TOPIK BAHASAN:
Disusun oleh:
1184040055
KELAS 7B
1
Didi, Asep, Pengantar Psikologi Dakwah, 2019. Bandung: CV Mimbar Pustaka
1
sadar. Proses bawah sadar itu di dalamnya termasuk keyakinan,
rasa takut, dan keinginan yang tidak disadari.
e. Perspektif Humanistik; perspektif ini menekankan sifat human
yang membedakan manusia dari hewan.
f. Perspektif “Psikologi Islami”; perspektif ini melihat adanya
pandangan tentang esensi manusia itu sendiri. Para ilmuwan
Islam dengan mendasarkan pada informasi yang diyakininya,
yakni Al-Qur’an dan Sunnah, memandang bahwa manusia
bukan hanya satu kesatuan psiko-pisis saja seperti pandangan
para psikolog modern.
2
Rendi Septiyanto, Fakultas Psikologi, UMP 2016
2
biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat
terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan
ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
3
C. HAKEKAT PERSAMAAN DAN PERBEDAAN MANUSIA
Semua mahkluk hidup menghadapi masalah mendasar yang sama
yaitu masalah “bagaimana mampu menjaga dan mempertahankan
kelangsungan hidup” (Haviland, 1988). Berdasarkan hal ini, maka
secara tak langsung bisa dikatakan bahwa semua mahkluk hidup
mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama – yang bersifat
universal – yaitu sebuah kebutuhan yang tidak bisa ditawar agar
kelangsungan hidupnya tetap terpelihara. Kebutuhan tersebut
adalah kebutuhan-kebutuhan organisma sebagai mahkluk
biologi sebab mati atau hidupnya organisma
secara absolute adalah ditandai dengan matinya mereka sebagai
mahkluk biologi. Oleh karena itu. sepanjang sejarah kehidupan
manusia hingga hari ini bahwa kebutuhan biologi tetap menjadi prioritas
umat manusia.
Perbedannya manusia kaitannya di dalam konflik bahwa Ketika
terjadi persaingan, masing-masing pihak akan mengaktifkan
“persamaan dan perbedaan” untuk membangun solidaritas
sosial kelompok (internal) dalam rangka memenangkan persaingan.
Masing-masing pihak membangun solidaritas sosial kelompok
(internal) sehingga batas-batas sosialpun menjadi tegas – kami VS
mereka melalui “persamaan dan perbedaan” yang diaktifkan
tersebut. Dalam konflik sosial, identitas personalberubah
menjadi identitas kolektif (identitas sosial). Dengan kata lain, konflik
sosial adalah konflik antar golongan sosial – bisa atas kategori
sukubangsa, keyakinan agama, ideologi dst dari para pihak yang
sedang terlibat konflik. Konsekuensinya, bisa dikatakan bahwa tidak
ada konflik akibat perbedaan – “sukubangsa atau keyakinan
keagamaan” – tetapi konflik adalah akibat terganggunya pemenuhan
kebutuhan hidup (kebutuhan biologi-sosial-budaya dalam rangka
4
menjaga kelangsungan hidup) – terganggunya proses kerjasama dan
persaingan.3
D. DEFINISI KONFLIK
“Konflik bukanlah suatu fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi, ia
ada dibenak orang-orang yang terlibat. Hanyalah perwujudannya,
seperti sedih, berdebat, atau berkelahi yang terlihat nyata. Karena itu,
untuk menangani konflik, seseorang perlu bersikap empati, yaitu
memahami keadaan sebagaimana dilihat oleh para pelaku penting
yang terlibat. Unsur yang penting dalam manajemen adalah persusi”.
Pernyataan diatas diungkapkan oleh Leonard Greenhalgh
sebagaimana dikutip oleh A. Dale Timpe dalam bukunya Managing
People. Konflik pada dasarnya berawal dari hal-hal yang bersifat
abstrak, tapi kemudian konflik juga dapat berakibat buruk sampai ke
tingkat nyata, berupa benturan fisik antara orang-orang yang berkonflik.
