Fajar Sidik
Universitas Negeri Yogyakarta
fajarsidik@uny.ac.id
Abstrak
Tulisan ini bertujuan menjelaskan problem kemiskinan dan kinerja pembangunan sektor
pendidikan di Kabupaten Ngawi. Penelitian ini difokuskan untuk mencermati kaitan antara kinerja
pemerintah daerah Kabupaten Ngawi, kesejahteraan penduduk dicermati dari dimensi pendidikan,
dan dampak pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil kinerja pembangunan sektor pendidikan tahun 2016-2018 belum mampu
optimal dalam mencapai target yang direncanakan dan menyebabkan rendahnya kualitas
kesejahteraan (pendidikan) yang diterima penduduk miskin. Kualitas kesejahteraan (pendidikan)
yang masih rendah telah berkontribusi terhadap persoalan pengangguran yang terjadi saat ini. Isu
strategis yang perlu segera direspon dan ditindaklanjuti, antara lain; (1) meningkatkan akses
pendidikan, (2) meningkatkan pemberantasan buta huruf, dan (3) menjalin kerjasama dengan
Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan.
Kata kunci: kemiskinan, pendidikan, akses pendidikan, kualitas pendidikan, dan kerjasama
Fajar Sidik
Universitas Negeri Yogyakarta
fajarsidik@uny.ac.id
Abstract
This paper aims to explain the problem of poverty and the performance of development in
the education sector in Ngawi Regency. This research is focused on examining the link between the
performance of the local government of Ngawi Regency, the welfare of the population being
examined from the educational dimension, and the impact of education. This research uses the
library method. The results showed that the results of the education sector development
performance in 2016-2018 were not able to be optimal in achieving the planned targets and
caused the low quality of welfare (education) received by the poor. The low quality of welfare
(education) has contributed to the current unemployment problem. Strategic issues that need to be
immediately responded and acted upon include; (1) increasing access to education, (2) increasing
illiteracy eradication, and (3) establishing cooperation with the Province of East Java to improve
the quality of vocational high school graduates.
sebaliknya. Kualitas sumber daya manusia setempat telah mencatat sebanyak 142.005
ini ditentukan oleh sejauhmana kualitas keluarga dengan total 431.174 jiwa masuk
pembangunan sektor pendidikan yang kategori miskin. Prosentase kemiskinan di
dijalankan oleh pemerintah daerah kepada wilayah Ngawi yang tercatat sebesar 45%
masyarakat (Hafidh, 2011). Dengan dari total populasi penduduk tersebar
kinerja pelayanan pendidikan berkualitas merata di 19 kecamatan yang ada (Jawa
yang diberikan kepada masyarakat oleh Pos, 2019).
pemerintah daerah, maka kualitas sumber Sementara, capaian IPM sektor
daya manusia akan mampu ditingkatkan pendidikan berkaitan dengan persoalan
untuk mendorong berbagai percepatan kemiskinan yang belum optimal ditangani
pembangunan-pertumbuhan Pemerintah Kabupaten Ngawi (Mirza,
perekonomian suatu daerah dan 2012; Novita Dewi dkk., 2017). Dalam
kesinambungannya (Nugroho, 2016). tiga tahun terakhir (tahun 2016-2018),
Badan Pusat Statistik melaporkan Kabupaten Ngawi mampu menurunan
jumlah penduduk miskin di Indonesia anga kemiskinan wilayah, yaitu 15,61
pada Maret 2019 berjumlah 25,14 juta pada tahun 2015 menjadi 14,83 pada
jiwa atau 9,41 persen. Angka ini lebih tahun 2018 (Badan Pusat Statistik
rendah 0,53 juta jiwa dibandingkan Kabupaten Ngawi, 2020). Namun, angka
dengan penduduk berpengeluaran per kemiskinan ini masih dalam kategori
kapita di bawah garis kemiskinan pada tinggi karena berada di atas rata-rata
