Anda di halaman 1dari 101

Pringgandani

Merajut Asa Menuai Makna Menuju Kampung Berdaya


(Laporan Praktik Lapangan Terpadu Di Kampung Cirungki)

Penulis Maxsi Ardiansyah, dkk.


EDITOR DEDI HERDIANA, S.Ag., MM
KATA PENGATAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dari kelompok 2 Praktik Lapangan Terpadu (PLT) Zonasi
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2018 dapat menyelesaikan
laporan hasil PLT Zonasi selama satu bulan di daerah Kampung Cirungki RW 04,
Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung. Laporan ini
disusun guna memenuhi pertanggungjawaban selama kami melaksanakan PLT
Zonasi di Kampung Cirungki RW 04.

Dalam penyusunan laporan ini, tidak lupa pula kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada bapak Dedi Herdiana, S.Ag., MM, selaku dosen pembimbing,
kemudian ucapan terimakasih kepada bapak Rohmanur Aziz S.Sos.I.,M.Ag., selaku
dosen pengampu mata kuliah Riset Aksi, Ketua Jurusan dan jajarannya yang telah
memberikan doa dan motivasi, serta tidak lupa pula rekan - rekan kelompok 2 PLT
dan Warga Cirungki sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.
Walaupun ada beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunannya. Namun,
berkat motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
dapat teratasi.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Dan apabila dalam pembuatan laporan
ini terdapat kekurangan kiranya dapat memakluminya. Akhir kata dengan
kerendahan hati, kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan Surat
Pertanggung Jawaban ini. Sekian dan terima kasih.

Bandung, 07 Juli 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah “Pemberdayaan” adalah terejemahan dari istilah asing,
empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Secara
teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan
dengan istilah pengembangan. Bahkan,, dua istilah tersebut, dalam batas-batas
tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan.

Dalam pengertian lain, pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya


pengembangan sumber daya manusia adalah upaya memperluas horizon
pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyrakat diberdayakan untuk melihat dan
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika
tersebut, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Dengan paparan sederhana tersebut, jelaslah bahwa proses pengembangan dan
pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada
masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan.

Pemberdayaan pada hakekatnya merupakan suatu instrumen perubahan


sosial berencana yang berfungsi dan bertanggung jawab untuk mengatasi
masalah-masalah kemiskinan dan implikasinya serta meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat pada umumnya

Pemberdayaan masyarakat adalah sekumpulan Tindakan-tindakan yang


dikembangkan oleh suatu masyarakat agar warga masyarakat dapat mengatasi
masalah sosialnya atau semua bentuk investasi sosial yang tujuan utamanya
meningkatkan kesejahteraan perorangan dan masyarakat secara keseluruhan.
Pemberdayaan diarahkan terhadap peningkatan berbagai penyediaan sarana
dan proses yang langsung berhubungan dengan penyembuhan dan pencegahan
masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia dan perbaikan mutu
kehidupan yang sasarannya mencakup perorangan, keluarga dan usaha-usaha
untuk memperkuat atau mengubah lembaga sosial.

Menurut Widjaja (2003:169) pemberdayaan masyarakat adalah upaya


meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat, sehingga
masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabatnya secara
maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri baik di
bidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.

Menurut Sumaryadi (2005:11) pemberdayaan masyarakat adalah upaya


mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat
kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan,
kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang
berkelanjutan.

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering kali sulit


dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena
mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di
masyarakat. Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat (community
empowerment) dan pembangunan masyarakat (community development)
dimaksudkan sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan
pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan,
memutuskan dan mengelola sumberdaya yang dimiliki sehingga pada akhirnya
mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi dan
sosial secara berkelanjutan. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat pada
hakekatnya berkaitan erat dengan sustainable development yang membutuhkan
pra-syarat keberlanjutan kemandirian masyarakat secara ekonomi, ekologi dan
sosial yang selalu dinamis.

Masyarakat sebenarnya memiliki banyak potensi baik dilihat dari sumber


daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. Masyarakat memiliki
kekuatan yang bila digali dan disalurkan akan menjadi energi yang besar untuk
pembangunan. Di dalam pemberdayaan masyarakat yang penting adalah
bagaimana menduduki masyarakat pada posisi pelaku pembangunan yang
aktif, bukan penerima pasif, konsep pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan, mengutamakan inisiatif dan kreasi masyarakat dengan strategi
pokok pemberian kekuatan kepada masyarakat

Secara sosiologi, pemberdayaan masyarakat berfungsi untuk


mempertahankan sistem sosial dan mengadaptasikan sistem sosial ini bagi
kenyataan sosial yang selalu mengalami perubahan, sedangkan dari pandangan
fisiologi dan etis bahwa gerakan ini merupakan jawaban masyarakat terhadap
keinginan masyarakat untuk aling menolong satu sama lain. Masyarakat yang
lebih memahami kebutuhan, permasalannya harus diberdayakan agar mereka
lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya, merumuskan rencana-
rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya.
Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dari, oleh
dan untuk rakyat.

Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan


harus selalu ditumbuhkan, didorong, dan dikembangkan secara bertahap dan
berkelanjutan. Jiwa partisipasi masyarakat tersebut adalah semangat solidaritas
sosial, yaitu hubungan sosial yang selalu didasarkan pada perasaan mooral
bersama, kepercayaan bersama dan cita-cita bersama.

Pemberdayaan Masyarakat kami aplikasikan saat praktek mata kuliah di


Kampung Cirungki Desa Hegarmanah Kecamatan Cikacung Kabupaten
Bandung. Mata pencaharian masyarakat disana kebanyakan sebagai Pengrajin
Bambu, Petani, Usaha Warung, Buruh Pabrik, dan Buruh Bangunan. Dengan
banyaknya pengrajin bamboo menjadikan wilayah Kamung Cirungki ini
berpotensi sebagai penghasil kerajinan bamboo yang hasilnya akan dipasarkan
di tempat-tempat wisata. Hanya saja, dengan adanya pandemic covid-19, para
pengrajin bamboo berhenti produksi hingga beralih profesi menjadi petani dan
buruh serabutan. Melihat fakta di lapangan yang demikian, maka kami berfikir
untuk mencari potensi lain ataupun permasalahan yang ada di Kampung
Cirungki. Kemudian, kami menemukan sebuah permasalahan yang akan sangat
berdampak di masa depan yaitu terkait dengan permasalahan sampah. Sampah
yang ada di Kampung Cirungki ini sudah menumpuk, serta menimbulkan
pencemaran lingkungan yang akan berdampak terhadap Kesehatan
masyarakat. Dengan mempertimbangkan permasalahan tersebut, kami
mencoba menyelesaikan permasalahan dengan melakukan pengadaan alat
sampah, kemudian pengalihfungsian lahan. Sehingga lahan yang digunakan
sebagai bak sampah tersebut akan dialihfungsikan menjadi taman ucapan
selamat datang di Kampung Cirungki. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
dampak negative dari adanya permasalahan sampah tersebut, kemudian
Kampung Cirungki yang sudah terkenal sebagai kampung bamboo tidak akan
tercemar dengan adanya permasalahan sampah.

Di dalam masyarakat terdapat banyak potensi kehidupan, diantaranya


lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Sama
halnya juga potensi kehidupan yang berada di masyarakat Cirungki, misalnya
hasil pertanian berupa beras yang bisa mencukupi kebutuhan pangan,
kemudian potensi lainnya yaitu dengan adanya pengrajin bamboo yang bisa
mnyalurkan keterampilannya kepada generasi muda, sehingga kerajinan
bamboo tersebut tidak berhenti pada kaum tua saja. Hal yang paling penting
adalah adanya potensi dalam hal SDM, yang mana mayoritas masyarakat di
Kampung Cirungki termasuk ke dalam usia produktif yang apabila
dikembangkan akan menghasilkan generasi yang berkualitas. Namun dengan
catatan seberapa besar kemauan dan partisipasi warga dalam memulai usaha
mengenai perekonomian tersebut, karena sebesar apapun potensi yang ada
tanpa didukung dengan SDM yang memadai hanya akan menjadi agenda yang
tak terlaksana.

Dengan permasalahan dan potensi yang ada di Kampung Cirungki ini,


maka kami berupaya untuk membangkitkan potensi kerajinan bamboo di
Kampung Cirungki ini. Namun sebelum itu terlaksana, hal yang akan
dilakukan yaitu menyelesaikan permasalahan sampah yang akan berdampak
terhadap Kesehatan masyarakat. Sehingga, kami berusaha untuk bersinergi
dengan pihak birokrasi supaya dapat membantu melancarkan kegiatan yang
akan dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah yang
mengenai penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana upaya masyarakat Cirungki dalam menyelesaikan


permasalahan lingkungan?
2. Bagaimana peranan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan
lingkungan di Kampung Cirungki?
3. Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dalam upaya
menyelesaikan permasalahan lingkungan di Kampung Cirungki?
4. Apa hasil yang dicapai oleh masyarakat dari penyelesaian permasalahan
lingkungan di Kampung Cirungki?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya masyarakat Cirungki dalam menyelesaikan


permasalahan lingkungan;
2. Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam menyelesaikan
permasalahan lingkungan di Kampung Cirungki;
3. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang menjadi pendorong dan
penghambat dalam upaya menyelesaikan permasalahan lingkungan di
Kampung Cirungki; dan
4. Untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh masyarakat dari penyelesaian
permasalahan lingkungan di Kampung Cirungki.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan Latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian,
maka manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam


peningkatan atau pemberdayaan sumber daya yang ada dimasyarakat.
2. Masyarakat terbantu dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan yang
ada di Kampung Cirungki.
3. Dampak positif yang dihasilkan dari Praktek Lapangan Terpadu yang
dilaksanakan di Kampung Cirungki kaitannya dalam aspek keagamaan,
ekonomi, dan lingkungan.
4. Masyarakat akan faham dan mengerti untuk lebih mencintai lingkungan
serta mengetahui dampak negative dari permasalahan lingkungan yang
dibiarkan secara terus menerus.
5. Masyarakat secara Bersama-sama dengan birokrasi bersinergi untuk
menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di Kampung Cirungki.
6. Karang Taruna di Kampung Cirungki diberdayakan Kembali supaya
mereka memahami tugas pokok dan fungsi dari organisasi ini.

E. Waktu Dan Lokasi


Praktek Lapangan Terpadu (PLT) Zonasi ini dilaksanakan di Kampung
Cirungki RW 04, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikancung, Kabupaten
Bandung.

Waktu pelaksanaan selama satu bulan yaitu dari mulai tanggal 1 hingga 30
Juni 2021.
BAB II

METODOLOGI PRAKTIK LAPANGAN TERPADU

A. Sosialisai Awal Dan Rembug Warga (Soswal Dan Rw)


Proses awal dalam siklus PLT Sisdamas adalah Sosialisasi Awal dan Rembug
Warga. Siklus ini dilaksanakan karena PLT Sisdamas merupakan upaya dalam
penanggulangan masalah-masalah sosial yang diintervensi oleh pihak luar
(pemerintah). Selain itu, siklus ini (Soswal dan RW) juga dilaksanakan karena
perlulah masyarakat diberikan kesempatan dalam pengambilan keputusan
berkehendak, apakah PLT system Sisdamas ini diterima ataupun ditolak sebagai
alternative pemecahan masalah. Dalam hal ini masyarakatlah yang memiliki
kuasa ataupun hak untuk menentukan apakah mereka (masyarakat) akan
melakukan upaya penanggulangan masalah sosialnya atau tidak. Oleh karena itu
Rembug Warga merupakan proses awal dari pengejawantahan pembangunan
partisipatif.

Apabila PLT system Sisdamas ini diterima oleh masyarakat, maka secara
otomatis masyarakat harus mempunyai komitmen untuk melaksanakan upaya
penanggulangan masalah sosial berlandaskan pada koridor yang sudah
dikembangkan oleh PLT Sisdamas, yakni melaksanakan proses pembelajaran
dalam daur penanggulangan masalah sosial secara partisipatif yang dilaksanakan
dalam tahapan-tahapan siklus.

Dengan adanya komitmen, maka hal ini akan berimplikasi kepada beberapa
konsekuensi yang harus dijalankan oleh masyarakat seperti mengikuti pertemuan-
pertemuan untuk melaksanakan setiap proses tahapan siklus, adanya penggerak
yang bekerja dengan sukarela, ketersediaan untuk bekerjasama dari berbagai
pihak (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, aparatat
pemerintah setempat dan lainnya), menyediakan dana swadaya untuk mendukung
berbagai pertemuan, pelatihan dan sebagainya.
Apabila masyarakat mengetahui segala konsekuensi yang harus dihadapi, maka
masyarakat diharapkan betul-betul siap untuk menerima intervensi PLT Sisdamas
tanpa adanya doktrinasi, namun masyarakat benar-benar memiliki kehendak untuk
melaksanakan upaya penanggulangan masalah sosial secara Bersama-sama.

Secara hirarki Soswal dan RW dimulai dari tingkat Kabupaten / Kota hingga basis-
basis sosial masyarakat paling bawah.

1. Soswal & Rw Tingkat Kabupaten/Kota


Sosialisasi pada tingkat Kabupaten / Kota dilakukan oleh pihak Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, yakni oleh rector dan para dekan
dan atau wakil rector bidang kerjasama beserta para wakil dekan bidang
kejasama, difasilitasi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (LP2M) Bersama Bupati/Walikota, Badan Pembangunan
Perencanaan Daerah (Bappeda), perwakilan tokoh agama, camat dan atau
pejabat yang berwenang, yang secara teknis dilaksanakan oleh Penanggung
Jawab Operasional Kegiatan (PJOK) tiap kecamatan serta stakeholder lainnya
yang dipandang berkepentingan pada PLT Sisdamas.

Secara teknis kegiatan sosialisasi dimulai secara formal anatara kedua


Lembaga dengan bukti dokumen Memorandum of Understanding dan daftar
hadir pertemuan dilanjutkan dengan pembukaan secara resmi (Opening
Ceremony) sesuai jadwal yang disepakati oleh kedua belahpihak.

2. Soswal & Rw Tingkat Desa


Tahap yang sangat penting untuk kelancaran proses pelaksanaan kajian
adalah persiapan desa. Sebenarnya persiapan sudah diawali dengan proses
sosialisasi. Dengan persiapan ini diharapkan bahwa masyarakat dapat
memahami maksud dan tujuan pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat. Selain
itu, persiapan dapat juga melahirkan suatu kepercayaan, keterbukaan dan
keakraban diantara masyarakat dan Dosen Pembimbing Lapangan serta Peserta
PLT. Penyusunan rencana kegiatan sosialisasi konsep PLT Sisdamas merupakan
salah satu tahap dalam sosialisasi. Dalam rencana tersebut menyangkut tentang
kesepakatakn mengenai tempat, waktu, pengumuman/undangan, dan
pelaksanaan.

a. Tempat
Penyediaan tempat biasanya masyarakat menentkan sendiri. Yang perlu
diperhatikan dalam penentuan tempat ini adalah luasnya tempat (cukup luas
untuk selururh peserta seperti Gedung serbaguna desa atau masjid), tempat
yang disesuaikan dengan kondisi cuaca, dan tempat yang mudah dicapai
untuk masyarakat serta praktikan.
b. Waktu
Sosialisasi Awal dan Rembug Warga dilaksanakan sesuai dengan
waktu yang telah disepakati Bersama masyarakat.dalam waktu tertentu
biasanya masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan sepanjang hari karena
harus kerja kebun atau pekerjaan lainnya. Oleh karena itu perlu adanya
kesepakatan waktu antara masyarakat dan peserta PLT, guna tercapainya
tujuan Bersama.
c. Pengumuman / Undangan
Rencana pelaksanaan perlu diingatkan kepada masyarakat, hal ini guna
masyarakat termasuk yang berhalangan hadir pada saat sosialisasi, akan
mengikuti kegiatan pemberdayaan. Perlu diingatkan juga bahwa
perempuanpun perlu terlibat dalam kegiatan kajian sebagaimana amanat
Millenium Development Goal’s yang berlanjut pada isu Sustainable
Development Goal’s yang mengharuskan adanya partisipasi 30% dari kaum
perempuan. Karena sering kali masalah-masalah yang diangkat lebih
condong kepada kebutuhan pria dan kurang peka terhadap kebutuhan
perempuan.
Media sosialisasi dilakukan dengan cara formal dan non formal. Secara
formal, pemerintah desa memfasilitasi pembuatan, penggandaan dan
penyebarluasan informasi kepada seluruh warga desa mengenai agenda
rembug warga desa. Secara informal, dapat diumumkan pada kegiatan –
kegiatan masyarakat melalui pengeras suara masjid atau balai desa, sisipan
pengumuman pada saat kegiatan pengajian, tahlilan, kegiatan PKK dan
sebagainya. pemanfaatan media sosial digital pun sangat memungkinkan
untuk dilakukan, seperti melalui WA, Instagram atau media sosial
konfensional seperti majalah dinding.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan rembug warga dapat dilaksanakan dalam berbagai variasi,
baik dilaksanakan didalam ruangan (in door) maupun diluar ruangan (out
door). Perangkat desa memandu acara sebagai pemangku kepentingan
utama, sambutan kepala desa dan dosen.
Dalam sambutan, dosen menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
praktikan untuk belajar Bersama masyarakat dalam membangun desa.
Kegiatan dilanjut dengan penawaran penyepakatan konsep Praktik Riset
Aksi yang mensyaratkan pelaksanaan siklus oleh masyarakat dan praktikan.
Bukti dari penyepakatan ini dapat berupa berita acara, daftar hadir dan
dokumentasi lainnya yang dipandang penting. Pada kegiatan ini juga
berorientasi pada output dan outcome berupa kehadiran para relawan dari
masyarakat yang siap menjadi leader atau duta pemberdayaan ditingkat
basis masing-masing. pada saat dilaksanakannya sosialisasi dan rembug
warga, refleksi sosial dapat dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.

