Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

GAMBARAN PASIEN DENGAN SCHIZOPHRENIA TAK TERINCI


(Disorganised Schizophrenia)
MATA KULIAH PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PEMBIMBING : Arum Pratiwi, S.Kep., M.Kes., Ph.D

DISUSUN OLEH :

DESANTI AGUSTINA ENGGALITA

J210190027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVWESITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. DEFINISI
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika,
(2015). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak, (2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2013). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang
nyata ada oleh klien.

2. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan
jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.

b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter

Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan


neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.

2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.

3)  Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Presipitasi

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.

2) mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan


irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya
latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

3. Psikofisiologi dan Psikopatology


1. Psikofisiologi
2. Psikopatologi

Sumber: Gail W. Stuart, 2007

4. Rentang respon Neurobiologis


Persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat,
emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.

Respon adaptif :

1)  Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2)  Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3)  Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli

4)  Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran

5)  Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan

b. Respon psikosossial

meliputi :

1)  Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.

2)  Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra

3)  Emosi berlebih atau berkurang

4)  Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran

5)  Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

c. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :

1)  Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun


tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial

2)  Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.

3)  Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku
tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.

4)  Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).

5. Tanda dan gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri. Berikut
tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden dalam Yusalia (2015).
Jenis Halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan
cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,
urine, fases umumnya baubau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah divena (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai
berikut :

1. Berbicara, senyum dan tertawa sendiri

2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu


yang tidak nyata.

3. Menggerakan bibir tanpa suara

4. Pergerakan mata cepat

5. Respon vebal lambat

6. Menarik diri dari orang lain

7. Berusaaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan orang lain

8. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan

9. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata

10.Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi, sikat gigi,
memakai pakaian dan berias dengan rapi

11.Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri sulit membuat keputusan ketakutan,


mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan
kacau dan tidak masuk akal dan banyak keringat

12.Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik

13.Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat

14.Biasa terdapat orientasi waktu, tempat dan orang

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar umum dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Lyer
et.al, 1996 dalam buku Muhith, 2015).

Data yang dikumpulkan melalaui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor,
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang
dimiliki klien. (Afnuhazi, 2015).

Aspek yang harus dikaji selama proses pengkajian meliputi faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Stuart, 2017).

Secara lebih terstruktur proses pengkajian keperawatan jiwa adalah sebagai


berikut :

1. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis, agama, alamat, informasi keluarga yang bisa dihubungi.

2. Alasan masuk

Alasan klien datang ke rumah sakit jiwa, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.

3. Factor presdisposisi Menurut (Yusuf et al, 2015) faktor resiko yang


mempengaruhi gangguan meliputi :

1)  Faktor perkembangan
Terhambatnya pekembangan bisa merusak komunikasi interpersonal,
menimbulkan stress serta kecemasan dan berujung ke gangguan persepsi.

2)  Faktor psikologis

Tidak harmonisnya komunikasi dan struktur yang berbeda akan mengakibatkan


kecemasan yang berujung pada mengingkari kenyataannya, oleh sebab itu
terjadilah gangguan persepsi atau halusinasi.

3)  Faktor sosial budaya


Permusuhan akan menjadikan individu merasa tersingkirkan dan
ketidakmampuan mengatasi akan menimbulkan masalah berat seperti delusi atau
gangguan persepsi.

4)  Faktor biologis
Susunan atau fungsi saraf pada otak yang tidak normal dicurigai pada individu
yang mengalami masalah orientasi realistis, atropik otak, dan pembesaran
ventrikel.

5)  Faktor genetik
Masalah realistis khususnya gangguan persepsi umumnya pada individu dengan
gangguan jiwa. Gangguan jiwa atau gangguan persepsi sensori (pendengaran)
ditemukan pada salah satu anggota keluarga mengalami gangguan tersebut,
berisiko besar apabila bapak ibu mengalami gangguan

persepsi sensori (pendengaran).

4. Faktor Presipitasi Menurut (Muhith, 2015)

Faktor presipitasi merupakan pengakuan rangsangan sebagai sesuatu yang


menantang dan membutuhkan koping. Rangsangan paling banyak dialami yakni
keikutsertaan individu di kelompoknya, kesukaran dalam hal berkomunikasi,
suasana yang sepi merupakan pencetus terjadinya gangguan/halusinasi tersebut.
Dari rangsangan itu menimbulkan stress dan menstimulus syaraf untuk
menciptakan zat halusinogen atau gangguan persepsi sensori (pendengaran) dan
terhambatnya penghantaran zat akan menimbulkan penyimpangan interpretasi dan
interkoneksi.