Konflik selalu mewarnai kehidupan, dari konflik sangat kecil sampai
konflik sangat besar. Konflik terjadi akibat perbedaan perepsi, berlainan
pendapat dan karena ketidaksamaan kepentingan. Konflik ada yang
bisa diselesaikan secara tuntas, ada yang setengah tuntas, ada juga
yang berlarut-larut tanpa solusi.
Stephen P. Robbins dalam bukunya Perilaku Organisai
(Organizational Behaviour) menjelaskan bahwa terdapat banyak
definisi konflik. Meskipun makna yang diperoleh definisi itu berbeda-
beda, beberapa tema umum mendasari sebagian besar dari konflik
tersebut. Konflik harus disarankan oleh pihak-pihak yang terlibat,
apakah konflik itu ada atau tidak ada merupakan persoalan persepsi.
Jika tidak ada yang menyadari akan adanya konflik, secara umum lalu
disepakati konflik tidak ada. Kesamaan lain dari definisi-definisi tersebut
adalah pertentangan atau ketidakselarasan dan bentuk-bentuki
3
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat. Covey.
5
interakis. Beberapa faktor ini menjadi kondisi yang merupakan titik awal
proses konflik.
Jadi, kita dapat mendefinisikan konflik (conflict) sebagai sebuah
proses yang dimulai ketika suatu pihak memiliki persepsi bahwa pihak
lain telah mempengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi
kepedulian atau kepentingan pihak pertama. Definisi ini mencakup
beragam konflik yang orang alami dalam organisasi ketidakelarasan
tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang
disebabkan oleh ekspektasi perilaku dan sebagainya. Selain itu,
definissi lain cukup flekibel untuk mencakup beragam tingkatan konflik
dari tindakan terangterangan dan keras ssampai ke bentukbentuk
ketidaksepakatan yang tidak terlihat.
F. KESIMPULAN PRESENTASI
Hubungan manusia, kelompok, organisai, dan konflik pada dasarnya
akan memicu konflik, hal ini dikarenakan seorang pribadi pada
khususnya akan senang dipuji. Sehingga, ketika ada sesuatu yang tidak
menyenangkan seseorang, maka akan menimbulkan konflik. Adapun
factor lain yang akan menimbulkan konflik adalah kondisi lingkungan
maupun psikologis manusia. Sehingga, konflik akan senantiasa timbul
6
di dalam kehidupan kita. Hal ini tentunya akan mendatangkan dampak
positif maupun negative. Adapun cara penyelesaiannya beragam,
tergantung dari konflik itu sendiri.
7
REFERENSI
8
TOPIK 2
9
akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di himpunan atau
organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang semakin
akbar. Oleh sebab itu, menurut pandangan tradisional, konflik
haruslah dihindari.4
2. PANDANGAN KONTEMPORER
Pandangan kontemporer mengenai konflik menurut Myers
(1993:234) didasarkan pada anggapan bahwa konflik merupakan
sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis
interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan
bagaimana meredam konflik, tetapi bagaimana menanganinya
secara akurat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi
bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu
hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dibuat sebagai
suatu hal yang destruktif, melainkan harus dibuat sebagai suatu hal
konstruktif untuk mendirikan organisasi tersebut, misalnnya
bagaimana metode peningkatan kinerja organisasi. Pandangan ini
menurut Robbin menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu
kejadian yang wajar terjadi di dalam himpunan atau organisasi.
Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari sebab
di dalam himpunan atau organisasi pasti terjadi perbedaan
pandangan atau argumen antar anggota. Oleh sebab itu, konflik
harus dibuat sebagai sebagai suatu hal yang benar faedahnya
rumusan mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan kata
lain, konflik harus dibuat sebagai sebagai motivasi untuk
memainkan inovasi atau perubahan di dalam tubuh himpunan atau
organisasi.5
4
Jones, Pip, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Post-Modernisme,
terj., Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
5
Adisusilo, JR, Sutarjo, Sejarah Pemikiran Barat dari Klasik sampai yang Modern. Jakarta:
Rajawali Pers, 2013.
10
3. PANDANGAN INTERAKSIONAL (The Interactionist View)
Pandangan ini cenderung mendorong suatu himpunan atau organisasi
terjadinya konflik. Hal ini dikarenakan suatu organisasi yang kooperatif,
tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif,
dan tidak inovatif. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, konflik perlu
dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap
anggota di dalam himpunan tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan
kreatif.
6
Turner, Jonathan H., The Structure of Sociological Theory, Illinois: The Dorsey Press, 1975.
11
yang bersifat dikotomis dan hierarkis, antara “yang lebih tinggi” (patron) dan
“yang lebih rendah” (klien).
Scott menyatakan bahwa, interaksi patron-klien, melibatkan persahabatan
instrumental di mana seorang individu dengan status sosial-ekonomi yang
lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk
menyediakan perlindungan dan/atau keuntungan-keuntungan bagi seseorang
dengan status lebih rendah (klien).
1. C. GERRTZ
• konflik politik disebabkan oleh ikatan primordialisme yang mengalami
percampur adukkan antara kesetiaan politik dengan kesetiaan
primordial.
• solidaritas kelompok sangat mempengaruhi konflik politik dapat
berkembang.
• sumber solidaritas kelompok adalah ikatan-ikatan primordial yang
menjadi perekat kelompok primordial bersangkutan.
• ikatan primordial inilah yang melahirkan sentimen primordial dan
kesetiaan primordial.
12
3. TEORI JAMES SCOTT
Sekelompok informal figur yang berkuasa dan memiliki posisi
memberikan rasa aman, pengaruh atau keduanya. Sebagai imbalan,
pengikutnya memberikan loyalitas dan bantuan pribadi kepada patronnya.
13
REFERENSI
Adisusilo, JR, Sutarjo, Sejarah Pemikiran Barat dari Klasik sampai yang Modern.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Ekeh, Peter P., Social Exchange Theory; The Two Traditions. London: Heinemann
Educational Books, 1974.
Jones, Pip, Pengantar Teori-Teori Sosial dari Teori Fungsionalisme hingga Post-
Modernisme, terj., Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2009.
Giddens, Antony dan Jonathan Turner, Social Theory Today (Panduan Sistematis
Tradisi dan Tren Terdepan Teori Sosial), terj., Yudi Santoso, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.
Turner, Jonathan H., The Structure of Sociological Theory, Illinois: The Dorsey
Press, 1975.
14
TOPIK 3
MACAM-MACAM KONFLIK
A. MACAM-MACAM KONFLIK
1. MENURUT HUBUNGAN DENGAN TUJUAN ORGANISASI
(FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL)
Dilihat dari fungsinya, Robbins membagi konflik menjadi dua
macam, yaitu: Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok, danmemperbaiki kinerja kelompok.
Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian
tujuan kelompok.
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok. Konflik ini bersifat konstruktif dan
membantu dalam meningkatkan kinerja organisasi. Konflik ini
mendorong orang untuk bekerja lebih keras, bekerja sama dan
lebih kreatif, konflik ini berdampak positif atau dapat memberi
manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan konflik disfungsional adalah konflik yang
merintangi pencapaian tujuan kelompok, konflik disfungsional
bersifat deatruktif dan dapat menurunkan kinerja organisasi. Konflik
disfungsional dapat diartikan setiap konfrontasi atau interaksi di
antara kelompok yang merugikan organisasi atau menghalangi
pencapaian tujuan organisasi.
15
sama atau setingkat dalam organisasi. Mislanya konflik antar
karyawan, antar departemen yang setingkat.
