Anda di halaman 1dari 2

Asal Usul Kampung Cireundeu

Berdasarkan penuturan dari Kang Jajat, Kampung Cireundeu diperkirakan sudah ada sejak
zaman dahulu. Namun, belum ada catatan sejarah yang pasti berkenaan dengan berdirinya
kampung Cireundeu. Banyak perbedaan pendapat dari kalangan masyarakat yang
menyatakan awal berdirinya kampung Cireundeu. Hanya saja, tidak begitu jauh
perbedaannya. Maka, dapat disimpulkan berdasarkan hasil rembukan dengan berbagai pihak,
Kampung Cireundeu diperkirakan sudah ada antara abad ke 16 dan 17. Hal ini dikarenakan
penamaan tempat-tempat yang ada di kampung Cireundeu terkenal sudah tua. Penamaan
Cireundeu pun berasal dari dua kata yaitu Ci yang berarti air atau mata air, sedangkan
Reundeu berarti pepohonan yang besar dan sekarang sudah tidak ada. Adapun Para sepuh
Cireundeu menyebutkan kata lebih filosofis mengenai penamaan kampung Cireundeu yaitu
Sareundeu, Saregel, sabobot sapihapean yang artinya gotong royong masyarakat.

Bukti lain bahwa kampung Cireundeu itu sudah ada sejak lama terbukti dengan masuknya
pihak Belanda ke Bandung, para sepuh Cireundeu diajak untuk melakukan kerja paksa
membuat jalan yang menghubungkan Cimahi dengan lembang. Warga kampung Cireundeu
mengikuti kerja paksa yang diperintahkan oleh Belanda. Konon katanya pada zaman dahulu,
Belanda banyak melakukan aktifitas di daerah Lembang, salah satunya adalah pembangunan
Museum Bosca tempat meneropong bintang di Lembang.

Kang Jajat tidak menemukan bukti yang kumpleks mengenai sejarah awal adanya kampung
cireundeu. Karena aktifitas adat masyarakat di Kampung Cireundeu masih dipertahankan dan
rutin dilakukan sampai sekarang. Adapun catatan sejarah yang dicatat yaitu ketika
masyarakat adat kampung Cireundeu mulai beralih dari beras menjadi singkong pada tahun
1918 Hal ini sebagai bentuk keprihatinan kepada kondisi bangsa Indonesia yang sudah lama
dijajah oleh pihak asing. Sementara apa yang dicita-citakan yaitu merdeka lahir batin tetapi
dalam kondisi kelaparan. Pada zaman dahulu, Belanda memiliki program tanam paksa, maka
apabila kita menanam padi, hasilnya pun akan diberikan kepada Belanda. Pada akhirnya,
masyarakat mencari alternatif untuk makanan pokok selain beras demi melaksanakan tujuan
untuk merdeka lahir batin. Selama enam tahun lamanya, masyarakat Kampung cireundeu
mencoba berbagai tanaman pangan selain padi, misalnya jagung, singkong, sorgum, dsb.
Pada akhirnya, pada tahun 1924 dengan prakarsa Ibu Omah Rosmanah, panganan yang paling
cocok di kampung cireundeu adalah singkong, beliau pun menemukan teknologi mengolah
singkong menjadi Rasi (Beras Singkong). Ibu Omah Rosmanah pernah dipenjara oleh pihak
Belanda, hal ini dikarenakan karena tuntutannya akan kemerdekaan. Sepulangnya beliau dari
penjara, dan beralihnya makanan pokok dari beras menjadi singkong menjadi pertanda akan
semakin dekatnya kemerdekaan. Semenjak saat itu, masyarakat cireundeu sampai sekarang
tidak lagi memakan nasi.

Ibu Omah Rosmanah merupakan seorang pahlawan pangan di kota Cimahi. Pada tahun 1964,
beliau diberikan penghargaan Kawedanan di kota Cimahi. Selain beliau, masih banyak tokoh
lain, hanya saja ibu omah yang paling muncul dipermukaan. Ibu Omah Rosmanah merupakan
menantu dari Mama Ali. Mama Ali memiliki 9 anak, sehingga banyak keturunan di
bawahnya. Salah satunya yaitu bernama Ama Sukatma yang menikah dengan Ibu Omah.
Kemudian memiliki anak Aki Anda yaitu kakek kang Jajat. Aki Anda memiliki anak yang
tidak lain adalah bapak dari kang jajat. Sehingga secara silsilah keturunan, Kang Jajat
meurpakan cicit dari Ibu Omah.

Pada tahun 1964-1965 Cireundeu dianggap sebagai PKI oleh pemerintah. Sehingga yang
awalnya terdapat sebanyak 340 Kepala keluarga hingga tinggal 71 Kepala keluarga yang
merupakan akibat dari tekanan pemerintah yang memaksakan warga kampung adat cireundeu
harus memeluk agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai