Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEJAHATAN YANG MELIBATKAN ANAK


disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen Pengampu : Dr. Indra Yuda Koswara, SH.,MH.

Disusun Oleh :
1. Anna Nur Zamzam (2110631010065)
2. Kezia Maria Masniari (2110631010106)
3. Gusti Ginanjar Pamungkas (2110631010097)
4. Gusti Salma Azzumar Suryawinata (2110631010098)
5. Tegar Anugerah Pribadi (2110631010052)

KELAS F
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kejahatan
Yang Melibatkan Anak” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Dr.Indra Yuda Koswara, SH.,MH. pada mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tindak kejahatan yang
dilakukan anak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapa Dr.Indra Yuda Koswara, SH.,MH.
selaku dosen Pengantar Ilmu Hukum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Bekasi, 16 Oktober 2021

Kelompok G/7 PIH KELAS 1F


Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................
BAB I Pendahuluan......................................................................................................
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
2.1. Tinjauan Umum Kenakalan Anak.......................................................................
2.2. Tinjauan Umum Pelanggaran Lalu Lintas..........................................................
2.3. Pertanggungjawaban Pidana Anak di Bawah Umur yang Mengakibatkan
Hilangnya Nyawa Orang Lain dalam Kecelakaan Lalu Lintas................................
2.4. Kronologi dari Contoh Kasus dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor:
685/PID.A/2014/PN.BDG..............................................................................................
2.5. Kejadian yang Melatar Belakangi Kasus Tersebut..............................................
2.6. Dasar Hukum yang Melatar Belakangi Kasus Tersebut.......................................
2.7. Putusan Pengadilan dalam Kasus Tersebut..........................................................
2.8. Cara Mencegah Agar Kasus Tersebut Tidak Dapat Diulangi Terjadi Lagi..........
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan Undang-undang Nomor 35
Tahun 2014, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sementara, menurut Konvensi PBB mengenai Hak Anak, anak adalah
semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan suatu
negara menggunakan angka umur lain sebagai batasan untuk mengkategorikan tentang usia
anak. Anak merupakan potensi dan penerus mimpi bangsa, senhingga anak-anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh kembang, berpartisipasi dan berhak akan perlindungan dari
diskriminasi dan juga memiliki hak-hak sipil dan kebebasan.
Di Indonesia masalah kenakalan anak cukup meresahkan bagi masyarakat. Kenakalan anak
selalu berkaitan dengan kriminalitas anak atau kejahatan yang dilakukan anak. Banyak faktor
pendorong seorang untuk melakukan tindakan kriminalitas atau kejahatan, bukan hanya
karena faktor tunggal melain juga faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang
mempengaruhi anak melakukan tindakan kriminalitas atau kejahatan adalah kepribadian,
konsep diri, prnyesuaian sosial, dan perkembangan serta kemampuan penyelesaian masalah
yang rendah. Sedangan faktor eksternal yang mempengaruhi anak melakukan tindakan
kriminalitas atau kejahatan adalah lingkungan keluarga dalam menerapkan pola asuh,
lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya yang buruk dapat berpengaruh terhadap
anak.
Kenakalan anak ini dapat kita lihat di kehidupan sehari-hari, contohnya seperti
pelanggaran lalu lintas. Anak yang masih berumur dibawah 17 tahun kebanyakan
menggunakan kendaraan pribadi dalam segala kegiatannya dan tentu mereka tidak memegang
surat izin mengemudi (SIM). Sesungguhnya, menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, usia minimal pemohon surat izin mengemudi
(SIM) adalah 16 tahun untuk SIM C dan 17 tahun untuk SIM A. Dengan kata lain,
membeiarkan anak dibawah umur untuk mengemudi berarti sama saja dengan
menjerumuskan mereka ke jerat hukum.
Batasn ini dilakukan tidak serta merta untuk melarang saja, tetapi ada penjelasannya.
Menurut Elizabeth owell, neuropsikolog asal University of California, melalui jurnalnya
“Nature Neuroscience” ia mengatakan bahwa otak remaja itu belum berkembang dengan
sempurna. Maka dari itu banyak remaja yang mengendarai kendaraan roda dua atau empat
kurang bijak dalam berkendara di jalan, bahkan bisa mengakibatkan kecelakaan yang
berakibat adanya korban luka-luka maupun jiwa.
Contoh kasus yang akan kami berikan dan sesuai dengan putusan mahkamah agung
Nomor : 685/PID.A/2014/PN.BDG yang berisikan pelanggaran lalu lintas yang
mengakibatkan adanya korban jiwa yang dilakukan anak dibawah umur, serta menggunakan
pidana khusus anak.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum dari kenakalan anak?
2. Bagaimana tinjauan umum dari pelanggaran lalu lintas?
3. Bagaimana pertanggung jawaban pidana anak dibawah umur yang mengakibatkan
hilangnya nyawa orang lian dalam kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana kronologi dari contoh kasus dengan putusan Mahkamah Agung
Nomor : 685/PID.A/2014/PN.BDG?
5. Apa yang melatarbelakangi kasus tersebut?
6. Apa dasar hukum yang melatarbelakangi kasus tersebut?
7. Apa putusan pengadilan dalam kasus tersebut?
8. Bagaimana cara mencegah kasus tersebut agar tidak terjadi kembali?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tinjauan umum dari kenakalan anak.
2. Mengetahui tinjauan umum dari pelanggaran lalu lintas.
3. Mengetahui pertanggung jawaban pidana anak dibawah umur yang
mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dalam kecelakaan lalu lintas.
4. Mengetahui kronologi dari kasus yang dianalisis.
5. Mengetahui latar belakang dari kasus yang dianalisis.
6. Mengetahui dasar hukum dari kasus yang dianalisis.
7. Mengetahui putusan pengadilan dalam menangani kasus tersebut.
8. Mengetahui cara pencegahan agar kasus yang kami analisis tidak terjadi kembali.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tinjauan Umum Kenakalan Anak


Kenakalan anak/remaja disebut dengan istilah Juvenile berasal dari baha Latin
Juvenilis, yang artinya anak-anak, intinya merupakan hasil dari kondisi masyarakatnya
dengan segala pergolakan sosial yang ada didalamnya.
Di Indonesia kasus kenalakalan anak cukup mengkhawatirkan. Saat ini anak-anak
atau remaja sering sekali melakukan perbuatan yang menjurus pada perbuatan melawan
hukum, seperti pencurian, perkelahian, minum-minuman keras, terjerat narkoba, bahwan
sampai ada yang menghilangkan nyawa orang lain. Kondisi seharusnya mendapat perhatian
khsus mulai dari keluarga sebagai orang terdekat anak, sekolah, masyarakat, bahkan
pemerintah itu sendiri yang seharusnya memberikan penyuluhan langsung ke anak-
anak/remaja. Anak yang seharunya dibimbing dan dilindungi tidak sepatutnya memiliki
pemikiran ataupun perbuatan kriminal yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Kenakalan pada anak/remaja yang melanggar hukum tersebut sebenarnya merupakan
bentuk perlaku yang tidak sesuai dengan norma yang hidup didalam masyarakat. Perilaku
tersebut merupakan kecatatan sosial. Sehingga, masyarakat menganggapnya sebagai
kenkalan.

