
Merupakan kelenjer terbesar dari beberapa kelenjer pada tubuh
manusia.
3) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen. Limpa berbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan. Limpa adalah organ
berkapsula dengan berat normal 100-150 gr. Limpa mempunyai
dua fungsi yaitu sebagai organ limfoid dan memfagosit material
tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak.
Fungsi darah secara umum terdiri atas :
1. Sebagai alat pengangkut
Yaitu mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh, mengangkut CO2 dari
jarinagan untuk dikeluarkan melalui paru-paru, mengambil zat-
zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
keseluruh jaringan tubuh atau alat tubuh, mengangkat atau
mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
1. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk
transpor oksigen. Eritrosit berbentuk seperti cakram-bikonkaf
dan bila dilihat pada bidang datar bentuknya bundar. Sel-sel
darah merah bersifat elastis dan mempunyai kemampuan
berubah bentuk. Sel darah merah berdiameter 7,6 mikrometer
dan tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah eritrosit pada laki-laki
terdapat 5-5,5 juta per milimeter kubik, pada wanita 4,5-5 juta
per millimeter kubik. Eritrosit berwarna kuning kemerah-
merahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah merah jika
didalamnya banyak mengandung O2. fungsi dari eritrosit
adalah mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh
tubuh dan mengkat CO2 dsri jsringsn tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
2. Trombosit (sel pembeku).
Merupakan benda-benda kecil yang bentuk dan ukurannya
bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong.warnanya putih dengan jumlah normal 150.000 –
450.000/ mm3. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah jika kurang dari normal. Apabila timbul luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan terus
menerus. Proses pembekuan darah dibantu oleh suatu zat yaitu
Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh
mendapat luka. Jika tubuh terluka darah akan keluar, trombosit
pecah dan akan mengeluarkan zat yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan protombin dengan bantuan
Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan
fibrin yang merupakan beneng-benang halus, bentuk jaringan
yang tidak teratur letaknya yang akan menahan sel darah,
dengan demikian akan terjadi pembekuan.
1) Limfosit
Adalah leukosit mononuclear lain dalam darah yang
memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh
pinggiran sitoplasma sempit berwarna biru yang
mengandung sedikit granula. Bentuk kromatin inti
saraf dengan jala-jala yang berhubungan didalam.
Limfosit bervariasi dalam ukuran dari kecil (7-10
mikrometer) sampai besar seukuran granulosit dan
tampaknya berasal dari sel induk pluripotensial
didalam sumsum tulang dan bermigrasi ke jaringan
limfoid lain termasuk kelenjar getah bening, lien,
timus dan permukaan mukosa traktus
gastrointestinal dan traktus respiratorius.
2) Monosit
Monosid lebih besar dari pada neutrofil dan
memiliki inti monomorfik yang relative sederhana.
Intinya terlipat atau berlekuk dan kelihatan berlobus
dengan lipatan seperti otak. Sitoplasma kelihatan
lebih banyak di bandingkan dengan intinya dan
menyerap warna biru keauan yang tidak terlalu
nyata, granulanya tersebar merata. Diferensiasi
pematangan dan pelepasan monosid terjadi lebih
dari 24 hari, suatu periode yang lebih lama dari
granulosid.
1. Neutrofil
Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh
primer melawan infeksi bakteri, metode
pertahanannya adalah proses fagositosis.
2. Eosinofil
Eosinofil mempunyai fungsi fagosit lemah yang
tidak dipahami secara jelas. Eosinofil kelihatannya
berfungsi pada reaksi antigen, antibody dan
meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan,
dan infestasi parasit tertentu.
3. Basofil
Basofil membawa heparin, faktor-faktor
pengaktifan histamine dan trombosit dalam granula-
granulanya untuk menimbulkan peradangan pada
jaringan. Fungsi yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti. Kadar basofil yang meningkat
(basofilia) ditemukan pada gangguan proliferasi
dari sel-sel pembentuk darah.
4. Plasma Darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah warna
bening kekuningan hampir 90% plasma darah
terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses
pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium,
natrium, dan lain-lain yang berguna dalam
metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin)
meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotick untuk
memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak,
mineral, dan vitamin ).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari
kelenjar tubuh.
f. Antibody atau anti toksin.
2.1.5 Etiologi dan Predisposisi
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan
leukemia meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi
atau kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan
displasia sumsum tulang belakang, anemia aplastik dan
perubahan kromosom yang akhirnya dapat menyebabkan
leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1
(Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi
dari sample serum penderita leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit
herediter seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia akut
20x lipat dan riwayat leukemia dalam keluarga. insiden leukemia
lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang,
dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar
monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel
darah yang tidak diturunkan.