16
5. MENURUT HUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN
(TERKENDALI DAN TIDAK TERKENDALI)
Menurut Ranjabar (2013), konflik terkendali merupakan suatu
konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah
mengendalikan konflik sehingga kjonflik tidak meluas dan cepat
selesai. Sebagai contoh, konflik yang terjadi saat rapat OSIS. Pada
rapat tersebut terjadi beberapa pendapat untuk mengembangkan
organisasi tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang
berujung pada konflik. Namun, adanya ketua OSIS dapat meredam
konflik tersebut dengan memberikan solusi yang bijak. Oleh karena
itu, konflik dalam rapat OSIS dapat dikendalikan dengan baik.
Konflik tidak terkendali merupakan konflik di mana pihak yang
terlibat tidak dapat mengendalikan konflik tersebut sehingga
akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak terkendali dapat
menyebabkan munculnya kekerasan. Contoh konflik tidak
terkendali, seperti tawuran, demonstrasi yang berakhir ricuh, dan
lain sebagainya.7
7
M. Kamil Kozan. 2002. Subcultures and Conflict Management Style. Management International
Review
17
peluang dan ancaman yang dilakukan dengan cermat, hati-hati,
dan sistematis. Setiap tingkah laku dari salah satu pihak dianalisis
secara cermat dan hati-hati agar memperoleh keuntungan bagi
pihak lainnya.
18
sedikit pun saat mengakui, bahkan mempatenkan kekayaan
seni dan budaya milik Indonesia Berbagai alasan sesudah
dikemukakan untuk mendapatkan justifikasi dari kejahatan
plagiat yang dilakukan sebagai salah satu contoh budaya yang
diklaim oleh Malaysia adalah Tari Pendet.
B. TIPE KONFLIK
1. PERSONAL, GRUP, ORGANISASI, DAN MASYARAKAT
a. Konflik Individu, timbuk ketika seorang individu sedang
menghadapi pekerjaan yang tidak disukainya di satu sisi tetapi
harus dilakukannya pada sisi yang lain sebagai bentuk
konsekuensi dari status dan jenjang kepangkatan yang melekat
pada dirinya. Selain itu pada situasi tertentu seseorang akan
mengalami konflik individu ketika target pekerjaan yang harus
diselesaikannya tiidak didukung oleh kemampuan teknis yang
dimilikinya karena factor Pendidikan, usia, dan Kesehatan.
b. Konflik antar individu, timbul dalam suatu organisasi akibat
perbedaan latar belakang, etnis, suku, agama, tujuan, dan
kepribadian antar individu. Konflik semacam ini juga bisa
muncul karena antar individu dibedakan oleh peranan masing-
masing dalam organisasi seperti direktur dengan manajer,
manajer dengan mandor, dan mandor dengan para buruh atau
sebaliknya. Perbedaan peran tentunya memunculkan
perbedaan tujuan, orientasi, dan kepentingan masing-masing.
c. Konflik antara individu dengan kelompok, hal ini terjadi karena
individu tertentu seabagai bagian dari kelompok dalam suatu
organisasi tidak/kurang bisa memberikan manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga dikucilkan dari
pergaulan kelompok tersebut. Perasaan dikucilkan, tidak
dihargai, tidak dipandang/dihormati seperti individu yang lain
menimbulkan konflik individu yang dapat mengganggu integritas
19
dan keseimbangan hubungan antar individu sehingga dapat
merugikan organisasi secara keseluruhan.
d. Konflik antar kelompok, konflik ini terjadi karena perbedaan
kepentingan dan tujuan yang satu sama lain tidak ada yang mau
mengalah. Biasanya konflik antar kelompok ini muncul karena
ingin saling menguasai, yang mayoritas merasa lebih berhak
menjadi pemimpin dan menentukan tujuan kelompok tersebut.
Sedangkan kelompok minoritas berasumsi bahwa dalam
kelompok tidak bolah ada superior dan inferior, semua memiliki
hak dan kewajiban yang sama, berhak atas perlakuan dan
keadilan yang sama.
e. Konflik antara kelompok dengan organisasi, konflik ini timbul
ketika organisasi menuntut target produktivitas terlalu tinggi
sedangkan para individu anggota organisasi hanya bisa
memberikan terlalu rendah. Seorang direktur ingin
perusahaannya maju dengan tingkat produksi yang optimal agar
dicapai laba perusahaan secara optimal pula, sementara dari
sisi manajer, mandor, buruh/karyawan berkeinginan bagaimana
memperoleh gaji/upah yang setinggi-tingginya agar dapat
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
f. Konflik antar organisasi, timbul sebagai akibat persaingan
bisnis, persaingan memperoleh pengakuan/pengaruh dari
masyarakat, kesalahpahaman antar individu anggota organisasi
saja tetapi mengakibatkan eskalasi masalahnya melibatkan
masing-masing organisasi sehingga pihak manajemen harus
turun tangan. Dari sisi bisnis, perang harga, perebutan pangsa
pasar, pengembangan produk, dan kemajuan teknolgi
menimbulkan konflik sesama organisasi.
20
2. KONFLIK LINI DAN STAFF
Konflik lini dan staff adalah konflik antara lini dan staff yang
berhubungan dengan wewenang atau otoritas kerja. Contoh konflik:
Karyawan staff secara tidak formal mengambil wewenang yang
berlebihan. Konflik Lini dan Staff ini adalah konflik yang sering
terjadi di dalam organisasi, biasanya konflik ini terjadi karena
perbedaan pandangan para anggota Lini dan Staff.
21
REFERENSI
22
TOPIK 4
8
Amilin dan Rosita. 2009. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, dan Kelebihan Peran
terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 1.
23
penggunaan anggaran sedangkan bagian lain meminta
kelonggaran atau sebaliknya.
e. Moral yang Lemah; Orang yang mempunyai moral rendah
seringklai menampakkkan konflik dibandingkan bersahabat.
Kinerja orang yang bermoral rendah cenderung kurang baik dan
seringkali bertindak tanpa perhitungan yang cermat. Dalam
keadaan demikian tidak menutup kemungkinan akan banyak
muncul konflik.
b. Differentiation
Perbedaan kepribadian di antara rekan kerja adalah hal yang
biasa. Dengan memahami beberapa perbedaan mendasar
anatara cara orang berpikir dan bertindak, kita dapat lebih
memahami bagaimana orang lain melihat dunia. Mengetahui
bahwa bahwa perbedaan ini wajar dan normal, memungkinkan
kita mengantisispasi dan mengurangi konflik antarpibadi-
seringkalli bukan tentang “anda” tetapi hanya cara pandang dan
perilaku yang berbeda. Misalnya, individu A ditemukan memiliki
24
lebih banyak konflik dengan rekan kerja mereka daripada individu
B (Baron, 1989)
c. Interdependence
Penyebab lain konflik adalah saling ketergantungan tugas;
yaitu, ketika pencapaian tujuan Anda membutuhkan
ketergantungan pada orang lain untuk melakukan tugas mereka.
Misalnya, jika Anda ditugaskan untuk membuat iklan untuk
produk Anda, Anda bergantung pada tim kreatif untuk merancang
kata-kata dan tata letak, fotografer atau videografer untuk
membuat visual, pembeli media untuk membeli ruang iklan, dan
sebagainya. pada. Penyelesaian tujuan Anda (menyiarkan atau
memublikasikan iklan Anda) bergantung pada orang lain.
d. Scare Resources
Sumber daya seperti uang, waktu, dan peralatan seringkali
langka. Persaingan di antara orang-orang atau departemen untuk
sumber daya yang terbatas sering menjadi penyebab konflik.
