Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN PERNAFASAN “PNEUMONIA”

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Keperawatan Kritis” yang diampu
oleh Dosen Ns. Zuheri Ilyas, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 1
1. Muhd Al-Fin (18010551)
2. Wahyuni (18010542)
3. Oktaviana (18010550)
4. Fazia Saraswati ( 18010544 )
5. Mauliza ( 18010552)
6. Darmayanti (18010579)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.

Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi selama proses pembuatan
makalah ini. Namun berkat kerja keras dan bimbingan dari dosen pembimbing,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PERNAFASAN “PNEUMONIA”.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan para pembaca.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, dorongan dan do’a untuk menyelesaikan makalah ini. Seperti kata
pepatah “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, begitu pula dalam penyusunan
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari teman-teman,dosen serta para pembaca sekalian demi kepentingan
makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, Wassalamu’alaikum wr.wb.

Lhokseumawe, 05 November 2021

Kelompok 1
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................2
A. Pengertian......................................................................................................2
B. Etiologi..........................................................................................................2
C. Patofisiologi..................................................................................................2
D. Klasifikasi.....................................................................................................3
E. Komplikasi....................................................................................................3
F. Tanda dan Gejala...........................................................................................4
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................4
H. Penatalaksanaan............................................................................................5
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.................................6
A. Pengkajian.....................................................................................................6
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................9
C. Rencana Keperawatan...................................................................................9
D. Implementasi...............................................................................................16
E. Evaluasi.......................................................................................................16
BAB IV PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah
penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Berdasarkan data
WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena
angka kematian nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-negara
berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika, Kanda dan
negaranegara Eropa lainnya.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di
bawah usia 5 tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia
naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di
Indonesia pada tahun 2018.
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Banyak kasus yang
berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia pada balita, baik
dari aspek individu anak, orang tua, maupun lingkungan. Kondisi fisik rumah
yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai penyakit yang
salah satunya pneumonia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Apa etiologi dari pneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit pneumonia?
4. Bagaimana klasifikasi dari pneumonia?
5. Apa komplikasi dari pneumonia?
6. Apa tanda dan gejala dari penumonia?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk pneumonia?
8. Apa penatalaksanaan pada penyakit pneumonia?

C. TUJUAN PENULISAN
Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang penyakit pneumonia dan
melakukan simulasi asuhan keperawatan kritis pada pasien dengan penyakit
pneumonia.

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsolidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013).
Pneumonia adalah suatu radang yang disebabkan oleh bermacam-mcam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada
masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi.

B. ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :
- Bakteri : Pneumococcus, Streptococcus, Staphilococcus
- Virus : Virus influenza, Adenovirus
- Micoplasma pneumonia : pada anak yang relatif besar
- Jamur : Candida albicans
- Benda asing

C. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan
juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan
pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif
yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi
imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan
anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel
infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis
dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran

2
napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran
napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada
keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella,
campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi
akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis.

D. KLASIFIKASI
Macam pneumonia antara lain:
a. Pneumonia Lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila kedua
lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Pneumonia interstisial dapat terjadi di dalam dinding alveolar dan jaringan
peribronkhial serta interlobaris.
c. Bronkhopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus.

E. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi
komplikasi sebagai berikut :

3
a. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura.
c. Emfisema.
d. Meningitis.
e. Abses otak.
f. Endokarditis.
g. Osteomielitis.

F. TANDA DAN GEJALA

• Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik

secara mendadak (38– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).

• Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.


• Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,
• Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung
kadang-kadang terdapat nasal discharge (ingus).

• Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.


• Frekuensi napas :
 Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.
 Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.
 Umur < 2 bulan 60 x/mnt.

• Nadi cepat dan bersambung.


• Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
• Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
• Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.
• Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.
• Malaise, gelisah, cepat lelah.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,
bronchial); dapat juga menyatakan abses).

4
b. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.

d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas


berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
- Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
- Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
- Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
- Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.
- Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
- Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

5
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.

2. Fokus Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah
dan penyakit yang menyertai.

b. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.

c. Faktor perkembangan : umum, tingkat perkembangan, kebiasaan


sehari-hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang
dilakukan.

d. Pengetahuan pasien/ keluarga: pengalaman terkena penyakit


pernafasan, pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan
yang dilakukan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor,
koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit
6

c. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi
2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3) Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus.

d. Berat badan dan tinggi badan


Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.

e. Integumen
Kulit
1) Warna : pucat sampai sianosis
2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3) Turgor : menurun ketika dehidrasi

f. Kepala dan mata


Kepala
1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang
nyata
3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut,
perubahan warna.
Mata : Konjungtiva nisa anemis

g. Sistem Pulmonal

7
1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai
produktif dan nyeri dada.
2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin
membesar.
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit.
4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.

h. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala.
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun.

i. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.

j. Sistem Genitourinaria
Subyektif : mual, kadang muntah.
Obyektif : konsistensi feses normal/diare.

k. Sistem Digestif
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal.

b. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah.
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan.

4. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
- Hb : menurun/normal

8
- Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan
kapiler alveolus.
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan,
penumpukan secret.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama ..x 24 jam diharapkan
bersihan jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada
penumpukan secret.

Kriteria evaluasi :

Intervensi :
1) Monitor frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak
simetris terjadi karena peningkatan tekanan dalam paru dan
penyempitan bronkus. Semakin sempit dan tinggi tekanan
semakin meningkat frekuensi pernapasan.

9
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran
udara.

Rasional : suara mengi mengindikasikan terdapatnya penyempitan


bronkus oleh sputum. Penurunan aliran udara terjadi pada area
konsolidasi dengan cairan. Krekels terjadi pada area paru yang
banyak cairan eksudatnya.