3. Soswal & Rw Tingkat Basis/Komunitas


Sebagaimana Soswal dan RW ditingkat desa, pada tingkat RW dan RT serta
komunitas, maka tinggal melanjutkan sosialisasi dengan berbagai media
sosialisasi yang ada dimasyarakat. Hasil penyepakatan seperti berita acara,
daftar hadir dan dokumen disiapkan dan disimpan oleh masing-masing relawan
dari setiap RT, RW, dan Komunitas.

Setelah kegiatan terlaksana, maka pemandu acara menawarkan kepada


peserta untuk menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) kepada
masyarakat secara tertulis dalam berita acara.
B. Refleksi Sosial (Refso)
Pelaksanaan Refleksi Sosial dapat dilakukan secara bersamaan pada saat
Sosialisasi, hal ini guna menumbuhkan daya kritis masyarakat terhadap akar
penyebab masalah sosial. Seringkali dalam berbagai program yang memposisikan
masyarakat sebagai ‘objek’, masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya
pemecahan masalah namun tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang
sebenarnya. Keadaan tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah,
masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendan ‘orang luar’ atau karena
tergiur dengan doktrinasi yang disampaikan, bukan melaksanakan kegiatan
mereka karena benar-benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang
bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka. Oleh karena itu menumbuhkan daya
kritis masyarakat begitu penting dalam program pemberberdayaan masyarakat.

Terdapat dua hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Sosial, yakni
Olah Rasa dan Olah piker, sehingga pendalaman yang dilaksanakan melibatkan
mental, rasa dan karsa.

1. Olah Pikir

Olah Pikir merupakan analisis kritis terhadap permasalahan sosial yang


dihadapi masyarakat. Hal ini guna membuka mekanisme-mekanisme yang selama
ini sering tidak tergali dan tersembunyi didalamnya. Analisa terhadap permasalahan
sosial sering juga disebut sebagai Analisa sosial, dalam artian mencari secara kritis
hubungan sebab akibat, sampai hal-hal yang paling mendalam sehingga dapat
ditemukan akar permasalahan sosial yang sebenarnya. Setiap kondisi, baik itu
eksternal maupun internal, harus ditelusuri kemudian dicari sebab akibatnya dalam
suatu kerangka yang logis. Dalam hal ini, setiap oorang yang terlibat dalam refleksi,
belajar untuk berpikir secara analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuhnya
daya kritis terhadap berbagai penyebab sosial yang berakar pada lunturnya nilai-
nilai kemanusiaan. Hal ini dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Dampak
Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab
tk 1 tk 1 tk 1 tk 1

Aspek-
aspek
Institusi kehidupan
Kebijakan
pengambil yang tidak
Orang yang
keputusan mendukung
dengan timpang dan
yang tidak kepada Problematika
integritas tidak
mampu kemajuan sosial
yang memberi
menerapka masyarakat
rendah rasa
n nilai-nilai pada
keadilan
universal bidang
poleksosdi
kbud, dll

2. Olah Rasa

Olah Rasa merupakan upaya untuk merefleksikan kedalam, terutama yang


menyangkut perihal sikap dan perilaku mereka terhadap permasalahan sosial.
Upaya olah rasa lebih menyentuh hati masing-masing orang yang terlibat dalam
proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah diperbuat, dilakukan, sumbangan
dan kontribusi apa yang sudah diberikan untuk melakukan upaya penanggulangan
sosial dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Dalam artian bahwa
olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Dengan adanya Olah Rasa ini maka diharapkan akan tumbuhnya kesadaran
masing-masing, bahwa manusia yang berdaya adalah Manusia yang mampu
menjalankan fitrahnya sebagai manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk
lain, yakni manusia yang mampu memberi dan mengabdikan kehidupannya untuk
kesejahteraan umat.
C. Pemetaan Sosial (Pesos)
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan kegiatan yang dilaksanakan
untuk memahami kondisi sosial masyarakat lokal. Pemetaan sosial juga
didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang sistematik serta
melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di
dalamnya profil dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Pemetaan
sosial (social mapping) merupakan kegiatan yang mengumpulkan informasi-
informasi secara sosial pada lingkungan sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan
secara sistematik. Istilah lain pemetaan sosial adalah social profiling atau
pembuatan profil suatu masyarakat. Pemetaan sosial perlu dilakukan sebelum
melaksanakan suatu usaha dan/atau kegiatan di sekitar lingkungan tersebut. Hal ini
merupakan proses pendekatan dalam pengembangan masyarakat. Pemetaan sosial
ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dan informasi sebanyak mungkin baik
secara primer maupun sekunder.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam


Pengembangan Masyarakat oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the
process of assisting ordinary people to improve their own communities by
undertaking collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial
sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geografi. Salah satu bentuk atau
hasil akhir pemetaan sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan
karakteristik masyarakat atau masalah sosial, misalnya daerah Cirungki terdapat
permasalah mengenai sampah, pengrajin yang vakum, sarana olahraga,
pengangguran, saluran air dan sebagainya. Dalam pemetaan sosial ini banyak pihak
pihak yang terlibat dan serta program yang dibuthkan diantaranya :

1. Peran Dosen Pembimbing Lapangan, Mahasiswa dan Masyarakat;


2. Pemetaan Kebutuhan, Masalah dan Potensi;
3. Menyusun Rencana Kerja Tindak Lanjut.
D. Pengorganisasian Masyarakat (Orgamas)
Siklus ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap adanya
organisasi masyarakat warga yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang
dimotori oleh pemimpin yang mempunyai kriteria yang sudah ditetapkan oleh
masyarakat sebagai jawaban dari hasil analisa kelembagaan dan refleksi
kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam siklus Pemetaan Sosial. Organisasi
masyarakat warga yang dibangun bisa bersifat organik berbentuk paguyuban atau
perhimpunan atau memanfaatkan organisasi atau lembaga yang sudah ada di
masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Pembina
Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna , dll.

E. Perencanaan Partisipatif
Dokumen perencanaan partisipatif (dorantif) merupakan perencaan partisipatif
warga untuk mengembangkan program penanggulangan Sosial, baik jangka pendek
selama satu tahun maupun jangka menengah selama 3 tahun. Program yang
dikembangkan berdasarkan hasil kajian masalah kebutuhan) dan analisa potensi
dalam Pemetaan Sosial secara swadaya. Walaupun siklus ini merupakan siklus
lanjutan dari pemetaan sosial akan tetapi pelaksanaannya setelah pengorganisasian
masyarakat dan pengembangan Pokja. Kegiatan ini dilakukan belakangan, dengan
dasar pemikiran bahwa pengurus organisasilah yang akan mengambil keputusan
untuk pengembangan program-program mana dari kebutuhan masyarakat yang
menjadi prioritas untuk dikembangkan. Di sisi lain penerima manfaat dari program
ini diprioritaskan pada kantung masalah yang sudah diidentifikasi dalam pemetaan
swadaya, dan tergabung dalam Pokja, sehingga Pokja dibentuk bukan karena
adanya PLT Sisdamas tetapi justru sebaliknya penerima manfaat program
didasarkan kepada Pokja yang sudah ada misalnya Pokja yang didaulat akan
melaksanakan kegiatan adalah Pokja Mekar Jaya yang sebelumnya nama kelompok
tani di Desa Hegarmanah Terpendam. Dalam pengembangan dorantif, sumber daya
baik manusia maupun sumber daya lainnya diharapkan bukan hanya dari
masyarakat, akan tetapi harus dipikirkan pemenuhannya dari kerjasama dengan
pengusaha/ swasta dan dinas/pemerintah setempat dan lembaga-lembaga lain yang
mempunyai program yang sejalan dengan dorantif yang disusun oleh masyarakat.
Lebih baik lagi apabila dorantif dikomparasikan dengan dokumen musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang). Bahkan akan jauh lebih baik apabila
dorantif hasil PLT Sisdamas menjadi rujukan utama musrenbang. Pada gilirannya,
setelah satu tahun program berjalan, dilakukan evaluasi tahunan untuk melihat dan
mengkaji kembali apakah program yang dikembangkan sudah tepat tujuan dan tepat
sasaran dan bagaimana hasilnya. Kegiatan ini juga sekaligus untuk memperbaharui
data-data yang ada, sehingga kesalahan kesalahan akan segera dapat ditemukan dan
dapat diperbaiki. Berdasarkan hasil evaluasi kemudian dilakukan perbaikan-
perbaikan program apabila diperlukan. Isi dorantif dapat dikembangkan dari contoh
instrumen dengan menggunakan program Microsoft Excel seperti penomoran,
nama kegiatan, volume, frekuensi, lokasi, satuan harga, sumber biaya swadaya,
nama pokja penanggung jawab anggaran desa lainnya (donatur/swasta). Setelah
dokumen perencanaan partisipatif ini disusun oleh tim yang dibentuk oleh
organisasi masyarakat, maka langkah selanjuntnya menyusun rencana tahunan
dengan melibatkan seluruh stakeholder desa sebagaimana kegiatan pada rembug
warga pada sosialisasi awal.

F. Sinergi Program
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya dalam menciptakan atau
meningkatkan kualitas masyarakat baik itu secara individu ataupun kelompok,
dalam memecahkan berbagai persoalan-persoalan terkait upaya peningkatan
kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Dalam melaksanakan
pemberdayaan, seluruh elemen atau lapisan masyarakat diharapkan mampu untuk
bersinergi saling bekerjasama untuk menyelesaikan persoalan yang ada. Dengan
hadirnya rasa saling kebergantungan, maka hasil yang diharapkan yaitu
kesejahteraan yang berkelanjutan atau sustainable.
Sinergi program ini dilaksanakan setelah berlangsungnya perencanaan
partisipatif yang menghasilkan prioritas program kegiatan dari pembentukan skala
prioritas oleh masyarakat dan stakeholder setelah dilaksnakannya Forum Group
Discussion. Rapat forum tersebut difasilitasi oleh organisasi masyarakat yang telah
disepakati oleh pendamping peserta PLT dan juga oleh dosen pembimbing
lapangan. Forum ini dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda dan stakeholder wilayah setempat.
Dalam forum ini membahas sinergi program yang memungkinkan kegiatan tersebut
dapat masuk pada agenda musyawarah perencanaan pembangunan desa
(musrenbangdes) pada setiap bulan Januari dan atau memungkinkan dapat
melakukan chanelling atau kerjasama dengan pihak-pihak swasta atau pengusaha-
pengusaha yang ada disekitar wilayah tersebut. Selain itu dalam forum tersebut juga
disampaikan mengenai penetapan angka partisipasi swadaya masyarakat baik
dalam bentuk tenaga, bahan material dan uang tunai yang disepakati.

Kemudian tim yang ditunjuk sebagai penanggung jawab menyusun proposal


kegiatan dengan angka yang riil dari hasil prioritas program dengan proses
pendampingan oleh peserta PLT dengan struktur penulisan terlampir. Beberapa hal
penting yang perlu dieksplorasi pada tahapan sinergi program ini diantaranya :

1. Penetapan Kegiatan
Program pemberdayaan masyarakat menekankan beberapa prpinsip sebagai
berikut:
a. Perubahan pola pikir masyarakat yang lebih prpoduktif dari
sebelumnya
b. Perubahan positif dalam aspek lingkungan
c. Penguatan kelembagaan desa

2. Fasilitas Penyusunan Proposal


Ruang lingkup proposal sebagai berikut :
a. Penguatan budaya local (local wisdom)
b. Pengembangan lingkungan hidup
c. Peningkatan kepedulian desa sadar lingkungan
d. Peningkatan kesadaran pendidikan

3. Menggalang Keswadayaan Masyarakat


Metode yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan ini yaitu dengan
metode partisipatif, tim pelaksana LP2M, mahasiswa, Pemerintah Daerah
bersama masyarakat bersama-sama merencanakan, melaksanakan, dan
mengawasi pelaksanaan program.

G. Pelaksanaan Program
Pada tahap ini seluruh pihak akan terlibat dalam kegiatan pelaksanaan program
yang telah disepakati pada saat dilaksanakan rapat forum sesuai dengan jobdesc
nya masing-masing yang ditentukan dari kesiapan dan sesuai dengan kemampuan
masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam bentuk sikap gotong
royong, jujur, peduli, tanggung jawab dan sebagainya diimplementasikan bersama
pada saat tahap ini berlangsung.

Kegiatan dilakukan dengan sosialisasi baik secara lisan dan tulisan. Secara
lisan dapat dilakukan secara face to face atau melalui pengumuman pengeras suara
milik masyarakat seperti dari masjid atau mushola atas persetujuan bersama.
Sedangkan secara tulisan, sosialisasi ini dapat berupa surat kaflet atau spanduk,
papan proyek dan lain-lain.

Tahap selanjutnya dalam pelaksanaan program perlu diatur ritme keterlibatan


partisipan apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari satu hari. Kelompok kerja
atau pokja dapat membuat jadwal relawan yang akan turut mengikuti kegiatan.
Selain itu setiap sumbangan tambahan secara spontan dari warga dalam berbagai
bentuk harus tercatat pada pembukuan pokja untuk dikapitalisasi dan bahan
laporan.

Peserta PLT dan DPL, diharapkan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini,
namun peserta PLT dan DPL bukan lah menjadi eksekutor atau peran utama dalam
pelaksanaan kegiatan ini, melainkan hanya mendampingi dan
mendokumentasikan perilaku masyarakat pada proses dan hasil pelaksanaan
program berlangsung

H. Monitoring Dan Evaluasi


Pada tahap ini, organisasi masyarakat memfasilitasi pertemuan warga bersama
pemerintahan desa untuk membentuk tim monev. Kemudian tim melakukan tugas
monitoring dan evaluasi dengan mengecek kembali hasil pelaksanaan program
disesuaikan dengan rencana yang terdapat dalam proposal. Hasil temuan monev
direkomendasikan kepada organisasi masyarakat untuk bahan tindak lanjut pada
program tahun berikutnya. Setelah dipandang selesai tim monev menerbitkan
berita acara yang menerangkan bahwa pelaksanaan program telah dilaksanakan.
Kemudian organisasi masyarakat membubarkan pokja dan tim monev sera
membentuk organisasi pemelihara untuk menjaga keberlanjutan dari program
tersebut.
BAB III

KONDISI OBJEKTIF KAMPUNG CIRUNGKI RW 04


DESA HEGARMANAH KECAMATAN CIKANCUNG
KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

A. Village History
Kampung Cirungki merupakan wilayah perkampungan yang ada di Desa
Hegarmanah, Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Di dalam kampung Cirungki ini terdapat sekurang – kurang nya 4 RT, yang
dimana wilayah tersebut dominan dengan lahan kosong. Kemudian banyak
terdapat pohon bamboo dan juga pesawahan yang cukup luas, sehingga mayoritas
masyarakat di Kampung Cirungki berkerja sebagai petani dimasa pandemic ini.
Tidak ada yang mengetahui asal usul dari Kampung Cirungki. Hanya saja, dari
nama daerahnya yaitu “Ci” menandakan bahwa daerah ini berasal dari tanah
sunda asli. Hal ini dikarenakan hamper semua wilayah di tatar sunda berawalah
dengan Ci yang berarti air atau sungai. Tetapi adapula yang mengartikan bahwa
ci ini adalah cahaya.

Pembentukan organisasi kemasyarakatanpun masih terbilang baru seperti ibu-


ibu PKK, lalu Karang taruna dan organisasi lain. Selain itu terdapat beberapa
komunitas yang ada seperti kelompok tani, dan kesenian reak. Hal ini ditandai
dengan program kerja yang mereka buat serta jumlah anggota yang terbilang
cukup sedikit, mereka cenderung belum mengetahui apa dan bagaimana sebuah
organisasi itu berjalan.

Kampung Cirungki Desa Hegarmanah ini banyak sekali potensi yang dapat di
kembangkan serta menjadi sumber solusi dari beberapa masalah yang sedang di
hadapi oleh warga di daerah tersebut. Contonya yaitu Kampung Cirungki terkenal
dengan pengrajin bambu dan juga pembuat makanan berupa simping. Potensi
tersebut bahkan sudah di akui oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten Bandung.
Masyarakat di Kampung Cirungki ini rata-rata bekerja sebagai petani, buruh,
kuli, dll. Namun hal ini berbeda ketika virus corona atau covid – 19 belum
melanda Indonesia, hampir sekitar 75 persen warga di Kampung Cirungki ini
bekerja sebagai pengrajin bambu dan juga pembuat makanan simping, Penjualan
mereka dapat di katakan sangat luar biasa. Mereka dapat menjual produknya
hingga keluar kota bahkan luar negeri dengan omset yang tidak tanggung
tanggung, Hal ini lah yang membuat warga di Kampung Cirungki tersebut
memiliki kehidupan yang layak.

Namun saat virus corona datang melanda Indonesia, mereka menjadi susah
dalam mencari pelanggan dan juga tempat atau daerah yang biasa memesan segala
macam benda yang terbuat dari bambu tersebut menjadi berhenti. Kemudian
berdampak pada penjualan yang terus menurun, hingga akhirnya membuat para
pengrajin bambu beralih menjadi petani dan juga buruh guna melanjutkan hidup
mereka.

Agama yang di anut oleh masyarakat di Kampung Cirungki ini mayoritas


adalah Islam. Hal ini ditandai dengan banyak nya masjid atau tempat ibadah di
setiap RT yang ada di Kampung Cirungki ini. Lalu, di Kampung Cirungki ini juga
terdapat beberapa agenda kegiatan Islami yang dilaksanakan secara rutin pada
setiap malam jumat dan juga malam malam yang di tentukan oleh masing masing
RT nya, baik malam selasa, malam sabtu, dll.