September 2018. Dalam laporannya, BPS angka Nasional dan Provinsi (Suara
merinci peta sebaran kemiskinan di Indonesia, 2020). Lihat grafik 1. Kondisi
Indonesia dan menunjukkan tiga provinsi persoalan kemiskinan ini mempengaruhi
memiliki penduduk miskin terbanyak, capaian IPM yang diperoleh pemerintah
yaitu Jawa Timur dengan 4,11 juta jiwa Kabupaten Ngawi, seperti yang
penduduk miskin, Jawa Tengah dengan ditunjukkan pada grafik di atas. IPM
3,74 juta jiwa, dan Jawa Barat dengan 3,4 Kabupaten Ngawi dari tahun 2015-2019
juta jiwa (Kompas, 2019). Khususnya menunjukkan trend naik dari tahun ke
Kabupaten Ngawi, salah satu daerah di tahun, namun IPM yang diperoleh masih
Provinsi Jawa Timur yang berada pada di bawah rata-rata IPM Nasional dan IPM
posisi 10 besar sebagai daerah termiskin Provinsi. Situasi dan kondisi ini
(Radar Madiun, 2020). Dinas Sosial
miskin di Provinsi Jawa Timur, yakni pendidikan dapat digunakan terutama oleh
10,98%. Pada tahun 2016, jumlah pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi
penduduk di wilayah Kabupaten Ngawi tantangan ke depan dan sebagai bahan
sebesar 895.895 jiwa dengan jumlah evaluasi dalam rangka mencapai
penduduk miskin sebesar 126.660 jiwa. kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi
Pada tahun 2017, jumlah penduduk jenjang pendidikan ditamatkan oleh
mengalami peningkatan menjadi 908.268 penduduk suatu daerah secara tidak
jiwa dari tahun sebelumnya sebesar langsung dapat menunjukkan tingkat
895.895 jiwa, namun jumlah penduduk kemajuan daerah di Kabupaten Ngawi
miskin mengalami penurunan dari, yaitu (Indikator Kesejahteraan Rakyat
dari 126.660 jiwa menjadi 123.760 jiwa Kabupaten Ngawi 2017/2018). Berikut
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2018, perkembangan sektor pendidikan di
jumlah penduduk mengalami penurunan Kabupaten Ngawi dari tahun 2016-2018.
menjadi 908.016 jiwa disertai penurunan Pada tahun 2016, angka buta huruf
jumlah penduduk miskin menjadi 123.090 menunjukkan persentase penduduk 10
jiwa dari tahun sebelumnya. tahun ke atas yang tidak bisa membaca
Berdasarkan analisis data, dan menulis di Ngawi terdapat sekitar
pertumbuhan prosentase jumlah penduduk 11,8 persen, dari 11, 81 persen penduduk
miskin di wilayah Kabupaten Ngawi 15 tahun keatas yang masih buta huruf
menunjukkan terjadi penurunan dalam sebagian besar berjenis kelamin
tiga tahun terakhir, yaitu 15,27% (tahun permepuan yaitu sebesar 15,62 persen dan
2016) menjadi 14,91% (tahun 2017) dan 7,80 persen laki-laki (Statistik Daerah
turun lagi menjadi 14,83% (tahun 2018). Kabupaten Ngawi 2017). Bila dirinci
Dari 19 Kecamatan yang ada di berdasarkan gender/ jenis kelamin,
Kabupaten Ngawi, lima wilayah yang kemampuan baca antara perempuan
memiliki jumlah penduduk miskin jumlahnya menunjukkan dua kali lipat
(kantong) terbanyak pada tahun 2016, dibanding dengan laki-laki, yaitu 15,62
antara lain: Kecamatan Paron (29.977 persen dibanding 7,80 persen (Indikator
Jiwa), Kecamatan Ngawi (24.953 Jiwa), Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ngawi
Kecamatan Kedunggalar (74.523 Jiwa), 2016).
Widodaren (21.040 Jiwa), dan Karangjati Nilai APM untuk jenjang SD/MI
(49.313 Jiwa). mengalami kenaikan sebanyak 1,89 point
pada tahun 2016 dibandingkan tahun
2. Capaian (Kesejahteraan) Sektor 2015. Sedangkan untuk jenjang SMP/MTs
Pendidikan di Kabupaten Ngawi dan SMA/SMK, nilai APM mengalami
penurunan sekitar 6 point untuk SD/MI
Kemiskinan menunjukkan bahwa dan turun 6,03 point untuk SMP/MTs
penduduk miskin dalam kondisi yang serta turun 11,12 point untuk SMA/MA.