Ini adalah data penduduk Indonesia menururt kelompok umur pada tahun 2020. Umur
produktif sangat mendominasi pada data diatas, sangat disayangkan bila anak/remaja yang
seharusnya generasi penerus mimpi bangsa ini terlibat dalam kenakalan, kriminalitas, bahkan
pelanggar hukum. Peran anak/remaja untuk bangsa ini sangatlah diperlukan, karena waktu
selalu berganti anak/remaja akan ada waktunya untuk menggantikan para pendahulunya.
Dari banyaknya kasus kanakalan anak/remaja masyarakat mulai melakukan
penaggulangan. Kebanyakan orang akan melakukan pendekatann dan menjatuhi hukum
pidana pada anak. Tetapi, pada kenyataannya memberikan hukuman berupa pidana akan
memberikan dampak buruk bagi perkembangan si anak baik itu secara fisik ataupun psikis.
Kenakalan remaja/ Juveniledelinquency merupakan perilaku jahat atau
kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak ddan remaja
yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mreka mengembangkan
bentuk perilaku yang menyimpang.
Menurut Bimo Walgito Juveniledelinquency merupakan tiap perbuatan, jika
perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan,
jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak
remaja.
Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak, mengkualifikasikan kenakalan anak sebagai anak yang melakukan
perbuatan yang terlarang bagi anak, baik merupakan peraturan perundang-undangan maupun
menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Jika melihat bentuknya, Sunarwiyati S, membagi kenakalan anak/remaja ke dalam 3
tingkatan :
1. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa izin dll.
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
tanpa SIM, mengambil barang orangtua tanpa izin.
3. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah,
pemerkosaan, pembunuhan dll.
Menurut Walter Luden, faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya kenakalan
adalah:
1. Gelombang urbanisasi remaja dari desa ke kota-kota jumlahnya cukup besar dan
sukar dicegah.
2. Terjadinya konflik antara norma adat pedesaan tradisional dengan norma-norma baru
yang tumbuh dalam proses dan pergeseran sosial yang cepat.
3. Memudarnya pola-pola kontrol sosial tradisional, sehingga remaja menghadapi
“samarpola” untuk melakukan perilakunya.
4. Berkembangnya kanakalan remaja yang disebabkan oleh dampak negatif dari
perubahan global yang cepat meliputi ilmu oengetahuan dan teknologi sehingga anak
melakukan perbuatan di luar kesadaran.
Laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terdapat 123 kasus
anak berhadapan hukum (ABH) sebagai pelaku hingga Agustus 2020. Kriminalitas terbanyak
kekerasan fisik sebanyak 30 kasus dan kekerasan seksual 28 kasus.
Selain itu, anak sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas dan pencurian menyusul dengan
masing-masing 13 dan 12 kasus. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud dengan anak yang berhadapan dengan hukum
adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan
anak yang menjadi saksi tindak pidana.

2.2. Tinjauan Umum Pelanggaran Lalu Lintas


Pelanggaran lalu lintas bisa didefinisikan sebagai suatu perbuatan yang melanggaran
aturan atau bertentangan dengan lalu lintas yang ada di jalann raya, baik yang dapat ataupun
tidak dapat menimbulkan kerugian jiwa atau benda. Oleh karena itu, setiap oramg yang
melanggar aturan yang telah dibuat pemerintah, contohnya dalam pelanggaran lalu lintas
maka akan mendapatkan hukuman sesuai dengan apa yang ia lakukan. Sabagaimana KUHP
yang mengatur, apabila membuat orang lain mati karena kesalahannya (pasal 359), apabila
menyebabkan orang lain luka-luka (pasal 360), dan karena kesalahannyan menyebabkan
bangunan, trem kereta api, telegram, telepon, dan listrik sebagainya hancur atau rusak (pasal
409).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan :
1. Tidak memiliki SIM
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling
banyak Rp 1 juta (Pasal 281).
2. Memiliki SIM tidak dibawa saat razia
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp. 250 ribu (Pasal 288 ayat 2).
3. Kendaraan tidak dipasangi tanda nomor kendaraan
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 280)
4. Motor tidak dipasangi spion, lampu utama, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan,
dan knalpot.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 285 ayat 1)
5. Mobil tidak pasang spion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu rem, kaca
depan, bumber, penghapus kaca.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 285 ayat 2)
6. Mobil yang tdak dilengkapi ban cadangan, segitiga pengaman, dongkrat, pembuka
roda, dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Psal 278)
7. Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 1)
8. Setiap pengendara yang melanggar batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 5)
9. Kendaraan tidak ada surat tanda nomor kendaraan bermotor atau surat tanda coba
kendaraan bermotor.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling
banyak Rp 500 ribu (Pasal 288 ayat 1)
10. Pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi mobil tak
mengenakan sabuk keselamatan.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 289)
11. Pengendara dan penumpang motor tidak pakai helm standar.
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 291 ayat 1)
12. Mengendarai kendaraan bermotor dijalan tanda menyalakan lampu uatama pada
malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 107 ayat (1) 20
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda
paling banyak Rp 250 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal 293 ayat 1)
13. Mengendarai sepeda motor dijalan tanpa menyalakan lampu uatama pada siang hari
sebagamana dimaksud dalam pasal 107 ayat (2)
 Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda
paling banyak Rp 100 (seratus ribu rupiah) (Pasal 293 ayat 2)
14. Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau berbalik arah tanpa
memberi isyarat lampu.
 Dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu
(Pasal 294)
Pelanggaran lalu lintas terhadap kenakalan anak sangat berhubungan, ini diperkuat
dengan data Laka Lantas 2018 berdasarkan usia pelaku.