Dalam Pendidikan agama pun disana telah terdapat beberapa madrasah yang
memberikan Pendidikan agama formal terhadap anak anak, dimana dalam
madrasah tersebut juga langsung di beri materi oleh seseorang yang memang
sudah memiliki ilmu yang mempuni dan juga sesuai, dan tidak ada Batasan usia
untuk mengeyam Pendidikan di madrasah tersebut. Hanya saja mayoritas
masyarakat yang masih sekolah agama tersebut adalah anak-anak.
B. Trends Analysis
Perubahan keadaan masyarakat di Kampung Cirungki RW 04 Desa
Hegarmanah, Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung Jawa Barat yang paling
menonjol dan yang paling berpengaruh terhadap keadaan masa kini dan masa
yang akan datang adalah perubahan pada status pekerjaan mereka.

Pada awalnya masyarakat di Kampung Cirungki ini bekerja sebagai pengrajin


bambu dan juga membuat makanan simping. Hingga kondisi ekonomi masyarakat
dapat dikatakan layak serta jauh dari kata kekurangan. Bahkan, rumah-rumah
warga pun dapat dikatakan layak huni serta warga memiliki kendaraan pribadi.

Namun seiring dengan berjalannya waktu kemudian adanya pendemi virus


corona, mengubah semuanya. Virus Corona telah menyerang hampir semua sector
perekonomian masyarakat, khususnya para pengrajin. Hal ini membuat beberapa
pengrajin menyerah dengan keadaan dan merubah Haluan untuk menjadi seorang
petani dan buruh, walupun penghasilan yang mereka dapatkan tidak sebanding
Ketika mereka menekuni profesi sebagai pengrajin bamboo.

Jika dilihat dari perkembangan zaman sekarang dan mengikuti trend yang ada,
maka cara pemasaran produk bamboo tersebut menggunakan cara penjualan
secara online melalui berbagai akun media sosial. Kemudian, electronic
commerce pun dapat menjadi salah satu solusi pemasaran yang mana dapat
mendongkrak dari penjualan bambu yang sudah menurun karena pandemi yang
belum berakhir.

Kampung Cirungki sebenarnya telah diakui oleh Pemerintah Kabupaten


Bandung sebagai kampung bamboo. Hal ini sebenarnya menjadi kesempatan
positif bagi masyarakat di Kampung ini, terlebih dengan label nama yang sudah
besar, maka akan memudahkan orang untuk mengetahui hasil dari kerajinan
bamboo di kampung Cirungki.

Oleh karena itu, manfaat dari trend analisis yaitu untuk mengetahui kondisi
masa mendatang atau meramalkan kondisi masa mendatang yaitu dengan melihat
perubahan-perubahan yang paling berpengaruh terhadap keadaan masyarakat dari
masa kini serta kecenderungan kedepannya. Apalagi dengan adanya trend analys
di kampung Cirungki akan memperbaiki kekurangan yang masih harus diperbaiki
supaya lebih baik dimasa yang akan datang.

C. Seasonal Calender
Kehidupan masyarakat sedikit banyak dipengaruhi oleh pola atau dasar
kegiatan yang sama dan berulang dalam siklus tertentu. Misalnya pada masyarakat
pedesaan kehidupan sosial ekonomi sangat dipengaruhi oleh musim-musim yang
berkaitan dengan aktivitas pertanian seperti musim tanam, musim panen, musim
hujan dan musim kemarau.

Meskipun di Kampung Cirungki ini para pengrajin dikatakan baru sebentar


menjadi buruh serabutan dan buruh tani, namun mereka sudah memiliki kelompok
tani guna mempermudah para petani dalam bekerja, baik mendapatkan pupuk
benih dll. Untuk saat ini, maka masyarakat bergantung pada hasil pertanian
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya.

Padi menjadi tanaman mayoritas yang ditanam oleh para petani. Hal ini
dikarenakan Kampung Cirungki berada di bawah kaki gunung sehingga masih
banyak lahan pesawahan yang membentang disekitarnya. Biasanya para petani
memanen padi tiga kali dalam setahun jika hama tidak mengganggu hasil panen
para petani.

Padi yang telah di panen akan melalui beberapa proses sebelum menjadi beras,
biasanya masyarakat akan membagi menjadi dua bagian baik ada beras yang di
jual dan juga ada beras yang di konsumsi dalam sehari hari, guna menghemat
pengeluaran keuangan,

Kemudian, selain padi, di Kampung Cirungki juga terdapat beberapa tanaman


yang di budidayakan antara lain jagung, timun, dan kacang tanah. Ketiga tanaman
tersebut memiliki jangka waktu panen yang berbeda beda. Hanya saja, dalam
pemanfaatan nya cukup menyerupai dengan padi dimana masyarakat biasanya
menjual hasil panennya ataupun hanya untuk konsumsi pribadi saja.
Jagung misalnya, biasanya jagung memiliki waktu panen kurang lebih 3 bulan
atau 80 – 110 hari, maka setelah di panen biasanya akan di lihat hasilnya, jika
hasil panen sesuai dengan harapan masyarakat maka jagung tersebut akan di jual
kepada pasar atau kepada kelompok tani untuk di distribusikan namun jika hasil
panen kurang dengan harapan masyarakat maka hasil panen akan di bagi dua dan
di konsumsi oleh sendiri.

Lalu yang kedua adalah kacang tanah, kacang tanah memiliki waktu panen
yang berbeda dengan padi dan jagung dimana kacang tanah di lihat dari bibit nya
terlebih dahulu, jika bibit kacang tanah unggul maka jangka waktu panen nya
adalah 3 bulan dan jiga bibit kacang tanah yang biasa atau kurang unggul maka
akan di panen pada bulan ke 5 dimana dalam pemanfaatan nya pun tidak jauh dari
tananam tanaman sebelum nya.

Yang terakhir adalah tanaman timun, timun ini memiliki waktu panen yang
cukup singkat jika di olah dan di rawat dengan baik, dimana jangka waktu panen
timun adalah 1 hingga 2 bulan kedepan. Jika di lihat dari beberapa tanaman diatas,
jangka waktu panen pada timun ini dapat di bilang cepat dan berbeda jauh dengan
tanaman sebelum nya.

Dalam pengolahan hasil panen dari semua tanaman di Kampung Cirungki


tersebut biasanya tergantung dari pemilik lahan tersebut, ada beberapa warga yang
melakukan nya dengan sendiri dalam artinya mencari pembeli, pelanggan dan lain
lain, dilakukan oleh sendiri tanpa bantuan siapapun dengan keuntungan diambil
penuh oleh warga tersebut, namun terdapat juga warga yang menggunakan jasa
kelompok tani guna mengolah hasil panen tersebut hingga keuntungan yang di
dapat akan di bagi sesuai kesepakatan di awal dari pemilik lahan kepada kelompok
tani.

Selain hasil perkebunaan, di Kampung Cirungki pun terdapat beberapa


peternakan domba, dimana domba tersebut akan dijual dalam setahun sekali, yaitu
pada perayaan Idul Adha, yaitu perayaan yang sangat penting bagi umat muslim.
Jumlah domba yang di pelihara atau di ternakan tidak begitu banyak namun hal
ini tetap menjadi penghasilan utama bagi peternak domba tersebut.

Itulah beberapa kegiatan yang diatur oleh kalender di Kampung Cirungki.


Kegiatan lainnya yaitu masyarakat melakukan aktivitas sehari-hari sama seperti
masyarakat pada umumnya.

D. Diagram Venn
Dalam sebuah daerah baik itu perkampungan maupun perkotaan pasti di
dalamnya terdapat sebuah organisasi masyarakat (orgamas). Orgamas ini
merupakan organisasi masyarakat yang terdapat disuatu daerah yang berguna
sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat, wadah pemberdayaan masyarakat,
dan juga sarana untuk mewujudkan tujuan masyarakat. Selain itu orgamas ini
berfungsi sebagai wadah penyaluran kegiatan masyarakat, wadah pembinaan dan
pembangunan masyarakat. Pada intinya orgamas ini memiliki peran yang sangat
penting didalam suatu daerah, yakni bertujuan untuk membantu semua yang
berhubungan dengan masyarakat, termasuk di Kampung Cirungki RW 04 ini.
Orgamas yang ada di Kampung Cirungki ini antara lain:

1. Kelompok Tani
Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk
atas dasar kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk peningkatan
pengembangan usaha. Kelompok tani sebagai pelaku utama menjadi salah satu
kelembagaan pertanian yang berperan penting dan menjadi ujung tombak dalam
pembangunan pertanian.
Kelompok tani merupakan sebuah lembaga yang menyatukan para petani
secara horizontal dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa, bisa
berdasarkan komoditas, areal tanam pertanian dan gender (Syahyuti, 2007).
Kelompok tani didefinisikan sebagai sebuah kelembagaan di tingkat petani yang
dibentuk untuk mengorganisasikan para petani dalam menjalankan usaha taninya
(Hermanto dan Swastika, 2011).
Kelompok tani pada hakikatnya adalah untuk menggerakkan sumber daya
manusia petani. Pembinaan kelompok tani berperan dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan petani (Thomas, 2008). Kelompok tani akan
membantu petani yang tergabung dalam keanggotaan untuk memfasilitasi segala
kebutuhan mulai dari pembelian sarana produksi sampai penanganan pascapanen
dan pemasarannya (Hariadi, 2011).
Begitupun kondisi kelompok tani yang ada di Kampung Cirungki,
kelompok tani ini di ketuai oleh Bapak Maman warga dari RT 01. Adanya
kelompok tani di Kampung Cirungki yakni karena mayortitas warga Kampung
Cirungki ini bermata pencaharian sebagai petani, oleh karenanya organisasi
kelompok tani ini hadir di Kampung Cirungki. Para petani merasa beruntung
dengan adanya organisasi kelompok tani ini, karena para petani merasa terbantu
dengan adanya kelompok tani ini yang dapat memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan
dalam pertanian seperti pupuk, benih, dan juga alat-alat yang berkaitan dengan
pertanian.
2. Ibu PKK
PKK adalah kepanjangan dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Istilah
PKK ini sudah begitu luas dan biasanya diasosiasikan dengan perkumpulan ibu-
ibu yang memiliki berbagai kegiatan postif. Oleh karenanya sering kita jumpai
dan sering dinamakan Ibu PKK. Ibu PKK adalah organisasi kemasyarakatan yang
bertujuan untuk memberdayakan perempuan. Contohnya seperti mengadakan
kegiatan pelatihan UKM (Usaha Kecil Menengah), posyandu, pengajian, sampai
seminar-seminar kecil mengenai kesehatan reproduksi, KB (Keluarga Berencana),
KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga), dan kesehatan anak.
Organisasi ibu PKK yang ada di Kampung Cirungki ini baru saja terbentuk
dan dibuat kepengurusannya, karena kebetulan pada saat itu di Kampung Cirungki
baru saja pergantian RW 04, oleh karenanya kepengurusan Ibu PKK Kampung
Cirungki ini pun baru dibuat. Organisasi Ibu PKK ini di ketuai oleh ibu Ida yang
bertempat tinggal di RT.04, dan organisasi Ibu PKK yang ada di Kampung
Cirungki ini belum mempunyai program-program yang bisa dilakasanakan. Jadi
Ibu PKK Kampung Cirungki ini belum bisa melaksanakan kegiatannya karena
organisasi ini yang baru dibentuk. Sehingga program yang sering dilaksanakan
yaitu kegiatan posyandu selama satu kali dalam satu bulan.
Hadirnya organisasi Ibu PKK di Kampung Cirungki ini tentunya akan
sangat bermanfaat untuk masyarakat Kampung Cirungki, dengan harapan bisa
meningkatkan kesejahteraan keluarga warga Kampung Cirungki.
3. DKM (Dewan Kemakmuran Masjid)
DKM adalah pengurus yang memegang amanat untuk menjalankan
administrasi dan manajemen Kemasjidan sebagai sebuah organisasi yang bertugas
memakmurkan masjid (Ahmad Yani, 2007 :16). Peran DKM di lingkungan
masyarakat tentunya sangat bermanfaat, karena dengan adanya DKM di
lingkungan masyarakat, perilaku masyarakat sedikitnya lebih terarah. Contohnya
masyarakat bisa lebih rajin beribadah ke masjid, selain itu dapat mengayomi
masyarakat dalam setiap kegiatan peribadatan sehingga kegiatan keagamaan
menjadi lebih baik lagi. Hanya saja di Kampung Cirungki ini tidak memiliki
struktur DKM yang tetap, atau dalam kata lain fleksible. Siapa saja bisa menjadi
ketua DKM. Hanya saja, biasanya ketua DKM ini dipegang oleh Ustadz yang
biasanya mengajar mengaji kepada anak-anak.
4. Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna
merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas
dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat
khususnya generasi muda di wilayah Desa/ Kelurahan atau komunitas sosial
sederajat, yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial.
Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah
pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya
mengembangkan kegiatan ekonomi produktif dengan pendayagunaan semua
potensi yang tersedia di lingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber
daya alam yang telah ada.
Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada
Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga di mana telah pula diatur tentang
struktur pengurus dan masa jabatan di masing-masing wilayah mulai dari Desa/
Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi
organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna
baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Organisasi karang taruna yang ada di Kampung Cirungki di ketuai oleh Teh
Indri salah satu warga dari RT 01. Selain organisasi Ibu PKK yang baru terbentuk
kepengurusannya, ternyata karang taruna Kampung Cirungki pun baru juga
terbentuk kepengurusannya. Jadi karang taruna ini belum mempunyai program-
program kegiatannya. Namun semasa mahasiswa sedang melaksanakan praktek
lapangan selama satu bulan di Kampung Cirungki, peran karang taruna sangat
terlihat, mereka selalu ikut andil terlibat membantu dalam segala hal dan kegiatan.
Jika melihat dari kegiatan-kegiatan karang taruna sebelumnya. Kegiatan
yang dilakukan karang taruna Kampung cirungki ini tidak jauh beda dengan
karang taruna lainnya, seperti dalam momen pelaksanaan agustusan karang taruna
selalu terdepan untuk andil dalam pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan yang
diadakan yakni seperti karnaval, lomba-lomba agustusan seperti balap karung,
sepakbola, panjatpinang, dan lainnya.
Namun dibalik semua itu karang taruna Kampung Cirungki ini dari tahun
ke tahun hanya aktif ketika ada momen-momen tertentu saja, seperti aktif dalam
kegiatan agustusan. Padahal jika dilihat dari tugas dan fungsi karang taruna ini
sangat luas, tidak hanya terpatok ketika hanya ada momen-momen tertentu saja.
Ini membuktikan bahwa harus terus diperbaiki lagi tingkat keaktifan pemuda
karang taruna Kampung Cirungki ini karena masih banyak yang bisa di lakukan
oleh karang taruna selain aktif dalam kegiatan agustusan saja.
Dengan melihat kekurangan-kekurangan karang taruna diatas, ini menjadi
pekerjaan rumah yang sangat besar untuk karang taruna Kampung Cirungki, yaitu
bagaimana caranya supaya bisa melaksanakan sesuatu sesuai dengan tugas dan
fungsi karang taruna itu sendiri dengan cara memperbaiki internal dan juga
sumber daya manusianya supaya bisa memahami secara mendalam tentang arti
karang taruna. Dengan begitu harapan yang muncul yakni karang taruna ini
kedepannya bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tugas dan fungsinya,
juga bisa bermanfaat untuk masyarakat Kampung Cirungki.
5. Bidang Kesenian Reak (Dog-Dog)
Komunitas terakhir yang ada di Kampung Cirungki adalah kesenian reak
atau biasa disebut dog-dog. Selain beberapa organisasi yang ada di Kampung
Cirungki, terdapat juga komunitas kesenian reak yang biasa di ramaikan oleh
warga Kampung Cirungki khususnya RT 01. Kesenian reak ini biasanya tampil di
acara-acara seperti khitanan, acara ulang tahun, dan pernikahan.
Jika melihat kepada sejarahnya, banyak yang berpendapat tentang keaslian
seni reak ini. Ada yang berpendapat bahwa reak pertama kali dipertunjukan pada
masa Kerajaan Pajajaran sebagai sindiran kepada Majapahit.
Pendapat lain menyatakan bahwa reak dibawa oleh masyarakat Ponorogo
pada abad 17 ke Jabar di zaman Kesultanan Cirebon. Lantaran kata "reak" sendiri
dipercaya merupakan adaptasi bahasa dari "reog".
Versi lain menyebutkan reak berasal dari Bahasa Arab yakni "riyyuq" yang
berarti sempurna. Lalu berasal dari kata "leak" yakni merupakan simbol kekuatan
jahat dalam tradisi Hindu di Bali.
Dalam pergelarannya, reak menyertakan seperangkat instrumen etnik sunda
seperti dogdog, kendang, calung, suling dan lainnya. Instrumen tersebut
ditabuhkan hingga menciptakan komposisi irama yang ritmis juga mistis.
Pada intinya grup kesenian reak yang ada di Kampung Cirungki ini bukan
semata-mata hanya untuk permainan belaka, tetapi memang dalam rangka untuk
terus melestarikan budaya kesenian yang sudah ada.
Berikut adalah beberapa organisasi masyarakat (orgamas) yang ada di
Kampung Cirungki, yang mana orgamas-orgamas diatas sebagai wadah untuk
penyaluran kebutuhan masyarakat dan tentunya bisa bermanfaat untuk
masyarakat Kampung Cirungki.

E. Linkage Diagram
Masyarakat Kampung Cirungki RW 04 jika dilihat berdasarkan dari alur
system yang bekerja di masyarakat kebanyakan dalam menjalani kehidupan
sehari-harinya dihasilkan dari hasil produksi pengrajin bambu dan juga petani.
Berdasarkan informasi yang didapatkan selama praktik terhadap kesibukan
masyarakat di Kampung Cirungki ini yakni terfokus kepada produksi kerajinan
bambu dan juga petani.