mencerminkan kegagalan seseorang Nilai APM dan APK yang menurun pada
mendapatkan akses dan kualitas jenjang pendidikan yang lebih tinggi
pendidikan (Sumargo & Simanjuntak, menunjukkan berkurangnya jumlah anak
2019: 161). Pembangunan untuk yang melanjutkan sekolah. Situasi dan
mencapai kesejahteraan masyarakat tidak kondisi berkurangnya jumlah anak yang
hanya dipandang dari aspek ekonomi saja, melanjutkan sekolah, antara lain faktor
tetapi juga dari aspek sosial lainnya, salah (ketersediaan biaya, minat), sulitnya akses
satunya adalah aspek pendidikan yang ke perguruan tinggi. Rata-rata lama
diperoleh. Indikator di sektor/bidang sekolah penduduk Kabupaten Ngawi
hanya mencapai 6,54 tahun (Statistik 15 tahun atau lebih sebanyak 88 orang
Daerah Kabupaten Ngawi 2017). Angka telah mampu membaca dan menulis
putus sekolah (APTS) merupakan sedangkan sisanya sekitar 12 orang belum
perbandingan antara anak-anak yang mampu membaca dan menulis atau salah
sudah tidak bersekolah lagi atau yang satu diantaranya, mengingat seseorang
tidak menamatkan suatu jenjang digolongkan melek huruf jika dapat
pendidikan tertentu terhadap jumlah anak membaca sekaligus dapat menulis
yang pernah/sedang sekolah menurut (Statistik Daerah Kabupaten Ngawi 2018).
kelompok usia. Adapun kelompok usia Angka buta huruf pada tahun 2017
yang dimaksud, yaitu kelompok umur 7- sebanyak 7,5 persen (laki-laki) dan 16, 05
12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. persen (perempuan) (Indikator
Pada tahun 2016, APTS untuk kelompok Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ngawi
umur 7-12 tahun menunjukkan 0 persen 2017/2018). Persentase penduduk 15
karena kontribusi dari adanya program tahun keatas yang buta huruf pada tahun
dana BOS. APTS untuk kelompok umur 2017 mengalami penurunan 0,65 persen
13-15 tahun menunjukkan 1,25 persen. dari prosentase 2015 (Statistik
APTS kelompok umur 16-18 Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ngawi
menunjukkan sangat tinggi, yaitu 32,94 2016).
persen (Indikator Kesejahteraan Rakyat Pada tahun 2017, angka buta huruf
Kabupaten Ngawi 2016). Kabupaten Ngawi pada tahun 2017
Pada tahun 2017, rata-rata lama mencapai 11,93 bila angka melek melek
sekolah penduduk Kabupaten Ngawi huruf menunjukkan 88.07 persen. Tahun
hanya 6,66 tahun (Statistik Daerah 2017, angka putus sekolah (APTS)
Kabupaten Ngawi 2018). Berdasarkan Program sekolah gratis yang dibiayai dari
angka partisipasi dan angka partisipasi dana BOS (biaya operasional sekolah)
sekolah (APS) di kabupaten Ngawi ternyata mampu menekan angka putus
menunjukkan kelompok umur pertama sekolah pada kelompok usia 7-12 tahun
yakni 7-12 tahun atau setara dengan usia atau bersesuaian dengan jenjang SD
SD di Kabupaten Ngawi adalah sebanyak menunjukkan bahwa Angka Putus
99,61 persen, untuk usia 13-15 tahun Sekolah (APTS) untuk kelompok usia
sebesar 99,72 persen sedangkan untuk tersebut adalah 0 persen baik untuk laki-
kelompok usia 16-18 tahun persentase laki maupun perempuan. APTS untuk
penduduk yang bersekolah adalah 80,35 kelompok usia 13-15 tahun adalah 0,28
persen, sementara 19,65 persen sisanya persen, artinya sebanyak 0,28 persen
tidak bersekolah lagi. Kondisi ini penduduk Kabupaten Ngawi berusia 13-
menunjukkan minat maupun kemampuan 15 tahun yang pernah sekolah sudah tidak
penduduk Kabupaten Ngawi untuk bersekolah lagi pada pada tahun 2017.
melanjutkan hingga ke jenjang menengah Tidak bersekolah lagi karena telah lulus
atas masih perlu ditingkatkan. Selain APS, dari suatu jenjang dan tidak melanjutkan
indikator lain yang sering digunakan ke jenjang yang lebih tinggi
adalah APK (Angka Partisipasi Kasar) diperhitungkan sebagai putus sekolah.