5. Pemeriksaan Fisik

Dalam hal ini yang perlu dikaji yakni pemeriksaan vital sign, seperti tekanan
darah, heart rate, suhu, serta pernafasan. Disamping itu juga perlu dilakukan
pemeriksaan seluruh bagian anggota badan yakni pemeriksaan head to toe.

6. Psikososial
1) Genogram
Pembuatan silsilah harus disertakan keteranganya guna menenlusuri yang
mungkin terdapat masalah genetik sehingga menimbulkan gangguan jiwa.
Silsilah keluarga dibuat minimalnya 3 generasi, dimana menjelaskan hubungan
keluarga dan adanya permasalahan.

2) Konsep diri

a)  Citra tubuh : mempersepsikan baik disenangi atau tidak disenangi serta


respon tentang tubuhnya.

b)  Identitas diri : mempersepsikan statusnya serta keadaan sebelum dirawat,


dan rasa puas individu tentang dirinya.

c)  Peran : pengharapan individu tentang tubuh, posisi, statusnya, peranan serta


kesiapan Ketika menyelesaikan perannya.

d)  Ideal diri : pengharapan individu tentang perannya terhadap lingkungan.

e)  Harga diri : mempersepsikan tentang dirinya ketika berhubungan pada keadaan


saat ini dan sebaliknya

3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya, tempat
mengadu, dan tempat bicara, serta tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang
diikutinya dalam masyarakat. pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi cenderung dekat dengan kedua orang tuanya, teutama dengan
ibunya. Karena klien sering marah-marah , bicara kasar, melempar atau memukul
orang lain, sehingga klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan klien
tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.

4)  Spiritual

a) Nilai keyakinan

Tanyakan pada klien tentang pandangan serta keyakinan klien terhadap


gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut klien. Pada
umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
tampak menyakini agama yang dianutnya dengan dibuktikan melakukan ibadah
sesuai dengan keyakinannya.

b) Kegiatan ibadah

Tanyakan pada klien tentang kegiatan ibadah yang dilakukannya dirumah, baik
secara individu maupun secara kelompok. Pada umumnya klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tampak kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

7. Status Mental

1)  Penampilan : Mengamati/mengobservasi penampilan klien dari ujung rambut


sampai ujung kaki seperti : mengalami kondisi tidak sewajarnya seperti
penggunaan pakaian tidak sesuai, rambut kotor dan tidak tertata, gigi kuning,
kuku yang panjang, raut wajah takut, bingung, dan cemas.

2)  Pembicaraan : Mengamati/mengobservasi pembicaraan klien apakah cepat,


keras, gagap, membisu, apatis, lambat serta pembicaraan yang berpindah- pindah
dari satu kalimat ke kalimat lain. Pada umumnya klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi berbicara lambat dan tidak mampu memulai
pembicaraan.

3)  Aktivitas motorik (psikomotor) : Mengamati/mengobservasi kondisi fisik


klien. Pada umumnya klien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan
gerakan mulut yang seakan-akan sedang berbicara.

4)  Afek : Mengamati/mengobservasi kondisi emosi klien. Pada umumnya klien


mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba tiba klien menangis dan tampak
sedih lalu diam menundukkan kepala.

5)  Interaksi selama wawancara : Mengamati/mengobservasi kondisi klien


selama wawancara. Pada umumnya klien memperlihatkan perilaku yang tidak
kooperatif, lebih banyak diam diri, pandangan mata melihat kearah lain ketika
diajak bicara.

6)  Persepsi : Mengamati/mengobservasi jenis halusinasi yang terjadi pada klien.


Pada umumnya klien cenderung mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu
yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.

7)  Proses pikir : Mengamati/mengobservasi proses pikir klien selama


wawancara. Pada umumnya klien cenderung apabila akan menjawab pertanyaan
terdiam dulu, seolah olah sedang merenung lalu mulai menjawab, kemudian
jawaban belum selesai diutarakan, klien diam lagi kemudian meneruskan
jawabannya dengan singkat.

8)  Tingkat kesadaran : Mengamati/mengobservasi tingkat kesdaran klien. Pada


umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi tingkat
kesadarannya yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan
yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dengan sikap yang canggung serta klien
terlihat kacau.
9)  Kemampuan mengambil keputusan : masalah yang mudah dengan
keputusannya dapat diambil secara sederhana baik dibantu atau tidak, masalah
yang berat tidak diambil dengan sederhana, karena akan mengarah pada
perintahnya.