3) Bantu pasien latihan nafas dan batuk secara efektif.


Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paruparu atau jalan napas lebih kecil. Batuk secara efektif
mempermudah pengeluaran dahak dan mengurangi tingkat
kelelahan akibat batuk.

4) Suction sesuai indikasi.


Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah
obstruksi jalan napas.

5) Lakukan fisioterapi dada.


Rasional : merangsang gerakan mekanik lewat vibrasi dinding
dada supaya sputum mudah bergerak keluar.

6) Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari (kecuali kontraindikasi).


Tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi
tingkat kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

7) Kolaborasi pemberian obat bronkodilator dan mukolitik melalui


inhalasi (nebulizer).
Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret
dengan cepat.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan tekanan


kapiler alveolus.
Tujuan : setelah diberikan askep selama...x24 jam diharapkan

10
Kriteria evaluasi :
Intervensi :
1) Observasi frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas.
Rasional : Distres pernapasan yang dibuktikan dengan dispnea
dan takipnea sebagai indikasi penurunan kemampuan
menyediakan oksigen bagi jaringan.

2) Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada kulit, kuku,


dan jaringan sentral.
Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokonstriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga, membran mukosa dan kulit
sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia
sistemik.

3) Kaji status mental dan penurunan kesadaran.


Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
sebagai petunjuk hipoksemia atau penurunan oksigenasi serebral.

4) Awasi frekuensi jantung atau irama


Rasional : Takikardia biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respons terhadap hipoksemia

5) Awasi suhu tubuh.


Rasional : Demam tinggi saat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigensi
seluler.

6) Kolaborasi pemberian terapi oksigen dengan benar, misalnya


dengan masker, masker venturi, nasal prong.
Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO 2 di
atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg). Oksigen diberikan
dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam
toleransi pasien.

11
3. Nyeri dada berhubungan dengan kerusakan parenkim paru. Tujuan :
setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang.

Kriteria evaluasi :

Intervensi :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk,
selidiki perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri.
Rasional : nyeri pneumonia mempunyai karakter nyeri dalam dan
meningkat saat inspirasi dan biasanya menetap. Nyeri dapat
dirasakan pada bagian apeks atau tengah dada, kalau pada dada
bagian bawah nyeri kemungkinan timbul komplikasi perikarditis.

2) Pantau tanda vital.


Rasional : nyeri akan meningkatkan mediator kimia serabut
persarafan yang dapat merangsang vasokonstriksi pembuluh
darah sistemik, meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan (meningkatkan RR).

3) Berikan tindakan distraksi, misalnya mendengarkan musik anak,


menonton film tentang anak-anak.
Rasional : mengurangi fokus terhadap nyeri dada sehingga dapat
mengurangi ketegangan karena nyeri.

4) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijatan


punggung,
perubahan posisi, musik tenang, relaksasi, atau latihan napas.
Rasional : tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan
lembut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan
mempertahankan efek terapi analgesik.

4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan
proses infeksi.

12
Tujuan : Setelah diberikan askep ....x24 jam diharapkan kebutuhan

nutrisi terpenuhi Kriteria evaluasi :

Intervensi :
1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah,
misalnya sputum banyak, pengobatan aerosol, dispnea berat,
nyeri.
Rasional : sputum akan merangsang nervus vagus sehingga
berakibat mual, dispnea dapat merangsang pusat pengaturan
makan di medula oblongata.

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering


mungkin. Berikan atau bantu kebersihan mulut setelah muntah.
Setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum
makan.
Rasional : menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.

3) Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum


makan.
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini.

4) Auskultasi bunyi usus. Observasi atau palpasi distensi abdomen.


Rasional : bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses
infeksi berat atau memanjang. Distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toksin bakteri
pada saluran GI.

5) Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering


(roti panggang, krekers) dan atau makanan yang menarik untuk
pasien.

Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun


nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.

13
6) Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan dasar.
Rasional : adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau
alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respons terhadap terapi.

5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan :

Kriteria evaluasi :

Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam.
Rasional : untuk mengetahui tingkat perkembangan pasien.

2) Pantau warna kulit dan suhu.


Rasional : sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respons
tubuh terhadap demam.

3) Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan.


Rasional : peningkatan suhu tubuh meningkatkan peningkatan
IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang keluar dan harus
diimbangi pemasukan cairan.

4) Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan, misalnya


kompres hangat.
Rasional : demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan menggangu oksigenasi
seluler.

5) Kolaborasi pemberian antipiretik yang diresepkan sesuai


kebutuhan.

Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh.

14
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : setelah diberikan askep...x24 jam diharapkan

Kriteria evaluasi :

Intervensi :
1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan
dispnea, peningkatan kelemahan atau kelelahan
Rasional : menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase


akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan
pengalih yang tepat.
Rasional : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan


perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas dilanjutkan dengan respons
individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau


tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di
kursi atau menunduk ke depan meja atau bantal.

5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan


kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu

15
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuani dengan rencana/intervensi
keperawatan dari perawat terhadap pasien.

E. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan
dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk ke dalam area
alveoli. Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. pneumonia diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu pneumonia lobaris, pneumonia interstitial, dan
bronkopneumonia. Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian
dunia dan menjadi salah satu penyebab utama kematian di antara semua
kelompok usia. Untuk tanda dan gejala biasanya didahului infeksi saluran
pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38-40oC) dapat
disertai kejang karena demam tinggi,dll.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI%20%28%20ASKEP%20PNEU
MONIA%20PADA%20An.%20R.%20F%29%202019.pdf

https://tuxdoc.com/downloadFile/askep-kritis-pneumoniadocx-4_pdf

18

Anda mungkin juga menyukai