Misalnya, laptop dan gadget mutakhir seperti BlackBerry atau
iPhone adalah sumber daya mahal yang mungkin dialokasikan
untuk karyawan berdasarkan kebutuhan di beberapa
perusahaan. Ketika sekelompok karyawan memiliki akses ke
sumber daya tersebut sementara yang lain tidak, konflik dapat
muncul di antara karyawan atau antara karyawan dan
manajemen. Sementara karyawan teknis mungkin merasa
bahwa perangkat ini sangat penting untuk produktivitas mereka,
karyawan dengan kontak pelanggan seperti perwakilan
penjualan dapat menyatakan bahwa perangkat ini penting bagi
mereka untuk membuat kesan yang baik kepada klien. Karena
sumber daya yang penting seringkali terbatas, ini adalah salah
satu sumber konflik yang harus dihadapi banyak perusahaan.
25
e. Ambiguous Rules
Ambiguitas peran perlu diperhatikan untuk menghasilkan
performance yang baik, karena setiap anggota organisasi perlu
mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang diharapkan untuk
dikerjakan serta skope dan tanggung jawab dari pekerjaan
mereka. Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa
yang diharapkan dari pekerjaannya maka akan timbul ambiguitas
peran. Ambiguitas peran terjadi karena adanya ketidakjelasan
tujuan kerja, adanya kesamaran dalam tanggung jawab, tidak
jelasnya prosedur kerja dan adanya kesamaran tentang apayang
diharapkan dan adanya ketidakjelasan tentang unjuk kerja
pekerjaan. Selain itu, individu yang mengalami ketidakjelasan
peran akan mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas dan
melakukan pekerjaan dengan kurang efektif di banding individu
lain sehingga menurunkan kinerja mereka.
f. Communication Problems
Terkadang konflik muncul hanya karena masalah komunikasi
kecil yang tidak disengaja, seperti kehilangan email atau
berurusan dengan orang yang tidak membalas panggilan
telepon. Memberi umpan balik juga merupakan kasus di mana
niat terbaik dapat dengan cepat meningkat menjadi situasi
konflik. Saat berkomunikasi, pastikan untuk fokus pada perilaku
dan efeknya, bukan pada orangnya. Misalnya, katakan bahwa
Jeff selalu datang terlambat ke semua rapat Anda. Anda pikir dia
memiliki sikap yang buruk, tetapi Anda tidak benar-benar tahu
apa sikap Jeff. Anda tahu, bagaimanapun, efek perilaku Jeff pada
Anda. Anda bisa mengatakan, “Jeff, ketika Anda datang
terlambat ke rapat, saya merasa waktu saya terbuang sia-sia.”
Jeff tidak bisa membantah pernyataan itu, karena itu adalah fakta
dari dampak perilakunya pada Anda. Itu tak terbantahkan, karena
26
itu adalah realitas Anda. Apa yang bisa dikatakan Jeff adalah
bahwa dia tidak menginginkan efek seperti itu, dan kemudian
Anda dapat berdiskusi mengenai perilaku tersebut.
9
Wirawan, 2010. Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba
Humanika.
27
• Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak
yang berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
• Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang
belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
• Konflik memungkinkan ada penyesuaian kembali norma-
norma, nilai-nilai dan hubungan-hubungan sosial dalam
kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau
kelompok.
• Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat.
b. Negatif
• Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu
kelompok sosial yang tadinya bersatu. Misalnya, konflik
agama di Maluku pernah memicu perpecahaan di
masyarakat. Untunglah konflik tersebut telah selesai dan
rekonsiliasi dapat terjadi. 10
• Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam
masyarakat. Permusuhan yang terjadi seringkali
memengaruhi kenyamanan dan kerukunan anggota
kelompok.
• Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial.
Kekerasan terjadi karena ada agresi satu pihak terhadap
pihak lain baik secara fisik maupun verbal.