Berdasarkan data diatas usia pelaku laka lantas 2017 terbesar ada pada usia 17-21 tahun dan
mengalami peningkatan sebanyak 28% pada tahun 2018, dimana meraka adalah kelompok
umur anak/remaja yang memang tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan
bermotor.
Banyaknya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur sangat
membuat khawatir masyarakat. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya pengawasan
dari orang tua dan tentu saja pihak yang terkait dalam memberikan izin mengemuda tanpa
SIM. Masalah ini mengakibatkat seorang anak melakukan pelanggaran tentang tidak
terpenuhinya syarat berkendara dijalan umum dan tidak memegang SIM, serta pelanggaran
pidana karena telah menghilangkan nyawa orang lain dan menyebabkan kerugian benda.

2.3. Pertanggungjawaban Pidana Anak di Bawah Umur yang Mengakibatkan


Hilangnya Nyawa Orang Lain dalam Kecelakaan Lalu Lintas
Pertanggungjawaban pidana terhadap seorang anak dibawah umur yang menjadi
objek pelaku, anak tersebut dapat dipidana dengan adanya suatu proses tersendiri yang tidak
sama dengan memproses orang dewasa. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 pasal 2 “Dalam pelakanaan Sistem Peradilan Pida Anak dilaksanakan
berdasarkan asas, perlindungan, keadilan, nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak,
penghargaan terhadap pendapat bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak,
pembinaan dan pembimbingan anak proposional, perampasan kemerdekaan dan pemidanaan
sebagai upaya terakhir, dan penghindaran pembalasan”.
Persoalan pertanggungjawaban seorang anak yang masih dibawah umur selain
menyangkut usia juga sudah diatur didalam undang-undang khusus anank yaitu Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-undang tersebut menjadi landasan untuk mencari
kebenaran dan keadilan terhadap anak.
Dalam menentukan seorang anak dibawah umur memiliki unsur-unsur tindak pidana
dan tidak, perlu melihat dari beberapa aspek, yaitu;
1. Dilihat dari kemampuan bertanggungjawab anak yang melakukan pidana, artinya
bahwa apakah anak tersebut sudah memenuhi ketentuan usia anak yang telah diatur
dalam undang-undang peradilan anak,
2. Unsur pertanggungjawaban pidana, artinya lebih mengacu pada unsur kesalahan yang
menjadi unsur penting dalam tindak pidana, untuk menentukan apakah anak tersebut
dapat dipidana atau tidak. Dan aspek terakhir,
3. Pembuktian yang didasarkan pada bukti-bukti yang akan di buktikan dalam proses
peradilan anak.

2.4. Kronologi dari Contoh Kasus dengan Putusan Mahkamah Agung Nomor :
685/PID.A/2014/PN.BDG
kronologis peristiwa ini, berdasarkan keterangan terdakwa yg berinisial GG bin YN dan
saksi-saksi yang menjelaskan bahwa perkara tersebut yaitu Berawal pada hari Senin, tanggal
13 Januari 2014 sekitar jam 13.30 Wib ,bertempat di Jalan Terusan Holis , jalan cigondewah
depan rumah nomor 52. A Kota Bandung.
 Pada waktu dan tempat sebagaimana disebut kan di atas ,yakni pada hari Senin,
tanggal 13 Januari 2014 sekitar jam 13.30 Wib bertempat di Jalan Terusan Holis
depan rumah nomor 52. A Kota Bandung, terdakwa berkendara sendirian di daerah
Jalan Terusan Holis dari arah selatan ke utara dengan menggunakan sepeda motor
Yamaha Mio dengan No.Pol .D-2367-IB
 Disaat yg sama , korban sedang menyebrang jalan dari arah Timur ke Barat ingin
menuju ke warung membeli kwitansi, dan kendaraan sepeda motor yang dikendarai
oleh terdakwa tersebut bergerak dari arah Selatan ke Utara, kemudian menabrak Ayah
saksi (korban) yang sedang menyebrang jalan
 Sesaat terdakwa tiba di tempat kejadian perkara dengan jarang kurang lebih 10
meter ,sepengeliatan terdakwa saat itu ada orang (korban )yg sedang menyebrang
sendirian dan Ketika sudah ditengahh jalan korban berbalik arah lagi , saat itu
terdakwa tidak melakukan pengereman atupun membunyikan klakson, terdakwa
hanya menghindar kearah kanan sambal menambah kecepatan, alhasil
penyebrang(korban) tertabrak oleh terdakwa hingga korban tidak sadarkan diri.
 Setelah itu, ERUS RUSWANDI (korban) dilarikan kerumah sakit oleh supir korban
TATA AFANDI (saksi) dan GG bin YN (terdakwa) kerumah sakit Rajawali dengan
menggunakan mobil pick up
 Karena peralatan rumah sakit Rajawali tidak memadai korban dipindahkan ke rumah
sakit St Immanuel Bandung
 Akibat kecelakaan tersebut korban mendapatkan luka sebagai berikut
1. Luka memar mata kelopak mata kiri dan kanan
2. Luka memar pada pelipis kiri
3. Luka lecet pada bagian beklakang lengan bawah kanan
4. Akibat luka-luka tersebut diatas korban ERUS RUSWANDI meninggal dunia
dalam perawatan 4 (empat) hari di Rumah Sakit Immanuel di Bandung.