dan APM (Angka Partisipasi Murni) Sedangkan APTS untuk kelompok umur
(Statistik Daerah Kabupaten Ngawi 2018). 16-18 tahun sebesar 19,65 persen, hal ini
Angka melek huruf Kabupaten berarti menurun bila dibandingkan Tahun
Ngawi pada tahun 2017 adalah 88,07 2016 yang mencapai 32 persen. APTS
persen yang artinya dari setiap 100 orang untuk kelompok umur 19-24 tahun masih
penduduk Kabupaten Ngawi yang berusia sangat tinggi yakni 82,59 persen
berdampak terhadap kualitas tenaga kerja Ngawi dikatakan masih rendah jika dilihat
yang dihasilkan. Berdasarkan tingkat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
pendidikan tertinggi yang ditamatkan, Hanya sekitar 4,21 persen penduduk usia
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Ke 15 tahun ke atas yang menamatkan
Atas yang Termasuk Angkatan Kerja pendidikan hingga ke jenjang perguruan
Menurut Pendidikan Tertinggi yang tinggi, sebanyak 29,05 persen penduduk
Ditamatkan di Kabupaten Ngawi tahun usia 15 tahun ke atas menamatkan
2018. Jumlah tenaga kerja menunjukkan pendidikan setingkat SD, dan terdapat
didominasi tamatan Sekolah Dasar 24,32 persen yang belum/tidak sekolah
(265287 orang), Sekolah Menengah atau belum menamatkan SD (Statistik
Pertama (98601 orang), Sekolah Daerah Kabupaten Ngawi 2018).
https://radarmadiun.jawapos.com/45
Alfianto, D. B. M., Istiyani, N., & -persen-warga-ngawi-kategori-
Priyono, T. H. (2019). Faktor-Faktor miskin-pengentasan-butuh-peran-
Yang Mempengaruhi Tingkat lintas-sektoral/
Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur. Kompas. (2019). Maret 2019, Penduduk
e-Journal Ekonomi Bisnis dan Miskin Indonesia Turun Jadi 25,14
Akuntansi, 6(1), 85–90. Juta Orang.
Ardianto, T. (2016). Analisis Faktor- https://money.kompas.com/read/201
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat 9/07/15/135853726/maret-2019-
Kemiskinan Kabupaten/Kota di penduduk-miskin-indonesia-turun-
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009- jadi-2514-juta-orang
2013. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Lugastoro, D. P., & Ananda, C. F. (2013).
FEB, 4(2). Analisis Pengaruh PAD dan Dana
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi. Perimbangan Terhadap Indeks
(2020). Kabupaten Ngawi Dalam Pembangunan Manusia
Angka 2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Kabupaten Ngawi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
https://ngawikab.bps.go.id/publicati Ekonomi dan Bisnis, 1(2).
on/2019/08/16/e0479d509718f6fb0c Majalah Spektroem. (2020). Bapelitbang
6a51ce/kabupaten-ngawi-dalam- Forum Koordinasi Integritas,
angka-2019.html Sinkronisasi dan Sinergitas.
BPS. (2020). Indeks Pembangunan http://spektroem.com/bapelitbang-
Manusia. forum-koordinasi-integritas-
https://www.bps.go.id/subject/26/in sinkronisasi-dan-sinergitas/
deks-pembangunan-manusia.html Maulana, R., & Bowo, P. A. (2013).
Fajriyah, N., & Rahayu, S. P. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pemodelan Faktor-Faktor yang Pendidikan dan Teknologi terhadap
Mempengaruhi Kemiskinan IPM Provinsi di Indonesia 2007-
Kabupaten/Kota di Jawa Timur 2011. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan
Menggunakan Regresi Data Panel. Kebijakan, 6(2).
Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(1), Mirza, D. S. (2012). Pengaruh
D45–D50. Kemiskinan, Pertumbuhan
Hafidh, A. A. (2011). Analisis Hubungan Ekonomi, Dan Belanja Modal
Pengeluaran Pendidikan dan Terhadap Indeks Pembangunan
Pertumbuhan Ekonomi dengan Manusia Di Jawa Tengah Tahun
Menggunakan Pendekatan 2006-2009. Economics
Kausalitas Granger. Jurnal Ekonomi Development Analysis Journal, 1(2),
& Pendidikan, 8(2). Article 2.
https://doi.org/10.21831/jep.v8i2.79 https://doi.org/10.15294/edaj.v1i2.4
1 74
Huberman, M., & Miles, M. B. (2002). Novita Dewi, Yusbar Yusuf, & Rita Yani
The qualitative researcher’s Iyan. (2017). Pengaruh Kemiskinan
companion. Sage. dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Jawa Pos. (2019). 45 Persen Warga Indeks Pembangunan Manusia di
Ngawi Kategori Miskin, Provinsi Riau. Jurnal Online
Pengentasan Butuh Peran Lintas Mahasiswa Fakultas Ekonomi
Sektoral. Universitas Riau, 4(1), 870–882.