• Dampak lain dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal
tersebut dapat terjadi karena individu yang terlibat konflik
mengalami tekanan psikologis. Misalnya, seorang anak yang
10
Grendi Hendrastomo, penguatan integrasi organisasi sosial
28
tak mau berkeluarga karena menjadi korban kekerasan orang
tuanya.
• Terakhir, dampak yang mungkin terjadi dari konflik adalah
jatuhnya korban. Korban di sini dapat berupa harta benda,
sarana prasarana, korban luka, bahkan korban jiwa.
29
REFERENSI
https://alisadikinwear.wordpress.com/2012/09/18/kekuasaan-dan-konflik-
bagian-v-konflik/ diakses pada tanggal 17 Oktober 2021
30
TOPIK 5
A. FASE-FASE KONFLIK
1. KONFLIK AWAL
Pada fase konflik awal atau pendahuluan konflik, ini
melibatkan semua faktor yang mungkin menimbulkan konflik baik
diantara individu, kurangnya koordiasi, perbedaan minat, perbedaan
dalam budaya, agama, latar belakang pendidikan semuanya
berperan dalam menimbulkan konflik. Sebagai gejala sosial, konflik
merupakan hal yang wajar terjadi dalam setiap masyarakat. Ini
terjadi karena setiap individual atau kelompok memiliki keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan, kekuasaan, prestise, atau
dukungan sosial.
3. INISIASI
Fase inisiasi sebenarnya adalah fase ketika konflik telah
dimulai. Argumen yang dipanaskan, pelanggaran, ketidaksepakatan
31
verbal adalah alarm peringatan yang menunjukkan bahwa
pertarungan sudah berlangsung.
4. DEFERENSIASI
Diferensiasi sosial adalah pengelompokkan anggota
masyarakat ke dalam kelompok sosial tertentu secara
horizontal/sejajar. Maksudnya antara kelompok satu dengan
kelompok yang lain tingkatannya sama, pengelompokkan hanya
bertujuan sebagai pembeda. Ini adalah fase ketika individu
menyuarakan perbedaan mereka satu sama lain. Alasan-alasan
konflik muncul dalam fase diferensiasi.11
5. RESOLUSI
Resolusi konflik yang dalam bahasa Inggris adalah conflict
resolution memiliki makna yang berbeda-beda menurut para ahli
yang fokus meneliti tentang konflik. Resolusi dalam Webster
Dictionary didefinisikan sebagai tindakan mengurai suatu
permasalahan, pemecahan, penghapusan atau penghilangan
permasalahan.
B. TAHAPAN KONFLIK
1. LATENT CONFLIC (SUMBER/POTENSI KONFLIK SUDAH ADA)
Konflik laten adalah tahap di mana ada factor-faktor dalam
situasi yang bisa menjadi kekuatan pemicu konflik potensial. Ada
empat tipe dasar konflik laten, antara lain: persaingan untuk sumber
daya yang langka, dorongan untuk otonomi, perbedaan tujuan, dan
konflik peran.
11
Udemi team. “5 Stages of Conflict and Workplace Conflict Resolution”. Di akses pada Oktober
2021.
32
2. PERCEIVED CONFLIC (MUNCUL TANPA POTENSI)
Konflik kadang-kadang dapat muncul bahkan jika tidak ada
kondisi konflik laten. Ini adalah tahap ketika satu pihak menganggap
pihak lain cenderung menggagalkan atau menggagalkan tujuannya.
Kasus, di mana konflik dirasakan ketika tidak ada konflik laten yang
muncul, dikatakan sebagai akibat dari salah paham antara pihak-
pihak yang bertikai tentang posisi sebenarnya masing-masing.
Konflik tersebut dapat diselesaikan dengan meningkatkan
komunikasi antar kelompok
33
4. MANIFEST CONFLIC (NYATA DAN TERJADI RESPON KEDUA
BELAH PIHAK)
Konflik termanifestasi adalah tahap ketika dua pihak terlibat
dalam perilaku yang membangkitkan tanggapan satu sama lain.