 Pada tanggal 21,24,27 Januari 2014 ,Terdakwa di laporkan kepada pihak kepolisian
sebagaimana pada Pasal.310 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan dan diberikan kepadda penyidik
bernama : MR.KARNAEN, Pangkat AIPTU Nrp.63080612
 Menimbang untuk membuktikan surat dakwaan tersebut penuntut umum telah
mengajukan 3 orang saksi ,yakni
1. KERLINDA RESTU binti (Alm) ERUS RUSWANDI
2. RITA ZAHARA binti (Alm) H. AMAN SUHERMAN
3. TATA AFANDI bin (Alm) SA’ID,
 Saksi saksi telah memberikan keterangan dibawah sumpah menurut cara agama nya
masing masing berpokok sesuai dengan keterangan yg pernah diberikan di kantor
kepolisian kepada penyidik bernama : MR.KARNAEN, Pangkat AIPTU
Nrp.63080612 pada tanggal 21, 24 dan 27 Januari 2014, sebagaimana telah terurai
dalam BAP atas nama saksi-saksi tersebut yang ada dalam berkas perkara, kemudian
dipersidangan para saksi masing masing telah memberikan keterangan yang pada
pokoknya sebagai berikut
1. Keterangan saksi yg Bernama KERLINDA RESTU binti ERUS RUSWANDI
- Saksi mengaku pernah melakukan proses pemeriksaan di kantor kepolisian
serta memberikan keterangan kepada penyidik kepolisian
- Saksi juga telah membenarkan Bahwa keterangannya yg telah saksi
berikan kepada penyiidik Bernama MR.KARNAEN, Pangkat AIPTU
Nrp.63080612 pada tanggal 21 januari 2014,di Kantor kepolisian
sebagaimana terurai dalam BAP atas nama saksi terkait
- Saksi juga membenarkan bahwa keterangan saksi dalam BAP tanggal 21
Januari 2014 sudah valid
- Saksi dimintai keterangan dan diperiksa oleh penyidik di kantor kepolisian
tersebut terkait dengan perkara kejadian
- kecelakaan lalulintas yg terjadi pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2014
sekitar jam 13.30 Wib, bertempat di Jalan Terusan Holis depan rumah
nomor 52. A Kota Bandung
- Dalam kecelakaan lalulintas tersebut yang menjadi korbannya adalah Ayah
saksi yang bernama ERUS RUSWANDI
- Kejadian Tersebut terjadi pada tanggal 13 Januari 2014 kurang lebih jam
13.00 Wib dan bertempat di Jalan Terusan Holis, Jalan Cigondewah
Bandung
- Saksi juga mengetahui bahwa Ayah saksi mengalami kecelakaan lalulintas
pada hari yg sama, dikarenakan saksi dihubungi melalui gawai oleh Kakak
saksi yg Bernama PANYE ARIYANTI yang telah diberitahu oleh
pegawainya Ayah saksi dan saksi disuruh ke Rumah Sakit Rajawali
Bandung
- Pada saat itu juga Ibu saksi RITA ZAHARA (Istri korban) sedang berada
di Majalaya dan saksi sendiri sedang ada di Bandung
- Sesampainya saksi di IGD Rumah Sakit Rajawali Bandung sekitar jam
14.30 Wib, keadaan Ayah saksi (korban) masih sadar, dengan kedua
matanya tertutup karena memar, mengalami muntah-muntah dan hanya
bergerak gerak tidak bisa berbicara
- Saat itu saksi tidak melihat ada luka terbuka pada tubuh Ayah saksi
(korban), tetapi dibagian mata sebelah kiri bengkak, dibagian kepala
sebelah kiri bengkak, serta matanya yang sebelah kiri semakin lama
semakin bengkak
- Karena peralatan di Rumah Sakit Rajawali Bandung tidak memadai untuk
merawat Ayah saksi (korban), oleh karena itu Ayah saksi (korban)
dipindahkan ke Rumah Sakit St Immanuel Bandung, sekitaran jam 21.00-
22.00 Wib kondisi Ayah saksi (korban) kian memburuk dan mengalami
koma, hingga pada hari Kamis, tanggal 16 Januari 2014 sekitar jam 08.25
Wib beliau (korban) meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit St
Immanuel Bandung, dan Ayah saksi dimakamkan pada hari Kamis,
tanggal 16 Januari 2014 sekitar jam 12.00 Wib di Komplek Pemakaman
BOJONG KALAPA RT.02, RW.02 Desa Bojong Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung
- Saksi mendengarkan penejelasan dari sopir Ayah saksi (korban) yang
bernama TATA AFANDI, sebelum kejadian itu terjadi ,Ayah saksi
(korban) sedang menyebrang jalan dari arah Timur ke Barat ingin menuju
warung untuk membeli kwitansi, dan GG bin YN (terdakwa) melesat
dengan mengendarai sepeda motor dari arah Selatan ke Utara, kemudian
menabrak Ayah saksi (korban) yang sedang menyebrang jalan
- Pada saat saksi sampai di Rumah Sakit Rajawali Bandung waktu itu Ayah
saksi (korban) ditunggu oleh sopirnya (TATA AFANDI) dan terdakwa
(GG bin YN), karena mereka juga yang menolong dan membawa Ayah
saksi (korban) dari TKP ke Rumah Sakit Rajawali Bandung
- Pada saat Ayah saksi (korban) dalam perawatan di Rumah Sakit St
Immanuel Bandung, dan ada keluarga dari terdakwa yang datang ke rumah
saksi, yaitu Ibu, Bapak dan Kakaknya terdakwa, dan datangnya diatas jam
22.00 Wib, sedangkan saksi dan keluarga saat itu sedang fokus terhadap
kondisi Ayah saksi yang sedang dalam perawatan di Rumah Sakit St
Immanuel Bandung, sehingga keinginan dari mereka untuk membantu
tidak saksi terima
- Saksi dan keluarga pada saat itu sudah ikhlas dengan kepergian Ayah saksi
(korban) yang seperti itu, namun proses secara hukum tetap harus tetap
berjalan sebagiamna mestinya
- Menurut dokter di Rumah Sakit St Immanuel Bandung, kondisi otak
korban turun kebawah dan menutupi aliran oksigen dan kata dokter
yangmerawat Ayah saksi mengatakan tidak bisa diadakan tindakan operasi
karena otaknya sudah hancur
2. keterangan saksi yg Bernama RITA ZAHARA binti (Alm) H. AMAN
SUHERMAN
- Saksi mengaku pernah melakukan proses pemeriksaan di kantor kepolisian
serta memberikan keterangan kepada penyidik kepolisian
- Saksi juga telah membenarkan Bahwa keterangannya yg telah saksi
berikan kepada penyiidik Bernama MR.KARNAEN, Pangkat AIPTU
Nrp.63080612 pada tanggal 24 januari 2014,di Kantor kepolisian
sebagaimana terurai dalam BAP atas nama saksi terkait
- Saksi juga membenarkan bahwa keterangan saksi dalam BAP tanggal 24
Januari 2014 sudah valid
- Saksi dimintai keterangan dan diperiksa oleh pwnyiidik di kantor
kepolisian tersebut terkait dengan perkara kejadian
- Saksi diperiksa dan dimintai keterangan oleh Penyidik di Kantor
Kepolisian tersebut sehubungan dengan telah terjadinya tindak pidana
kecelakaan lalulintas pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2014 sekitar jam
13.30 Wib, bertempat di Jalan Terusan Holis depan rumah nomor 52. A
Kota Bandung
- Kejadiannya pada tanggal 13 Januari 2014 kurang lebih jam 13.00 Wib di
Jalan Terusan Holis, Jalan Cigondewah Bandung
- Sazksi juga mengetahui tentang Suami saksi yg mengalami kecelakaan
lalulintas pada hari itu juga, karena saksi diberitahu oleh karyawan Suami
(saksi) yang bernama TATA AFANDI bahwa suami saksi mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sekarang ada di Rumah Sakit Rajawali Bandung
- Sesampainya saksi di IGD Rumah Sakit Rajawali Bandung sekitar jam
14.30 Wib, keadaan Ayah saksi (korban) masih sadar, dengan kedua
matanya tertutup karena memar, mengalami muntah-muntah dan hanya
bergerak gerak tidak bisa berbicara
- Pada saat itu saksi tidak melihat ada luka terbuka pada tubuh Suami saksi
(korban), tapi dibagian mata sebelah kiri bengkak, dibagian kepala sebelah
kiri bengkak, serta mata yang sebelah kiri semakin lama semakin bengkak
- Dikarenakan peralatan di Rumah Sakit Rajawali Bandung tidak memadai,
maka Suami saksi (korban) dipindahkan ke Rumah Sakit St Immanuel
Bandung, kemudian pada malam harinya sekitar jam 21.00-22.00 Wib
kondisi kesehatan Suami saksi semakin menurun dan mengalami koma,
hingga pada hari Kamis, tanggal 16 Januari 2014 sekitar jam 08.25 Wib
Suami saksi meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit St
Immanuel Bandung, kemudian Suami saksi dimakamkan pada hari Kamis,