10) Daya tilik diri : Mengamati/mengobservasi klien tentang penyakit yang di


deritanya. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan untuk mengendalikan
emosinya yang labil.

8. Analisa data
1) Data subjektif : klien mengatakan sering mendengarkan bisikan. Selain itu
klien mengatakan senang dengan suara-suara yang muncul dan bermain
dengannya.
2) Data objektif : sering interaksi tanpa ada orang lain, tertawa sendiri, sering
melamunkan sesuatu, sering menyediri serta muncul kemarahan yang tidak
wajar. Tampak mulutnya komat-kamit sendiri.
Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori

NANDA NIC NOC

Diagnosa
Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Persepsi Sensori NOC : NIC :
Berhubungan dengan :
Setelah dilakukan tindakan a. Kaji lingkungan terhadap
a. Perubahan resepsi,
keperawatan selama 3x24 kemungkinan bahaya
transmisi, dan/atau diharapkan menunjukkan terhadap keamanan
integrasi sensori orientasi kognitif, yang b. Pantau dan
b. Stimulus lingkungan yang dibuktikan dengan kriteria
dokumentasikan
berlebihan hasil :
perubahan status
c. Ketidakcukupan stimulus a. Berinteraksi secara
neurologis pasien
lingkungan sesuai dengan orang
c. Pantau tingkat kesadaran
d. Stress psikologis lain dan ingkungan
pasien
Data Subjektif : b. Memperlihatkan
d. Identifikasi faktor yang
a. Distorsi sensori pengatuan pikiran
menimbulkan gangguan
Data Objektif yang logis
persepsi sensori, seperti
a. Perubahan pola perilaku
deprivasi tidur,
b. Perubahan kemampuan ketergantungan 1at
penyelesaian masalah kimia, medikasi, terapi,
c. Perubahan ketajaman ketidaksembangan
sensori elektrolit, dan sebagainya
d. Perubahan respons yang Manajemen sensasi perifer
biasanya terhadap stimulus
a. Pantau kemampuan
e. Disorientasi
untuk membedakan
f. Halusinasi sensasi tajam atau tumpul
Daftar Pustaka

Behrendt, R., and Young, C. (2004). Hallucinations in schizophrenia, sensory impairment, and
brain disease: A unifying model. Behavioural and Brain science, 27 (6), 771-830.

Garcelan, S.P. (2004). A psychological model for verbal auditory hallucinations. International
Journal of Psychology and Psychological Therapy, 4(1), 129-153.

Hayashi, N., Igarashi, Y., Suda, K., & Nakagawa, S. (2007). Auditory hallucination coping
techniques and their relationship to psychotic symptomatology. Psychiatry and Clinical
Neurosciences, 61, 640 – 645.

Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Direja, A.H.S.2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC.

Nanda I. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-1014. Jakarta: EGC
tugas:
1. Membandingkan satu kasus di RSJ dengan LP diagnosa medis nya apa yang dibandingkan
meliputi:
a. Demografi pasien
b. Riwayat sakit jiwa
c. Faktor kekambuhan
d. Tanda gejala
e. Pengobatan, misal ZPZ 3x 500 mg... dst
f. diagnosa atau masalah yg muncul
SKIZOFRENIA
zzzzzzzzz

Faktor eksternal

Keluarga Sosiokultural Lingkungan

Konflik keluarga Pernikahan lintas budaya Tuntutan hidup

Stressor ekonomi
Tumbang anak tidak Pernikahan adat istiadat
optimal dan kebiasaan

Konflik hubungan Kebutuhan hidup


Anak merasa tidak meningkat
diperhatikan pendapatan tidak
stressor

Sifat introved Sifat ekstroved Pendapat tidak Dikucilkan oleh


dihargai masyarakat

Menarik diri Resiko Perilaku Resiko Perilaku


Kekerasan Kekerasan Isolasi sosial
SKIZOFRENIA
zzzzzzzzz

Biokimia Genetika Neurologis

Perlambatan Implikasi mutase Trauma


motorik DNA oleh trinukleat

Pengurangan ukuran
Aktifitas Kelainan struktur dan system libie (daerah
menurun fungsi otak saat tumbuh amihdala,
kembang hipokampus, girus
hipokampus

Tingkat II (kakek, nenek,


paman, bibi, keponakan)
Defisit lobus di garis
depan

Tingkat I (orang tua,


saudara)
Gangguan transfer
dan control asosiasi,
memori, bahasa,
suara

Apatis

Isolasi sosial Menarik diri

Anda mungkin juga menyukai