Jika menilik dari sejarah pada awal mula sebelum virus corona menyerang
masyarakat bumi. Kampung Cirungki ini dikenal dengan pengrajin bambunya,
mereka bisa menjalani kehidupan sehari-harinya berdasarkan penghasilan yang
didapat dari produksi kerajinan bambu. Berdasarkan informasi yang di dapat
pemasaran kerajinan bambu ini sudah meluas ke berbagai daerah bahkan hingga
keluar pulau jawa. Adapun hasil dari kerajinan tangan dari bambu ini bermacam-
macam seperti gelang, kalung, gantungan, kunci dan hiasan-hiasan lainnya.

Namun dibalik semua itu semenjak virus corona menyerang belahan bumi pada
awal tahun 2020 hingga sekarang, berdampak besar bagi perekonomian Kampung
Cirungki ini, masyarakat setempat merasa dirugikan dengan adanya virus corona
yang menyebar luas, karena berdampak kepada terhentinya secara total usaha
produksi kerajinan tangan dari bahan bambu yang mana kerajinan bambu ini
sangat berpengaruh terhadap perekonomian warga. Terhentinya usaha tersebut
salahsatunya karena diakibatkan oleh sumber-sumber pemasaran kerajinan bambu
ini terputus seperti tempat-tempat wisata, sehingga menyebabkan tidak adanya
pemasukan dari hasil produksi kerajinan ini yang menyebabkan usaha kerajinan
pun terhenti.

Semenjak terjadinya kejadian tersebut, untuk saat ini masyarakat Kampung


Cirungki lebih terfokus kepada kesibukannya sebagai petani, mereka lebih sering
menghabiskan waktu sebagai petani dengan beraktivitas setiap hari di sawah demi
bisa menutupi kehidupan sehari-harinya. Warga Kampung Cirungki mendapatkan
penghasilan dari petani ini yakni ada yang karena mendapatkan upah dan ada juga
yang karena mendapatkan dari hasil panen.

F. Livelihood Analysis
Penduduk adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal di suatu tempat
dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya
manusia berupaya untuk dapat bertahan hidup dengan melakukan berbagai
aktivitas (kegiatan) yang berhubungan dengan aspek ekonomi disesuaikan dengan
kondisi geografisnya masing-masing.

Pada dasarnya Kampung Cirungki RW 04 ini letak geografisnya berada di


pelosok ditengah-tengah kota, Kampung Cirungki ini dikelilingi persawahan dan
juga banyak ditumbuhi pohon bambu. Selain itu lokasi Kampung Cirungki ini
tidak jauh dari kawasan industri. Oleh karenanya masyarakat Kampung Cirungki
ini mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan juga pekerja pabrik.

Jenis-jenis mata pencaharian yang ada di Kampung Cirungki RW 04 ini pada


dasarnya berbeda-beda dan dan sangat beragam. Mulai dari petani, pengrajin
bambu, peternak domba, pedagang atau warung, buruh pabrik, dan juga buruh
bangunan.

TABEL MATA PENCAHARIAN PENDUDUK


KAMPUNG CIRUNGKI RW 04 DESA HEGARMANAH KECAMATAN
CIKANCUNG KABUPATEN BANDUNG

NO JENIS MATA PENCAHARIAN PERSENTASE


1. Petani Sawah 50%
2. Pengrajin Bambu 30%
3. Peternak Domba 5%
4. Pedagang (Usaha Warung) 5%
5. Buruh Pabrik 5%
6. Buruh Bangunan 5%
Total 100%

Dari table diatas dapat dilihat bahwasanya, mata pencaharian yang ada di
Kampung Cirungki sangat beragam, mulai dari petani sawah 50%, pengrajin
bambu 30%, dan sisanya peternak domba, pedagang, buruh pabrik, dan buruh
bangunan sebesar 5%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwasanya mata pencaharian
sebagai petani dan pengrajin bambu yang ada di Kampung Cirungki merupakan
jumlah terbesar atau terbanyak. Jumlah tersebut bisa terbanyak karena kondisi
masyarakat di Kampung Cirungki ini mempunyai potensinya masing-masing di
bidang pertanian dan juga pengrajin bambu.

Pertama, mata pencaharian yang terbanyak yakni sebagai petani. Masyarakat


Kampung Cirungki mayoritas bermata pencaharian sebagai petani ini yakni
karena wilayah Kampung Cirungki dikelilingi oleh persawahan. Hak milik
persawahan tersebut ada yang atas dasar nama pribadi warga Kampung Cirungki
dan ada juga persawahan atas dasar hak milik orang lain yang kemudian dikelola
oleh warga Kampung Cirungki. Bekerja sebagai seorang petani ini mendapatkan
penghasilannya beragam, ada yang hanya mendapatkan dari hasil upah saja dan
ada juga yang mendapatkan penghasilan ketika persawahan sudah masuk masa
panen. Warga yang mendapatkan penghasilan dari upah tersebut termasuk warga
yang hanya menjadi buruh tani membantu mengurus persawahan yang dimiliki
orang lain dan imbalannya diberi upah. Sedangkan warga yang mendapatkan
penghasilannya dari hasil panen itu adalah warga yang notabene mempunyai
sawah tersebut atau hak milik warga tersebut. Terkadang buruh tani pun mendapat
jatah lebih ketika masuk musim panen, biasanya masuk musim panen padi dengan
waktu 1-2 bulan sekali, itupun jika ingin mendapat hasil yang berkualitas
tergantung kondisi cuaca, kondisi perairan sawah dan kualitas tanah.

Masyarakat Kampung Cirungki bekerja sebagai petani ini bukan hanya sekedar
untuk mendapatkan upah saja, tetapi masyarakat Kampung Cirungki ini harus
memikirikan juga bagaimana caranya supaya persawahan yang mereka kerjakan
itu bisa berkualitas hasilnya dan menghasilkan padi yang baik. Masyarakat harus
terus melihat perkembangan sawahnya dari waktu ke waktu agar hasil yang
didapatkan bisa maksimal. Usaha yang dilakukan tersebut karena selain dilihat
dari nilai kebutuhannya, tanaman padi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Seperti sudah diketahui oleh masyarakat, harga nilai jual beras sangatlah tinggi
dan pasti laku dipasaran, tidak mungkin tidak laku. Oleh karenanya para petani
Kampung Cirungki harus menjamin kualitas padi yang dihasilkan agar dapat
bernilai ketika dipasarkan.

Secara umum proses menanam padi yang baik dan benar agar bisa
mendapatkan kualitas padi yang baik yakni ada beberapa tahap, yaitu: persiapan
media tanam, pemilihan bibit, persemaian, penanaman, perawatan lahan,
pencegahan hama dan penyakit, dan pemanenan.

Ketika sudah memasuki musim panen, hasil panen padi biasanya dipasarkan
kepada: 1). Saluran pemasaran pertama, petani menjual gabah ke pedagang
pengumpul sebagai kaki tangan pedagang kongsi. Dari pedagang pengumpul,
gabah ditampung, dikelompokan menurut jenis varietas dan disalurkan oleh
pedagang kongsi ke pedagang kilang. Dari pedagang kilang, gabah mulai
mengalami perlakuan meliputi proses pengeringan, penggilingan dan grading
beras. Beras yang telah dikemas dan diberi label selanjutnya disalurkan ke
pedagang grosir. Dari grosir disalurkan ke pengecer-pengecer untuk dijual ke
konsumen. 2). saluran pemasaran kedua, petani menjual gabah ke pedagang
pengumpul yang merupakan kaki tangan pemilik penggilingan desa. Di
penggilingan desa, gabah mengalami proses pengeringan, penggilingan dan
grading beras. Selanjutnya beras dikemas dengan tanpa diberi label dan disalurkan
ke pengecer desa untuk dijual ke konsumen. Mayoritas petani (85%) menempuh
saluran pemasaran pertama dan sisanya (15%) menempuh saluran pemasaran
kedua.

Kedua, mata pencaharian yang terbanyak kedua di Kampung Cirungki ini


yakni sebagai pengrajin bambu. Selain bermata pencaharian sebagai petani,
masyarakat Kampung Cirungki juga bermata pencaharian sebagai pengrajin
bambu. Salah satu alasan pengrajin bambu menjadi mata pencaharian warga
setempat yakni hasil produksi dari kerajinan bambu ini yang lumayan
penghasilannya, malah sebagian warga setempat bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan hanya bergantung kepada kerajinan bambu yang diolahnya itu.
Kerajinan bambu ini sangat bernilai ekonomis, hasil yang didapatkan dari
produksi ini sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh warga setempat. Oleh
karenanya kerajinan bambu ini dijadikan salah satu mata pencaharian warga
Kampung Cirungki.

Kampung Cirungki terkenal di masyarakat sekitar dan masyarakat umum yakni


dengan sebutan pengrajin bambunya, bahkan pihak pemerintah setempat pun
sudah mengakui dengan kepandaian masyarakatnya dalam mengolah olahan
kerajinan tangan dari bahan dasar bambu tersebut. Masyarakat Kampung Cirungki
memiliki potensi pada dirinya masing-masing yang kemudian dimanfaatkan
potensi tersebut menjadi pengrajin bambu dengan hasil olahan kerajinan
tangannya. Kepandaian warga kampung cirungki ini bisa menyulap bambu yang
masih utuh menjadi hiasan-hiasan bambu mulai dari gelang, gantungan kunci,
badan pulpen, hiasan dinding dan lainnya. Warga Kampung Cirungki biasanya
menggunakan bahas dasar bambu utuh yang dibeli di daerah Garut atau didaerah
Majalaya.

Jika menilik dari sejarah, hadirnya pengrajin bambu di Kampung Cirungki


sudah cukup lama, berdasarkan perkataan Ibu Dede warga RT 01, pengrajin
bambu ini sudah ada dan berjalan selama 34 tahun lamanya, oleh karenanya
Kampung Cirungki ini terkenal dengan sebutan pengrajin bambunya. Sumber lain
dari ibu Jua sesepuh dari RT 02, beliau adalah asli orang Kampung Cirungki,
beliau mengatakan bahwasanya orang yang pertama sebagai pengrajin bambu di
Kampung Cirungki pada saat dahulu itu yakni adalah suaminya ibu jua sendiri,
dahulu pengrajin bambu hanya ada 5 orang saja yang ada di Kampung Cirungki
termasuk suami ibu jua. Dari awal mula 5 orang tersebut berkembang hingga
menjadi banyak yang bisa membuat olahan kerajinan tangan dari bambu tersebut.
Ternyata ini sudah menjadi budaya warga Kampung Cirungki secara turun
temurun dengan memberikan ilmu kepada warga lainnya yang belum bisa
membuat kerajinan tangan dari bahan dasar bambu tersebut. Oleh karenanya
sampai saat ini warga Kampung Cirungki masih bisa meneruskan budaya leluhur
setempat yang telah dijalani selama kurang lebih 34 tahun lamanya sebagai
pengrajin bambu.
Namun dibalik semua itu semenjak virus corona menyerang belahan bumi pada
awal tahun 2020 hingga sekarang, berdampak besar bagi perekonomian Kampung
Cirungki ini, masyarakat setempat merasa dirugikan dengan adanya virus corona
yang menyebar luas, karena berdampak kepada terhentinya secara total usaha
produksi kerajinan tangan dari bahan bambu yang mana kerajinan bambu ini
sangat berpengaruh terhadap perekonomian warga. Berdasarkan perkataan yang
dikatakan oleh warga RT 01 kejadian terhentinya kerajinan bambu ini merupakan
yang pertama kali dalam sejarah Kampung Cirungki selama 34 tahun berdirinya
pengrajin bambu ini. Tentunya sangat jelas warga Kampung Cirungki merasa
terpukul dan dirugikan dengan terhentinya mata pencaharian sebagai pengrajin
bambu ini karena penghasilan yang dihasilkan dari produksi kerajinan bambu ini
yang lumayan besar. Terhentinya usaha tersebut salahsatunya karena diakibatkan
oleh sumber-sumber pemasaran kerajinan bambu ini terputus seperti tempat-
tempat wisata, sehingga menyebabkan tidak adanya pemasukan dari hasil
produksi kerajinan ini yang menyebabkan usaha kerajinan pun terhenti dan warga
Kampung Cirungki pun kehilangan salah satu mata pencahariannya yaitu sebagai
pengrajin bambu.

Ketiga, mata pencaharian yang ada di Kampung Cirungki lainnya yakni


sebagai peternak domba. Peternakan domba di Kampung Cirungki kurang lebih
ada 5 peternakan. Berdasarkan perkataan salah satu warga Kampung Cirungki
yakni pak Ade Soma warga RT 03 sekaligus beliau yang menjadi salahsatu
peternak domba di Kampung Cirungki, beliau mengatakan domba peternak yang
ada di Kampung Cirungki ini tidak semuanya dimiliki oleh warga setempat yang
megurus domba tersebut, ada juga domba peternak tersebut dimiliki oleh orang
lain yang kemudian meminta orang untuk mengurusnya dan membuat keputusan
diakhir antara peternak dengan pemilik domba untuk bagi hasil. Pak Ade Soma
ini adalah termasuk peternak domba yang hanya mengurus domba milik orang
lain saja, beliau mengurus dengan diberikan imbalan system bagi hasil dengan
pemilik domba tersebut. Keseharian beliau mengurus domba tersebut dengan
mencari rumput setiap hari untuk makanan dombanya, kemudian selalu
membersihkan kandang domba tersebut dan membawa domba tersebut ke ladang
rumput.

Keempat, mata pencaharian selanjutnya yang ada di Kampung Cirungki ini


yakni sebagai buruh pabrik. Warga Kampung Cirungki selain bermata
pencaharian sebagai petani, pengrajin bambu, dan peternak, mereka juga sebagian
bermata pencaharian sebagai buruh pabrik. Sebagian warga setempat menjadi
buruh pabrik dikarenakan lokasi Kampung Cirungki ini yang lumayan dekat
dengan kawasan industri, oleh karenanya sebagian warga Kampung Cirungki
lebih memilih menjadi buruh pabrik yang pada penghasilannya pun cukup
lumayan.

Kelima, mata pencaharian selanjutnya yang ada di Kampung Cirungki adalah


buruh bangunan/ kuli bangunan. Sebagian warga Kampung Cirungki ini bapak-
bapaknya yaitu berprofesi sebagai buruh bangunan, meskipun profesi ini hanya
profesi sampingan tetapi bapak-bapak warga Kampung Cirungki yang berprofesi
sebagai buruh bangunan ini selalu siap ketika ada panggilan untuk membangun
rumah atau membangun bangunan yang lainnya.

Keenam, mata pencaharian selanjutnya yang ada di Kampung Cirungki adalah


sebagai pedagang warung. Yang berdagang membuka warung di Kampung
Cirungki ini lumayan banyak di perkirakan ada 6 warung, biasanya warung-
warung tersebut dijaga oleh ibu-ibu warga setempat yang mungkin lebih memilih
berdagang menjaga warung daripada melakukan hal lainnya.

Selain itu di Kampung Cirungki juga tepatnya di wilayah RT 02 terdapat


produksi makanan simping, Simping adalah makanan khas dari daerah
Purwakarta, Jawa Barat. Bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis, biasanya
berwarna putih, dan rasanya gurih. Makanan ini dibuat dari tepung beras yang
diberi beberapa bumbu. Simping mirip dengan lembaran yang dipakai untuk
menjepit gulali (rambut-rambutan).

Saat ini simping tidak hanya di produksi di Purwakarta, tetapi juga di daerah
lain seperti Karawang dan lainnya termasuk di daerah Kampung Cirungki ini yang
memproduksi makanan simping tepatnya di wilayah RT 02. Produksi simping di
wilayah RT 02 ini bukan produksi kecil lagi karena Alhamdulillah sudah ada
pabrik nya juga yang terbangun meproduksi makanan simping ini. Dengan adanya
pabrik simping ini sedikitnya bisa membantu perekonomian warga sekitar, warga
yang menganggur sedikitnya terbantu bisa mendapatkan penghasilan dengan bisa
bekerja dipabrik simping tersebut walaupun penghasilan yang didapat tidak begitu
besar.

Produksi makanan simping ini menurut perkataan bapak RT 02 yaitu bapak


Tatang , beliau mengatakan pemasaran makanan simping ini biasa di pasarkan ke
warrung-warung grosir, kemudian dipasarkan ke tempat jajanan oleh-oleh. Jika
dalam tiga hari makanan simping yang dipasarkan ke warung-warung tidak habis,
maka bisa dipulangkan simping tersebut ke pabrik nya. Dengan adanya pabrik
simping di wilayah Kampung Cirungki ini sedikitnya bisa bermanfaat untuk
warga Kampung Cirungki dalam aspek ekonomi warga setempat.

Dari berbagai macam mata pencaharian warga Kampung Cirungki diatas


menunjukan bahwa beragam nya mata pencaharian yang dilakukan oleh warga
Kampung Cirungki dengan mayoritas yang dipilih mata pencahariannya sebagai
petani dan juga pengrajin bambu yang mana mata pencaharian tersebut yang
bersumber dari sumber daya alam yang ada di wilayah Kampung Cirungki. Dari
hal tersebut garis kesejahteraan mereka masih belum seimbang karena pada
dasarnya mereka masih belum cukup atas penghasilan yang mereka dapatkan.

G. Daily Lifes
Kampung Cirungki RW 04 ini merupakan salah satu kampung yang berada di
Kabupaten Bandung, provinsi Jawa Barat. Lebih tepatnya, kampung ini berada di
Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung. Posisi kampung ini terletak hampir di
ujung kabupaten Bandung bagian timur. Pun, kehidupan masyarakat disana
sangatlah beragam, seperti ada yang bertani, membuat kerajinan dari bamboo,
pedagang, dan lain sebagainya.
Hal ini terlihat dari aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dari mulai
matahari terbit hingga matahari tebenam. Aktivitas tersebut berupa kegiatan
bercocok tanam, menanam padi, membajak sawah, memelihara kerbau, pengajian
rutinan, belajar mengaji anak-anak ba’da maghrib, membuat kerajinan dari
bamboo seperti gantungan kunci, pena untuk menulis dan ada pula yang membuat
makanan tradisional seperti simping. Masyarakat disana pun selalu melaksanakan
gotong royong membersihkan lingkungan sekitar selama satu minggu satu kali.