tanggal 16 Januari 2014 sekitar jam 12.00 Wib di Komplek Pemakaman
BOJONG KALAPA RT.02, RW.02 Desa Bojong Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung
- Saksi juga pernah mendengar dari karyawan/sopirnya Suami saksi(korban)
yang bernama TATA AFANDI, sebelum kejadian pada saat itu Suami)
saksi (korban) sedang menyebrang jalan dari arah Timur ke Barat mau ke
warung membeli kwitansi, dan kendaraan sepeda motor yang dikendarai
oleh GG bin YN (terdakwa) tersebut bergerak dari arah Selatan ke Utara,
kemudian menabrak Suami saksi (korban) yang sedang menyebrang jalan
- Pada saat saksi sampai di Rumah Sakit Rajawali Bandung waktu itu Suami
saksi (korban) ditunggui oleh sopirnya (TATA AFANDI) dan terdakwa
(GG bin YN), karena mereka juga yang menolong dan membawa Suami
saksi (korban) dari TKP ke Rumah Sakit Rajawali Bandung
- Pada saat Suami saksi (korban) dalam masa perawatan di Rumah Sakit St
Immanuel Bandung, ada keluarga dari terdakwa yang mendatangi ke
rumah saksi, yaitu Ibu, Bapak dan Kakaknya terdakwa, dan mereka tiba
diatas jam 22.00 Wib, sedangkan saksi dan keluarga saat itu sedang fokus
terhadap kondisi Suami saksi yang sedang dalam perawatan di Rumah
Sakit St Immanuel Bandung, sehingga keinginan dari mereka untuk
membantu tidak saksi terima
- Saksi dan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian mendiang Suami saksi
yang seperti itu, namun proses hukum harus tetap berjalan sesuai hukum
yg berlaku
- Menurut dokter di Rumah Sakit St Immanuel Bandung, kondisi otak
korban turun kebawah dan menutupi aliran oksigen, dan kata dokter yang
merawat Suami saksi mengatakan tidak bisa diadakan tindakan operasi
karena otaknya sudah hancur
- Dan Saksi menikah dengan Suami saksi Almarhum ERUS RUSWANDI
pada tanggal 24 Mei 1981 di Bandung, dan dari perkawinan saksi dengan
Almarhum ERUS RUSWANDI tersebut telah dikaruniai 3 (tiga) orang
anak
3. keterangan saksi yg Bernama TATA AFANDI bin (Alm) SA`ID)
- Saksi mengaku pernah melakukan proses pemeriksaan di kantor kepolisian
serta memberikan keterangan kepada penyidik kepolisian
- Saksi juga telah membenarkan Bahwa keterangannya yg telah saksi
berikan kepada penyiidik Bernama MR.KARNAEN, Pangkat AIPTU
Nrp.63080612 pada tanggal 24 januari 2014,di Kantor kepolisian
sebagaimana terurai dalam BAP atas nama saksi terkait
- Saksi juga membenarkan bahwa keterangan saksi dalam BAP tanggal 24
Januari 2014 sudah valid
- Saksi juga dimintai keterangan dan diperiksa oleh penyiidik di kantor
kepolisian tersebut terkait dengan perkara kejadian
- Saksi mengetahui kepada terdakwa yaitu pengendara sepeda motor
Yamaha Mio No.Pol.D-2367-IB dan waktu terdakwa mengendarai sepeda
motor tersebut terdakwa tidak memiliki atau membawa SIM yang syah
tapi hanya membawa STNKnya saja
- Sewaktu kendaraan sepeda motor Yamaha Mio No.Pol.D-2367-IB yang
dikendarai oleh terdakwa sedang melaju di Jalan Terusan Holis dari arah
Selatan ke Utara, dan setiba di Tempat Kejadian Perkara dalam jarak lebih
kurang 10 (sepuluh) meter, dilihatanya ada orang yang menyeberang jalan
sendirian ( saksi korban Almarhum ERUS RUSWANDI ) dan ketika sudah
berada di tengah jalan saksi korban Almarhum ERUS RUSWANDI
bebalik arah lagi, dan yang dilakukan terdakwa saat itu hanya menghindar
kekanan sambil menambah kecepatan, tidak melakukan pengereman
ataupun mengurangi kecepatan serta tidak membunyikan klakson,
sehingga saksi korban Almarhum ERUS RUSWANDI tertabrak oleh
terdakwa di kanan jalan dari arah Selatan ke Utara dan Penyeberang jalan
yaitu saksi korban Almarhum ERUS RUSWANDI tersebut tertabrak
dibagian badannya
- Kecelakaan lalulintas tersebut terjadi pada hari Senin, tanggal 13 Januari
2014 sekitar jam 13.30 Wib, berlokasi di Jalan Terusan Holis depan rumah
nomor 52. A Kota Bandung
- Saksi memperjelas bawah waktu itu, korban menyebrang jalan karena
ingin menuju ke warung untuk membeli kwitansi, sebelum korban
menyebrang jalan, tadinya korban dengan saksi itu berada di satu mobil,
kemudian korban turun dari mobil lewat belakang mobil, setelah keluar dri
mobil korban menyebrang jalan mau ke warung tetapi ada sepeda motor
yg melaju kearah korban ,maka korban pun berniat berbalik arah tapi tidak
sempat dan tertabrak oleh sepeda motor yang lain, yaitu sepeda motor
yang dikendarai oleh terdakwasepeda motor maka korban balik lagi tapi
tertabrak oleh sepeda motor yang lain, yaitu sepeda motor yang dikendarai
oleh terdakwa
- Pada saat itu posisi saksi berada didalam mobil yang jaraknya kurang lebih 5
meter dengan TKP
- Pada waktu itu sepeda motor yang dikendarai oleh terdakwa kecepatannya
sekitar 40 Km perjam, dan perkiraan terdakwa saksi korban Almarhum ERUS
RUSWANDI tidak akan berbalik arah ,melainkan terus meyebrangi jalan , maka
terdakwa hanya menghindar kekanan sambil menambah kecepatan,dan tidak
melakukan pengereman ataupun mengurangi kecepatan samasekeali serta tidak
membunyikan klakson, tapi paktanya saksi korban Almarhum ERUS RUSWANDI
berbalik arah karena ada sepeda motor yg ingin melintas, sehingga saksi korban
Almarhum ERUS RUSWANDI tertabrak oleh terdakwa di kanan jalan dari arah
Selatan ke Utara dibagian badannya dan jatuh ke jalan
- Sepeda motor yang dikendarai oleh terdakwa baru berhenti setlah menabrak
pot
- Korban Almarhum ERUS RUSWANDI setelah tertabrak oleh sepeda motor yang
dikendarai oleh terdakwa dibagian badannya hingga tidak sadarkan diri karena
kepalanya terbentur keaspal jalan, tapi tidak ditemukan luka terbuka dibagian
tubuhnya, setelah itu Korban di bawa ke Rumah Sakit Rajawali Bandung oleh
saksi dengan dibantu oleh terdakwa menaiki mobil milik korban, sepeda motor
yang dikendarai oleh terdakwa ditinggalkan di TKP dan diamankan oleh warga
setempat
- Setelah korban mendapat perawatan di IGD Rumah Sakit Rajawali Bandung,
saksi mengabari keluarga korban Almarhum ERUS RUSWANDI
- Oleh karena perawatan di Rumah Sakit Rajawali Bandung tidak mumpuni, maka
korban dipindahkan ke Rumah Sakit St Immanuel Bandung untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut, kemudian pada malam harinya sekitar jam 21.00-22.00
Wib kondisi Kesehatan korban kian menurun dan mengalami koma, hingga pada
hari Kamis, tanggal 16 Januari 2014 sekitar jam 08.25 Wib korban meninggal
dunia dan di di Komplek Pemakaman BOJONG KALAPA RT.02 RW.02 Desa
Bojong Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung
- Setelah menimbang keterangan dri para saksi yg terlibat, serta terdapat
barang bukti berupa sepda motor Yamaha mio No.Pol .D-2367-IB dan
terdakwa pun sudah membenarkan kesaksian dri para saksi dan melakukan
persidangan , pengadilan pun mengeluarkan beberapa putusan ,yakni
1. Menyatakan terdakwa GG bin YN telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”SETIAP ORANG YANG
MENGEMUDIKAN KENDARAAN BERMOTOR KARENA
KELALAIANNYA MENGAKIBATKAN KECELAKAAN LALU LINTAS
YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA”
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa GG bin YN dengan pidana penjara
selama 1 (satu) bulan
3. Menetapkan masa penahanan KOTA yang telah dijalani oleh terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
4. Menetapkan supaya terdakwa tetap berada dalam tahanan KOTA
BANDUNG
5. Memerintahkan agar barang bukti berupa : 1 (satu) unit kendaraan sepeda
motor Yamaha Mio No.Pol.D-2367-IB berikut STNK nya, dikembalikan
kepada pemiliknya yaitu GG bin YN
6. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.2.000,-
(dua ribu rupiah)