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-
tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis
normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit,
dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi
tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie
dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan
hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran
cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang, (Long, 1996).
WOC
MK MK MK
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernapas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
2. Memberikan O2 kepada pasien agar pasien menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
3. Selalu memonitor tanda-tanda vital tetap dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan).
4. Mencukupi pemenuhan nutrisi Klien agar terpenuhi, berkolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.
5. Meningkatkan BB Klien agar kembali ke BB sewaktu sehat.
6. Usahakan tidak terjadi mual dan muntah pada pasien.
7. Membuat nafsu makan klien kembali meningkat.
8. Pantau selalu intake dan out put pasien.
9. Melakukan tindakkan Defisit Perawatan Diri kepada pasien, agar
pasien merasa nyaman.
b. Medis
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
2.1.10 Komplikasi
2.2. 1 Pengkajian
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik sering kali memberi tanda
pertama yang menunjukkan adanya penyakit neoplastik. Keluhan yang
samar seperti perasaan letih, nyeri pada ekstermitas, berkeringat
dimalam hari, penurunan selera makan, sakit kepala, dan perasaan
tidak enak badan dapat menjadi petunjuk pertama leukimia, (Wong‟s
pediatric nursing 2009).
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi
(leukemia) meliputi :
1. Biodata
a) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan
pendidikan.
b) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, agama,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi : Baik, jelek, sedang.
b) Tanda-tanda vital
- TD : Tekanan Darah
- N : Nadi
- P : Pernapasan
- S : Suhu
c) Antropometri
- TB : Tinggi Badan
- BB : Berat Badan
d) Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola
napas, bunyi tambahan ronchi dan wheezing.
e) Sistem cardiovaskular
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah dan capylary reffiling time.
f) Sitem Pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau
tidak, palpasi abdomen apakah mengalami distensi dan
auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
g) Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
h) Sistem Integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau
tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.
Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
i) Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
j) Sitem Pengindraan
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
k) Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem
reproduksi.
l) Sistem Neurologis
1) Fungsi cerebral
2) Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan
menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS).
4) Kemampuan berbicara.
5) Fungsi Karnial :
- Nervus I (Olfaktorius) :
Suruh Klien menutup mata dan menutup salah satu
lubang hidung, mengidentifikasi dengan benar bau
yang berbeda (misalnya jeruk dan kapas alkohol).
- Nervus II (Optikus) :
Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus
optikus, penglihatan perifer.
- Nervus IV (Troklearis) :
Suruh Klien menggerakkan mata kearah bawah dan
kearah dalam.
- Nervus V (trigemenus) :
Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika Klien
merapatkan giginya dengan kuat, kaji terhadap
kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakah anak
dapat merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda
menoleh bila area dekat pipi disentuh), dekati dari
samping, sentuh bagian mata yang berwarna dengan
lembut dengan sepotong kapas untuk menguji refleks
berkedip dan refleks kornea.
- Nervus VI (Abdusen) :
Kaji kemampuan Klien untuk menggerakkan mata
secara lateral.
- Nervus VIII (Fasialis) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasiLarutan
manis (gula), Asam (jus lemon), atau hambar (kuinin)
pada lidah anterior. Kaji fungsi motorik dengan
meminta anak yang lebih besar untuk tersenyum,
menggembungkan pipi, atau memperlihatkan gigi,
(amati bayi ketika senyum dan menangis).
- Nervus IX (glosofharingeus) :
Uji kemampuan Klien untuk mengidentifikasi rasa
larutan pada lidah posterior.
- Nervus X (vagus) :
Kaji Klien terhadap suara parau dan kemampuan
menelan, sentuhkan spatel lidah ke posterior faring
untuk menentukan apakah refleks muntah ada (saraf
cranial IX dan X mempengaruhi respon ini), jangan
menstimulasi refleks muntah jika terdapat kecurigaan
epiglotitis, periksa apakah ovula pada posisi tengah.
- Nervus XI (aksesorius) :
Suruh Klien memutar kepala kesamping dengan
melawan tahanan, minta anak untuk mengangkat bahu
ketika bahunya ditekan kebawah.
6) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
7) Funsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
8) Funsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
Pemeriksaan Diagnostik
41
6. Tingkah laku distraksi, prosedur.
contoh : jalan-jalan, 11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
menemui orang lain pemberian analgesik pertama kali.
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang).
7. Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil).
8. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku).
9. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah).
10. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
2 Diagnosa : Tujuan : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, ventilasi.
beruhubungan dengan diharapkan Pola Nafas Kembali Efektif. 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Kurangnya Suplai O2 Ke tambahan.
Jaringan Otak. Kriteria Hasil : 3. Monitor respirasi dan status O2.
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 4. Pertahankan jalan nafas yang paten.
DS : nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan 5. Atur peralatan oksigenasi.
1. Dypnea. dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, 6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
2. Nafas Pendek. mampu bernapas dengan mudah, tidak ada oksigenasi.
pursed lips). 7. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR sesudah dan
DO : 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien sebelum, selama, dan setelah aktivitas.
1. Penurunan tekanan tidak merasa tercekik, irama nafas, 8. Monitor pola pernapasan abnormal.
inspirasi/ ekspirasi. frekuensi pernapasan dalam rentang normal, 9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit.
2. Penurunan pertukaran tidak ada suara nafas abnormal). 10. Monitor sianosis perifer.
udara per menit. 3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Menggunakan otot (tekanan darah, nadi, pernafasan).
pernafasan tambahan.
4. Orthopnea.
5. Pernafasan pursed-lip.
6. Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama.
7. Penurunan kapasitas vital.
8. Respirasi < 11-24x/menit.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3 Diagnosa : Tujuan : 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam
Intolenransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, melakukan aktivitas.
berhubungan dengan diharapkan pasien mampu beraktivitas dengan 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Kelemahan. normal. kelelahan.
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
DS : Kriteria Hasil : 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
1. Melaporkan secara verbal 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa emosi secara berlebihan.
adanya kelelahan atau disertai peningkatan tekanan darah, nadi, 5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap
kelemahan. dan RR. aktivitas (tacikardi, disritmia, sesak nafas,
2. Adanya Dyspnue atau 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik).
ketidaknyamanan saat (ADLS) secara mandiri. 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat
beraktivitas. 3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat. pasien.
7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik
DO : dalam merencanakan program terapi yang tepat.
1. Respon abnormal dari 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah atau nadi yang mampu dilakukan.
terhadap aktifitas. 9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
2. Perubahan ECG : aritmia, sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
iskemia. sosial.
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan.
11. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda krek.
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai.
13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang.
14. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas.
15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas.
16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan.
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
4 Diagnosa : Tujuan : 1. Monitor kebutuhan Klien untuk alat-alat bantu
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
berhubungan dengan diharapkan Defisit Perawatan Diri pasien yoileting, dan makan.
Kelemahan. teratasi. 2. Sediakan bantuan sampai Klien mampu secara
utuh untuk melakukan self-care.
DS : Kriteria Hasil : 3. Ajarkan Klien/ Keluarga untuk mendorong
1. Laporan secara verbal. 1. Klien terbebas dari baun badan. kemandirian, untuk memberikan bantuan
2. Menyatakan kenyamanan. hanya jika pasien tidak mampu untuk
DO : 3. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan. melakukannya.
1. Perhatikan Hign pasien. 4. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
kemampuan.
5. Dorong Klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
yang dimiliki.
6. Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
5 Diagnosa : Tujuan : 1. Pertahankan teknik aseptif.
Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Batasi pengunjung bila perlu.
berhubungan dengan diharapkan Defisit Perawatn Diri pasien 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Pertahanan Sekunder teratasi. tindakan keperawatan.
Inadekuat (penurunan Hb). 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Kriteria Hasil : pelindung.
Faktor-faktor resiko : 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 5. Ganti letak IV perifer dan diressing sesuai
1. Prosedur Infasif. 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah dengan petunjuk umum.
2. Kerusakan jaringan dan timbulnya infeksi. 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
peningkatan paparan 3. Jumlah leukosit dalam batas normal. infeksi kandung kencing.
lingkungan. 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat. 7. Tingkatkan intake nutrisi.
3. Malnutrisi. 5. Status imun, gastrointestinal, genitouria 8. Berikan terapi antibiotik.
4. Peningkatan paparan dalam batas normal. 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lingkungan patogen. lokal.
5. Imonusupresi. 10. Pertahankan teknik isolasi k/p.
6. Tidak adekuat 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
pertahankan sekunder kemerahan, panas, drainase.
(penurunan Hb, 12. Monitor adanya luka.
Leukopenia, penekanan 13. Dorong masukan cairan.
respon inflamasi). 14. Dorong istirahat.
7. Penyakit kronik. 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
8. Imunosupresi. infeksi.
9. Malnutrisi. 16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap
10. Pertahanan primer tidak 4 jam.
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik).
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
6 Diagnosa : Tujuan : 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan.
Resiko Kurang Volume Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
Cairan berhubungan dengan diharapkan Volume cairan terpenuhi. akurat.