Untuk lebih jelasnya disini akan dipaparkan beberapa kegiatan sehari-hari


masyarakat kampung Cirungki RW.04 diantaranya sebagai berikut :

a. Bercocok tanam

Gambar 1 Kegiatan Warga Saat Bercocok Tanam

Selama pandemi, mau tidak mau, banyak orang yang harus berdiam di
rumah, begitupun yang terjadi pada sebagian masyarakat di kampung Cirungki
ini. Salah satu hobi yang sekarang banyak dilakukan adalah termasuk bercocok
tanam di rumah atau urban farming. Masyarakat disana menyebutkan bahwa
bercocok tanam merupakan kegiatan waktu luang yang sangat menyenangkan
serta memiliki beragam manfaat, apalagi di masa pandemi sekarang ini. Banyak
orang melirik potensi kegiatan bercocok tanam sebagai hobi baru bahkan tak
jarang dijadikan sumber penghasilan baru. Kebanyak yang menjalani kegiatan ini
adalah ibu-ibu rumah tangga, karena selain mereka memiliki banyak waktu luang,
pun bisa sedikitnya membantu perekonomian keluarga dengan cara menjual
kembali hasil tanaman yang sudah dirawatnya.
Masyarakat yang melakukan kegiatan bercocok tanam ini kebanyakan
masyaakat yang berada di RT.01 kampung Cirungki, menurut ibu Cucu, salah satu
warga RT.01 yang melakukan kegiatan bercocok tanam ini menyebutkan bahwa
mereka pun membuat pupuk/ kompos sendiri untuk bercocok tanam dengan
menggunakan sampah organik yang telah terpakai di rumah.

b. Bertani

Gambar 2 Kegiatan Masyarakat di Kampung Cirungki

Bertani adalah kegiatan yang menyenangkan, menantang, dan bikin betah.


Berbicara tentang bertani, tentu bukanlah suatu hal yang baru. Tetapi dalam
praktek nyata masih banyak yang mengatakan bertani itu rumit, capek, dan tidak
menarik. Bertani memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, memberikan
tantangan dan juga kepuasan bagi petani itu sendiri.
Hampir 80% masyarakat di kampung Cirungki RW.04 ini adalah petani,
dari pagi hingga siang, lingkungan rumah-rumah masyarakat disini sepi,
dikarenakan warganya yang pergi ke sawah di setiap harinya. Menurut pemaparan
pak cece, salah satu warga yang menjadi petani disana pun sebagai ketua RT. 04
menyebutkan bahwa bertani merupakan kegiatan yang paling menentukan
ketahanan pangan suatu daerah. Belum lagi lika-liku perjalanan petani untuk
menggapai kemapanan sangatlah menginspirasi untuk disimak. Kebanyakan
Petani tidak akan menyerah dengan keadaan yang kadang tidak berpihak pada
mereka. Bagi mereka bekerja dengan alam memberikan ketenangan dan semagat
tersendiri untuk terus tekun dan giat berusaha.
Menjadi petani sukses tentu menjadi harapan dan kepuasan tersendiri bagi
petani karena selain menjamin kehidupannya, juga menjamin ketersedian bahan
makanan bagi masyarakat sekitar.

c. Memelihara Kerbau Untuk Membajak Sawah

Gambar 3 Kegiatan Membajak Sawah

Di tengah kemajuan teknologi sekarang ini yang serba menggunakan mesin,


ternyata di kampung Cirungki RW.04 ini masih ada petani yang membajak sawah
dengan menggunakan kerbau. Pun, sudah ada beberapa yang menggunakan mesin
traktor, tapi membajak sawah dengan menggunakan kerbau katanya lingkungan
akan tetap lestari, di sisi lain juga untuk melestarikan budaya. Membajak sawah
menggunakan kerbau atau sapi ramah lingkungan, karena bisa menggemburkan
dan menyuburkan tanah, menjangkau area pesawahan yang sulit atau sempit
seperti dilereng bukit dan yang pasti melestarikan budaya yang ada sejak turun
temurun.

d. Pengajian Rutinan

Gambar 4 Pengajian Rutinan Malam Jum’at di Masjid RT 03

Gambar 5 Pengajian Rutinan di Balai RW 04

Pengajian berarti kegiatan menuntut ilmu yang ingin mendapatkan


kemulyaan dari Allah Swt. Menurut Slamet Santosa kelompok sosial dengan
situasi kebersamaan dapat dijabarkan suatu kelompok individu yang berkumpul
pada suatu ruang dan waktu yang sama tumbuh dan mengarahkan tingkah laku
yang sopan.
Kegiatan pengajian rutinan dilaksanak di 3 tempat yang berada di
Kampung Cirungki, tepatnya di masjid RT.02, RT.03 dan RT.04. Untuk pengajian
yang berlokasi di Majid Maidhotul Hasanah RT.02, biasanya dilakukan setiap
malam jumát, begitupun yang dilakukan di RT.03. Namun beda hal nya dengan
RT.04, warga disana biasanya melaksanakan kegiatan pengajian ini di malam
sabtu.
Biasanya pengajian rutin dilakukan setelah Maghrib, karena waktu tersebut
dalam berbagai penelitian adalah waktu yang paling tepat untuk belajar agar bisa
nyantol dan masuk dalam hati sehingga apa yang dipelajari akan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan pengajian rutinan ini biasanya diisi dengan
berbagai macam kegiatan seperti pembacaan ayat suci Al-Quran, pembacaan
dzikir, tahlil dan shalawat, ceramah agama langsung dari Habib, Kyai atau Ustadz.
Dalam praktik pelaksaan pengajian shalawatan ini biasa diawali dengan
pembacaan hadoroh. Hadoroh ini dibaca bertujuan untuk mendoakan baginda
Rasulullah, para shabat Rasulullah, dan mendoakan sanak saudara yang sudah
lebih dulu meninggalkan kehidupan. Dengan harapakan dibacakan hadoroh ini
dapat memberikan keberkahan kepada para ahli kubur. Shalawat yang dipakai
setelah membaca hadoroh yaitu shalawat nuril anwar yang dibaca sebanyak 70x.

e. Belajar Mengaji Anak-anak

Gambar 6 Kegiatan Belajar Mengajar Iqra


Kegiatan ini dilakukan setiap hari senin-sabtu ba’da maghrib. Anak-anak
yang mengikuti kegiatan tersebut berusia sekitar 5-10 tahun. Belajar
membaca/mengaji iqro ini merupakan sebuah metode pembelajaran untuk
menghafal huruf hijaiyah. Dengan iqro kita juga akan mengetahui bagaimana cara
mengucapkan dan menulis huruf-huruf yang ada di dalam Al-quran. Sebagaimana
kita tahu, mengaji merupakan salah satu metode pembelajaran untuk dapat
menghafal dan mengamalkan Al-quran. Bahkan sebisa mungkin mempelajari hal
ini bisa dilakukan sejak dini. Agar kelak sang anak dapat mengamalkan isi di
dalam Al-quran.
Alhamdulillah, anak-anak di Kampung Cirungki ini sangat aktif dan
besemangat ketika hendak belajar mengaji, bahkan sebelum maghrib mereka
sudah berkumpul di sekitar masjid menunggu kedatangan kami untuk
melaksanakan kegiatan tersebut. Harus kita fahami bahwa Mengajarkan amalan
atau cara beribadah dalam agama Islam perlu dilakukan sejak usia anak-anak. Hal
ini karena saat kecil, anak diibaratkan sebagai sebuah spons yang mampu
menyerap seluruh pembelajaran dengan baik.
Salah satu bentuk ibadah yang penting untuk di ajarkan pada anak, yaitu
mengaji iqro. Iqro biasanya lebih mudah untuk dipahami karena bacaannya
cenderung sederhana. Namun, tetap diperlukan cara khusus agar kita dapat lancar
membaca huruf-huruf Arab dalam Iqro.

H. Village Map
Secara keseluruhan, luas desa Hegarmanah, Cikancung ini mencapai 320,9 Ha,
dengan jumlah penduduk sebanyak 12.874 jiwa dan kepadatan sebesar 4.011
jiwa/km². Desa Hegarmanah artinya adalah “Hegar” istilah bahasa sunda diartikan
atau dimaknakan Bersih, Asri, Bebas, dan enak dipandang baik wilayah Desa serta
Masyarakatnya yang menuju kepada masyarakat Tenteram, Adem, Ayeum, dan
Kerta Raharja (bahas Sunda). sedangkan “Manah” Artinya hati atau bisa
diistilahkan juga sebagai kata rasa jadi masyarakat Desa Hegarmanah bila
diartikan secara keseluruhan adalah Desa yang masyarakatnya mempunyai hati
bersih dan tulus untuk menuju kepada masyarakat yang Adil, Makmur, Tenteram,
Lohjinawi. Bisa dijadikan kepercayaan serta keterbukaan dalam segala bidang,
baik Sosial, Budaya, Ekonomi, seni, dan Agama yang Religius. dan masyarakat
yang bisa merasakan perasaan orang ke orang lain.

Kampung Cirungki adalah salah satu kampung yang berada di desa


Hegarmanah. Lokasi Kampung Cirungki, Desa Hegarmanah,Kecamatan
Cikancung Kabupaten Bandung ini sebetulnya cukup jauh dari pusat Kota.
Layaknya di Pedesaan, rumah-rumah penduduk di Kampung tersebut terlihat
sederhana. Namun, di kampung ini menyimpan beberapa macam potensi, seperti
kerajinan bamboo, dan juga pertanian. Dibalik kesederhanaan warga Kampung
Cirungki, ternyata menyimpan kreatifitas penduduknya. Kampung Cirungki ini,
khususnya pada masyarakat di RW.04 menjadi pemasok utama suvenir yang
terbuat dari bamboo Kota Bandung bahkan Kota besar lainnya termasuk Bali.

Hampir setengah dari 250 Kepala Keluarga di Kampung Cirungki RW.04 ini
berprofesi sebagai pembuat suvenir olahan dari bamboo seperti gantungan kunci,
pulpen, gelang dan kalung. Di Kampung Cirungki, membuat suvenir dari bamboo
sudah menjadi salah satu mata pencaharian warga, tidak heran jika masuk ke
Kampung tersebut, banyak orang dewasa, sampai anak-anak terlihat memangku
sebuah wadah berisi bambu kecil yang telah dipotong-potong.

Sejarah Kampung Cirungki, menjadi pusat pembuatan suvenir ini dimulai dari
tahun 1984 lalu. Dimulai oleh Muhammad Yusuf yang pada awalnya menjadi
pedagang pulpen dari bamboo. Namun, tiba-tiba saja sekitar pertengahan tahun
1984, pemasok pulpen bambu dari Tasikmalaya tidak datang lagi mengirim
barang. Sehingga, membuatnya menjadi kebingungan, akhirnya beliau
memutuskan untuk membuat sendiri pulpen dari bamboo. Dia kemudian mencari
bahan baku untuk membuat pulpen, yakni Bambu Pringgandani, setelah
mendapatkan bahan baku, Yusuf kemudian mencoba membuat pulpen sendiri.
Butuh waktu beberapa bulan baginya untuk bisa membuat pulpeen bamboo
sendiri. Pasalnya, sebelum dibentuk, bamboo harus diolah terlebih dahulu,
sehingga butuh beberapa kali percobaan supaya barang yang dihasilkan
berkualitas.

Itulah kurang lebihnya sejarah mengenai kerajinan dari bamboo yang dibuat
oleh masyarakat kampung Cirungki ini. Berikut akan digambarkan peta wilayah
kampung Cirungki RW.04.

Gambar 7 Peta Wilayah Kampung Cirungki

Dapat kita lihat, lokasi wilayah kampung Cirungki RW.04 ini dikelilingi oleh
pohon-pohon bamboo. Adapun gambaran megenai lingkungannya sebagai
berikut:

Bebebapa rumah pemukiman masyarakat


Kampung Cirungki RW.04. Pada gambar ini
adalah batas wilayah RT.0 dn RT.02. Rumah-
rumah yang terdapat di kedua RT ini rata-rata
sudah menggunakan tembok dan terlihat bagus
juga nyaman untuk dihuni. sedangkan yang
berada di wiayah RT.04 sebagian rumah masih
menggunakan bilik dan kayu. Pun mereka
masih mnggunakan MCK yang berada diluar
rumah.
Sawah disekitar RW.04 Kampung Cirungki ini
berlokasi di RT.01. Jika kita memasuki
wilayah RT.01, maka kita akan disuguhi
pemandangan hamparan sawah yang begitu
rapih dan indah dipandang mata.

Gambar disamping merupakan salah satu pos


ronda yang terletak di RT.02. Pos kamling ini
berbentuk layaknya saung-saung yang terdapat
di sawah.

Gambar ini merupakan salah satu dari sekian


banyak makam yang tedapat di kampung
Cirungki RW.04. Jika kita hendak berkunjung
ke RW.04, dari awal gerbang hingga ujungnya
terdapat makam-makam yang berjejer di
spanjang jalan.
Masjid ini adalah gambaran kondisi di dalam
masjid yang berada di RT.02. Masjid di lokasi
ini memang terlihat cukup bagus dibanding
masjid-masjid yang ada di RW.04 kampung
Cirungki ini.

Adapun gambar masid ini adalah masjid yang


berada di RT.03. Tempat biasa kami mengikuti
kajian rutin setiap malam jumát.
Hampir 85% masyarakat kampung Cirungki RW.04 ini sudah menggunakan
air yang bersumber dari PDAM. Namun demikian, masih ada pula warga yang
menggunakan air sungai untuk kebutuhan MCK nya. Kampung Cirungki RW.04
ini masih menyimpan potensi kerajinan yang dikelola dan dibuat langsung oleh
warganya, namun karena keadaan pandemic saat ini menyebabkan proses
produksi kerajinan tangan terhenti karena permintaan kerajinan tangan yang
menurun bahkan tidak ada sama sekali. Masyarakat yang awalnya berprofesi
sebagai pengrajin terpaksa beralih profesi menjadi petani.

I. Transect
Kampung Cirungki Sendiri terletak di Desa Hegarmanah salah satu Desa yang
tergabung dalam Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Kampung Cirungki desa Hegarmanah ini terdapat sekurang – kurangnya 4
Rt, yang dimana desa tersebut dominan dengan lahan kosong yang terdapat pohon
bambu dan juga persawahan yang cukup luas melihat cukup banyak warga
kampung tersebut yang bekerja sebagai petani pada saat pandemi ini.

Ketika kita berkunjung ke Kampung Cirungki ini maka pertama kita akan
menjumpai persawahan yang cukup lumayan luas serta sungai lumayan besar dan
panjang, setelah itu beberapa meter maka kita akan menjumpai rumah warga,
posko karang taruna. Di daerah ini jika ditinjau dari segi ekosistemnya serta
kondisi alam lingkungannya maka termasuk daerah yang sehat, hal ini ditandai
dengan adanya faktor-faktor biotik dan abiotik yaitu masih banyak dijumpai
pepohonan hijau dan pohon-pohon besar seperti pohon jati, selain itu ada
rerumputan hijau untuk pakan Kambing, tanah disini sangat subur dan produktif,

Di Kampung Cirungki ini masih terdengar suara serangga seperti tongeret


(dalam bahasa sunda) di siang hari maupun di malam hari serta masih ada ular,
ulat dan katak. Udara disini sangat sejuk dan jauh dari polusi udara. Rumah-rumah
di Kampung Cirungki ini rata-rata sudah segi modern, tetapi sebagian ada yang
menggunakan model tradisional. Masyarakat disini dominan memelihara hewan
peliharaan seperti burung, ayam, kucing, ikan, kerbau dan kambing.

Masyarakat Kampung Cirungki memiliki partisipasi kurang aktif di dalam


mengadakan berbagai kegiatan. Terdapat organisasi-organisasi masyarakat seperti
Karang Taruna, Ibu PKK, Kesenian Reak, DKM, dan Kelompok Tani, Kegiatan
Ronda malam.

Beralih menuju kebiasaan masyarakat Kampung Cirungki RW 04, masyarakat


disini dilihat dari segi pekerjaan maka tidak jauh dari Pertanian. Kemudian ketika
dilihat dari segi hiburan, masyarakat Kampung Cirungki RW 04 mengadakan
hiburan berupa Kesenian Reak khususnya ketika ada yang hajatan atau ulang
tahun, ataupun kegiatan 17 agustusan.

Selain itu, sebagian jalan belum ada Penerangan Jalan Umum, ketika malam
datang masih banyak jalan yang gelap. Selain itu permasalahan yang ada di
Kampung Cirungki ini adalah sampah. Sampah yang ada di Kampung Cirungki
ini sudah menggunung bahkan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sehingga
apabila hal ini dibiarkan akan berdampak pada Kesehatan masyarakat di Kampung
Cirungki. Tumpukan sampah ini berada di ujung batas wilayah kampung
Cirungki, yaitu di ujung RT 01, dan ujung RT 04. Sehingga apabila kita memasuki
kampung cirungki ini akan disuguhi dengan pemandangan sampah yang tidak
menenakkan. Walaupun, Ketika kita masuk wilayah Cirungki dari RT 01, maka
kita akan disuguhi oleh hamparan pemandangan sawah yang indah serta
menyejukkan mata.

