DISUSUN OLEH :
J210190027
2. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2005) faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan
jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang
salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya
menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan
glutamat.
1) Studi neurotransmitter
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor
predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin,
dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Respon adaptif :
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon psikosossial
meliputi :
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptive
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku
tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).
7. Berusaaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan orang lain
9. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
10.Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi, sikat gigi,
memakai pakaian dan berias dengan rapi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar umum dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Lyer
et.al, 1996 dalam buku Muhith, 2015).
Data yang dikumpulkan melalaui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor,
presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang
dimiliki klien. (Afnuhazi, 2015).
Aspek yang harus dikaji selama proses pengkajian meliputi faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan
koping yang dimiliki klien (Stuart, 2017).
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor
rekam medis, agama, alamat, informasi keluarga yang bisa dihubungi.
2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke rumah sakit jiwa, biasanya klien sering berbicara sendiri,
mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
1) Faktor perkembangan
Terhambatnya pekembangan bisa merusak komunikasi interpersonal,
menimbulkan stress serta kecemasan dan berujung ke gangguan persepsi.
2) Faktor psikologis
4) Faktor biologis
Susunan atau fungsi saraf pada otak yang tidak normal dicurigai pada individu
yang mengalami masalah orientasi realistis, atropik otak, dan pembesaran
ventrikel.
5) Faktor genetik
Masalah realistis khususnya gangguan persepsi umumnya pada individu dengan
gangguan jiwa. Gangguan jiwa atau gangguan persepsi sensori (pendengaran)
ditemukan pada salah satu anggota keluarga mengalami gangguan tersebut,
berisiko besar apabila bapak ibu mengalami gangguan
5. Pemeriksaan Fisik
Dalam hal ini yang perlu dikaji yakni pemeriksaan vital sign, seperti tekanan
darah, heart rate, suhu, serta pernafasan. Disamping itu juga perlu dilakukan
pemeriksaan seluruh bagian anggota badan yakni pemeriksaan head to toe.
6. Psikososial
1) Genogram
Pembuatan silsilah harus disertakan keteranganya guna menenlusuri yang
mungkin terdapat masalah genetik sehingga menimbulkan gangguan jiwa.
Silsilah keluarga dibuat minimalnya 3 generasi, dimana menjelaskan hubungan
keluarga dan adanya permasalahan.
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya, tempat
mengadu, dan tempat bicara, serta tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang
diikutinya dalam masyarakat. pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi cenderung dekat dengan kedua orang tuanya, teutama dengan
ibunya. Karena klien sering marah-marah , bicara kasar, melempar atau memukul
orang lain, sehingga klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan klien
tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
4) Spiritual
a) Nilai keyakinan
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan pada klien tentang kegiatan ibadah yang dilakukannya dirumah, baik
secara individu maupun secara kelompok. Pada umumnya klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tampak kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
7. Status Mental
8. Analisa data
1) Data subjektif : klien mengatakan sering mendengarkan bisikan. Selain itu
klien mengatakan senang dengan suara-suara yang muncul dan bermain
dengannya.
2) Data objektif : sering interaksi tanpa ada orang lain, tertawa sendiri, sering
melamunkan sesuatu, sering menyediri serta muncul kemarahan yang tidak
wajar. Tampak mulutnya komat-kamit sendiri.
Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori
Diagnosa
Rencana Keperawatan
Keperawatan/Masalah
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Persepsi Sensori NOC : NIC :
Berhubungan dengan :
Setelah dilakukan tindakan a. Kaji lingkungan terhadap
a. Perubahan resepsi,
keperawatan selama 3x24 kemungkinan bahaya
transmisi, dan/atau diharapkan menunjukkan terhadap keamanan
integrasi sensori orientasi kognitif, yang b. Pantau dan
b. Stimulus lingkungan yang dibuktikan dengan kriteria
dokumentasikan
berlebihan hasil :
perubahan status
c. Ketidakcukupan stimulus a. Berinteraksi secara
neurologis pasien
lingkungan sesuai dengan orang
c. Pantau tingkat kesadaran
d. Stress psikologis lain dan ingkungan
pasien
Data Subjektif : b. Memperlihatkan
d. Identifikasi faktor yang
a. Distorsi sensori pengatuan pikiran
menimbulkan gangguan
Data Objektif yang logis
persepsi sensori, seperti
a. Perubahan pola perilaku
deprivasi tidur,
b. Perubahan kemampuan ketergantungan 1at
penyelesaian masalah kimia, medikasi, terapi,
c. Perubahan ketajaman ketidaksembangan
sensori elektrolit, dan sebagainya
d. Perubahan respons yang Manajemen sensasi perifer
biasanya terhadap stimulus
a. Pantau kemampuan
e. Disorientasi
untuk membedakan
f. Halusinasi sensasi tajam atau tumpul
Daftar Pustaka
Behrendt, R., and Young, C. (2004). Hallucinations in schizophrenia, sensory impairment, and
brain disease: A unifying model. Behavioural and Brain science, 27 (6), 771-830.
Garcelan, S.P. (2004). A psychological model for verbal auditory hallucinations. International
Journal of Psychology and Psychological Therapy, 4(1), 129-153.
Hayashi, N., Igarashi, Y., Suda, K., & Nakagawa, S. (2007). Auditory hallucination coping
techniques and their relationship to psychotic symptomatology. Psychiatry and Clinical
Neurosciences, 61, 640 – 645.
Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI
Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S.2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.
Nanda I. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-1014. Jakarta: EGC
tugas:
1. Membandingkan satu kasus di RSJ dengan LP diagnosa medis nya apa yang dibandingkan
meliputi:
a. Demografi pasien
b. Riwayat sakit jiwa
c. Faktor kekambuhan
d. Tanda gejala
e. Pengobatan, misal ZPZ 3x 500 mg... dst
f. diagnosa atau masalah yg muncul
SKIZOFRENIA
zzzzzzzzz
Faktor eksternal
Stressor ekonomi
Tumbang anak tidak Pernikahan adat istiadat
optimal dan kebiasaan
Pengurangan ukuran
Aktifitas Kelainan struktur dan system libie (daerah
menurun fungsi otak saat tumbuh amihdala,
kembang hipokampus, girus
hipokampus
Apatis