Kehilangan Berlebihan 3. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
(muntah, perdarahan, diare), Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik
penurunan pemasukan cairan 1. Mempertahankan urine output sesuai ), jika diperlukan.
(mual, anoreksia). dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT 4. Monitor vital sign.
normal. 5. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
Faktor Risiko : 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam intake kalori harian.
1. Kehilangan volume cairan batas normal. 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV.
aktif. 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Elastisitas 7. Monitor status nutrisi.
2. Kurang pengetahuan.
turgor kulit baik, membran mukosa lembab, 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
3. Penyimpangan yang
mempengaruhi absorbs tidak ada rasa haus yang berlebihan. 9. Dorong masukan oral.
cairan. 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
4. Penyimpangan yang 11. Dorong keluarga untuk membantu pasien
mempengaruhi akses makan.
cairan. 12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
5. Penyimpangan yang 13. Kolaborasi dengan dokter.
mempengaruhi asupan
14. Atur kemungkinan tranfusi.
cairan.
6. Kehilangan bertebihan 15. Persiapan untuk tranfusi.
melalui rute normal (mis,
diare).
7. Usia lanjut.
8. Berat badan ekstrem.
9. Faktor yang
mempengaruhi kebutuhan
cairan (mis, status
hipermetabolik).
10. Kegagalan fungsi
regulator.
11. Kehilangan cairan melalul
rute abnormal (mis, slang
menetap).
12. Agens farmasutikal (mis.,
diuretik).
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
7 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji Intake dan Output Klien.
Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Tingkatkan intake makan melalui :
Kebutuhan berhubungan diharapkan pemenuhan nutrisi klien terpenuhi. a) Kurangi gangguan dari luar.
dengan Anoreksia b) Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
Kriteria Hasil : c) Selingi makan dengan minum.
DS : 1. Pemenuhan nutrisi Klien terpenuhi. d) Jaga kebersihan mulut Klien.
1. Laporan adanya sedikit 2. BB Klien meningkat. e) Berikan makan sedikit tapi sering.
aktivitas atau tidak ada 3. IMT 18,5. 3. Kolaborasi dengan ahli gizi diet
aktivitas. 4. Tidak terjadi mual dan muntah. dan makanan yang disukai bila ada.
5. Nafsu makan klien meningkat. 4. Kaji adanya alergi Klien terhadap makanan.
DO : 6. Porsi makan Klien habis. 5. Memberikan makan sedikit tapi sering kepada
1. BB 20 % di atas ideal Klien.
untuk tinggi dan kerangka
tubuh ideal.
2. Konsentrasi intake
makanan pada menjelang
malam.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
8 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji secara verbal dan non verbal respon klien
Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, terhadap tubuhnya.
berhubungan dengan diharapkan Gangguan Citra Tubuh teratasi. 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
Alopesia. 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
Kriteria Hasil : kemajuan dan prognosis penyakit.
Faktor Yang Berhubungan: 1) Body image positif. 4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya.
1) Biofisik, Kognitif. 2) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal. 5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian
2) Budaya, Tahap 3) Mendiskripsikan secara faktual perubahan alat bantu.
perkembangan. fungsi tubuh. 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
3) Penyakit, Cedera. 4) Mempertahankan interaksi sosial. kelompok kecil.
4) Perseptual, Psikososial,
Spiritual.
5) Pembedahan, Trauma.
6) Terapi penyakit.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
9 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 3x 24 jam, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
berhubungan dengan Kurang diharapkan mengetahui tentang proses bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
Informasi. penyakit. dan fisiologi, dengan cara yang yepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
Data Subjektif : Kriteria Hasil : pada penyakit, dengan cara yang tepat.
Menyatakan secara verbal 1. Pasien dan keluarga menyatakan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
adanya masalah. pemahaman tentang penyakit, kondisi, tepat.
prognosis, dan program pengobatan. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
Data Objektif : 2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan yang tepat.
Ketidak akuratan mengikuti prosedur yang dijelaskan secara benar. 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
instruksi, perilaku tidak 3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan dengan cara yang tepat.
sesuai. kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kesehatan lainnya. kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat.
2.2. 4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan
keperawatan, yaitu persiapan, perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam,
2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang
ada pada klien.
2) Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh
pengetahuan baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau
penatalaksanaan penyimpangan.
3) Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
kesehatannya.
4) Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
5) Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6) Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
2.2. 5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan, (Rohmah & Walid, 2012). Evaluasi berisi
Subjektif(S), Objektif(O), Analisis(A), dan Planning (P).
54
DAFTAR PUSTAKA