2.5. Kejadian yang Melatar Belakangi Kasus Tersebut


Kecelakaan lalu lintas merupakan sebuah kejadian yang melibatkan 1 atau lebih
pengendara yang mana sebuah kendaraan bermotor menabrak benda lain yang menyebabkan
suatu kerusakan, yang terkadang dalam sebuah kecelakaan ini menyebabkan korban
mengalami luka-luka hingga kematian.
Ada empat faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan, pertama faktor kelalaian
pengguna jalan, kedua faktor kendaraan, ketiga faktor jalan, dan terakhir faktor kondisi
lingkungan. Kombinasi dari keempat faktor ini dapat terjadi antara pengguna jalan dan
kendaraan, seperti ngebut, dan kemudian ban pecah yang menyebabkan kecelakaan di dalam
kendaraan. Selain itu, ada kondisi lingkungan, cuaca dan faktor lain yang juga dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Dalam kasus ini, latar belakang terjadinya kecelakaan lalu lintas terjadi karena
kelalaian pengguna jalan. Yang mana terdakwa GG bin YN, pada tanggal 13 Januari 2014,
sekitar jam 13.30 WIB di Jalan Terusan Holis depan rumah nomor 52. A Kota Bandung
menabrak seseorang yang sedang menyebrang jalan. Terdakwa di ketahui tidak mempunyai
SIM (Surat Ijin Mengemudi) dan terdakwa diketahui masih di bawah umur, yaitu 16 tahun.
Yang seharusnya terdakwa tidak diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan bermotor.
Akibat kejadian tersebut, korban yang bernama Erus Ruswandi meninggal dunia
karena terdapat luka luka di antaranya:
1. Luka memar pada kelopak atas mata kiri dan kanan.
2. Luka memar pada pelipis kiri.
3. Luka lecet pada bagian belakang lengan bawah kanan. Kesimpulan.
Akibat luka-luka tersebut diatas korban Erus Ruswandi meninggal dunia dalam perawatan 4
(empat) hari di Rumah Sakit Immanuel di Bandung.

2.6. Dasar Hukum yang Melatar Belakangi Kasus Tersebut


Dasar hukum yang melatarbelakangi pada kasus tersebut yaitu pasal 310 ayat (2), (3),
(4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan jalan, yang berbunyi sebagai berikut:
 Pasal 310 ayat (2)“setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka
ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah)”.
 Pasal 310 ayat (3)“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang
karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh
juta rupiah)”.
 Pasal 310 ayat (4)”Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta
rupiah)”.