Fokus Pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bahkan dari
manusia di dalam kandungan sampai liang lahat. Di RW 04 rata-rata adalah
lulusan SD, SMP dan SMA, Jarang sekali yang meneruskan ke tingkat perguruan
tinggi. Sehingga, pemuda yang baru saja lulus dari bangu SMP, maupun SMA
biasanya memilih untuk bekerja di pabrik dibandingkan dengan melanjutkan
Pendidikan ke jenjang Universitas.
Fokus Peribadahan. Masyarakat di Kampung Cirungki mayoritas adalah
Muslim, setiap hari anak-anak Kampung Cirungki ini mengaji ke mesjid, sama
hal nya seperti anak-anak, bapak-bapaknya pun turut ikut hadir di pengajian
rutinan yang ada di setiap RT. Baik itu RT 01, RT 02, RT 03 dan RT 04.

Focus Kesehatan, masalah Kesehatan yang ada di Kampung Cirungki muncul


dari adanya tumpukan sampah yang sudah menggunung hingga menimbulkan bau
yang tidak sedap. Kemudian, sampah tersebut hanya dibakar hingga menimbulkan
polusi udara untuk lingkungan sekitar. Selain permasalahan sampah, dapat
dikatakan bahwa masyarakat kampung Cirungki memiliki derajat Kesehatan yang
baik. Kemudian tidak ada anak yang mengalami stunting maupun gizi buruk.
Hanya saja yang ditakutkan masyarakat saat ini yaitu pandemic covid-19, karena
virus ini akan menyebar kepada semua renta usia. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dari masyarakat untuk tetap menjalankan protokok Kesehatan.

Simpulnya, Kampung Cirungki RW 04 ini sudah tampak potensi yang


dimilikinya, yaitu dalam hal pemberdayaan ekonomi melalui pemanfaatan sumber
daya alam disekitar yaitu bamboo. Hanya saja dalam hal Kesehatan, ada Sebagian
masyarakat yang tidak mau memeriksakan anaknya ke posyandu dengan alasan
bahwa hal tersebut kurang penting. Apalagi di masa pandemic seperti ini,
masyarakat dengan santainya masih lalai akan protocol Kesehatan, tidak memakai
maskren, dsb. Padahal, hal yang penting dilakukan adalah menjaga diri sendiri
terlebih dahulu untuk kemudian menjaga lingkungan Kampung Cirungki.
Kemudian, terkait dengan pembuangan sampah sembarangan, warga RT 01
menyalahkan warga RT 04 dan RT 03 yang notabene berada di atas yang selalu
membuang sampah sembarangan, hingga apabila hujan tiba sampah tersebut akan
berkumpul di RT 01. Hanya saja disamping itu semua, bagaimana caranya supaya
masyarakat mampu untuk memilah sampah tersebut, kemudian tidak
membuangnya sembarangan. Selain itu, harus ada Tindakan dari pihak birokrasi
setempat untuk menyelesaikan permasalahan sampah.
BAB IV

PROSES PRAKTIK LAPANGAN TERPADU

A. Sosialisasi Awal dan Rembug Warga (Soswal & Rw)


Sosialisasi awal merupakan tahapan yang paling utama dalam empat tahap
siklus Prakik Lapangan Terpadu SISDAMAS yang dilaksanakan oleh mahasiswa
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam semester enam. Pada tahap ini anggota
kelompok PLT Kampung Cirungki RW 04 Desa Hegarmanah Kecamatan
Cikancung Kabupaten Bandung melaksanakan pengenalan wilayah atau adaptasi
dilokasi yang menjadi tempat tinggal anggota kelompok 2 selama kurang lebih
satu bulan. Kegiatan ini dilakukan agar seluruh anggota kelompok 2 PLT
Kampung Cirungki ini mampu berbaur dan mengenal satu sama lain baik itu
dengan anggota kelompok 2 sendiri dan juga dengan warga yang tinggal disekitar
lokasi PLT. Pada hari pertama setelah seluruh anggota kelompok 2 sudah
terkumpul, kami melaksanakan kunjungan kepada pak Enang Rukmana selaku
ketua RW 04 Kampung Cirungki. Selain berkunjung untuk silaturahmi kepada
ketua RW, kami juga bersilaturahmi dengan seluruh ketua RT yang ada di
Kampung Cirungki, dan juga tokoh agama, kelompok tani dan yang lainnya
didampingi oleh pak Enang Rukmana.
Selain berkeliling wilayah Kampung Cirungki dan bersilaturahmi, pada tahap
sosialisasi awal ini kami juga melakukan beberapa perbincangan bersama tokoh
masyarakat dan warga sekitar. Perbincangan yang kami lakukan pun beragam,
dimulai dari membahas mengenai keadaan sosial, adat-istiadat, potensi yang ada
seperti potensi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Ekonomi dan Sumber Daya
Alam, hingga pada pembahasan mengenai kegiatan masyarakat Kampung
Cirungki sehari-hari pun kami bahas dalam kesempatan ini.
Dari perbincangan yang kami lakukan tersebut, kami mendapatkan beberapa
informasi yang menjadi gambaran secara umum mengenai wilayah Kampung
Cirungki ini. Seperti, jika dilihat dari Sumber Daya Manusia, Kampung Cirungki
ini sudah terbilang cukup baik, dikarenakan sudah tersedianya beberapa sekolah
yang dekat dengan wilayah ini. Dimulai dari Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas, yang membuat
anak-anak di Kampung Cirungki ini bisa mengakses pendidikan dengan cukup
mudah. Dengan kesempatan ini, maka Kampung Cirungki memiliki potensi yang
besar untuk menciptakan generasi-generasi muda yang maju. Karena sejatinya
pendidikan menjadi fondasi utama dalam menciptakan generasi-generasi yang
unggul.
Untuk mata pencaharian masyarakat Kampung Cirungki RW 04 Desa
Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung mayoritas yaitu sebagai
petani dan pengrajin. Namun, seiring dengan situasi pandemi saat ini yang
menjadikan adanya kekurangan omset dari pengrajin dan kebanyakan beralih
menjadi petani, meskipun ada juga beberapa warga yang bekerja sebagai buruh
pabrik dan sebagainya.
Dalam ilmu keagamaan pun masyarakat Kampung Cirungki bisa dikatakan
mampu memahami agama dengan alhamdulillah baik, karena di Kampung
Cirungki itu setiap RT nya terdiri dari satu bangunan Masjid maupun Mushola
yang rutin mengadakan pengajian untuk ibi-ibu, bapak-bapak hingga pengajian
untuk anak-anak. Kegiatan shalat Jumat yang selalu berjalan dan pengajian
rutunana tiap hari Jumat bagi bapak-bapak, kemudian di RT 02 terdapat pesantren
yang dijadikan sebagai tempat untuk mempelajari agama bagi warga setempat
maupun bagi para pendatang.
Dari adanya sosialiasi awal di Kampung Cirungki ini anggota dari kelompok
2 mampu mengkaji beberapa masalah serta potensi yang ada di masyarakat
dimulai dari aspek SDM, SDE, dan SDA yang bisa dikembangkan. Dari hasil
perbincangan antara permasalahan dan potensi inilah yang akan dikaji lebih dalam
lagi pada tahapan-tahapan selanjutnya dan nantinya akan dicarik jalan keluar atau
solusi dalam permasalahan tersebut yang di aktualisasikan melalui program-
program pemberdayaan yang akan dikembangkan demi terciptanya tujuan dan
kesejahteraan bersama, karena sebagai kepentingan Bersama, maka
pelaksanaannya pun tentunya harus dilaksanakan secara bersama-sama pula.
Di dalam siklus Praktik Lapangan Terpadu (PLT) tahapan Sosialisasi Awal
(Soswal) dan Rembug Warga merupakan proses awal pengejawantahan
pembangunan partisipatif, bersedia atau tidaknya masyarakat melaksanakan
pembangunan partisipatif ditentukan dari siklus pertama ini sebagai kunci penentu
dalam upaya pemecahan penanggulangan masalah sosial yang sedang dihadapi.
Sosialisasi awal yang dilakukan di Kampung Cirungki RW 04 Desa
Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung diawali dengan kegiatan
anggota kelompok 2 yang mengunjungi kediaman Bapak Enang Rukmana selaku
Ketua RW 04, setelah itu maka adanya perbincangan antara anggota kelompok 2
dan beliau yang membahas maksud dan tujuan Kelompok PLT 2 Kabupaten
Bandung berada di Kampung Cirungki, kemudian mahasiswa menjalaskan
bagaimana tahapan-tahapan siklus Praktik Lapangan Terpadu sebagaimana
penjelasan yang telah dijelaskan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Riset Aksi,
kemudian setelah Bapak RW paham akan maksud dan tujuan adanya kelompok 2
PLT Kabupaten Bandung yang akan dilaksanakan selama satu bulan kedepan,
kemudian bagaimana tahapan proses yang akan dilakukan pun dapat dipahami,
maka anggota kelompok 2 diajak untuk mengunjungi kediaman Ketua RT
01,02,03 dan 04 untuk menjelaskan persoalan yang sama seperti kepada Bapak
RW, dan setelah itu lalu membahas mengenai proses Rembug Warga ( RW).

Gambar 8 Sosialisasi awal di Rumah Ketua RT 01


Gambar 9 Sosialisai Awal kepada Ketua RW 04

Gambar 10 Sosialisai Awal kepada Ketua RT 03


Gambar 11 Sosialisai Awal ketua RT 02

Sebagaimana aturan yang telah ditetapkan, bahwa mahasiswa tidak boleh


mengundang masyarakat, melainkan masyarakat yang harus mengundang semua
elemen untuk menghadiri rembug warga. Sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, maka rembug warga dilaksanakan dengan menyesuaikan luangnya
waktu masyarakat di Kampung Cirungki Desa Hegarmanah Kecamatan
Cikancung Kabupaten Bandung, dan Alhamdulillah masyarakat mempunyai
waktu luang yaitu pada Jumat malam dimana pada malam tersebut juga adanya
kegiatan rutinan Yassinan yang dimana dapat menjadikan elemen seluruh
masyarakat berkumpul di Kp. Cirungki untuk berkumpul.
Di dalam rembug warga tersebut bapak RW menjelaskan kepada masyarakat
mengenai siklus yang telah dijelaskan sebelumnya oleh mahasiswa kepada beliau,
kemudian mahasiswa memperkenalkan diri mengenai maksud dan tujuan
kedatangan mahasiswa di Kampung Cirungi dan akan menetap kurang lebih
selama satu Bulan. Rembug warga ini dilaksanakan di masjid ba’da Isya setelah
kegiatan Yassinan dan Marhabaan pada hari Jumat malam Sabtu.
Kemudian karena PLT tahun 2021 berbeda dengan PLT tahun-tahun
sebelumnya, ditambah adanya pandemic COVID-19 yang menjadikan sistemnya
zonasi dengan mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat dan
penanggulangan masalah-masalah sosial yang diintervensi oleh pihak luar
(pemerintah), sehingga warga yang hadir tersebut diberi kesempatan untuk
mengambil keputusan mengenai diterima atau tidaknya PLT tahun ini yang
berbasis pemberdayaan masyarakat, yang berorientasi pada hasil yang
berkelanjutan (sustainability).
Oleh karena itulah jika masyarakat memutuskan untuk menrima kelompok 2
PLT berbasis SISDAMAS ini, secara otomatis masyarakat pun harus memiliki
komitmen untuk mau bersama-sama melaksanakan pemberdayaan masyarakat
dalam upaya penanggulangan permasalahan-permasalahan yang ada dan
dikembangkan pada tahapan-tahapan siklus selanjutnya.
Dalam hal ini, kesepakatan yang telah disepakati oleh warga Kp. Cirungki
harus berimplikasi kepada konsekuensi-konsekuensi yang harus dijalankan secara
bersama-sama, seperti mengikuti kegiatan kemudian selalu berpartisipasi dalam
setiap pertemuan untuk melaksanakan setiap proses tahapan siklus, adanya
kesediaan untuk bekerjasama dari berbagai elemen masyarakat, (seperti tokoh
masyarakat, tokoh Agama, tokoh Wanita, tokoh pemuda, aparat pemerintah
setempat, dan lain sebagainya), adanya motor penggerak yang mampu bekerja
dengan sukarela, menyediakan dana swadaya demi kelancaran Bersama, serta
yang paling penting yaitu mampu meluangkan waktu demi program ini, supaya
tidak adnaya hambatan yang berarti dalam proses PLT maupun upaya
pemberdayaan di Kp. Cirungki.
Bertepatan di Kampung Cirungki RW 04 Desa Hegarmanah Kecamatan
Cikancung Kabupaten Bandung, pada Malam Ba’da Isya tanggal 04 Juni 2021,
kelompok 2 PLT Kabupaten Bandung Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
mengadakan rembug waga sebagai tahapan sosialisasi awal untuk merencanakan
sebuah program yang nantinya akan dilaksanakan dalam waktu kurang lebih satu
bulan di Kampung Cirungki RW 04 Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung
Kabupaten Bandung.
Rembug warga ini dapat dilaksanakan oleh para anggota kelompok 2 PLT
dengan bekerja sama dan kontribusi bapak Ketua RW dan para Ketua RT yang
makin dilengkapi dengan hadirnya beberapa tokoh masyarakat yang ada dengan
tujuan agar para anggita kelompok 2 PLT berbasis SISDAMAS mengetahui
langsung mengenai hal-hal yang dibutuhkan dan hal-hal yang akan dikembangkan
di masyarakat. Tujuan tersebut menjadi acuan bagi para peserta PLT untuk dapat
merumuskan program yang akan dilakukan selama pemberdayan dengan
menggali potensi-potensi yang telah dimiliki oleh Kampung Cirungki RW 04
Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung.
Praktik Lapangan Terpadu (PLT) tahun 2021 ini hamper sama dengan PLT
tahun sebelumnya, dimana sekarang PLT mempunyai tujuan yang sama dari
tujuan PLT yang diadakan oleh kampus UIN Bandung di tahun sebelumnya.
Secara ringkas jadi mahasiswa hanya berperan sebagai fasilitator yang dapat
mengembangkan potensi-potensi yang ada di masyarakat. Program-program yang
akan dilaksanakan oleh para peserta PLT adalah program yang didasari dengan
prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”.
Untuk itu darimana informasi mengenai masyarakat pun didapat dari
masyarakat sendiri sebagai hasil yang didapat dari hasil rembug warga tersebut
menjadi PR bagi para anggota untuk melaksanakan programnya selama satu bulan
kedepan. Dan menjadi tantangan untuk dapat menjawab keinginan masyarakat
Kampung Cirungki RW 04 Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten
Bandung.
Dilihat dari antusiasme masyarakat Kampung Cirungki RW 04 Desa
Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung dalam menyambut
Kelompok PLT sangat besar dengan ditandai oleh banyak hadirnya tokoh
masyarakat yang diundang dalam kegiatan rembug warga yang dilakukan pada
Tanggal 04 Juni 2020 tersebut. Selain daripada kehadiran warga masyarakat
Kampung Cirungki RW 04 Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten
Bandung adanya keluhan dan harapan-harapan yang diutarakan selama kegiatan
sesi tanya jawab di akhir acara rembug warga juga menandakan bahwa harapan
masyarakat Kampung Cirungki kepada para peserta PLT yang ada di kampungnya
sangatlah besar. Dengan kata lain bahwa anggota PLT mempunyai kepercayaan
yang harus diembannya demi mewujudkan Kampung Cirungki yang unggul
dalam berbagai hal dalam waktu yang singkat, hanya dalam kurun waktu satu
bulan saja.
Dilihat dari beberapa point yang dibahas di dalam rembug warga, seperti
adanya permasalahan dalam lingkungan, kemudian kaum generasi muda yang
mengeluhkan adanya kekurangan fasilitas umum seperti sarana dan prasarana
untuk menunjang beberapa kegiatan mereka, dan permasalahan ekonomi yang
sedang dirasakan oleh hampir semua masyarakat di Kampung Cirungki yang
mengalami dampak signifikan akibat adanya pandemi COVID-19 yang semakin
hari semakin mewabah.

Gambar 12 Penandatanganan berita acara Ketika Rembug Warga


Gambar 12 Sesi Foto Bersama setelah acara Rembug Warga Selesai

B. Refleksi Sosial (Refso)


Tahapan kedua dari siklus Praktik Lapangan Terpadu (PLT), Jurusan
Pengembangan Masyarat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati yaitu tahapan Refleksi Sosial, dimana tahapan
refleksi sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh anggota
kelompok 2 PLT Kabupaten Bandung beserta masyarakat Kampung Cirungki 04,
Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung sebagai kegiatan
dalam upaya menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar
permasalahan sosial khususnya permasalahan-permasalahan sosial yang ada di
Kampung Cirungki.
Tahapan kedua, reflleksi sosial ini pun dilaksanakan Ba’da Isya pada malam
Jumat setelah kegiatan Yassinan dan Marhabaan diselenggarakan yaitu tepatnya
pada tanggal 04 Juni 2021. Kegiatan ini pun dihadiri oleh seluruh elemen
masyarakat yang tinggal atau penduduk asli Kampung Cirungki Desa
Hegarmanah, Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung.
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa kelompok 2 Praktik Lapangan Terpadu
(PLT) dan warga Kampung Cirungki dengan jumlah 45 orang . Kegiatan
sosialisasi awal dan rembug warga serta refleksi sosial ini di pandu oleh ketua RW
yang sebelumnya sudah diberikan pemahaman oleh mahasiswa praktik lapangan
dan berkoordinasi tentang maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa praktikan
serta penjelasan terhadap siklus Sisdamas PLT. Setelah masyarakat memahami
terhadap siklus Sisdamas maka dilajutkan dengan penggalian indikator-indikator
akar permasalahan sosial yang ada di masyarakat Kampung Cirungki . Pada
kegiatan Refleksi Sosial ( Refso ) ini anggota kelompok 2 PLT memberikan kertas
dan pulpen, lalu membagikannya kepada masyarakat untuk diisi dengan berbagai
macam permasalahan dan berbagai macam harapan, lalku kertas tulisan itu
ditempel pada sebuah karton besar, agar semua masyarakat yang hadir mampu
mengerti dengan inti pembahasan dari refleksi sosial.