Yang paling jelas dari tanggapan ini adalah agresi terbuka, apatis,
sabotase, penarikan diri dan kepatuhan yang sempurna terhadap
aturan. Kecuali kerusuhan penjara, revolusi politik dan kerusuhan
buruh yang ekstrem, kekerasan sebagai bentuk konflik yang nyata
jarang terjadi. Motif ke arah kekerasan mungkin tetap ada tetapi
mereka cenderung diekspresikan dalam bentuk yang tidak terlalu
keras.
34
REFERENSI
https://tirto.id/macam-macam-resolusi-konflik-menurut-para-ahli-dan-
bentuknya-gbn1 Di akses pada Oktober 2021.
35
RESENSI 6
MANAJEMEN KONFLIK
12
Echols, J.M, and Shadily, H. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Penerbit P.T. Gramedia.
13
Echols, J.M, and Shadily, H. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Penerbit P.T. Gramedia
36
konflik selalu terdapat setiap bentuk hubungan antar pribadi, pada
umumnya masyarakat memandang konflik sebagai keadaan yang
harus dihindarkan karena konflik dianggap sebagai faktor yang
merusak hubungan.
Menurut defenisi konflik di atas dapat disimpulkan bahwa konflik
adalah segala macam interaksi pertentangan antara dua pihak atau
lebih. Konflik dapat timbul pada berbagai situasi sosial, baik terjadi
dalam diri individu, antar individu, kelompok, organisasi, maupun
negara. Pendapat Deutch yang dikutip oleh Pernt dan Ladd (Indati,
1996) menyatakan bahwa proses untuk mendapatkan kesesuaian pada
individu yang mengalami konflik disebut dengan pengelolaan konflik
atau bisa disebut dengan manajemen konflik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
konflik adalah cara yang digunakan individu untuk menghadapi
pertentangan atau perselisihan antara dirinya dengan orang lain yang
terjadi di dalam kehidupan.
37
bekerja di kantor, maka akan semakin terlihat bahwa ada yang perlu
diperbaiki dari sistem kerja tersebut. Sebaliknya, jika sistem
perusahaan sudah baik maka dengan adanya konflik, sistem
tersebut dapat semakin dikembangkan.14
Manajemen konflik juga mampu menemukan masalah lain
yang bisa saja tidak disadari karena belum banyak yang
mengalaminya. Hal ini dikarenakan dengan adanya mediasi antara
pihak yang berkonflik, pihak ketiga dapat mengetahui rincian
masalah dengan lebih detail. Begitu juga dengan penyebab-
penyebabnya.15
14
Fisher, dkkk. 2002. Mengelola Konflik, Ketrampilan Dan Strategi Untuk Bertindak. The British
Council
15
Winardi. 1994. Manajemen Konflik (Konflik Perubahan Dan Pengembangan). Bandung.
Penerbit: CV. Mandarmaju.
38
3. Meningkatkan Keaktifan Karyawan
Selain memperoleh ide-ide baru dari para karyawan,
perusahaan juga nantinya akan melihat keaktifan para karyawan
yang meningkat. Perusahaan, begitu juga Anda, mungkin akan
terkejut melihat karyawan yang awalnya pasif, bisa menjadi aktif
dalam mengemukakan pendapat, gagasan, pemikiran, dan
sebagainya. Bagi karyawan sendiri mungkin juga akan menjadi lebih
percaya diri dalam berbicara dan bertukar pikiran dengan atasan
atau pimpinan perusahaan. Sehingga, dapat dikatakan pula bahwa
manajemen konflik bisa menjadi sarana mengemukakan pendapat.
39
REFERENSI
https://www.praxisframework.org/id/knowledge/conflict-management
diakses pada tanggal 24 Oktober 2021
40