Pada kasus ini terdakwa GG bin YN secara meyakinkan telah bersalah melakukan
tindak pidana kecelakan yang menyebabkan kematian, yang berkronologi sebagai berikut:

1. pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2014 sekitar jam 13.30 Wib, terdakwa
berkendara dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Mio dengan
No.Pol .D-2367-IB
2. Disaat yg sama , korban sedang menyebrang jalan dari arah Timur ke Barat,
dan kendaraan sepeda motor yang dikendarai oleh terdakwa tersebut bergerak
dari arah Selatan ke Utara, kemudian menabrak korban yang sedang
menyebrang jalan
3. sepengeliatan terdakwa saat itu korban sedang menyebrang sendirian dan
Ketika sudah ditengahh jalan korban berbalik arah lagi , saat itu terdakwa
tidak melakukan pengereman atupun membunyikan klakson, terdakwa hanya
menghindar kearah kanan sambal menambah kecepatan, alhasil korban
tertabrak oleh terdakwa hingga korban tidak sadarkan diri.
4. Setelah itu, ERUS RUSWANDI (korban) dilarikan kerumah sakit Rajawali
dengan menggunakan mobil pick up
5. Karena peralatan rumah sakit Rajawali tidak memadai korban dipindahkan ke
rumah sakit St Immanuel Bandung
6. Akibat dari kecelakan tersebut korban mendapatkan luka memar mata kelopak
mata kiri dan kanan, luka memar pada pelipis kiri, luka lecet pada bagian
beklakang lengan bawah kanan, akibat luka-luka tersebut diatas korban ERUS
RUSWANDI meninggal dunia dalam perawatan 4 (empat) hari di Rumah
Sakit.
Dengan barang bukti sebagai berikut:
1. 1 (satu) unit kendaraan sepeda motor Yamaha Mio No.Pol.D.2367.IB berikut
dengan STNK nya
 Mempertimbangkan bahwa semua unsur dalam pasal 310 ayat 4 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan
yaitu (Unsur setiap orang), (Unsur yang mengemudikan kendaraan bermotor karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas), (Unsur yang mengakibatkan
orang lain meninggal dunia) dan juga pasalnya berbunyi ”Dalam hal kecelakaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal
dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah)”, dan juga berdasarkan
kronologi kasus tersebut yang telah dijelaskan pada point diatas telah TERPENUHI.
 Terdakwa GG bin YN diancam pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
 Terdakwa GG bin YN telah terbukti secara sah bersalah melakukan tindak pidana
”SETIAP ORANG YANG MENGEMUDIKAN KENDARAAN BERMOTOR
KARENA KELALAIANNYA MENGAKIBATKAN KECELAKAAN LALU
LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA”.

2.7. Putusan Pengadilan dalam Kasus Tersebut


Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur-unsur dari Pasal.310 ayat (4) Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
telah terpenuhi, maka Pengadilan berpendapat bahwa dakwaan Alternatief KESATU telah
terbukti secara sah dan meyakinkan ;-
Menimbang, bahwa selama pemeriksaan berlangsung di persidangan, Pengadilan
tidak menemukan sesuatu bukti bahwa terdakwa adalah orang yang tidak mampu
bertanggung jawab atas kesalahannya serta tidak menemukan alasan-alasan yang dapat
menghilangkan sifat melawan hukum atas perbuatan terdakwa, baik sebagai alasan pembenar
maupun sebagai alasan pemaaf, maka dengan terbuktinya dakwaan Alternatief KESATU
tersebut terdakwa haruslah dinyatakan sebagai orang yang mampu dipertanggungjawabkan
terhadap perbuatannya, dan oleh karena itu harus dinyatakan bahwa terdakwa telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”SETIAP ORANG YANG
MENGEMUDIKAN KENDARAAN BERMOTOR KARENA KELALAIANNYA
MENGAKIBATKAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN
ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal.310 ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
lintas dan Angkutan Jalan, dalam dakwaan Alternatif KESATU Penuntut Umum yang telah
terbukti tersebut ;-
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dinyatakan terbukti bersalah maka ia harus
dijatuhi pidana yang setimpal dengan kesalahannya ;-
Menimbang, bahwa terhadap terdakwa selama proses perkara ini dilakukan penahan
KOTA sejak tanggal 05 Mei 2014 s/d sekarang maka lamanya pidana yang dijatuhkan atas
diri terdakwa harus dikurangi seluruhnya dengan masa penahan KOTA yang telah dijalani
oleh terdakwa dan Pengadilan memerintahkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan
KOTA ;-
Mengingat Pasal.310 ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak serta peraturan perundang-undangan lain yang
berkaitan dengan perkara ini ;
MENGADILI :
1. Menyatakan terdakwa GG bin YN telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana ”SETIAP ORANG YANG MENGEMUDIKAN KENDARAAN
BERMOTOR KARENA KELALAIANNYA MENGAKIBATKAN KECELAKAAN LALU
LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA” ;-
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa GG bin YN dengan pidana penjara selama 1
(satu) bulan ;-
3. Menetapkan masa penahanan KOTA yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;-
4. Menetapkan supaya terdakwa tetap berada dalam tahanan KOTA ;-
5. Memerintahkan agar barang bukti berupa : 1 (satu) unit kendaraan sepeda motor
Yamaha Mio No.Pol.D-2367-IB berikut STNK nya, dikembalikan kepada pemiliknya yaitu
GG bin YN ;-
6. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu
rupiah) ;-
DEMIKIANLAH, diputuskan oleh Hakim Pengadilan Negeri Bandung pada hari :
SELASA, TANGGAL 17 JUNI 2014, oleh Kami : RINY SESULIH BASTAM, SH.MH
sebagai Hakim Anak pada Pengadilan Negeri Kelas.IA Bandung, berdasarkan Surat
Penetapan Ketua Pengadilan Negeri tersebut tanggal 12 Mei 2014 Nomor :
685/Pid/A/2014/PN.Bdg tentang penunjukan Hakim tunggal yang memeriksa dan mengadili
perkara anak tersebut diatas, putusan mana diucapkan pada hari itu juga oleh Hakim Anak
pada persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum dengan dibantu oleh DURACHMAN
Panitera pengganti dan dihadiri oleh JANNES S, SH Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
di Bandung Terdakwa dengan didampingi oleh Penasehat Hukum dan kedua orangb tuanya.
Hal-hal yang memberatkan :
1. Perbuatan terdakwa dapat membahayakan diri terdakwa dan orang lain
2. Perbuatan terdakwa tidak mematuhi Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan
Hal-hal yang meringankan :
1. Terdakwa menyesali perbuatannya
2. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan dan mengakui dengan terus terang segala
perbuatannya
3. Keluarga terdakwa pernah berupaya memberikan bantuan biaya pengobatan kepada
keluarga korban, namun ditolak
4. Terdakwa belum pernah dihukum dan terdakwa sampai saat ini masih anak-anak dan
berstatus sebagai pelajar
Mengingat Pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undnag-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak serta peraturan perundang-undangan lain
yang berkaitan dengan perkara ini.