Gambar 13 Hasil Refleksi Sosial Masyarakat Kampung Cirungki

Adapun hasil dari refleski sosial memunculkan pernyataan-pernyataan warga


yang berkaitan dengan harapan dan cita-cita mereka unutk keberlangsungan
perbaikan kampung Ciirungki Desa Hegarmanah Kecamatan Cikancung
Kabupaten Bandung. Jika dirumuskan dan disimpulkan secara sederhana ada
beberapa indikator permasalahan, seperti adanya permasalahan mengenai Tempat
Pembuangan Sampah di Kampung Cirungki yang awalnya tempat tersebut
merupakan tempat penampungan air, namun tidak berfungsi dan menjadi temoat
gundukan sampah. Kemudian adanya permasalahan dari aspek ekonomi yaitu
tentang adanya permasalahan dalam dampak wabah COVID-19 yang menjadikan
pemerosotan omzet dari para pengrajin, permasalahan gagal panen yang muncul
dari para petani, yang akhirnya menjadikan mereka semua mengalami kesulitan
perekonomian disaat pandemi seperti saat ini, dan menjadikan masyarakat untuk
memutar otak dengan cara alih profesi misalnya dengan menajadi buruh pabrik
dan sebagainya.
Dari hasil tersebut maka dihasilkan kesepakatan untuk mencapai hal tersebut
dan melibatkan seluruh komponen yang ada di masyarakat serta permintaan
partisipasi aktif dari mahasiswa praktikan.

C. Pemetaan Sosial (Pesos)


Pemetaan sosial merupakan bagian dari proses penggambaran masyarakat yang
sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai
masyarakat termasuk didalam nya profil dan masalah sosial yang ada pada
masyarakat tersebut.

Pemetaan sosial dilaksanakan beberapa hari yaitu pada tanggal 8-9 Juni 2021.
Pemetaan Sosial ini dilakukan siang-sore hari yang berlokasi di rumah setiap RT
(door to door), dimulai dari RT 01,02,03 dan 04 yang bertujuan untuk mendalami
informasi dan masalah sosial yang terjadi pada masyarakat Kampung Cirungki.
Proses Pemetaan Sosial dilanjutkan pada hari berikutnya tanggal 9 Juni 2021
bersama Karang Taruna yang berlokasi di Posyandu RW.04.

Gambar 14 Pemetaan Sosial Bersama Ketua RT 03


Gambar 15 Pemetaan Sosial Bersama Karang Taruna

Merujuk pada definisi diatas maka pemetaan sosial yang dibuat oleh warga
Cirungki terdiri atas:

1. Pemetaan Wilayah Kampung Cirungki RW 04

Gambar 16 Gambar Peta Kampung Cirungki

Pembuatan peta Kampung Cirungki ini dibuat oleh Ketua dan Anggota
Karang Taruna Kampung Cirungki sebagai Organisasi Masyarakat Kampung
Cirungki.
2. Tabel Masalah

No. Masalah

1. Perekonomian

2. Sanitasi Lingkungan

3. Kurangnya komunikasi di dalam Kelompok Tani

4. Kurangnya kesadaran warga

5. Kurangnya fasilitas olahraga

3. Tabel Kebutuhan

No. Kebutuhan

1. Bak Sampah

2. Fasilitas Olahraga

3. Wadah untuk menaungi pengrajin

4. Table Potensi

No. Potensi

1. Center souvenir

2. Jajanan khas (Simping)

D. Pengorganisasian Masyarakat (Orgamas)


Pengorganisasian masyarakat (Orgamas) dilakukan oleh mahasiswa praktikan
dengan Ketua RW dan tokoh masyarakat. Hasil dari orgamas tersebut bahwa
organisasi masyarakat yang terdapat di Kampung Cirungki RW 04 meliputi
Karang Taruna, Kelompok Tani, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Pengorganisasian masyarakat diadakan berdasarkan kebutuhan masyarakat dalam
menerapkan nilai-nilai luhur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama
dalam masyarakat.

Adapun Karang Taruna diketuai oleh Indri Sri Mutoharoh, kegiatannya


meliputi kerja bakti yang diadakan satu bulan sekali, mengadakan kegiatan untuk
memperingati hari besar nasional, seperti 17 Agustus. Kelompok Tani diketuai
oleh Pak Maman bisa dilihat di daerah ini banyak sekali jenis-jenis tanamannya,
diantaranya padi, ketimun, jagung, singkong dsb. Disamping itu kelompok tani di
kampung Cirungki mendapatkan bantuan berupa pupuk, benih, alat tani tetapi
petani-petani yang tidak mempunyai kartu anggota tani harus membayar full
semua kelengkapan Bertani.

E. Perencanaan Partisipatif
Perencanaan partisipatif dilakukan sebagai langkah dalam menentukan rencana
kegiatan prioritas berdasarkan hasil tindak lanjut dari pendekatan dan pendalaman
kepada warga RW 04 Kp. Cirungki, Desa Hegarmanah, Kec. Cikancung, Kab.
Bandung untuk mengembangkan program penanggulangan sosial baik jangka
pendek, menengah, maupun jangka panjang. Adapun program yang
dikembangkan yaitu berdasarkan hasil kajian masalah (kebutuhan dan analisa
potensi) dalam pemetaan sosial secara swadaya ialah Program Minggu Bersih dan
Olahraga (volly, dan futsal) yang rutin di laksanakan setiap satu minggu sekali.

Program tersebut di sepakati bersama dengan pihak karang taruna untuk


dilaksanakan dalam jangka pendek selama 3 bulan. Kemudian setelah program
berjalan, dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengkaji kembali apakah program
yang dikembangkan sudah terlaksana tepat tujuan dan sasaran serta bagaimana
hasilnya.
Gambar 17 Sesi Foto Bersama Setelah Pelaksanaan Cantif

Gambar 18 Pengisian Tabel Dorantif

F. Sinergi Program
Setelah perencanaan partisipatif selesai dan akhirnya menempatkan karang
taruna sebagai orgamas di wilayah tersebut dalam menjalankan berbagai program
yang telah di sepakati bersama. Langkah yang dilakukan selanjutnya ialah
membangun koordinasi dengan pihak RW setempat dan membicarakan program-
program yang telah dicanangkan bersama dengan pihak karang taruna. Hasil
koordinasi dengan pihak RW mengatakan bahwa persoalan yang begitu kompleks
ialah mengenai sampah, yang semakin hari permasalahan tersebut menimbulkan
keresahan terhadap masyarakat sekitar sehingga perlu di atasi segera. Dan
diharapkan pemerintah cepat tanggap untuk turun tangan mengatasi hal tersebut
sehingga dapat ditangani oleh berbagai Instansi terkait di wilayah Cirungki.

Dapat disimpulkan bahwa hasil koordinasi dan pendalaman informasi dari


pihak RW sangat mengharapkan bantuan nyata dari pemerintah setempat seperti
pengadaan alat sampah serta alokasi dana desa yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan Sampah yang begitu kompleks. Kemudian, hasil
dari obrolan tersebut di tindak lanjuti ke kantor kecamatan bersama pihak karang
taruna untuk menyampaikan aspirasi dari pihak RW serta berbagai permasalahan
yang menjadi keluh kesah masyarakat sekitar.

Dalam sinergi program ini karang taruna menggarap proposal sesuai arahan
dari pihak kecamatan yang menyatakan perlu ada dokumen tertulis untuk
menangani permasalahan tersebut. Dalam hal ini kelompok PLT dan pihak karang
taruna saling bahu membahu dalam menyelesaikan proposal serta membangun
koordinasi dengan berbagai stakeholder di wilayah RW 04 Kp. Cirungki Hingga
kemudian hasil akhir proposal tersebut akhirnya disepakati bersama serta di
tandatangani oleh pihak RW dan juga Desa setempat untuk kemudian hasilnya
diserahkan ke pihak Kecamatan Cikancung.
Gambar 19 Sinergi Program Dengan Kecamatan Cikancung

Gabar 20 Sinergi Program Dengan Kepala Desa Hegarmanah

G. Pelaksanaan Program
Pada tahap ini semua pihak terlibat dalam kegiatan pelaksanaan program sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing panitia. Relawan diarahkan oleh
pokja untuk mengisi pos-pos seksi yang sesuai dengan kemampuan masing-
masing. Nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam bentuk sikap gotong royong, jujur,
peduli, tanggungjawab dan sebagainya diimplemen-tasikan bersama pada tahap
ini. Kegiatan dimulai dengan sosialisasi baik secara lisan dan tulisan. Secara lisan
dapat dilakukan secara face to face atau melalui pengumuman pengeras suara
milik masyarakat seperti dari masjid atau mushola oleh tokoh masyarakat dan atas
persetujuan bersama. Secara tulisan dapat berbentuk surat, leaflet atau spanduk,
papan proyek dll.

Tahap berikutnya pelaksanaan program perlu diatur ritme keterlibatan


partisipan apabila waktu yang dibutuhkan lebih dari satu hari. Pojka dapat
membuat jadwal relawan yang akan turut mengikuti kegiatan. Selain itu setiap
sumbangan tambahan secara spontan dari warga dalam berbagai bentuk harus
tercatat pada pembukuan pokja untuk dikapitalisasi dan bahan laporan. Sebagai
manifestasi tridharma perguruan tinggi, peserta PLT seyogyanya terlibat sebagai
relawan dan bukan sebagai pelaku utama pada pelaksanaan program serta
berusaha mendokumentasikan perilaku masyarakat pada proses dan hasil
pelaksanaan program berlangsung. Dengan adanya pelaksanaan program ini harus
mengikuti siklus dari awal sampai akhir lalu kemudian masyarakat akan
menentukan sendiri program apa yang ingin dilandingkan, lalu mahasiswa hanya
sebagai fasilitator yang membantu mengarahkan, dan masyarakat yang mencari
solusinya. setiap tempat, daerah atau apapun itu pasti adanya masalah yang ingin
diselesaikan dan ingin tercapainya kehendak masyarakat dan hal itu pasti ingin
terlaksana, maka masyarakat pun harus sadar dan berkeinginan tinggi agar hal itu
dapat terlaksana. dari banyaknya keinginan masyarakat dalam memajukan
daerahnya, pasti tidak semua dapat terlaksana, tetapi hanya sebagian yang dapat
terlandingkan.

Adapun program-program yang terlaksana pada Praktek Lapangan Terpadu


(PLT) di Kp.Cirungki yaitu sebagai berikut:

a. Mengadakan open donasi untuk madrasah yang ada di Kp.Cirungki


b. Sosialisasi cuci tangan
c. Penyemprotan disinfektan kesetiap rumah warga dan tempat-tempat
tertentu
d. Pengajuan proposal
H. Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap pelaksanaan kegiatan Pengabdian
kepada Masyarakat diperlukan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi
kegiatan yang dilaksanakan. Monev dilaksanakan untuk menjamin bahwa
kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan usulan yang diajukan.

Kegiatan monitoring lebih berpunpun (terfokus) pada kegiatan yang sedang


dilaksanakan. Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan
informasi secara regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud
mengetahui apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan perencanaan
dan prosedur yang telah disepakati. Indikator monitoring mencakup esensi
aktivitas dan target yang ditetapkan pada perencanaan program. Apabila
monitoring dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan
pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan
program). Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang
berlangsung guna memastikan kesesuaian proses dan capaian sesuai rencana atau
tidak. Bila ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi
sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil
monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya. Sementara
Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir
dari kegiatan atau program. Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan
program yang sama diwaktu dan tempat lainnya. Monitoring dan evaluasi ini
dilakukan setelah beberapa proses siklus telah terlaksana dan dari hasil program
apakah sudah terealisasikan atau belum. Dalam kegiatan PLT yang sudah
berlangsung satu bulan, ada beberapa program yang telah di buat bertujuan untuk
meningkatkan kemajuan desa. Program-program yang sudah terealisasikan
diantaranya:

a. Penyaluran Donasi
Program penyaluran donasi ini disalurkan kepada beberapa madrasah
yang ada di Kp.Cirungki karena masih kurangnya kelengkapan media untuk
belajar seperti iqro, qur’an dan alat tulis lainnya. Maka dari itu diadakannya
donasi untuk membantu memudahkan anak-anak yang belajar mengaji di
madrasah tersebut. Dan menumbuhkan semangat bagi anak-anak yang
sekolah mengaji di madrasah tersebut.

Gambar 21 Penyerahan Donasi Iqra

b. Sosialisasi Cuci Tangan


Program ini dilakukan karena masih kurangnya perhatian terhadap
protokol kesehatan yang seharusnya diterapkan dimasa pandemi covid-19 ini.
maka dengan begitu program cuci tangan dan memakai masker ini kami
adakan supaya anak-anak dan warga Kp.Cirungki lebih mematuhi protokol
kesehatan untuk keselamatan bersama.

Gambar 22 Foto Bersama Sesudah pelaksanaan Sosialisasi Cuci Tangan


c. Penyemprotan Disinfektan
Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalisir terjangkitnya wabah virus
covid-19 di Kp.Cirungki.

Gambar 23 Penyemptotan di RT 01 dan RT 02

Gambar 24 Penyemprotan di RT 03 dan RT 04

d. Pengajuan Proposal
Pengajuan proposal ini dilakukan sampai kepada tingkat kecamatan
atas kerjasama karang taruna, dengan harapan terealisasinya program-
program yang telah dirancang diantaranya:
• Pengalih fungsian lahan yang tadinya dipakai sebagai tempat
pembuangan sampah menjadi mini garden
• Mengadakan petugas sampah
• Mengajukan bantuan dana kepada kecamatan terkait alat-alat dan
transportasi untuk pengangkutan sampah
• Menyediakan lahan untuk tempat pembuangan sampah sementara
• Membangun gerakan untuk membuat ekobrik
• Mengadakan penyuluhan sampah
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kampung Cirungki terletak di Desa Hegarmanah salah satu Desa yang
tergabung dalam Kecamatan Cikancung Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Kampung Cirungki desa Hegarmanah ini terdapat sekurang – kurangnya 4
Rt, yang dimana desa tersebut dominan dengan lahan kosong yang terdapat pohon
bambu dan juga persawahan yang cukup luas melihat cukup banyak warga
kampung tersebut yang bekerja sebagai petani pada saat pandemi ini. Mayoritas
masyarakat sebelum adanya pandemic covid-19 yaitu sebagai pengrajin bamboo,
hingga Kampung Cirungki dikenal dengan sentra pengrajin manik-manik
berbahan bamboo. Selain sebagai pengrajin bamboo, masyaraka di Kampung
Cirungki ini bekerja sebagai petani, buruh pabrik, usaha warung, dan sebagainya.

Terdapat potensi yang sudah jelas terlihat di Kampung Cirungki ini, yaitu
kerajinan bamboo. Hanya saja saat ini semua pengrajin gulung tikar akibat adanya
pandemic covid-19. Oleh karena itu, sangat sulit untuk membangkitkan
perekonomian masyarakat melihat kondisi yang sampai saat ini belum pulih.
Disamping itu, terdapat permasalahan yang ada di Kampung Cirungki, yaitu
adanya tumpukan sampah yang sudah menimbulkan pencemaran lingkungan.
Sampah tersebut tidak diangkut ataupun diolah. Maka dari itu, perlu adanya
gagasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Sehingga kami mahasiswa
PLT Kelompok 2 memfokuskan pada menyelesaikan permasalahan sampah.
Permasalahan ini akan berdampak pada Kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Sehingga, apabila tidak dilaksanakan akan menimbulkan masalah baru di
masyarakat.

Dengan adanya permasalahan tersebut, maka perlu adanya sinergi secara


Bersama-sama dari setiap elemen. Baik elemen masyarakat, maupun dari
pemangku kebijakan. Seperti RT, RW, Desa, hingga Kecamatan. Karena
kesadaran tersebut harus dibangun dari kemauan sendiri tanpa adanya paksaan
dari pihak luar. Kemudian yang akan merasakan dampak adalah masyarakat,
sehingga masyarakat akan semakin sehat dan sejahtera. Maka dari itu, Langkah
awal yang dilakukan adalah dengan membuat proposal untuk pengalihfungsian
lahan serta pengadaan alat sampah. Hal ini sebagai upaya untuk menunjang
kegiatan penyelesaian permasalahan sampah yang ada di Kampung Cirungki.
Jangan sampai Kampung Cirungki yang sudah terkenal sebagai sentar pengrajin
bamboo, menjadi tercemar namanya akibat permasalahan sampah.

B. Saran
Untuk menyelesaikan permasalahan sampah di Kampung Cirungki, maka perlu
adanya kesadaran dari setiap masyarakat agar mau mengolah sampah sebelum
pada akhirny aharus dibuang. Hal ini dikarenakan sampah dapat memberikan
pemasukan kepada kita apabila kita mmapu untuk mengolahnya. Kemudian
terkait dengan proposal pengalihfungsian lahan dan pengadaan sampah, hal
tersebut tidak akan terlaksana apabila dari elemen masyarakat dan birokrasi tidak
bekerjasama secara tulus. Selain itu, sebelum dilaksanakannya kegiatan, maka
perlu adanya wilayah sebagai Tempat Pembuangan Sementara (TPS), kemudian
dibentuk Kelompok Kerja (Pokja), serta Koordinator Kegiatan. Itulah sekiranya
pondasi awal yang harus dilaksanakan sebelum kegiatan pengalihfungsian lahan
tersebut.
Kemudian, untuk pihak Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam dan
jajarannya, dapat mempertimbangkan Kembali terkait teknis pelaksanaan
kegiatan PLT ini. Seharusnya, Kegiatan PLT ini dilaksanakan secara sustainable
(keberlanjutan). Artinya, Ketika suatu wilayah sudah digarap oleh suatu kelompok
di tahun ini, maka diharapkan dilanjutkan oleh adik tingkat di tahun sebelumnya.
Hal ini dimaksudkan agar permasalahan, kemudian pemetaan sosial, program
yang belum terlaksana agar dilaksanakan oleh peserta PLT di tahun selanjutnya.
Sehingga, kegiatan PLT ini bisa memberdayalan masyarakat dari nol sampai
berdaya. Jangan sampai kita seperti air di daun talas yang tidak meinggalkan jejak.
Minimal, jejak kita harus seperti jejak kucing apabila kakinya basah, yang
memang terlihat dengan jelas napak tilas perjuangannya.
LAMPIRAN

Sosialisasi Awal di Pengajian RT 03

Sosiallisasi Awal Tingkat RW


Sosialisai Awal Tingkat RT 02

Sosialisai Awal Tingkat RW 04


Sosialisasi Awl Tingkat RW 01

Penandatanganan Berita Acara Rembug Warga


Foto Bersama Setelah rembug Warga

Hasil Refleksi Sosial


Pemetaan Sosial Bersama Karang Taruna

Penggambaran Peta Wilayah Kampung Cirungki


Pemetaan Sosial Bersama Ketua RT dan Masyarakat

Penjelasan Tugas Pokok dan Fungsi Karang Taruna


Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif

Pengisian Tabel Dorantif


Kegiatan Mengajar Anak-anak

Kegiatan Marhabaan Rutinan


Kegiatan Penyemprotan Disinfektan

Kegiatan Sosialisais Pemilahan Sampah


Kegiatan Sosialisai PKH

Kegiatan Penyaluran Donasi Iqra


Penutupan PLT Zonasi Kelompok 2

Pemberian Cendramata Kepada Ketua RW 04


Sinergi Program Dengan Kecamatan Cikancung

Penendatangan Proposal Oleh Kepala Desa Hegarmanah


Sosialisai Cuci Tangan

Kegiatan Posyandu RW 04
PENYUSUN

Adam Riski Fauzi

Devi Nurfaidah

Fatya Ayu N’dari

Ijah Safitriningsih

Imas Siti Jubaedah

Istiti Rohmawati

Maxsi Ardiansyah

Melly Arofi

Muhammad Irsyad Hidayat

Nadhila Zafirotul Adny

Zamzam

Taufiq Nurul Hidayatulloh


PROFIL PENYUSUN

Nama: Adam Rizki Fauzi

TTL: Garut, 14 September 1998

Alamat: Komplek Griya Utama


Rancaekek Jl. Beringin Raya No.49
Rt 05 Rw 20. Desa Rancaekek
Wetan, Kecamatan Rancaekek,
Kabupaten Bandung. 40394.

Kesan: Kesan saya selama


melaksanakan praktik lapangan
terpadu selama satu bulan adalah
saya mendapatkan banyak ilmu yang
sebelum nya belum pernah saya
dapatkan, karena pada momen plt
seperti ini momen ketika saya mendapatkan pengalaman yakni terjun langsung ke
lapangan berbaur dengan masyarakat setempat. Sedikitnya saya jadi lebih tahu
berbagai kondisi yang ada di masyarakat itu seperti apa. Semoga dengan telah
dilaksanakannya plt ini menjadi awal yang baik untuk saya kedepannya dalam
bermasyarakat dengan modal berbagai ilmu yang saya dapatkan selama berjalannya
PLT.

Selain itu kesan yang saya dapatkan ketika plt adalah saya merasa senang dengan
teman-teman kelompok saya ini karena saya merasa nyaman untuk berbaur dalam
segala sesuatunya. Seperti sudah menjadi keluarga sendiri karena merasa satu
frekuensi. Semoga teman-teman kelompok 2 selalu diberikan kesehatan dan bisa
sukses suatu saat nanti.

Pesan : Pesan saya kali ini adalah untuk warga Kampung Cirungki, semoga warga
Kampung Cirungki bisa melewati dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan
di daerah tersebut dengan semangat gotong royong demi mewujudkan masyarakat
yang sejahtera.
Nama: Devi Nurfaidah

TTL: Bandung, 24 Februari 1999

Alamat: Jl. Cangkuang Kulon Rt 09 Rw 06,


ters. Cibaduyut kecamatan Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung

Kesan: Alhamdulillah, banyak sekali ilmu


yang di dapat selama melaksanakan PLT ini,
khususnya ilmu kehidupan. Melatih kesabaran,
memberikan makna dari kebersamaan dan
mengajarkan untuk menjadi manusia yang
bermanfaat untuk manusia lainnya. Senang
rasanya disatukan dan dipertemukan dengan
Insan-insan yang berakhlakul Karimah,
berwawasan luas dan memiliki semangat yang begitu membara selama
melaksanakan PLT ini. Dari melaksanakan PLT ini, perlahan saya mulai mehami
bagaimana caranya mengkolaborasikan antara teori yang di dapat selama
perkuliahan dengan aksi di lapangan. Selain itu juga, saya mulai memahami
bagaimana caranya berinteraksi yang baik dengan masyarakat.

Terimakasih teman-teman PLT Kelompok 2 yang sudah mengukir indahnya


kehidupan pada sebagian perjalanan hidup saya dan masyarakat Kampung Cirungki
yang menyambut kami dengan respon positif. Semoga dilain waktu kita dapat
berkumpul kembali.

Pesan: Gagal adalah masalah kecil, Namun putus asa adalah masalah yang besar.
Maka tetaplah berjuang untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia
lainnya, diiringi dengan rasa syukur yang selalu ditanam dalam jiwa agar keputus
asaan tidak pernah singgah dalam diri kita.
Nama : Fatya Ayu N'dari

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 27 Agustus


1999

Alamat : Komplek Cibiru Asri 1 Blok S No. 36


RT 05 RW 17 Desa Cibiru Wetan Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung

Pesan : Kalo kamu males-malesan, inget di luar


sana banyak orang-orang seumuran kamu, yang
lagi kerja keras biar masa depan mereka cerah.
Capek? Itu wajar, tapi nyerah bukan jalan
keluar... sebenernya gaada yang sulit, kalo kita
ga terlalu banyak ngeluh :)

Kesan : Dimulai ketika sudah berekspektasi


bakalan sekelompok sama temen dari kelas yang sama because daerah satu sama
lain sama sama ada di Kabupaten Bandung, tapi ternyataaa realita tidak seindah
ekpektasi tapii ternyata lagii ketika sudah ditakdirkan untuk menjadi salah satu
anggota kelompok 2 gilsss temen" yg bener" sefrekuensi. Kumpulan makhluk-
makhluk yg memiliki kedisiplinan terhadap jajan wkwkwk Because jajannya
ontime 3x sehari Pagi Siang dan Sore/ Malam yang always otw ke Cinangka demi
menjemput sesuatu yang sifatnya pergochengan HAHA, tapi kerensii kompak,
ketika ada kegiatan apalagi yang berkaitan dengan siklus semua kerja dan mau
bergerak meskipun kadang ada aja yg bikin bete karena berhadapan dan langsung
turun ke masyarakat itu beneran tidak mudah, dimana kita sebagai pendatang harus
mau sabar sabar dan sabarr teross nungguin masyarakat Cirungki yg super sibuk
yaa geng wkwk

Tapi gapapaa Thanks for all members PLT 2 Cirungki see u on top guys ✨
Nama : Ijah Safitriningsih
TTL :Bandung 04 April 1999

Alamat :Perum Bandung Indah Kostrad RT.01


RW.08 Kec.Rancaekek Desa.Cangkuang
Kabupaten.Bandung Jawa Barat

Kesan :Selama melaksanakan PLT di


Kp.Cirungki tentu sangat banyak sekali
pengetahuan dan pelajaran yang saya dapatkan
disana. Terutama dalam komunikasi dengan
masyarakat di Kp.Cirungki yang memang
masyarakat disana menggunakan bahasa sunda
yang sangat halus, sehingga menambah kosa
kata bahasa sunda dan memperlancar bahasa
sunda saya yang masih belum begitu fasih.
Sealin daripada itu juga masyarakat Kp.Cirungki ini sangat memotivasi dalam
beberapa aspek terutama dalam kesolidaritasan antar masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lainnya dan sangat menjaga kekokohan agama islam.

Pesan :Tidak mudah dalam bermasyarakat, maka dari itu berikan kesan yang baik
dan tetap jaga akhlak yang baik itu yang utama. Tidak ada guna ilmu setinggi
apapun bila tidak berakhlak dan beradab. Karena adab itu mendahului ilmu,
akhlak itu mengungguli kecerdasan _felix Siauw_
Nama: Imas Siti Jubaedah

TTL: Bandung, 18 April 2000

Alamat: Kp. Seke RT 03/ RW 06 Desa


Cikasungka Kecamatan Cikancung
Kabupaten Bandung, 40396

Kesan: This group taught many things


for me. Whether it’s making decision,
understanding each other, respecting,
being patient, encouraging each other,
lowering ego, and all many things that
very meaningful even though it’s only for
a month. Never expected this group has a
common frequency, works as a team, and
there is no “bored time” in this group. Thank’ s for everything. You are all my
biggest strength in undergoing this PLT.

Pesan: You have to know between rights and responsibility. You have know
between priorities and not priorities. When you believe you will succeed, then you
succeed, but when you doubt, it’s a sign that you have failed.
Nama : Istiti Rohmawati

TTL : Bandung,02 Sep 1999

Alamat: Komplek Gading


Tutuka 2 blok K7 no 19
,Soreang,Bandung

Pesan: jangan lupakan


saya,terimakasih atas kerjasama
dan kekompakan kel 2 semoga
terus solid dan sukses untuk kita
semua

Kesan: alhamdulillah selama


mengikuti kegiatan PLT 1 bulan
banyak seneng nya apalagi kalo
udah jajan yg serba goceng, Banyak hal yang telah terjadi dan bisa dijadikan
pelajaran serta pengalaman untuk masa depan.
Nama : Maxsi Ardiansyah

Ttgl : Bandung, 14 Juni 1997

Kesan: Pertama-tama saya mengucapkan


rasa syukur kepada Allah SWT yang telah
mengizinkan kami untuk melaksanakan
Praktik Lapangan Terpadu di Kampung
Cirungki. Merupakan sebuah pengalaman
yang sangat luar biasa dan sangat berharga
yang belum pernah saya dapatkan
sebelumnya dalam hidup saya ketika
mengikuti praktik ini. Semua ini tidak akan
berhasil jika tidak diiringi dengan orang-
orang yang selalu mensupport kami semua, kami mengucapkan terimakasih kepada
Dosen pengampu mata kuliah Riset Aksi, Bapak Rohmanur Aziz. Kemudian
ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Dedi selaku Dosen Pembimbing
Lapangan PLT kelompok 2. Kepada Bapak Enang Rukmana selaku ketua RW 04
beserta seluruh warga kampung Cirungki, kami ucapkan terimakasih banyak atas
kesempatan dan kehangatannya. Dan tak lupa kepada teman-teman kelompok 2
yang saya cintai dan saya banggakan, terimakasih atas segala hal yang telah kita
perjuangkan selama satu bulan. Tangis, bahagia dan perdebatan sudah biasa kita
hadapi pada masa itu. Banyak hal yang dapat kita pelajari dan kita jadikan sebagai
modal untuk masa depan yang lebih baik. Terimakasih telah menjadi partner terbaik
dalam melaksanakan praktik lapangan terpadu ini, you'll be missed guys.

Pesan : Semoga dari apa yang kita dapatkan selama satu bulan dalam praktik
lapangan terpadu ini, bisa kita jadikan sebagai langkah awal kita menjadi seorang
pemberdaya yang mampu menerjang segala sesuatu yang ada didepan kita,
sebagaimana yang disampaikan oleh pak Ronaz bahwa peselancar yang hebat tidak
pernah takut akan rendah atau tingginya gelombang air. Semangat dan sukses selalu
untuk kita semua.
Nama : Melly Arofi

Ttl : Sumedang, 07 Agustus 2000


Alamat : Ds. Karangheuleut RT.
01/02 No. 19 - Situraja - Sumedang
Pesan : Jaga selalu sholat, selalu
bersyukur, jaga kesehatan, imun dan
iman. Satu lagi jangan jajan mulu
wk nabunggg yuk, boong deng. Eh
bneran ih.

Kesan : Awalnya mikir gakan rame


pasti garing, ehhh ternyata semua
makhluk2 nya se-frekuensi
(gesrek ). Sampe kalo lagi galau
soal percintaan, mereka selalu dengerin, ngsupport, ngehibur. Setiap malem selalu
jajan ke daerah Cinangka karna emg di daerah ini makanan/jajanan serba goceng.
Ga deng ga setiap malem:( setiap saat jajannn trossss. Ga nyesel satu kelompok
sama mereka.
Nama: Muhammad Irsyad Hidayat

TTL: Ciamis, 25 Maret 2000

Kesan: Banyak pengalaman serta moment menarik yang tidak akan terlupakan
selama menjalani PLT. Berada di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai
problematika dan dinamika yang ada di lapangan, sangat memberikan pelajaran
secara nyata sebagai tolak ukur sejauh mana pembacaan realitas sosial kita.

Pesan: Tetap semangat dalam menebar kebaikan dan kebermanfataa


Nama : Nadhila Zafirotul Adny

Alamat : Perumahan Bumi Citra Indah


Blok c2 no 6 RT/RW 05/06 Desa
Pataruman Kecamatan Cihampelas
Kabupaten Bandung Barat Provinsi
Jawa Barat 40562

Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 06


Agustus 1998

Kesan : Alhamdulillah.. selama 1 bulan


lamanya mengikuti PLT di kampung
Cirungki ini banyak sekali ilmu baru
yang didapat pun hal-hal yang membuat saya terkesan tetntunya. Dari awal
kedatangan kami kesana pun disambut baik oleh masyarakat, walaupun kedatangan
kami kesana tidak didampingi oleh pihak kampus/ dosen pembimbing. Pun ketika
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan anak-anak, mereka yang setiap
harinya antusias menanti kedatangan kita membuat hati ini terenyuh melihatnya.
Dari PLT ini saya belajar bahwa praktik terjun ke lapangan langsung tidak semudah
yang dibayangkan. Dengan mengetahui berbagai macam masalah yang dialami oleh
masyarakat, membuat pribadi saya belajar hidup bermasyarakat dengan baik.
Bersyukur sekali bisa merasakan arti kekompakan, kebersamaan dan saling
membahagiakan satu sama lain☺.

Pesan : “Apa yang kau tanam, itu yang akan kau tuai” maka tanamlah hal-hal baik
disekitarmu, maka kelak kau akan mendapatkan hasil yang baik pula☺. Selalu
ingan dengan Firman Allah SWT “Faidzaa Ázamta Fatawakkal Ála Allah”, apabila
kau sudah berazzam, maka bertawakkal lah kepada Allah SWT. Sesungguhnya
Allah adalah Sang Maha diatas segalanya.
Nama : Zam Zam

TTL : Bandung 4 Maret 2000

Alamat : Komp. Griya Mitra Posindo


Blok D1 No 12 Rt 04 Rw 26 Desa Cinunuk
Kec. Cileunyi Kab Bandung Jawa Barat
40624

Kesan : selama saya melaksanakan


kegiatan praktek lapangan terpadu ini,
saya mendapatkan banyak sekali pelajaran
yang tidak saya dapatkan pada bangku
pendidikan terkhusus pada pelajaran
tentang kehidupan, bagaimana masyarakat
sebenarnya, bagai menjadi seseorang yang hidup dengan segala masalah dan
kebutuhan hidup. selama praktek lapangan terpaduu pun saya mendapatkan banyak
sekali teman, sikap serta bagaimana kita harus beradaptasi dengan lingkungan
sekitar kita, dan selama kegiatan PLT pun saya merasakan bagaimana rasanya
hidup mandiri,

selama PLT pun warga Desa Hegarmanah pun sangat baik, sopan dan selalu
memperhatikan kami semua selaku mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan
praktek lapangan terpadu ini, kenyamanan di posko tempat kami tinggal pun sangat
terasa dan membuat kami semua berat untuk meninggalkan posko tersebut.

Pesan : pesan saya untuk desa Hegarmanah ini semoga apa yang kita semua
harapkan dan cita citakan semoga tercapai dengan maksimal, beberapa program
masyarakat yang ingin di laksanakan tercapai juga, masyarakat semakin aktif dalam
memberdayakan lingkungan baik dari segi sosial dan juga alam serta menjadi kan
desa yang luar biasa dari segala bidang.
Nama: Taufiq Nurul Hidayatullah

Ttl: Bandung, 23 November 2001

Kesan: Sangat menyenangkan,


walaupun banyak rintangan dan
hambatan, tetapi itu semua sebuah
pelajaran untuk jenjang kependewasaan
PRINGGANDANI
"Merajut asa menuai makna menuju kampung
berdaya"
(Sebuah kisah tentang perjalanan di tengah
dinamika pemberdayaan masyarakat, yang selalu
terselip makna di setiap langkahnya)
“Pringgandini” merupakan salah satu jenis bambu
yang digunakan dalam pembuatan aksesoris oleh warga
Kampung Cirungki, yang membawa kawasan tersebut
dikenal sebagai kawasan pengrajin aksesoris bambu dan
telah diakui oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Namun
sayang, dengan adanya pandemi COVID-19 membuat
semua pengrajin menghentikan produksi karena mengalami
kerugian yang signifikan dan beralih menjadi petani,
pedagang, pegawai serabutan dan yang lainnya.

Setiap daerah pasti memiliki permasalahannya


masing-masing, begitupun dengan Kampung Cirungki yang
memiliki berbagai permasalahan dalam aspek Ekonomi,
Lingkungan dan juga Sosial. Maka dari itu Organisasi
Masyarakat Karang Taruna berinisiasi membuat program
untuk menyelesaikan salah satu permasalahan yang ada di
Kampung Cirungki ini yaitu permasalahan Lingkungan.
Dengan program “Cirungki Bersih”

Anda mungkin juga menyukai