2.8. Cara Mencegah Agar Kasus Tersebut Tidak Dapat Diulangi Terjadi Lagi
Berdasarkan kasus di atas kita semua dapat mengetahui dampak besar dari
pelanggaran hukum yang di lakukan pelaku, merugikan korban serta seluruh kelurga korban.
Oleh sebab itu perlu adanya upaya pencegahan kasus tersebut agar kasus serupa lainnya tidak
terjadi kembali.
Cara mencegah kasus tersebut terjadi kembali di antaranya :
1.Mengedukasi anak anak di bawah umur melalui berbagai media mau pun secara
langsung tentang penting nya memiliki SIM sebelum berkendara serta larangan dan aturan
lalu lintas
2. Mengedukasi orang tua untuk melaksanakan aturan UU, dimana Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, usia minimal pemohon surat
izin mengemudi (SIM) adalah 16 tahun untuk SIM C dan 17 tahun untuk SIM A. Serta,
Dalam hal mengendarai kendaraan bermotor tanpa memiliki SIM, maka dapat dijerat pidana
berdasarkan Pasal 281 UU LLAJ yang berbunyi: “Setiap orang yang mengemudikan
Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat)
bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)." Dengan kata lain,
membiarkan anak di bawah umur untuk mengemudi berarti sama saja dengan
menjerumuskan mereka ke jerat hukum. Oleh sebab itu peran orang tua dalam mencegah
kasus ini terjadi kembali sangat lah penting.
3. Mengedukasi masyarakat secara langsung maupun melalui berbagai media media
tentang penting nya standar keselamatan berkendara seperti menggunakan Helm SNI, mau
pun seat belt, dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN

Kecelakaan lalu lintas merupakan sebuah kejadian yang melibatkan 1 atau


lebih pengendara yang mana sebuah kendaraan bermotor menabrak benda lain yang
menyebabkan suatu kerusakan, yang terkadang dalam sebuah kecelakaan ini menyebabkan
korban mengalami luka-luka hingga kematian.
Ada empat faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan, pertama faktor kelalaian
pengguna jalan, kedua faktor kendaraan, ketiga faktor jalan, dan terakhir faktor kondisi
lingkungan. Kombinasi dari keempat faktor ini dapat terjadi antara pengguna jalan dan
kendaraan, seperti ngebut, dan kemudian ban pecah yang menyebabkan kecelakaan di dalam
kendaraan. Selain itu, ada kondisi lingkungan, cuaca dan faktor lain yang juga dapat
menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan anak dibawah umur awal mulanya dari
kenalan anak/remaja. Palanggaran lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa orang oleh
anak dapat dipetanggung jawabkan oleh anak tersebut. Menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012, ketentuan pidana pokok dan pidana tambahan :
a. Pidana peringatan
b. Pidana dengan syarat yang dibagi atas ;
1) Pidana diluar lembaga
2) Pelayanan masyarakat
3) Pengawasan
c. Pelatihan kerja
d. Pembinaan dalam lembaga
e. Penjara
Sedangkan mengenai pidana tambahan terdiri dari :
a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
b. Pemenuhan kewajiban adat
Banyak faktor pendorong seorang untuk melakukan tindakan kriminalitas atau
kejahatan, bukan hanya karena faktor tunggal melain juga faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi anak melakukan tindakan kriminalitas atau kejahatan
adalah kepribadian, konsep diri, prnyesuaian sosial, dan perkembangan serta kemampuan
penyelesaian masalah yang rendah. Sedangan faktor eksternal yang mempengaruhi anak
melakukan tindakan kriminalitas atau kejahatan adalah lingkungan keluarga dalam
menerapkan pola asuh, lingkungan sekolah, dan lingkungan teman sebaya yang buruk dapat
berpengaruh terhadap anak.
Jika melihat bentuknya, Sunarwiyati S, membagi kenakalan anak/remaja ke dalam 3
tingkatan :
1. Kenakalan biasa, seperti berkelahi, uka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa izin dll.
2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil
tanpa SIM, mengambil barang orangtua tanpa izin.
3. Kenakalan khusus, seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah,
Dari contoh kasus diatas dapat disimpulkan yang melatar belakangi kejadian tersebut
adalah Terdakwa GG bin YN melakukan kelalaian saat berkendara. Yaitu terdakwa belum
cukup umur untuk bisa mengendarai kendaraan bermotor dan terdakwa juga belum memiliki
SIM (Surat Izin Mengemudi). Yang akhirnya terdakwa menabrak seorang pejalan kaki
bernama Erus Ruswandi sampai korban meninggal dunia.
Hal-hal yang memberatkan :
1. Perbuatan terdakwa dapat membahayakan diri terdakwa dan orang lain
2. Perbuatan terdakwa tidak mematuhi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkatan Jalan
Hal-hal yang meringankan :
5. Terdakwa menyesali perbuatannya
6. Terdakwa bersikap sopan dipersidangan dan mengakui dengan terus terang segala
perbuatannya
7. Keluarga terdakwa pernah berupaya memberikan bantuan biaya pengobatan kepada
keluarga korban, namun ditolak
8. Terdakwa belum pernah dihukum dan terdakwa sampai saat ini masih anak-anak dan
berstatus sebagai pelajar
Mengingat Pasal 310 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak serta peraturan perundang-undangan lain
yang berkaitan dengan perkara ini.
Daftar Pustaka

1. Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :


685/PID.A/2014/PN.BDG.
2. Raihana.Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency) dan Upaya Penanggulangannya.
3. Koloi,Kasmir. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR
TERHADAP HILANGNYA NYAWA DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS.
4. Setyawan, Davit. 2014. KPAI : Anak Terlibat Kriminalitas karena Terinspirasi
Lingkungan tak Ramah Anak. Indonesia: KPAI.go.id.
5. Jayani, Hadya, Dwi. 2021. Kasus Kriminalitas Anak Didominasi Kekerasan Fisik.
Indonesia: databoks.katadata.co.id
6. Chusniyah,Tutut. Penyebab Kenakalan dan Kriminalitas Anak. 2014. FPPSI-UM:
fppsi.um.ac.id
7. A. Amriani. 2017. Tinjauan Terhadap Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Anak Dibawah
Umur Diwilayah Polres Jeneponto. UIN-ALAUDIN: respositori.uin-alauddin.ac.id
8. Firm, Law, Kartika. Sanksi Berkendara tanpa SIM dan STNK. Artikel Hukum.

Anda mungkin juga menyukai